Anda di halaman 1dari 24

Suatu hari hidup keluarga yang rukun dan merupakan keluarga pekerja keras.

Saat itu pertengahan bulan Ramadhan,


ibu membangunkan Alif dan dimas yang lagi lelap tidur, langsung ibu bangunkan karena sebentar lagi waktu sahur akan
habis.
Ibu: Ikhsan, dimas, bagun nak ayo sahur bentar lagi habis waktunya
Ikhsan: dek,. Dek ayo bagun ibu sudah manggil tu
Dimas: iya kak bentar lagi kak, Dimas masih ngantuk
Ikhsan: ayo cepat bagun dek, ibu bilang sebentar lagi habis waktu sahur
Ibu: Dimas,Ikhsan ayo sahur..
Ikhsan: iya bu, adek ayoo
Dimas: iya-iya kak, ayo ke meja makan.
Ibu: ayo cepat duduk terus baca do'a
Ikhsan dan Dimas: iya bu, (baca do'a)

Setelah selesai sahur Ikhsan dan Dimas langsung bergegas ke masjid untuk sholat subuh. AllahuAkbar.. Allahuakbar..
Azan berkumandang.
Alif: dek ayo ke masjid sholat subuh
Dimas: tapi rasanya adek igin tidur lagi kak, adek malas ke masjid
Ikhsan: Dimas, ayo ingat pesan Alm.bapak “jangan tinggalkan sholat”
Dimas: emm, iya kak, ayo pergi ke masjid.

Setibanya di masjid ada banyak teman-teman Ikhsan dan masjid sedikit sepi karna pertengahan bulan puasa.
Shidiq: ee, Ikhsan tumben datangnya agak lambat dari aku
Ikhsan: ini nungguin adek aku, soalnya sedikit malas orangnya
Tono: hey, Dimas kamu masih ngantuk ya?
Dimas: nggak kak tono..
Tono: ambil wudhu sana, biar hilang ngantuknya.
Ikhsan: aku juga mau ngambil air wudhu, kalian lah sudah berwudhu?
Shidiq dan Tono: sudah, kami berdua sudah lama di masjid.
Ikhsan: aku wudhu dulu ya
Tono: kami duluan masuk masjid
Ikhsan: iya-iya..
Sepulangnya dari masjid ikhsan melihat ibu yang sedang siap-siap untuk berkerja, ikhsan langsung membantu ibu dalam
mempersiapkan hal-hal yang di butuhkan selama ibu berkerja dan juga untuk persiapan dimas menjual jajanan di
sekolah.
Iksan: bu biar ikhsan bantu mempersiapkan keperluan ibu
Ibu: nggak usah mending kamu bantuin dimas tu, menyiapkan jajanan yang akan di jual di sekolah
Ikhsan: baik bu, dek sudah siap belum jajanan yang akan di jual di sekolah?
Dimas: masih banyak yang belum siap kak, bantuin adek kak.
Ikhsan: mana biar kakak bantuin
Dimas: kakak siapin jajanan itu kak
Ikhsan: oo, oke-oke

Hingga akhir nya pagi pun tiba, ikhsan dan dimas pun langsung pergi ke sekolah, di perjalanan ke sekolah ikhsan melihat
seorang anak yang belum pernah dia lihat di sekolahnya dan anehnya lagi anak itu pergi ke sekolah yang sama dengan
ikhsan.
Tibalah iksan di sekolah dan dia langsung ke kelas.
Iksan: dek kakak duluan ya karna bentar lagi jam beljar mulai
Dimas: oo, iya kak, adek juga mau ke kelas
Ikhsan: kamu yang benar belajarnya jangan malas
Dimas: baik kak
(Setibanya di kelas)
Ikhsan: shidiq kamu udah lama di kelas
Shidiq: iya kok kamu baru sampai
Ikhsan: iya aku sedikit bantuin adek aku, pas di rumah.
Shidiq: kamu lihat Tono nggak?
Ikhsan: kalo nggak salah masih di jalan tadi
Tono: oy ikhsan, shidiq
Ikhsan: nah, itu Tono baru sampai
Shidiq: iya, tumben dia sedikit telat ya
Ikhsan: iya, biasanya dia nggak pernah telat,Tono tumben kamu telat?
Tono: motor bapakku sedikit macet jadi di benerin bentar.
Ikhsan: oo, okelah

Tiba-tiba pak guru datang dan membawa siswa baru


Bapak: oke anak-anak hari ini kita kedatangan siswa baru, silahkan perkenalan diri dulu
Dika: perkenalkan nama saya Dika, TTL: desa pagaralam, 23 maret 2002,lahir di Muara Enim
Bapak: oke Dika terimakasih, silahkan kamu duduk di.... Sebelah ikhsan
Dika: baik pak..
Bapak: oke anak-anak kita mulai pelajaran hari ini.

Tibalah jam pulang, ihsan pun bercerita kepada teman-temanya tentang Dika.
Iksan: ee, shidiq, dika itu anak yang benar-benar susah di ajak ngobrol bahkan katika saya mau mengajak dia berkenalan
dia malah diam saja
Shidiq: iya apa, tapi kalau di lihat-lihat seperti anak pendiam dan bahkan ketika jam istirahat pun dia hanya murung
sendirian di kelas
Tono: iya bener, saya pun pernah menyapa dia di kelas tapi dia diam saja
Ikhsan: anak yang aneh, tapi aku jadi kasian melihat dia seperti itu, lebih baik kita temenin dia
Tono: tapi gimana caranya, dika aja di ajak ngobrol aja susah
Ikhsan: mungkin kita harus tunggu saat yang tepat untuk mengajak dia ngobrol
Shidiq: iya bener kata ikhsan, kan nggak mungkin llo kita langsung ajak dia berteman
Ikhsan: ya sudah lah, ayo kita pulang
Shidiq dan Tono: ya ayo

Iksan dan teman-temannya pun pulang sekolah bareng-bareng, tapi tidak dengan dika yang selalu menyendiri dan di
jalan pun saat ikhsan lagi asik pulang dengan dimas ikhsan nggak sengaja bertemu dengan dika lagi.
Ikhsan: shidiq, besok kita mata pelajaran apa ya?
Shidiq: besok itu, kalau nggak salah matematika dan ada tugas juga dari bapaknya, kalian sudah pada selesai belum
tugas dari bapak itu?
Ikhsan: emm, matematika, sepertinya aku sudah mengerjakan tugas itu kemaren tetapi ada satu nomer yang belum
selesai itu nomer 5.
Tono: sepertinya aku belum sama sekali mengerjakan, kalau begitu aku pulang duluan ya, soalnya aku takut sama bapak
matematika itu, kemaren aja siswa yang belum mengerjakan tugas di suruh keluar dari kelas
Ikhsan: iya, bapak itu benar-benar suka marah-marah orangnya, kalau kau shidiq sudah selesai belom?
Shidiq: sudah dong..
Ikhsan: nah besok aku mintak dong jawaban nomer 5,soalnya susah sekali nemuin jawabannya.
Shidiq: oke, aku pulang dukunnya.

Kemudian ikhsan langsung menemui adeknya.


