Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

‘’LUKA BAKAR’’

DI SUSUN OLEH

KELAS D

SEMESTER 5

1. Mohamad Fikriyanto H. Kilo (841417140)


2. Nurain Ramli (841417158)
3. Feby Soraya Lasanuddin (841417163)
4. Yulyashinta Panju (841417171)
5. Wiradita Gumalangit (841417176)
6. Auliya Nurkamiden (841417177)
7. Aida Riyanti Salamanja (841417183)
8. Nurlaila Lasulika (841417189)
9. Auliya Nursuciani Mohamad (841417192)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolism dan fungsi setiap sel
tubuh, semua system dapat terganggu, terutama system kardiovaskuler (Rahayu
ningsih,2012).

Setiap tahun di indonesia hampir 1 juta anak meninggal karena kecelakaan.


Kecelakaan yang bisa terjadi adalah jatuh, terbakar dan tenggelam. Hampir
semuanya dapat dicegah dan dapat diatasi jika orang tua tahu apa yang harus
mereka lakukan untuk mencegah kecelakaan dan jika terjadi kecelakaan (Depkes
RI, 2010). Luka bakar karena kebakaran merupakan satu dari banyak tipe luka
bakar yang paling fatal dan sering terjadi ketika anak bermain dengan korek api
dan secara tidak sengaja membuat diri (dan rumah) anak terbakar. Anaka berisiko
tinggi mengalami luka bakar, sebagian luka bakar terjadi dirumah misalnya pada
waktu memasak, memanaskan air atau menggunakan alat listrik yang paling
sering menyebabkan kejadian ini. Kecelakaan industri juga dapat menyebabkan
luka bakar (Wong, 2008).
Berdasarkan interventarisasi penanganan pasien luka bakar dari 14 rumah
sakit besar yang ada di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya,Malang,
Denpasar, Jember, Mataram,Makassar,Manado,Banjarmasin, dan Palembang,
ditemukan sepanjang 2012-2014 terdapat 3.518 kasus luka bakar. Angka kejadian
luka bakar dalam datanya terus meningkat dari 1.186 kasus pada 2012 menjadi
1.123 kasus (2013) dan 1.209 kasus (2014). Angka tersebut sebenarnya belum
bisa dijadikan indikator nasional sebab kasusnya mirip fenomena gunung es,
dimana kasus yang terjadi sebenarnya jauh lebih besar dari jumlah kasus yang
dilaporkan. Kasus luka bakar yang terjadi pada anak berdasarkan riskesdas 2013
ditemukan pada kelompok umur kurang dari 1 tahun sebesar 0,7%, kelompok
umum 1-4 tahun sebesar 1,5% dan kelompok umur 5-14 tahun sebesar 0,6%
(Riskesdas,2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan luka bakar?
2. Apa yang menyebabkan luka bakar bisa terjadi?
3. Apa saja manifestasi klinis luka bakar?
4. Apa saja klasifikasi dari luka bakar?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada luka bakar?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada luka bakar ?
7. Bagaimana jalan terjadinya luka bakar?
8. Bagaimana konsep keperawatan pada pasien yang mengalami luka bakar?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan luka bakar
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang menyebabkan luka bakar bisa
terjadi
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis luka bakar
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari luka bakar
5. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang pada luka bakar
6. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan pada luka bakar
7. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana jalan terjadinya luka bakar
8. Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep keperawatan pada penyakit
luka bakar
BAB II

KONSEP MEDIS

2.1 Definisi

Luka bakar adalah cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak
terhadap panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi
(seperti bahan-bahan korosif), bahan-bahan elektrik (arus listrik atau lampu),
friksi, atau energi elektromagnetik dan radian. Luka bakar merupakan satu jenis
trauma yang memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga
memerlukan perawatan yang khusus mulai fase awal hingga fase lanjut
(Hatta,2014).
Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari kotoran
dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa mengancam jiwa
karena terjadi kerusakan pembulu darah ketidakseimbangan elektrolit dan suhu
tubuh, gangguan pernafasan serta fungsi saraf (Adiba dan Winasis, 2014).
2.2 Etiologi
1. Luka bakar termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek objek panas lainnya. Penyebab paling
sering yaitu luka yang disebabkan karena terpajan dengan suhu panas seperti
terbakar api secara langsung atau terkena permukaan logam yang panas
(Fitriana, 2014).
2. Luka bakar kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia,lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia
ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat
pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan zat rumah tangga dan
berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan
militer (Rahayuningsih,2012).
3. Luka bakar elektrik

Luka bakar electric (Listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
energy listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh (Rahayuningsih,2012). Luka bakar listrik
ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat dipermukaan tubuh
(Fitriana,2014).

4. Luka bakar radiasi


Disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industry atau
dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga
merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi (Rahayuningsih,2012).

2.3 Manifestasi Klinis

Menurut Wong and w haley’s, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :

1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan,
nyeri sekali, sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II

Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian
dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem
subkutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah,
mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21-28 hari tergantung komplikasi
infeksi.

3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah
keputih-putihan (seperti merah yang terdapat serah putih dan merupakan
jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong
juga termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak
sembuh sendiri (perlu skin graf).

2.4 Klasifikasi

Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, antara lain:


penyebab, luasnya luka, dan keparahan luka bakar.

1. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab


a. Luka bakar termal

Luka bakar yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini bisa
disebabkan oleh cairan panas, berkontak dengan benda padat panas,
terkena lilin atau rokok, terkena zat kimia, dan terkena aliran listrik
(WHO, 2013).

b. Luka bakar inhalasi

Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas yang panas, cairan
panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak
sempurna. Luka bakar ini penyebab kematian terbesar pada pasien luka
bakar (WHO, 2013).

2. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar


a. Derajat I (superficial) hanya terjadi di permukaan kulit (epidermis).
Manifestasinya berupa kulit tampak kemerahan, nyeri, dan mungkin
dapat ditemukan bulla. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 3
hingga 6 hari dan tidak menimbulkan jaringan parut saat remodeling
(Barbara et al., 2013).
b. Derajat II (partial thickness) melibatkan semua lapisan epidermis dan
sebagian dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit
edem dan nyeri berat. Bila ditangani dengan baik, luka bakar derajat II
dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan akan meninggalkan jaringan
parut (Barbara et al., 2013).
c. Derajat III (full thickness) melibatkan kerusakan semua lapisan kulit,
termasuk tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak
kering dan mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan
luka yang beragam dari warna putih, merah terang hingga tampak
seperti arang. Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas akibat hancurnya
ujung saraf pada dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat
dan biasanya membutuhkan donor kulit (Barbara et al., 2013).
3. Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka
Sedangkan berdasarkan luas lesi dapat diklasifikasikan menjadi 3 yakni:
a. Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I seluas <10% atau derajat
II seluas <2%.
b. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I seluas 10-15% atau
derajat II seluas 5-10%
c. Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II seluas >20% atau derajat
III seluas >10%

Untuk menilai luas luka menggunakan metode “Rule of Nine” berdasarkan


LPTT (Luas Permukaan Tubuh Total). Luas luka bakar ditentukan untuk
menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan prognosis. Persentase pada orang
dewasa dan anak-anak berbeda. Pada dewasa, kepala memiliki nilai 9% dan untuk
ektremitas atas memiliki nilai masing-masing 9%. Untuk bagian tubuh anterior
dan posterior serta ekstremitas bawah memiliki nilai masing-masing 18%, yang
termasuk adalah toraks, abdomen dan punggung. Serta alat genital 1%. Sedangkan
pada anak-anak persentasenya berbeda pada kepala memiliki nilai 18% dan
ektremitas bawah 14% (Yapa, 2013).