Ikhsan: dimas.., ayo pulang gimana jualannya?
Dimas: alhamdulillah habis kak..
Ikhsan: ya sudah ayo cepat kita pulang, soalnya kakak mau jualan koran
Dimas: oke kaka(sambil berjalan pulang)
Ikhsan: ee, dika hayy dika
Dika:... (Hanya diam dan langsung berlari)
Dimas: kak itu teman satu kelas kakak bukan?
Ikhsan: iya dek
Dimas: kok pas kakak menyapanya langsung lari?
Ikhsan: dika itu memang begitu orangnya dek, dan di kelas pun dia bener-bener nggak ada teman karna jarang
mengobrol dengan orang lain
Dimas: oo, dia itu murid baru bukan kak?
Ikhsan: iya dek, kalau nggak salah dia itu murid pindahan
Dimas: pindahan?
Ikhsan: pindahan dari SMP lainnnya.
Dimas: oo, karna apa dia pindah ke SMP kita kak?
Ikhsan: nah, kalau itu kakak juga belum tahu apa penyebab dia pindah ke SMP kita.
Dimas: emm, oke lah kak..

Setibanya di rumah, ibu nya belum pulang karena masih jam 2,ibu nya pulang biasanya jam 16.30,ikhsan pun langsung
bergegas ganti pakaian dan setelah ia langsung pamit dengan adik nya untuk jualan koran.
Ikhsan: dek kakak pergi dulu buat jualan koran, adek kalau bisa beres-beres rumah biar ibu nggak capek-capek pas
pulang ke rumah, pas pulang kan ibu juga mau menyiapkan buat buka puasa kita
Dimas: iya kak, Hati-hati jualan korannya, nanti adek usahain untuk beres-beres rumah
Ikhsan: nanti setengah lima kakak juga bakalan pulang, ya sudah kakak pergi dulu ya
Dimas: iya kak....

Ikhsan pun pergi berjualan koran di pinggir jalan dan lama dia berjualan koran dia bertemu dika yang lagi duduk santai,
saat itu ikhsan nggak tahu kalau dika lagi nungguin neneknya, langsung saja ikhsan samperin dika.
Ikhsan: hey dika, kamu lagi ngapain duduk di sini?
Dika: nggak ada.. (Berbicara kecil)
Ikhsan: kamu kok murung gitu?
Dika:... (Hanya diam saja sambil menggelengkan kepala)
Nenek: dika...., ayo kita pulang bentar lagi soree, lo kamu siapa?
Ikhsan: saya temannya dika nek.
Nenek: oo, katanya dika nggak punya teman
Dika:.. (Menggelengkan kepalanya)
Nenek: siapa namanya dek?
Ikhsan: nama saya ikhsan nek dan kebetulan 1 SMP dengan dika.
Nenek: satu SMP dengan dika, kamu lagi ngapain di sini ikhsan?
Ikhsan: ini nek dika lagi jualan koran buat nambah penghasilan ibu
Nenek: jualan koran ya, nenek beli 1 korannya buat kakek, berapa harganya?
Ikhsan: 2 ribu aja nek 1 koran
Nenek: nenek beli 1 aja
Ikhsan: ini nek maksih nek
Nenek: iya, sama-sama, ya sudah nenek dengan dika pulang duluan ya.. Karena sudah sore ni. Ayo dika pulang
Ikhsan: o, iya nek, ikhsan juga mau pulang

Ikhsan pun pulang karena hari sudah mulai sore, begitupun nenek dan dika, ketika di jalan nenek bertanya pada dika
tentang ikhsan.
Nenek: dika itu beneran teman kamu, kok kamu malah diem aja?
Dika: iya nek, itu teman satu kursi dengan dika. Dika malu mau ngobrol dengan mereka.
Nenek: malu kenapa??
Dika: karena dika nggak punya orang tua, entar kalo mereka ngobrol in tentang orang tua yang ada entar dika malah di
ejek kan malu dika nek.
Nenek: kamu ini selalu saja membicarakan tentang orang tua, kamu itu harus bangkit dan harus bisa banggain orang tua
kamu di sana dan buat nenek dan kakek juga bangga kalau kamu terus diam begini gimana kamu di sekolah.
Dika: oo, iya nek, tapi tetap dika nggak berani nek..
Nenek: katanya mau jadi pintar oa pindah sekolah tapi kok seperti ini!?
Dika: iya nek..
Nenek: ya sudah ayo cepat jalanya nenek belum masak, sebentar lagi mau maghrib..
Dika: iya nek

Allahu akbar allahu akbar…


Suara azan maghrib telah berkumandang. Huffh… penat sekali rasanya menahan ini semua. Menahan dari rasa lapar,
haus dan godaan-godaan lainnya yang dilarang oleh agama. Gluk… glukk… gluk…
Aduh nikmat tuhan yang manakah yang harus aku dustakan. Air kelapa ini sangat nikmat. Mengalir begitu saja
kekerongkonganku. Dingin dan basah rasanya. Setelah lebih 10 jam menunggu waktu berbuka akhirnya terwujud juga.
Dimas: kak ikhsan ini azanya kapan ikhsan?,sudah nggak kuat lagi nahan puasa
Ikhsan: sabar, ini kan udah sore palingan bentar lagi juga azan
Dimas: oh iya kak
Ikhsan: nah, itu suara azan, itu juga mama udah manggil.
Ibu:“Ikhsan , ayo makan dulu. Nanti keburu dingin nasinya.” seru Ibu dari dapur.
Ikhsan:“Iya Bu sebentar lagi”, balasku.
Ibu:“Ayo sekarang!” perintah Ibu
Ikhsan:“Iya Bu.” datang menghampiri Ibu di dapur.

Dimas: yea, akhirnya buka puasa juga, wah menu makanan malam ini sepertinya enak-enak ya kak

Ikhsan: iya, yang penting besyukur dek dan juga ada air kelapa sepertinya nikmat sekali, ibu memang pandainya memilih
menu buka puasa malam ini

Ibu: iya nak, alhamdulillah malam ini kita dapat rezeki dan bisa menyelesaikan puasa siang.
Ikhsan: iya bu, walaupun tahun ini buka puasanya nggak di temannin oleh bapak.
Ibu: jangan begitu, bapak juga pasti senang melihat kita puasa bareng.
Dimas: iya kak, bener kata ibu se enggaknya kita masih bisa buka puasa bareng.
Ikhsan: iya bu, dek.
Ibu: ayo makan, bentar lagi mau taraweh
Ikhsan dan Dimas: ayo bu