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaa diagnostik yang dilakukan pada klien dengan luka bakar menurut
padila (2012) sebagai berikut :

1. LED : Mengkaji hemokonsentrasi. Nilai normal( L : 15mm/jam ; p ;


<20mm/jam
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24
jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar - X dada untuk mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin untuk mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalis untuk menunjukan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi untuk membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor – faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

2.6 Penatalaksanaan

Fitriana (2014) menyebutkan bahwa pada tindakan pelaksanaan luka bakar


terdapat beberapa prioritas tindakan untuk mengatasi kegawatan pada klien yaitu
sebagai berikut :

1. Menghentikan proses pembakaran


Jika menemukan penderita masih dalam keadaan terbakar maka harus
segera dilakukan pemadaman dengan cara menyiram dengan air dakam
jumlah banyak apabila disebabkan bensin atau minyak. Menggulingkan
penderita pada tanah (roop and roll) atau menggunakan selimut basah untuk
memadamkan api.
Walaupun api sudah mati, luka bakar akan tetap mengalami proses
perjalanan pembakaran, untuk mengurangi proses ini luka dapat disiram atau
direndam dengan air bersih untuk pendinginan. Perlu diketahui bahwa proses
pendalaman ini hanya akan berlangsung selama 12 menit, sehingga apabila
pertolongan datang setelah 15 menit, usaha sia-sia dan hanya akan
menimbulkan hipotermi. Tidak diperbolehkan sekali-kali mengonmpres luka
bakar dengan kassa air es karena dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
2. Perawatan luka bakar
Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkecil
kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi rasa nyeri dengan
mencegah aliran udara agar tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar.
Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan
dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang
minimal. Setelah luka dibersihkan dan di debidrement, luka ditutup,
penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi : pertama dengan penutupan
luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan
timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup
untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka
diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan
meminimalkan timbulnya rasa sakit.
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar. (Holmes &
Heimbach,2005).
a) Luka bakar derajat 1, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya
barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup
dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan
melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,
Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.
b) Luka bakar derajat II (superfisial), perlu perawatan setiap harinya,
pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut
dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan
lain luka dapat ditutup dengan penutup sementara yang terbuat dari
bahan alami (Xenograft) (pingskin) atau allograft (homograft, cadaver
skin) atau bahan sintesis (opsite, biobrane, transyte, integra).
c) Luka derajat III ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksis
awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting)
Setelah sembuh dari luka, maasalahnya berikutnya adalah jaringan
parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit
dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau
menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan juga
ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri. Permasalahan –
permasalahan yang ditakuti pada luka bakar (Yovita, 2010) :
1) Infeksi dan sepsis
2) Oliguria dan anuria
3) Oedem paru
4) ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
5) Anemia
6) Kontraktur
7) Kematian

Pengasuhan terhadap anak yang dilakukan oleh seorang ibu tidak hanya
berkaitan dengan pemberian asupan makanan dan pengasuhan perilaku saja, tetapi
seorang ibu perlu memiliki pengetahuan tentang perawatan terhadap anak ketika
dalam kondisi sakit termasuk pengetahuan tentang perawatan luka bakar.

2.7 Prognosis

Prognosis luka bakar akan lebih buruk bila terjadi pada area luka yang lebih
besar, usia penderita yang lebih tua, dan pada wanita. Antara trauma inhalasi atau
trauma signifikan lain seperti fraktur tulang panjang dan komorbiditas berat
(penyakit jantung, diabetes, gangguan psikiatri dan keinginan untuk bunuh diri)
juga mempengaruhi prognosis (Tintinalli, 2010).