Setelah makan ibu sedikit bercerita dan bertanya kepada iksan dan Dimas bagimana sekolah mereka berdua.
Ibu: alhamdulillah, ibu berkerja hari ini lumayan memuaskan hasilnya, kalau Dimas gimana jajanan ya?
Dimas: alhamdulillah juga ibu, semua jajanan terjual habis
Ibu: wah hebat Dimas, terus ikhsan gimana sekolahnya?
Ikhsan: lumayan menyenangkan bu dan juga tadi ada siswa baru, tapi siswa baru tersebut aneh bu, orangnya benar-
benar nggak bisa di ajak ngobrol bahkan pas ikhsan mau kenalan dengan dia, dia hanya diam saja bu
Ibu: wah, ada siswa baru, ya mungkin aja dia diam nggak mau kenalan dengan ikhsan mungkin dia malu dan mungkin
juga nanti ikhsan bisa kenalan dgn siswa baru tersebut
Ikhsan: hem, iya bu
Ibu: namanya siswa baru ikhsan, pasti lah susah untuk beradaptasi dengan teman-teman sekelasnya, pas kamu awak
masuk sekolah aja pasti kamu pernah ngalamin kek gitu
Ikhsan: benar juga kata ibu..
Makan malam kali ini hanya ada aku, Ibu dan si kecil Dimas. Hanya kami bertiga di rumah tua ini. Rumah yang
bersanggah bambu ini merupakan rumah yang begitu sederhana. Segala sesuatu di rumah ini bernilai sederhana tidak
ada yang terlalu berharga. Namun kenangan manis di rumah inilah yang begitu berharga.
Bapak. Kami tidak dapat makan dengan Bapak. Keadaan ini berbeda ketika ramadhan tahun lalu. Dimana suasana makan
malam dan berbuka puasa terasa menyenangkan karena kehadiran Bapak. Setiap sore Bapak akan pulang dengan
terburu-buru agar tidak terlambat berbuka puasa bersama kami.
Terlihat peluh keringatnya bercucuran, karena ia mengejar waktu sambil sedikit cepat mengendari sepeda reotnya.
Bapak:“Assalamualaikum Bapak pulang!”, serunya keras
Ikhsan dan Dimas:“Bapak!!!”, aku dan Dimas pasti sudah berlari terburu-buru akan mencium tangan Bapak. Kemudian
diikuti dengan Ibu.
Bapak:“Hayoo puasa hari ini penuh tidak Ikhsan, Dimas?”, selidik bapak.
Ikhsan dan Dimas:“Penuh dong pak”, jawab kami serentak.
Bapak:“Alhamdulilah anak Bapak hebat”
Ikhsan: kalau bapak gimana puasanya penuh nggak?
Bapak: iya lah, kan bapak juga kuat seperti anak-anak bapak, walaupun bapak kerja keras tapi bapak tetap bisa penuhin
puasa
Ikhsan: wah, bapak juga hebat
Bapak: iya lah, itu lah anak-anak bapak hebat juga.
Senyum mengembang padaku dan Dimas atas pujian Bapak.
Ikhsan: Bapak bagaiman sawah di sana pak
Bapak: wah, alhamdulillah kemajuan tingkat pertanian di sawah bapak lebih meningkat dari biasa-biasa nya dan juga
bapak mulai merencankan sesuatu untuk sawah bapak biar lebih berkembang lagi.
Iksan: wah bapak hebat, terus kalo ibu gimana jualanya bu?
Ibu: hari ini ibu jualan lumayan memuaskan, karena banyak sekali pengujung yang membeli jualan ibu
Ikhsan: wah juga hebat nggak mau kalah dari bapak
Bapak: iya lah, kan demi anak-anak bapak yang hebat, terus anak-anak bapak bagaimana puasanya
Iksan: kalau ikhsan lumayan melelahkan, karena hari ini matahari benar-benar terik dan rasanya ikhsan ingin segera
membatalkan puasa tapi untungnya Iksan bisa menahan hal tersebut
Dimas: Dimas pun juga begitu, panas hari ini luar biasa, teringat sebelum puasa dimas sering minum air kelapa pas
matahari terik dan rasakan benar enak dan menghilangkan dahaga.
Bapak: wah, ternyata anak-anak bapak benar-benar kuat menahan puasa, oke lanjutkan sampai akhir bulan ramadhan
Iksan dan dimas: baik Pak,
Ikhsan: tapi bapak dan ibu juga harus terpenuhi semua puasanya biar kita dapat pahala yang sama.
Bapak: tentunya bapak akan usahkan
Ikhsan: nah gitu dong pak.

Setelah itu kami akan bersantap malam bersama. Bercerita tentang apapun. Bapak menceritakan perkembangan sawah
dan padinya. Ibu menceritakan hasil jualannya hari itu. Aku dan Dimas akan menceritakan tentang betapa kuatnya kami
menahan lapar dan haus walaupun banyak sekali yang menggoda kami.
Setelah itu kami akan bersama-sama berangkat menuju surau untuk menunaikan ibadah sholat isya kemudian dilanjut
dengan tarawih.

Bapak: wah sebentar lagi mau taraweh ibu, adek, kakak ayo kita siap-siap dulu buat taraweh, kita perginya barengan aja
ya..

Ibu: iya Pak, ibu siap-siap dulu

Ikhsan dan dimas: pak kami juga siap-siap dulu

Setelah selesai bersiap-siap..

Bapak: kakak, adek ayo pergi bapak dan ibu tunggu di luar. Ya..

Ikhsan: dek ayo taraweh jangan males gitu..

Adek: iya kakk. Sebentar...., ayo pergi kakk

Ikhsan: oke ayo langsung ke depan.

Bapak: wah kakak dan adek pakai baju sama, rapi ya..

Ikhsan: hehe iya Pak, ayo pergi ke masjid pak..

Ikhsan

Namun ramadahan tahun ini berbeda. Tidak ada lagi suasana seperti itu. Semua berbeda, ada tempat kosong ketika
kami sedang bersantap malam. Satu kursi kosong, dimana dulu bapaklah yang duduk di kursi itu. Tidak ada lagi lari
terburu-buru untuk mencium tangan Bapak. Tidak ada lagi cerita di atas meja makan sederhana ini. Tidak ada lagi,
semua telah berbeda.
Semenjak kematian Bapak tahun lalu akibat kecelakan itu, yang mengakibatkan seseorang harus meregang nyawa. Dan
orang itu adalah Bapak. Bapak kami satu-satunya yang kami miliki. Penopang keluarga kami. Pencari nafkah keluarga
kami. Bapak kami adalah segala-galanya bagi kami.
Semenjak itu keadaan berubah. Ibu harus bekerja ekstra. Mulai pagi pukul 2 pagi sudah harus bangun untuk berangakat
ke pasar. Kemudian baru pulang sore hari. Dan malamnya harus mempersiapkan dagangannya untuk esok paginya.
Terkadang aku merasa begitu sedih dengan keadaan ini semua. Melihat Ibu banting tulang untukku dan Dimas. Setiap
aku menyarankan kepada Ibu agar putus sekolah saja dan membantunya berdagang. Ibu selalu marah.

Ikhsan: “Ibu, lebih baik Ikhsan putus sekolah, Ikhsan ingin bantu ibu berkerja banting tulang, biar Dimas aja yang
sekolah, Ikhsan jadi kepikiran terus tentang ibu yang selalu berkerja dan pulang hampir malam terus”

Ibu:“Tidak Ikhsan! Apa yang kau katakan? Kau harus tetap sekolah. Apapun yang terjadi. Biar Ibu yang mengurus
semuanya. Tugasmu hanya satu nak. Sekolahlah yang baik. Agar kamu dapat menjadi panutan bagi adikmu Dimas
nanti”,

Ikhsan: “baik bu, tapi ibu nggak apa-apa kerja sendirian terus bu? “

Ibu: “nggak apa-apa Ikhsan yang penting Ikhsan bisa sekolah dan Ikhsam harus benar-benar sekolahnya biar bisa
banggain ibu”

Ikhsan: “baik bu Ikhsan akan benar-benar sekolahnya”

kata Ibu padaku kala itu.


Aku hanya mampu menurut saja. Namun aku tetap kepikiran dengan Ibu. Akhirnya setiap pulang sekolah aku rajin
berada di lampu bangjo menjajakkan koran. Setiap hari aku lakukan, setiap pulang sekolah. Bagaimanapun aku tetap
harus membantu Ibu.

Begitu pula dengan Dimas. Ibu akan membuat jajanan pasar. Kemudian Dimas akan membawanya ke sekolah dan
menitipkan ke kantin sekolah. Kami sekelurga akan banting tulang untuk tetap hidup. Karena itulah didikan Bapak dan
Ibu selama ini.