Selain itu juga dapat digunakan metode skoring Baux termodifikasi untuk
memprediksi presentase mortalitas trauma luka bakar. Rumus Baux adalah umur
+ presentase area luka bakar + (17 x (trauma inhalasi, 1=ya, 0=tidak) (Oshler et
al., 2010).
Patway

Suhu Tinggi Bahan Kimia Radiasi Listrik

LUKA BAKAR

Biologis Psikologis

Efek terhadap Kerusakan Masuk rumah sakit Prognosis penyakit:


kulit kulit perawatan luka bakar
Kurang terpapar yang jangka panjang
Kehilangan Kerusakan jeringan informasi
lapisan kulit epidermis/dermis Fungsi struktur tubuh
Dx. Defisiensi berubah/hilang
Penguapan cairan Jaringan kulit Dx. Kerusakan Pengetahuan
disertai protein dan intergritas kulit Hubungan sosial
terbuka
energi berubah

Pembuluh darah
Dx. Gangguan Citra
Gangguan terbuka
Tubuh
metabolisme
Proses inflamasi Pelepasan
Mengganggu proses (respon tubuh) mediator kimia
pembentukan
glukosa
Energi tidak Dx. Resiko Merangsang
terbentuk Infeksi nosiseptor

Kebutuhan jaringan Dipersepsikan di


meningkat hipothalamus

Dx. Kekurangan Nyeri


Volume Cairan dipersepsikan

Dx. Nyeri Akut


BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Identifikasi kebutuhan dasar yang mengalami gangguan

Kategori dan Subkategori Masalah Normal

Fisiologis Respirasi Tidak ada masalah Normal dari pernafasan


yaitu 14-20x/menit.

Sirkulasi Tidak ada masalah Tekanan darah normal


sistolik < 120 dan diastolic < 80
MmHg, nadi 80-100 x/menit
Nutrisi dan Ds : Turgor kulit normal
cairan - Merasa lemah
Do :
- Turgor kulit
menurun
- Kulit kering
Eliminasi Tidak ada masalah BAB dan BAK teratur.

Aktivitas dan Tidak ada masalah Dapat tidur normal


istirahat

Neurosensori Tidak ada masalah Bertindak dan berfikir sesuai


dengan yang diinginkan atau
diperintahkan otak.
Reproduksi Tidak ada masalah Tidak ada masalah seperti
dan infeksi.
Seksualitas

Psikologis Nyeri dan Ds : Tidak merasakan nyeri atau


Kenyamanan - Mengeluh nyeri ketidaknyamanan
Do :
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
(mis. Waspada,
posisi menghindari
nyeri)
Integritas ego Ds : Persepsi tentang penampilan,
- Mengungkapkan struktur dan fungsi fisik
perasaan negatif individu baik
tentang perubahan
tubuh
- Mengungkapkan
kekhawatiran pada
penolakan/ reaksi
orang lain
- Mengungkapkan
perubahan gaya
hidup
Do :
- Fungsi/struktur
tubuh
berubah/hilang
- Menyembunyikan
bagian tubuh
secara berlebihan
- Menghindari
melihat dan/atau
menyentuh bagian
tubuh
- Hubungan sosial
berubah
Pertumbuhan Tidak ada masalah Tumbuh dan berkembang
dan dengan baik.
perkembangan
Perilaku Kebersihan Tidak ada masalah Penampilan pasien rapi
diri
Penyuluhan Ds : Pengobatan antitiroid
dan - Menanyakan
pembelajaran masalah yang
dihadapi
Do : -
Relasional Interaksi social Tidak ada masalah Pasien ketika berkomunikasi
lancer mengerti tentang apa
yang dibicarakan orang
Lingkungan Keamanan dan Ds : - Lingkungan yang aman dan
proteksi Do : bersih
- Kerusakan jaringan
dan/atau lapisan
kulit
- Nyeri
- Beresiko terkena
paparan organisme
patogen
lingkungan
- Supresi respon
inflamasi

3.2 Analisa Data

Data Subjektif dan Analisis Data Masalah Keperawatan


Objektif
Ds : Luka bakar Dx Nyeri Akut
- Mengeluh nyeri Kerusakan kulit
Do : Kerusakan jaringan
- Tampak meringis epidermis/dermis
Bersikap protektif (mis. Jaringan kulit terbuka
Waspada, posisi Pembuluh darah terbuka
menghindari nyeri) Proses inflamasi
Pelepasan mediator kimia
Merangsang nosiseptor
Dipersepsikan di hipothalamus
Nyeri dipersepsikan

Ds : - Luka bakar Dx Gangguan Integritas


Do : Kerusakan kulit Kulit/Jaringan
- Kerusakan Kerusakan jaringan
jaringan dan/atau epidermis/dermis
lapisan kulit
- Nyeri
Ds : - Luka bakar Dx Risiko Infeksi
Do : Kerusakan kulit
- Beresiko terkena Kerusakan jaringan
paparan epidermis/dermis
organisme Jaringan kulit terbuka
patogen Pembuluh darah terbuka
lingkungan Proses inflamasi
- Supresi respon
inflamasi

Ds : Luka bakar Dx Hipovolemia


- Merasa lemah Biologis
Do : Efek terhadap kulit
- Turgor kulit Kehilangan lapisan kulit
menurun Penguapan cairan disertai
- Kulit kering protein dan energi
Gangguan metabolisme

Ds : Luka bakar Dx Defisiensi


- Menanyakan Psikologis Pengetahuan
masalah yang Masuk rumah sakit
dihadapi Kurang terpapar informasi
Do : -
Ds : Luka bakar Dx Gangguan Citra
- Mengungkapkan Psikologis Tubuh
perasaan negatif Prognosis penyakit : perawatan
tentang perubahan luka bakar yang jangka
tubuh panjang
- Mengungkapkan Fungsi struktur tubuh
kekhawatiran berubah/hilang
pada penolakan/ Hubungan sosial berubah
reaksi orang lain
- Mengungkapkan
perubahan gaya
hidup
Do :
- Fungsi/struktur
tubuh
berubah/hilang
- Menyembunyikan
bagian tubuh
secara berlebihan
- Menghindari
melihat dan/atau
menyentuh bagian
tubuh
- Hubungan sosial
berubah

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Dx nyeri akut (D.0077) b.d agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi),
kimiawi (mis. terbakar) dan fisik (mis. terbakar) d.d mengeluh nyeri
2. Dx gangguan integritas kulit/jaringan () b.d cedera kimiawi kulit (mis.,
luka bakar) d.d kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit
3. Dx Risiko Infeksi (D.0142) b.d peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan
4. Dx Hipovolemia (D.0023) b.d peningkatan permeabilitas kapiler d.d
kulit kering
5. Dx Defisit Pengetahuan (D.0111) b.d kurang terpapar informasi d.d
menanyakan masalah yang dihadapi
6. Dx Gangguan Citra Tubuh (D.0083) b.d perubahan struktur/bentuk
tubuh (mis. Luka bakar) d.d fungsi/struktur tubuh berubah/hilang
3.4 Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC INTERVENSI RASIONAL