Setelah berbuka puasa Aku dan Dimas berangkat menuju surau. Ibu tidak ikut, Ibu memilih menjaga di rumah dan
bersih-bersih rumah. Setelah sholat isya dan tarawih biasanya anak-anak desa kami akan bermain sebentar. Kami gemar
sekali bermain lempar sandal. Dimana nanti sandal akan ditumpuk tinggi-tinggi. Kemudian satu persatu anak akan
melemparnya. Jika tumbukkan itu terjatuh maka kelompok yang menang akan lari dan kelompok yang kalah juga berlari
namun sambil berusaha menangkap kelompok yang menang.

Ikhsan: shidiq ayo kita lempar sandal, tapi ajak dulu teman-teman lainnya

Shidiq: ya sudah ayo, sebntar itu kan Tono lihatin siapa dia? Yok kita samperin
Ikhsan: ayo,..... Tono kamu lihatin siapa?

Tono: itu kalau aku nggak salah lihat dika nggak sii, itu sama siapa ya dia?

Iksan: iya itu dika, itu kayaknya neneknya, tapi kayaknya udah mau pulang tu

Shidiq: emangnnya orang tua nya kemana sii?

Ikhsan: mungkin aja capek dari kerja, tapi sayang sekali, ini kan kesempatan kita untuk ngajak dia bermain lempar
sandal, dia di kelas selalu diam.

Shidiq: iya ya coba aja dia belom mau pulang, mungkin aja kita bisa ajak di bermain bersama kita

Tono: tapi itu udah mulai jalan pulang dia, mungkin lain kali kita ajak dia bermain
Iksan: iya, ya sudah ayo kita bermain..

Permainan ini sangat seru. Tidak bosan-bosan aku bermainnya. Belum lagi jika anggota yang bermain banyak, akan
tambah seru lagi. Ketika bermain ada salah satu anak yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Kata Deny salah satu
temanku, anak itu pindahan dari desa sebelah. Ia tinggal bersama dengan simbahnya tidak jauh dari surau. Oh begitu
pikirku. Namun sepertinya ia tidak banyak bicara, aku lebih sering melihatnya terdiam, duduk, sendirian dan jauh dari
kerumunan.

Alif:“Hey… kau Dika kan? Aku Alif.” Sapaku sambil mengulurkan tangan.

Dika:“Ha..hay i..iya aku Dika.” Balasnya menjabat tanganku dengan gerakan patah-patah dan gugup.

Alif“Ayo main! Kau pasti senang.” Ajakku.

Dika:“Tidak usah, aku tidak mahir permainan itu. Lebih baik aku melihat saja.” Katanya sambil gugup

Alif:“Hey, kau tidak perlu otak dalam permainan ini. Kau hanya perlu lari saja dan tahu mana kawan dan lawan.”
Jawabku mantap sambil menarik tangannya.

Dika: “tapikan..”

Sebelum ia menolak aku sudah memotong bicaranya dan menariknya dalam permainan.

Alif:“Hey teman-teman semua. Kita ketambahan satu orang lagi tidak apa-apa kan. Semakin banyak anggota akan
semakin seru bukan?” Tanyaku pada yang lain.
Tono:“Baik Lif tidak apa-apa. Dia masuk kelompok mana”

Alif:“Kelompokku saja, sekalian sambil aku jelaskan permainan ini padanya. Bagaimana semua?”

Shidiq :“Baiklah setuju.“

Alif: “ayo teman-teman kita mulai permainannya”

Shidiq: “ayo..”

Permainan dimulai, terlihat sekali jika Dika begitu gugup. Aku berani jamin, pasti ini kali pertamanya ia bermain dengan
banyak orang. Aku belum tahu apa-apa tentang anak ini. Namun aku akan mencari tahu itu semua. Mengapa ia begitu
pendiam. Suka sekali sendirian. Tidak suka dengan kerumunan banyak orang. Padahal usia 10 tahun seperti aku dan
teman-teman yang lain merupakan umur yang paling meyenangkan untuk dibuat bermain betul tidak?.

Alif:“Ngos… ngos… aduh aku lelah sekali rasanya seperti baru keliling kampung 10 kali. Kejaran faris memang maut.”
Kataku terengah-engah. “Bagaimana, kau juga sudah lelah Dik?” Tanyaku

Dika: “iya juga lelah sekali mungkin baru pertama kali aku bermain permain ini”

Terlihat peluh keringat di dahinya. Dan napas terengah-engah sama sepertiku. Sepertinya ia habis berolahraga. Namun
anehnya ia tersenyum padaku. Terlihat wajahnya yang tadi suram mulai terlihat terang. Aku tidak tahu bahwa
permainan kami ini akan mengubah cahaya di wajahnya itu. Cahaya wajah yang tadinya seperti memiliki beban yang
berat, namun sekarang lebih membaik.

Alif: “Dika, sebelumnya kamu pernah nggak main permainan yang rame-rame kayak tadi?” Tanyaku dgn lembut.

Dika: “nggak pernah, aku juga jarang di ajak oleh teman-teman lainnya dan juga mungkin baru kali ini aku di ajak oleh
seorang teman”sambil tersenyum

Alif: “emm, gimana permainan tadi seru nggak” tanyaku

Dika: “lumayan seru walaupun aku belum terlalu paham cara mainnya”

Alif:“Besok kau harus ikut lagi Dik. Masih banyak permainan anak kampung sini yang lebih menyenangkan. Kau tunggu
saja besok ya.” Kataku sambil tersenyum

Dika: “iya Alif”Ia pun membalasnya dengan tersenyum pula.

Alif: “ya sudah ayo pulang keburu maghrib”


Dika: “ayo”

Hari semakin larut maka satu persatu anak mulai pulang. Takut jika tiba-tiba salah satu ibu mereka datang dan
mengomel serta menarik kuping mereka karena terlambat pulang. Aku pun juga demikian Ibu pasti akan mencari-cari
jika aku pulang terlalu larut. Maka kami putuskan untuk mengakhiri permainan dan berlanjut esoknya

Alif:“Sampai jumpa Dik. Jangan lupa datang ya.” Dadahku sambil menggandeng Dimas

Dika: “sampai ketemu besok Alif”Ia balas melambai sambil tersenyum.

Tibahlah 5 hari lagi menuju lebaran dan penghujung bulan Ramadhan, ikhsan dan Dimas berbincang tentang lebaran
tahun sebelumnya yang masih ada almarhum bapaknya.

Dimas: masih ingat nggak kak hari raya tahun kemaren, ketika dimas dan kakak pergi ke tempat sholat idhul fitri.

Iksan: iya dek waktu itu masih ada bapak dan nggak ke rasa udah mau 1 tahun aja tanpa bapak

Dimas: iya kak, tinggal 5 hari lagi kita menuju lebaran dan katanya 10 makan terakhir ini ada malam Lailatul qodar,..

Ikhsan: iya dek, sebentar lagi juga kita bakalan lebaran tanpa bapak, dan juga pada hari-hari terakhir puasa ini kita harus
lebih rajin sholat dan mendo'akan bapak di sana

Dimas: iya kak, kita kan masih ada ibu kak, kita harus tetap semangat jalani puasa

Ikhsan: iya dek, ibu sekarang dimana ya dek?

Dimas: ibu kan masih kerja kak, lagian ini masih jam 15.00 kak

Ikhsan: oo, iya kak, ya sudah kita beres-beres dulu dek

Dimas: iya kak.

Ikhsan dan dimas pun ber beres-beres sebelum ibunya pulang, setelah beres-beres mereka langsung mandi dan
menyiapkan meja walaupun yang masak ibu. Tak terasa ketika mereka berdua lagi beres-beres ibu pun pulang dan
langsung memanggil iksan dan dimas.

Ibu: ikhsan, Dimas...

Iksan dan dimas: iya bu, kami DJ meja makan..

Ibu: oo, iya sini bantu ibu meletakkan barang-barang ke dapur..

Ikhsan: baik bu, dek ayo bantu ibu.

Dimas: iya kak

Ikhsan: mana barang-barang nya.

Ibu: ini, ayam di luar yang masih hidup tu bawak ke dalam


Dimas: wah ibu beli ayam, buat santapan malam ini ya bu?

Ibu: enggak, bentar lagi kita mau lebaran, siap -siap aja, kalau beli lah dekat hari lebaran nanti harganya sudah mahal

Dimas: o, iya bu, ibu beli 2 ayamnya?

Ibu: iya, ya sudah bawa masuk sana..

Dimas: baik bu..

Ibu: ibu masak dulu, kalian berdua mandi lah dan bersih meja makan, bentar lagi mau buka puasa

Ikhsan: sudah bu, iksan dan dimas sudah mandi dan beres-beres meja makan

Ibu: wah tumben, kalian rajin

Ikhsan: ya, ikhsan dan dimas nggak pengen aja lihat bu terus kecapekaan

Dimas: iya bu, bener kata kakak..

Ibu: oo, iya, ibu masak dulu ya..

Ikhsan: baik bu..

Ibu pun masak, ikhsan dan dimas pun mengintip ibu memasak, karena penasaran santapan apa yang akan di buat oleh
ibu nya pada malam ini, ternyata ibu masak sarden, makanan kesukaan ikhsan dan dimas..

Ikhsan: dek, Kira-kira ibu masak apa ya untuk buka puasa nanti, jadi penasaran kakak

Dimas: iya, ibu masak apa ya?

Ikhsan: gimana kalau kita n mengintip ibu masak apa?

Dimas: ya sudah ayo kak..

Ikhsan: wah, dek ibu sepertinya ibu masak sarden deh..

Dimas: beneran kak, wah makanan kesukaan kita kak, asik...

Ikhsan: iya dek, ibu bener-bener tahu kalau kita berdua suka sarden, ya sudah kita tunggu di meja saja dek, bentar mah
buka puasa..

Dimas: iya ayo kak.

Tak lama kemudian suara azan pun berkumandang dan ibu langsing membawa masakan yang tadi ibu masak, yaitu
sarden dengan senangnya ikhsan dan dimas langsung membantu ibu membawa masakan tersebut ke meja, karena
mereka berdua sudah benar-benar lapar dan mereka tahu kalau ibu memasak masakan ke sukaan mereka berdua..

Ikhsan: wah, azan dek, kita bantu ibu yuk bawa masakan sarden tadi kakak sudah nggak sabar ni..

Dimas: ayo kak, Domas juga sudah mulai lapar ni kak..

Ibu: ikhsan, dimas bawa masakan di dapur kita mau buka puasa

Ikhsan: baik bu..


Keluarga itu pun memulai berbuka puasa..

Ibu: ikhsan, dimas baca do'a dulu ya..

Ikhsan baik bu(kemudian membaca do'a)

Dimas: amin...

Ikhsan: langsung makani masakan kesukaan dari ibu, ibu benar-benar tahu masakan ke sukaan kita berdua, iya kan
dimas?

Dimas: iya kak, ayo kak bu langsung makan aja, dimas sudah mulai lapar ni..

Ibu: ayo makan, iya tahu kalian anak-anak kesayangan ibu..

Ikhsan: baik bu., ayo makan bu.

Mereka pun bersantap bersama-sama dan seprti biasanya ikhsan dan dimas sholat tarawih setelah selesai berbuka
puasa, setelah sholat mereka lansung pulang, karena igin tidur, mereka kecapekaan setelah beres-beres tadi siang.

Hingga akhirnya tbahlah sore hari, dimana besoknya akan hari raya idul fitri, ikhsan dan dimas pun menyiapkan segala
hal untuk keperluan hari raya besok termasuk menyembelih ayam dan membersihkannya. Ikhsan dulunya pernah di
ajari oleh bapaknya untuk menyembelih ayam dan cara membersihkan nya jadi ikhsan sudah terbiasa, sementara dimas
hanya membantu ikhsan.

Iksan: dek ayo kita menyembelih 2 ayam yang kemaren di beli ibu kemudian kita bersihkan untuk keperluan hari raya
besok.

Dimas: iya kak, tapi ibu nggak marah kita menyembelih ayam itu tanpa seonegtahuan ibu.

Ikhsan: pasti ibu seneng kalo kita sudah siapin hal-hal untuk keperluan besok, mumpung lagi berkerja smentara itu kita
menyiapkan untuk keperluan besok.

Dimas: oo iya kak, ayo kak.

Tak terasa ibu pun telah pulang, ketika iksan dan dimas baru saja selesai membersihkan ayam.

Ibu: wah, ikhsan dan dimas benar-benar tahu kalau besok mau lebaran, ya sudah nanti ibu bantuinnya

Iksan: iya dong bu, wah ibu beli roti-rotian buat besok ya bu?

Ibu: iya, tapi nggak banyak ibu beli seadanya saja, karena uang terbatas..

Dimas: ngga apa-apa bu, yang penting ada bu..

Iksan: benar bu kata adek..


Keesokan paginya, banyak sekali orang beramai-ramai menuju tempat sholat idul fitri, dimas dan ikhsan pun langsung
siap-siap dan mengajak ibu untuk sholat idul fitri. Ketika pulang iksan bertemu dengan dika dan langsung berjabat
tangan dengannya.

Iksan: ibu, ayo pergi ke lapangan tempat sholat bu

Ibu: ayo, ini ibu sudah siap, kalian berdua sudah siap belum?

Dimas: sudah dong bu, ayo pergi bu..

Ibu: ayoo

Tak terasa sholat pun telah selesai..

Ikhsan: dek kamu tunggu di sini sebentar ya..

Dimas: iya kak, kakak mau kemana?

Ikhsan: kakak mau berjabat tangan dengan dika teman satu kelas kakak.

Dimas: oo iya kak

Ikhsan: dika...,

Dika: oo, ikhsan

Iksan: nanti ke rumah aku ya..

Dika: oke lah..

Ikhsan: nenek juga ke rumah dika ya..

Nenek: iya ikhsan, tapi ini nenek dan dika mau pulang dulunya soalnya nenek mau nyiapin rumah..

Ikhsan: oo iya nek, sampai ketemu dika..

Dika: iya-iya

Kembali menuju dimas..

Ikhsan: dek, ayo kita pulang

Dimas: iya kak, itu ibu udah nungguin dair tadi, kak

Ikhsan: iya, ayo pulang..

Ibu: dimas, ikhsan ayo pulang..

Dimas: iya bu..

Ibu, dimas dan ikhsan pun pulang sambil bercerita di jalan tentang ayam dan dimas benar-benar lapar saat itu.

Dimas: kak, adek benar-benar nggak sabar pengen makan ayam di rumah, haha

Ikhsan: sama kakak juga begitu dan juga ingin makan kecambahni

Dimas: wah, enak sekali kalo di bayangkan kak.