1. Nyeri akut (D0077) 1. Kontrol nyeri 1. Manajemen nyeri
Definisi: 2. Pemulihan luka bakar Observasi:
Pengalaman sensori atau Kriteria hasil: - Identifikasi intensitas nyeri
emosional yang berkaitan 1. Setelah dilakukan Terapeutik:
dengan kerusakan jaringan tindakan keperawatan - Pertimbangkan jenis dan
actual atau fungsional, selama 3x24 jam masalah sumber nyeri dalam
dengan onset mendadak atau keperawatan kntrol nyeri pemilihan strategi
lambat dan berintensitas teratasi dengan indikator: meredakan nyeri
ringan hingga berat yang 1. Menggambarkan Edukasi:
berlangsung kurang dari 3 faktor penyebab (3) - Jelaskan strategi meredakan
bulan. 2. Menggunakan nyeri
Penyebab: tindakan pencegahan Kolaborasi:
1. Agen pencedera (3) - Kolaborasi pemberian
kimiawi mis Ket: analgesik
(terbakar) 1. Tidak pernah 2. Pemberian analgesic
2. Agen pencedera fisik menunjukkan Observasi:
mis (terbakar, trauma) 2. Jarang menunjukkan - Monitor tanda-tanda vital
Gejala dan tanda mayor: 3. Kadang kadang sebelum dan sesudah
Subjektif: menunjukkan pemberian analgesic
1. Nyeri 4. Sering menunjukkan Terapeutik:
Objektif: 5. Secara konsisten - Diskusikan jenis analgesic
1. Tampak meringis menunjukkan yang dsukai untuk
2. Bersikap protektif mis 2. Setelah dilakukan mencapai analgesia optimal
(waspada posisi tindakan keperawatan Edukasi:
menghindari nyeri) selama 3x24 jam masalah - Jelaskan efek terapi dan
3. Gelisah keperawatan pemulihan efek obat
4. Sulit tidur luka bakar teratasi dengan Kolaborasi:
Gejala dan tanda minor: indikator: - Kolaborasi pemberian dosis
Subjektif: - 1. Perfusi jaringan area dan jenis analgesik
Objektif: luka bakar (3)
1. Proses berpikir 2. Presentasi luka bakar
terganggu yang sembuh (3)
2. Berfokus pada diri Ket:
sendiri 1. Tidak ada
2. Terbatas
3. Sedang
4. Besar
5. Sangat besar

2. Gangguan integritas kulit 1. Integritas jaringan: kulit 1. Perawatan integritas kulit


Definisi: dan membrane mukosa Observasi:
Kerusakan kulit (dermis, 2. Penyembuhan luka: - Identifikasi penyebab
dan/atau epidermis) atau primer gangguan integritas kulit
jaringan (membrane mukosa, (mis. Perubahan sirkulasi,
Kriteria hasil:
kornea, fasia, otot, tendon, perubahan status nutrisi,
1. Setelah dilakukan tindakan
tulang, kartilago, kapsul sendi penurunan kelembaban,
keperawatan selama 3x24
dan/atau ligament) suhu lingkungan ekstrem,
jam masalah Integritas
Penyebab: penurunan mobilitas)
jaringan: kulit dan
1. Perubahan sirkulasi
membrane mukosa teratasi Terpeutik:
2. Bahan kimia iritatif
dengan indikator: - Hindari produk berbahan
3. Fakto mekanis mis
- Perfusi jaringan dasar alcohol pada kulit
fakto elektris (energy
- Pengerasan [kulit] kering
listrik bertegangan
tinggi) Ket: Edukasi:
4. Kelembaban 1. Sangat terganggu - Anjurkan menghindari
5. Perubahan pigmentasi 2. Banyak terganggu terpapar suhu ekstrem
Gejala dan tanda mayor: 3. Cukup terganggu
Kolaborasi: -
Subjektif: - 4. Sedikit terganggu
2. Pemberian obat kulit