Ikhsan: wah, adek benar-benar lapar, heheh

Dimas: iya kak

Tak terasa, pas lagi asik-asik bercerita tibalah mereka di rumah..

Ikhsan: dek ayo makan, kakak sudah lapar ni

Dimas: iya kak..

Ibu: wah kalian benar-benar kelaparan, hehe..

Ikhsan: iya bu..

Mereka pun bersantap dengan senang hatinya..

Suatu hari saat Ikhsan sekolah, kebetulan hari itu pelajaran penjaskes atau olahraga, semua siswa termasuk Ikhsan,
bersuka ria bermain olahraga, seperti permainan bola volly, basket, bulu tangkis, dan lain-lain, namun tidak untuk Dika,
dia hanya terdiam, menyendiri, dan tampak merenung, dia tak mau berganung untuk bermain..

Ikhsan : Dika, kamu ngapain sendirian di sana, ntar kesambet loh.. (sambil bercanda)

Dika tidak menjawab dan hanya menatap sebentar

Ikhsan : Ayo kita main bola volly yok, seru nih

Dika : (menggeleng kepala)

Dika tak mau bergabung untuk bermain bola voli

Ikhsan : Gapapa, kamu malu ya? udah ga usah malu-malu, kita semua sama kok, masih sama- sama belajar, yok main

Dika : Ga ah, aku masih blum mood buat main

Ikhsan : Ya udah, ntar kalo udah mood kita main yaah..?

Dika : (Hanya diam)

Dika nampaknya menunjukkan rasa tidak ingin bercampur sama teman-temannya, dia nampak selalu menyendiri dan
termenung. Waktu istirahat telah tiba, semua orang makan dan mengobrol serta bercanda ria, namun tidak untuk Dika,
dia tetap seperti biasanya, nampaknya dia tak bosan dengan keadaannya hingga saat ini.

Tetapi Ikhsan salah satu teman yang peduli dengan Dika, ikhsan menghampiri Dika dan mengajaknya untuk makan..

Ikhsan : Dika.. Yok kita ke kantin beli jajanan..

Dika : aku Ga suka jajan

Ikhsan : apa kamu ga lapar?

Dika : (menggeleng kepala)


Ikhsan : ya udah aku jajan duluan ya

Dika : ya..

Dika menolak ajakan Ikhsan untuk jajan ke kantin bersama, dan ikhsan pergi duluan untuk jajan di kantin.

Di hari senin, pada saat upacara, amanat Kepala Sekolah mengumumkan bahwa ujian akhir semester akan dimulai
minggu depan.

Kepala Sekolah : Anak-anakku yang saya banggakan, Bapak akan mengumumkan bahwa minggu depan kita akan
memasuki ujian akhir semester. Jadi... siapkan mental, jaga kesehatan, dan jangan lupa banyak belajar dan berdoa, agar
ujian kalian nanti dapat dijawab dengan mudah, dan mendapatkan hasil yang memuaskan..

Pada minggu itu semua siswa belajar lebih ekstra untuk mempersiapkan menghadapi ujian akhir semester,
perpustakaan menjadi ramai, banyak siswa yang pergi ke sana untuk belajar dan membaca buku, akan tetapi Dika masih
seperti biasanya, dia terlihat seperti merenung dan tak mau belajar bersama teman-temannya..

Satu minggu kemudian, ujian akhir semester telah dimulai, semua siswa tampak sudah siap menghadapi ujian itu, pada
saat itu, kebetulan Dika dan Ikhsan mendapatkan kursi ujian berdekatan, Ikhsan menannya kesiapan Dika untuk
menghadapi ujian akhir semester itu..

Ikhsan : Dika, gimana persiapan kamu menghadapi ujian akhir semester ini, kamu banyak belajar pasti?

Dika : Aku ga belajar

Ikhsan : Loh kok ga belajar, kenapa

Dika : Aku ga punya buku

Ikhsan : Kan di perpustakaan banyak

Dika : Rame..

Ikhsan : Trus kenapa kalo rame?

Dika : (Hanya diam tanpa menjawab lagi)

Jam sudah menunjukkan pukul 8, dan ujian akhir semester pun dimulai, semua siswa terlihat sangat seius, mengerjakan
dengan sungguh-sungguh, namun Dika terlihat biasa saja, raut wajahnya seperti tidak sedang bersungguh sungguh, dan
terlihat kusut..

Beberapa hari ujian telah selesai dilaksanakan, tibalah pengumuman nilai hasil ujian akhir semester siswa, ada yang
mendapatkan nilai yang besar, dan juga sebaliknya, Ikhsan sangat senang melihat nilainya yang memuaskan, rasa
letihnya belajar semua terbayarkan dengan hasil yang memuaskan, namun tidak untuk Dika, dia bahkan seakan-akan
tidak peduli dengan pengumuman itu, dia sama sekali tidak melihat pengumuman daftar nilai-nilai siswa itu.
Tiba-tiba Dika dipanggil ke ruang BK, di sana guru BK bertanya kepada Dika..

Guru BK : Dika.. Mengapa nilai kamu anjlok begini, tidak seperti tahun sebelumnya, apa yang membuatmu begini, apa
kamu ada masalah?

Dika : Tidak ada buu.. (sambil menunduk)

Guru BK : Ah yang benar saja, kok bisa kamu remedial ujian akhir semester ini, jujur saja, cerita dengan ibu

Dika : Tidak ada buu.. (tetap tidak mau terbuka)

Guru BK : Baiklah kalo begitu, berarti kamu harus belajar lebih rajin lagi ya, agar nanti kamu tidak remedial lagi..

Dika : Iya bu..

Setelah guru BK memberikan nasihatnya kepada Dika, dika pun kembali ke kelasnya..

Menjelang pembagian raport, sembari menunggu hasil akhir yaitu pembagian raport, sekolah mengadakan class
meeting yaitu perlombaan-perlombaan olahraga seperti permainan bola voli, futsal, tarik tambang dan lain sebagainya,
perlombaan ini hanya untuk antar kelas yang ada di sekolah itu saja.. Pada perlombaan itu Ikhsan mengikuti lomba bola
voli, karena dia sangat gemar bermain bola voli, ikhsan mencoba mengajak Dika untuk ikut lomba, tetapi Dika tidak
mau..

Ikhsan : Dika, besok kita ada class meeting nih, ikut ya, kita ikut main bola voli aja, gimana?

Dika : (Menggeleng Kepala) Ga

Ikhsan : Ayolah, kasian kamu nanti ga ada temen, mau yaa..?

Dika : (tetap menolak ajakan Ikhsan) aku suka keramaian..

Ikhsan : loh.. kenapa? kan seru bareng temen-temen..

Dika : Ga ah, kamu aja.. maaf

Ikhsan : Ya sudah kalo begitu..

Dika tetap menolak ajakan ikhsan untuk bergabung dengan timnya untuk berlomba bola voli antar kelas..

Tibalah keesokan harinya, class meeting dimulai, semua siswa dan guru-guru turut meramaikan dan bersenang-senang,
perlombaan pun telah dimulai, supporter sangat heboh menambah keseruan class meeting, tim kelas Ikhsan sebentar
lagi mulai berlomba, sekarang giliran mereka berlomba..

Perlombaan berlangsung sangat seru, dan akhirnya perlombaan dimenangkan oleh kelas Ikhsan..

Semua orang bergembira, bercanda tawa, tetapi Dika hanya di dalam kelas saja, dia hanya menggambar tak jelas di
bukunya...
Sudah beberapa hari class meeting dilaksanakan dan akhirnya selesai, perlombaan bola Voli putra dimenangkan dari
kelas ikhsan...

Tibalah pembagian Raport sekaligus pembagian hadiah class meeting...

Hari itu sangat menegangkan, karena ranking kelas akan diumumkan di lapangan..

Ikhsan mendapatkan rangking 3 di kelasnya, dia sangat bahagia walaupun masih ranking 3, tapi.. Dika tidak mendapat
kan ranking 10 besar, dia hampir menduduki ranking terakhir di kelasnya...

Ikhsan pun pulang ke rumah, dengan wajah yang sangat gembira, kemudian dia menceritakan kepada ibunya, apa yang
dia peroleh hari itu..

Ikhsan : Assalamualaikum

Ibu : Walaikumsalam nak, eh udah pulang

Ikhsan : Iya bu, lihat bu aku bawa apa ini (sambil menunjukkan hadiah ranking kelas tertuliskan ranking 3)

Ibu : Wah anak ibu pintar, dapat ranking kelas, semoga kamu lebih semangat lagi belajarnya ya nak, biar jadi orang yang
sukses nanti.. (memeluk ikhsan dengan bangga)

Ikhsan : Iya buu.. Aamiin...

Karena sudah pembagian raport, maka sekolah diliburkan, untuk 1 minggu..

Setelah sekolah kembali dimulai seperti biasanya, semua siswa masuk sekolah..

Di kelas sudah dimulai kegiatan belajar, tetapi hari pertama masuk sekolah di semester baru itu, Dika tidak masuk
sekolah, tanpa kabar..

Guru pelajaran pada saat itu menanyakan kepada siswa di kelas, ke mana Dika..

Pak Guru : Dika ke mana kok sudah libur 1 minggu tapi masih blom masuk juga?

Siswa : Tidak ada kabar pak..

Pak Guru : berarti alpha ya..

Dika pun dinyatakan alpa oleh guru yang mengajar di hari itu..

Setelah 1 minggu kemudian kegiatan belajar do sekolah, Dika masih belum masuk, dan dinyatakan alpha sudah 1
minggu, Guru-guru menanyakan kabar Dika..

Guru : Nak bagaimana kabar Dika, apakah kalian pernah bertemu dengan Dika saat pulang sekolah?

Siswa : Selama semester baru ini di tidak keluar rumah buu.. jadi ga bertemu, tidak tau juga apakah dia masih di rumah
atau tidak..

Guru : Oh ya sudah coba kalo misal, kalian bertemu dengan dika kalian tanyakan mengapa dia tidak ada kabar, minimal
surat izin, agar ada komunikasi..
Siswa : Baik bu..

Keesokan harinya Ikhsan melihat Dika di depan rumah neneknya, Ikhsan pun menghampirinya, tetapi Dika ketika
melihat Ikhsan, Dika langsung masuk ke rumah, namun ikhsan berusaha untuk bisa mencari tau apa yang terjadi pada
Dika.

ikhsan : Assalamualaikum (mengetuk pintu), Deki..

namun yang membuka pintu adalah neneknya

nenek : walaikumsalam, oh temannya Dika ya, silakan masuk cu

ikhsan : ya nek makasih nek, perkenalkan nama saya ikhsan nek kawan sekelas Dika, nek, gimana kabar Dika, kenapa ya
dia ga masuk sekolah 1 minggu ini

Nenek : Oh iya, jadi si Dika ini sering ngurung di kamarnya, dia kelihatan seperti menghindari keramaian..

Ikhsan : Oh begitu ya nek, boleh saya ketemu Dika nek

Nenek : Iya, bentar nenek buka pintu kamarnya dulu..

Nenek pun membuka pintu kamar Dika, Dika terlihat menyendiri dan seperti merenung..

Ikhsan : Dika, kenapa kamu ga sekolah?

Dika tidak menjawab dan menundukkan kepala..

Ketika ikhsan bertanya dia selalu tidak menjawab, mungkin keadaan Dika kini semakin parah, kemudian ikhsan pamit
pulang kepada neneknya..

Ikhsan : ya udah nek, kalo begitu ikhsan pulang ya nek

nenek : iya cu hati-hati ya

ikhsan : iya nek, assalamualaikum

nenek : walaikumsalam

keesokan harinya ikhsan menyampaikan bahwa dia kemarin berjumpa dengan Dika kepada guru BK

Ikhsan : Maaf bu, kemarin saya bertemu dengan Dika di rumah neneknya, ternyata dia ada di rumah, dia selalu
menyendiri selama dia tidak sekolah ini bu..

Guru : oh ternyata dia ada di rumah, waduh kenapa ya dia menyendiri begitu

Ikhsan : Hmm kurang tau juga bu, soalnya kalo ditanya dia hanya diam buu..

Guru : Oh baiklah kalo begitu, nanti ibu kerumahnya, nanti kamu dan teman-teman mu juga ikut ya

Ikhsan : Iya bu nanti Ikhsan sampaikan bu


Setelah pulang sekolah Bu guru dan Ikhsan beserta teman-temannya pergibke rumah Dika untuk menanyakan sekaligus
membujuk agar mau sekolah lagi..

Guru : Assalamualaikum

Nenek : Walaikumsalam.. maaf kenapa ya rame-rame?

Guru : Maaf bu saya gurunya Dika di sekolah, dan ini teman-temannya..

Nenek : oohh.. silakan masuk bu guru, nak masuk nak..

Guru : iya, terimakasih bu.. Jadi kami kesini untuk melihat keadaan Dika, sudah berapa hari ini dia tidak masuk sekolah
tanpa kabar, dan kebetulan tadi pagi siswa saya ikhsan melaporkan kepada saya bahwa dia melihat Dika, dan pernah
bertemu dengannya..

Nenek : oh iya.. kemarin ada temannya yang mampir ke sini..

Guru : boleh saya ketemu Dika bu?

Nenek : Iya boleh, bentar ya saya buka dulu pontu kamarnya... Dika.. ini ada bu guru dan teman-temanmu dari sekolah
ingin ketemu kamu, silakan masuk bu..

Guru : Dika.. Kamu apa kabar?

Dika : memaling kan wajah seakan ketakutan

Guru : Dika jangan takut, ini ibu gurumu di sekolah, kamu kenapa ga masuk sekolah?

Dika : Aku sedih bu..

Guru : Kenapa sedih.. ceritalah, gapapa jangan takut

Dika : Orang tua saya sudah tidak ada lagi.. (menangis sedu)

Guru : Ya Allah Dika, Maaf kan ibu ya Dika, ternyata ini yang membuat kamu menjadi begini selama ini (ikut bersedih)

Dika : (menangis)

Guru : kamu harus tetap semangat ya, jangan membuat kamu berhenti sekolah, nanti orang tuamu yang di sana juga
ikut sedih melihat anaknya berhenti berjuang, teruslah semangat untuk meraih cita-cita, lanjutkan sekolahmu, rajinlah
seperti kamu pertama masuk sekolah, jikalau kamu sudah suksen Insyaallah nanti orangtuamu di sana juga senang,
kamu juga jangan lupa untuk mendoakannya, kamu tetap semangat ya..