Objektif: 5. Tidak terganggu
Observasi:
1. Kerusakan jaringan 3. Setelah dilakukan tindakan
-Identifikasi kemungkinan
dan/atau lapisan kulit keperawatan selama 3x24
alergi, interaksi, dan
Gejala dan tanda minor: jam masalah
kontraindikasi obat
Subjektif: - Penyembuhan luka: primer
Objektif: teratasi dengan indikator: Terapeutik:
1. Nyeri - Pembentukan bekas - Lakukan prinsip enam
2. Perdarahan luka (4) benar (pasien, obat, dosis,
3. Kemerahan - Bau luka busuk (3) waktu, rute, dokumentasi)
4. Hematoma
Ket: Edukasi:
1. Tidak ada - Ajarkan teknik pemberian
2. Terbatas obat secara mandiri, jika
3. Sedang perlu
4. Besar
5. Sangat besar
3. Risiko infeksi (0142) 1. Keparahan infeksi 1. Pencegahan Infeksi
Definisi: 2. Keparahan cedera fisik Observasi:
Beresiko mengalami Kriteria hasil - Monitor tanda dan gejala
peningkatan terserang 1. Setelah dilakukan infeksi local dan sistemik
organism patogenik tindakan keperawatan Terapeutik:
Faktor resiko: selama 3x24 jam masalah - Berikan perawatan kulit
1. Ketidakadekuatan keperawatan keparateraan pada area edema
pertahanan tubuh infeksi teratasi dengan Edukasi:
primer: indikator: - Jelaskan tanda dan gejala
- Kerusakan 1. Kemeyerirahan infeksi
integritas kulit 2. Nyeri Kolaborasi: -
Ket: 2. Perawatan luka bakar
1. Berat Observasi:
2. Cukup berat - Identifikasi penyebab luka
3. Sedang bakar
4. Ringan Terapeutik:
5. Tidak ada - Gunakan teknik aseptic
2. Setelah dilakukan selama merawat luka
tindakan keperawatan Edukasi:
selama 3x24 jam masalah - Jelaskan tanda dan gejala
keperawatan keparahan infeksi
cedera fisik teratasi Kolaborasi:
dengan indikator: - Kolaborasi pemberian
1. Luka bakar antibiorik, jika perlu.
2. Perdarahan
Ket:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
4. Hipovolemia (D.0023) 1. Keseimbangan Cairan 1. Manajemen Hipovolomia
Definisi : 2. Hidrasi Observasi :
Penurunan volume cairan Kriteria hasil - Monitor intake dan output
intravascular, interstisiel, dan 1. Setelah dilakukan tindakan cairan
intraseluler. keperawatan selama 3x24 Terapeutik :
Penyebab : jam masalah - Hitung kebutuhan cairan
Kehilangan cairan aktif keseimbangan cairan Edukasi :
Gejala tanda mayor teratasi dengan indikator: - Anjurkan memperbanyak
Objektif : turgor kulit 1. Tekanan darah (3) asupan cairan oral
menurun 2. Turgor kulit (3) Kolaborasi : -
Gejala tanda minor Ket : 2. Manajemen syok
Objektif : suhu tubuh 1. Sangat terganggu hipovolemik
meningkat 2. Banyak terganggu Observas :
3. Cukup terganggu - Monitor status cairan
4. Sedikit terganggu (masukan dan haluaran,
5. Tidak terganggu turgor kulit, CRT)
Kriteria hasil Terapeutik : -
2. Setelah dilakukan Kolaborasi :
tindakan keperawatan - Kolaborasi pemberian
selama 3x24 jam masalah resusitasi cairan, jika perlu
hidrasi teratasi dengan
indikator:
1. Turgor kulit (3)
2. Perfusi jaringan (3)
Ket :
1. Sangat tergganggu
2. Besarly compromised
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