Dika : Iya bu.. (nasih bersedih)

Guru : Lihatlah teman-temanmu yang sudah datang ke rumahmu, mereka merindukanmu, kamu itu berarti bagi mereka,
bagi mereka kamu adalah keluarga, kamu maukan tetap sekolah, jangan menyendiri lagi, dantetap bergaul bersama
teman-temanmu yaa..

teman temannya : iya Dika, kamu mau ya sekolah lagi.. ketemu kami

Dika : (mengangguh sambil mengusap air mata) iya..

teman temannya : yeayy..


Akhirnya Dika mau diajak untuk sekolah kembali, Dika pun sudah menjalani hidupnya seperti sebelumnya, dia sudah
aktif sekarang, suka bergaul, dan berprestasi..

Pesan Moral : Peduli, rasa simpati, dan dukungan itu sepele, tapi bisa membuat orang yang jatuh kembali bangkit untuk
melanjutkan perjalanannya menjadi lebih baik

Keesokan harinya,sengatan matahari begitu terasa di kepala. Matahari bagai hanya beberapa senti saja dari kepalaku.
Ditambah dengan angin panas yang tidak bosan-bosanya bertiup. Tanah gersang dan kering desa kami ini memang ciri
khasnya. Rasanya ingin segera pulang aku. Seandainya Ibu tidak menyuruhku pergi mengantar pesanan Mak cik aku
tidak akan mau berangkat panas-panas seperti. Belum lagi aku sedang berpuasa. Aduhh lengkap sudah semuanya.

Ketika sedang berjalan aku melihat bayangan yang tak asing bagiku. Siapa dia? Dika bukankah itu Dika. Mau pergi ke
mana ia? Diam-diam aku membuntutinya sambil berjalan. Selang beberapa saat tibalah ia di suatu tempat. Dengan aku
pastinya.

Alif:“Ia pergi ke kuburan? Apa yang akan ia lakukan?” Gumamku dalam hati.

Ia berjalan tenang, melewati kuburan-kuburan lain seolah-olah ia sudah sangat hafal dengan tempat itu. Sepertinya ia
kerap datang ke tempat ini. Kemudian aku mengamatinya dari jauh. Dan tibalah ia dikuburan yang akan ia pilih. Ia duduk
di pinggirnya. Mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh subur diatasnya. Menyiram kuburan gersang itu dengan air.
Memberi sekuntum mawar merah yang indah ditengah-tengah nisan kuburan tersebut. Serta mengecup kedua nisan
tersebut.

Aku hanya mampu melihat dari kejauhan dan terdiam tidak mengerti. Lalu tiba-tiba ia menangis. Pelan… pelan…
kemudian isak tangisnya semakin keras. Semakin keras namun tertahan. Sampai bergetar badannya karena ia menahan
tangis itu. Sepertinya ia sudah lama memendam tangisan tersebut. Kemudian ia mengajak kedua nisan itu bercakap-
cakap

Dika: “Sekarang Dika sudah punya teman. Teman Dika baik-baik semua. Tidak ada yang jahat pada Dika seperti dulu.
Dika tidak menyangka Dika dapat beradaptasi di sini. Awalnya dika takut sekali Dika akan seperti dulu. Dika selalu saja
diejek, dihina, dan direndahkan oleh banyak orang. Namun sekarang tidak! Dika ingin berubah, Dika tidak ingin dilihat
sebelah mata lagi. Dika berjanji. Dika berjanji demi bapak dan ibu.”
Deg! Aku kaget setengah mati sekaligus menahan airmataku. Tidak tahu mengapa aku merasa sangat sedih mendengar
ucapan Dika barusan. Ucapan tulus anak seumuranku yang ia ucapkan sendiri di kuburan. Ucapan tulus dari lubuk
hatinya terdalam. Untuk orangtuanya tersayang.

Tanpa kusadari airmataku mengalir begitu saja. Bahkan semakin lama semakin deras alirannya. Aku merasa sedih,
bahkan sangat sedih. Aku tidak dapat membayangkan kehidupannya tanpa kedua orangtuannya. Hidup hanya dengan
simbahnya saja. Belum lagi keadaan ekonomi yang begitu pas-pasan sama denganku.

Aku merasa malu sendiri saat itu. Seharusnya aku bersyukur aku masih memiliki Ibu di rumah. Yang selalu sayang
padaku dan Dimas. Yang mau banting tulang menggantikan Bapak. Namun aku masih saja mengungkit-ngungkit keadaan
ketika Bapak masih hidup. Bahwa dulu ketika Bapak masih hidup semua berjalan dengan baik. Padahal sekarang
walaupun Bapak telah tiada namun Ibu dengan gigihnya menggantikan peran Bapak. Sehingga kehidupanku tetap
berjalan dengan baik pula.

Rasanya aku ingin segera pulang dan mencium tangan Ibu. Ya Allah maafkan Alif Ya Allah maaf. Aku ingin pulang segera
dan menemui Ibu. Mengatakan bahwa aku sangat mencintai Ibu apapun yang terjadi. Aku akan membuat Ibu bangga
akan diriku. Aku tidak akan membuat Ibu kecewa. Aku akan lakukan apapun yang diperintahkan Ibu. Tidak ada lagi
bantah membantah.

Kemudian beberapa menit Dika terdiam dan akhirnya pergi pamit dari kuburan ayah dan ibunya serta tak lupa
mengecup nisannya. Aku menemuinya di luar kuburan.

“Dik?” Sapaku

“Eh Lif? Apa yang kau lakukan di sini.” Jawabnya sedikit kaget sambil mengusap mata yang masih tersisa bulir-bulir
tangisannya tadi.

“Maaf tadi aku melihat kau jalan sendirian. Dan akhirnya memutuskan untuk membuntuti kau hingga akhirnya ke sini.
Aku mengerti sekarang mengapa kau begitu pendiam, tidak suka dengan kerumunan dan lebih baik sendirian.”

Ia hanya menunduk sambil menyimakku

“Maafkan aku soal orangtuamu Dik. Andai aku tahu dari awal tidak mungkin semalam aku langsung mengajak kau
bermain padahal aku tidak tahu apa isi hati kau ketika itu. Aku tidak tahu bahwa kau barusan kehilangan kedua orang
yang begitu kau sayangi.” Kataku menyesal.
“Tidak Lif, seharusnya aku berterima kasih padamu. Jika kau tidak mengajakku bermain malam itu mungkin sekarang
aku akan tetap menjadi Dika yang pendiam. Atau bahkan lebih buruk lagi. Terima kasih Lif, kau sudah mau menjadi
teman baruku di desa ini.”

“Sama-sama Dik. Dan dengan adanya diri kau aku menjadi mengerti apa arti rasa syukur. Aku selalu merasa bahwa
hidupku inilah yang paling susah. Namun kenyataannya masih banyak orang tidak seberuntung seperti diriku. Dan aku
juga merasa sangat senang dapat menjadi temanmu.”

“Ayo kita pulang.” Ajak Dika.

Aku mengangguk mengiyakan.

Di perjalanan menuju rumah tidak henti-hentinya mereka bercakap-cakap. Saling membuka diri. Dika menceritakan
mengapa ia pindah ke desa ini. Bagaimana kedua orangtuanya dapat meninggal yang ternyata sama akibatnya seperti
kematian Bapak Alif.

Setidaknya aku beruntung memiliki teman baru berjiwa tegar ini. Agar aku pun belajar untuk tegar juga. Lebih mengerti
arti kehidupan dan makna-makna yang terkandung di dalamnya. Dengan lebih banyak bersyukur dan saling mengasihani
kepada sesama. Seperti yang diajarkan Dika padaku.

Anda mungkin juga menyukai