5. Defisit Pengetahuan Pengetahuan Proses Penyakit 1. Edukasi Kesehatan Observasi :


(D.0111) Setelah di lakukan tindakan Observasi : 1. Untuk
Kategori : perilaku keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi kesiapan dan mengetahui
Subkategori : penyuluhan dan masalah pengetahuan proses kemampuan menerima sejauh mana
pembelajaran penyakit teratasi dengan informasi klien mampu
Definisi : ketiadaan atau indikator sebagai berikut: Terapeutik : menerima
kurangnya informasi kognitif 1. Karakter spesifik penyakit - Jadwalkan pendidikan informasi
yang berkaitan dengan topik (3) kesehatan sesuai Terapeutik :
tertentu. 2. Faktor resiko(3) kesepakatan 2. Agar jadwal
Penyebab : 3. Efek fisiologis - Berikan kesempatan klien lebih
1.kurang terpapar informasi penyakit(3) untuk bertanya terstruktur
Sebjektif : menanyakan Ket : Edukasi : 3. Agar klien bisa
masalah yang dihadapi 1. Tidak ada pengetahuan - Jelaskan faktor resiko bertanya
Objektif : - 2. Pengetahuan terbatas yang dapat mempengaruhi mengenai
Gejala tanda monor 3. Pengetahuan sedang kesehatan edukasi yang
Subjektif : - 4. Pengetahuan banyak Kolaborasi : - diberikan
Objektif : - 5. Pengetahuan sangat Edukasi :
banyak 4. Agar klien dpat
mengetahui
faktor resikonya
Kolaborasi :
5. -
6. Gangguan citra tubuh 1. Citra tubuh 1. Promosi citra tubuh
Definisi: 2. Reaksi terhadap sisi Observasi:
Perubahan persepsi tentang yang terkena dampak - Monitor frekuensi
penampilan, struktur dan Kriteria hasil: pernyataan kritik terhadap
fungsi fisik individu Setelah dilakukan tindakan diri sendiri
Penyebab: keperawatan selama 3x24 Terapeutik:
1. Perubahan jam masalah citra tubuh - Diskusikan perubahan
struktur/bentuk tubuh teratasi dengan indikator: tubuh dan fungsinya
(mis. Luka bakar) 1. Gambaran interna diri Edukasi:
Gejala dan tanda mayor: 2. Deskripsi bagian tubuh - Jelaskan kepada keluarga
Subjektif: yang terkena [dampak] tentang perawatan
Objektif: Ket: perubahan citra tubuh
1. Fungsi/struktur tubuh 1. Tidak pernah positif Kolaborasi: -
berubah/hilang 2. Jarang positif 2. Promosi koping
Gejala dan tanda minor: 3. Kadang-kadang positif Observasi:
1. Mengungkapkan 4. Sering positif - Identifikasi kemampuan
perasaan negative 5. Konsisten positif yang dimiliki
tentang perubahan 3. Setelah dilakukan Terapeutik:
tubuh tindakan keperawatan - Diskusikan perubahan peran
Objektif: selama 3x24 jam masalah yang dialami
1. Menyembunyikan keperawan Reaksi Edukasi:
atau menunjukkan terhadap sisi yang terkena - Ajarkan cara memecahkan
bagian tubuh secara dampak teratasi dengaan masalah secara konstruktif
berlebihan indikator: Kolaborasi: -
2. Menghindari melihat 1. Melindugngi sisi yang
dan/atau menyentuh terkena dampak ketika
bagian tubuh mengambil posai isi
3. Fokus berlebihan 2. Melindungi sisi yang
pada perubahan tubuh terkena ketika berpisah
Ket:
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten
menunjukkan
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penanganan secara holostik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu.perawatan luka
bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, factor penyebab
timbulnya luka dan lain lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan
memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami
penderita yang dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan social bagi
pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi,maka makin berkembang pula Teknik cara penanganan luka bakar
sehingga makin meningkatkan kesempatan unutk sembuh bagi penderita luka
bakar.

4.2 Saran

Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memengang prinsip steril dan
sesui medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak anak
diharapkan selalu waspada dan berhati hati setiap kali melakukan kegiatan
aktivitas terutama pada hal hal yang memicu luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA

Adibadan Rena Winasis,( 2014). Pertolongan Pertama luka Bakar. Grup 10, issue
0005, diaksesdari http:// udoctor.co.id

Barbara AB, Glen G, Marjorie S. 2013. Willard and Spackman's Occupational


Therapy (12th Ed). Lippincott Williams & Wilkins

Burninjury. 2013. Burn complications. Diakses tanggal 15 September 2015.


Tersedia dari : http://burninjuryguide.com/burn-recovery/burncomplications/

Fitriani, w. (2014). Deskripsi Literasi Sains dalam Model Inquiri pada Materi Laju
Reaksi di SMAN 9 Pontianak. (Skripsi). FKIP, Universitas Tnajungpura.
Pontianak.

Hatta, Gemala R., (2014) Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana


Pelayanan Kesehatan, Jakarta, UI Press

Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha


MedikaTintinalli JE. 2010. Emergency medicine: a comprehensive study
guide. New York: McGraw-Hill Companies

Rahayuningsih, T., 2012, Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio),Jurnal Profesi


Volume 08/Februari-September 2012

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. (2010). Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai