Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia memerlukan makanan sebagai proses pertumbuhan juga demi kelangsungan
hidup. Makanan berfungsi memberi kita tenaga untuk melakukan aktivitas, agar tubuh kita
tidak gampang terkena penyakit, kita harus menjaga pola makan. Pola makan adalah suatu
cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan informasi gambaran
dengan meliputi mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit. Pola makan yang tidak sehat pada manusia terjadi karena kurangnya
pengetahuan gizi, sehingga manusia tidak mampu memenuhi keanekaragaman zat makanan
yang dibutuhkan untuk proses pembentukan Hemoglobin.
Hemoglobin adalah metaloprotein di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, pada mamalia dan hewan lainnya.
Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan
keluar tubuh, kadar hemoglobin sangat bergantung pada aktivitas sehari-hari juga pada
keteraturan pola makan. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia sudah membuat Pedoman Gizi
Seimbang (PGS). Pedoman tersebut bertujuan untuk menyediakan pedoman pola makan yang
sehat bagi seluruh masyarakat berdasarkan prinsip konsumsi aneka ragam dan pangan,
perilaku hidup bersih, mempertahankan berat badan normal dan aktivitas fisik.
Harapannya, masyarakat patuh terhadap pedoman tersebut sehingga kasus malagizi
juga penyakit anemia turun. Penyakit malagizi atau biasa disebut dengan malnutrisi adalah
kondisi yang terjadi saat tubuh kita tidak mendapatkan gizi yang cukup. Malnutrisi dapat
menyerang orang dengan usia berapa saja. Anak-anak yang mengalami malnutrisi serius
umumnya mengalami perkembangan kepribadian yang lambat, bahkan keterbelakangan
mental dapat terjadi. Walau sudah ditangani, malnutrisi dapat memiliki efek jangka panjang
pada anak-anak, dengan gangguan fungsi mental dan gangguan pencernaan pada beberapa
kasus bahkan hingga seumur hidup.
Orang dewasa yang kekurangan gizi dimulai saat biasanya daya pulih dengan
sempurna saat diatasi. Malnutrisi pada lansia dapat meyebabkan beberapa masalah kesehatan
seperti sistem imun yang lemah, luka yang sulit sembuh, dan kelemahan otot yang dapat
meyebabkan kejatuhan dan patah tulang. Pada negara Indonesia penyakit malnutrisi terjadi
lebih dari 150 ribu kasus per tahun, umumnya penyakit ini disebabkan oleh pola makan yang
buruk jika seseorang tidak makan dengan cukup, atau apa yang dikonsumsi tidak
memberikan gizi yang diperlukan untuk kesehatan, ia dapat mengalami malnutrisi. Pola
makan yang buruk dapat disebabkan oleh satu dari beberapa faktor. Jika pasien mengalami
dysphagia (kesulitan menelan) akibat penyakit, atau setelah sembuh, pasien mungkin tidak
mendapatkan nutrisi yang cukup.
Jika diagnosis malnutrisi atau risiko malnutrisi telah dibuat, profesional medis (dokter
atau ahli diet) yang bertanggung jawab terhadap pasien akan memberikan rencana perawatan.
Perawatan tersebut seperti memberi dukungan gizi buatan. Ada 2 jenis utama dari dukungan
gizi buatan, terutama untuk pasien dengan malnutrisi serius yaitu Enteral nutrition (tube
feeding) – selang diletakan pada hidung, lambung atau usus kecil,Parenteral feeding – cairan
steril diberikan melalui aliran darah. Beberapa pasien mungkin tidak dapat mengonsumsi
langsung gizi ke dalam lambung atau usus kecil. Jika tidak segera ditangani maka akan
menyebabkan kesakitan dan kematian.
Di samping dampak langsung terhadap kesakitan dan kematian, malnutrisi juga
berdampak pada pertumbuhan, perkembangan intelektual, dan produktivitas. Untuk
menunjang pertumbuhan, perkembangan, serta intelektual yang baik, diperlukan pola makan
yang sehat agar kadar hemoglobin dalam batas normal. Jika pola makan tidak sehat dan kadar
hemoglobin menurun maka akan berpotensi terkena penyakit anemia. Anemia adalah suatu
kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang mengandung hemoglobin untuk
menyebarkan oksigen ke seluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut, penderita biasanya
akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara optimal.
Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu pendek maupun panjang, dengan tingkat
keparahan ringan sampai berat. Pengobatan kondisi ini bervariasi tergantung pada
penyebabnya. Anemia dapat diobati dengan mengonsumsi suplemen secara rutin atau
prosedur pengobatan khusus. Anemia dapat dikenali dari gejala-gejala berikut yaitu badan
terasa lemas dan cepat lelah, kulit terlihat pucat atau kekuningan, detak jantung tidak
beraturan, napas pendek, pusing dan berkunang-kunang, dan nyeri dada. Pada awalnya, gejala
anemia sering kali tidak disadari oleh penderita. Gejala anemia akan semakin terasa apabila
kondisi yang diderita semakin memburuk. Konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan jika
seseorang kerap merasakan lelah tanpa sebab yang jelas.
Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang mengandung
hemoglobin. Terdapat sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan anemia pada seseorang
dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah,
terjadi perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat dibanding
kemampuan tubuh untuk memproduksi darah, kelainan pada reaksi tubuh dengan
menghancurkan sel darah merah yang sehat. Salah satu jenis anemia yang sering terjadi
adalah Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini merupakan yang paling umum
terjadi di seluruh dunia.
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan tubuh mengalami anemia dikarenakan
sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk membuat sel darah. Anemia dapat terjadi pada
wanita hamil yang tidak mengonsumsi suplemen penambah zat besi. Anemia juga dapat
terjadi pada perdarahan menstruasi yang banyak, tukak organ (luka), kanker, dan penggunaan
obat pereda nyeri seperti aspirin. Gejala-gejala yang umumnya dialami penderita anemia
kekurangan zat besi adalah memiliki nafsu makan terhadap benda-benda aneh seperti kertas,
cat atau es (kondisi ini dinamakan pica), mulut terasa kering dan pecah-pecah di bagian
sudutnya, kuku yang melengkung ke atas (koilonychia).
Jika tidak ditangani, anemia berisiko menyebabkan beberapa komplikasi berikut yaitu
kelelahan berat. Tanpa penanganan yang baik, anemia dapat menimbulkan kelelahan berat
pada penderitanya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari, rentan terkena
infeksi. Kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia dapat berpengaruh pada kemampuan
sistem imun dalam memerangi berbagai patogen, sehingga penderita anemia lebih rentan
terkena penyakit infeksi, Komplikasi dan gangguan kehamilan. Wanita hamil yang
kekurangan asam folat berisiko mengalami gangguan kehamilan dan perkembangan janin.
Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan sang ibu mengalami depresi pasca
kelahiran melahirkan dan gangguan pada bayi yang dilahirkan, seperti, kelahiran
prematur sebelum minggu 37, berat badan di bawah normal, masalah pada kandungan zat
besi dalam darah, hasil tes kemampuan mental yang kurang, gangguan jantung, anemia dapat
menyebabkan detak jantung menjadi tidak beraturan (aritmia) akibat harus memompa darah
lebih keras untuk mengompensasi kekurangan oksigen dalam darah. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan pembesaran jantung atau gagal jantung dan kematian, beberapa anemia yang
bersifat bawaan, seperti anemia sel sabit, bisa menjadi serius dan mengancam hidup
penderitanya. Kehilangan darah dengan tanpa penanganan yang baik dapat menyebabkan
anemia berat dan kematian.
Untuk mengetahui apakah seorang pasien mengalami anemia atau tidak, dokter akan
melakukan langkah-langkah diagnosis sebagai berikut yaitu, pemeriksaan darah
lengkap. Metode penghitungan sel darah digunakan untuk menghitung jumlah sel darah
merah yang ada di dalam darah. Pada diagnosis anemia, parameter yang diukur oleh dokter
adalah hematokrit dan hemoglobin dalam darah. Patokan jumlah hematokrit normal pada
orang dewasa berbeda-beda di setiap laboratorium, akan tetapi umumnya berkisar di 40-52%
untuk pria dan 35-47% untuk wanita.
Hemoglobin normal pada orang dewasa pria berkisar di 14-18 gram/desiliter dan 12-
16 gram/desiliter untuk wanita. Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat juga diperiksa bentuk
dan ukuran sel darah, tes ini bertujuan untuk melihat struktur sel darah merah guna
menentukan apakah struktur dan warna sel darah merah tersebut nomal atau tidak, terutama
pada pasien anemia sel sabit, kandungan vitamin B12 dan asam folat. Jika dokter menduga
penyebab anemia adalah kekurangan vitamin B12 dan asam folat, maka dokter akan
memeriksa kandungan kedua zat tersebut dalam tubuh penderita untuk memastikannya,
kandungan zat besi dalam darah. Apabila ada dugaan anemia diakibatkan oleh kekurangan
zat besi, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar protein besi dalam darah yang
disebut serum ferritin.
Kadar serum ferritin yang rendah mengindikasikan bahwa anemia yang diderita
disebabkkan oleh kekurangan zat besi, pemeriksaan tambahan lain untuk menentukan
penyebab utama terjadinya anemia. Beberapa kasus anemia didasari oleh masalah kesehatan
tertentu, seperti luka pada suatu organ, sehingga diharuskan untuk dilakukannya pemeriksaan
guna memastikannya. Pemeriksaan sumsum tulang dapat dilakukan untuk menilai fungsi
sumsum tulang dalam meregenerasi sel darah. Pada saat melakukan diagnosis, dokter juga
akan menanyakan beberapa hal kepada pasien untuk membantu mengetahui penyebab utama
anemia, yaitu pola makan untuk menentukan apakah pasien mengonsumsi makanan dengan
kandungan zat besi, vitamin B-12, dan asam folat yang tinggi, pengobatan yang sedang
dijalani.
 Beberapa jenis obat dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pada lambung atau
usus, misalnya aspirin atau ibuprofen, siklus menstruasi. Jarak menstruasi yang terlalu dekat,
durasi yang panjang dan jumlah perdarahan yang banyak dapat menyebabkan anemia,
riwayat dalam keluarga. Untuk mencari informasi apakah ada anggota keluarga yang
mengalami anemia, perdarahan gastrointestinal, atau kelainan pada darah, jadwal donor
darah. Dokter akan menanyakan apakah pasien melakukan donor darah secara rutin.
Jika dokter tidak menemukan penyebab yang pasti setelah melakukan pengecekan
riwayat medis serta gejala anemia pada pasien, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik.
Jenis-jenis pemeriksaan fisik yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan pada bagian perut
untuk memeriksa apakah ada perdarahan internal pada saluran pencernaan pada pasien,
pengecekan gejala-gejala gagal jantung seperti pembengkakan pada pergelangan kaki. Gagal
jantung memiliki gejala yang mirip dengan anemia, pemeriksaan rektal (colok dubur) untuk
memeriksa perdarahan atau kelainan pada usus bagian bawah dan anus, pemeriksaan pelvis
untuk memeriksa perdarahan yang menyebabkan anemia saat menstruasi. Pemeriksaan pelvis
tidak akan dilakukan tanpa persetujuan dari pasien.
Pengobatan anemia berbeda-beda tergantung jenis anemia yang diderita oleh pasien.
Prinsip pengobatan anemia adalah menemukan penyebab utama anemia. Pengobatan terhadap
anemia sebaiknya tidak dilakukan hingga diketahui penyebab utamanya. Hal ini dikarenakan
pengobatan untuk satu jenis anemia bisa berbahaya untuk anemia jenis lain beberapa contoh
pengobatan anemia berdasarkan jenisnya antara lain anemia akibat kekurangan zat
besi. Anemia jenis ini dapat diatasi dengan mengonsumsi suplemen penambah zat besi, serta
memperbanyak konsumsi makanan yang kaya zat besi. Selain itu, pasien juga dapat diberikan
vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi dan anemia akibat perdarahan. Jika
seseorang mengalami perdarahan dan kehilangan darah dalam jumlah banyak, pengobatan
utama yang harus dilakukan adalah mencari dan mengobati sumber perdarahan. Setelah
sumber perdarahan diatasi, pasien dapat diberikan transfusi darah.
Transfusi darah merupakan tindakan medis yang amat bermanfaat. Transfusi darah
telah banyak menyelamatkan nyawa manusia. Meskipun demikian, transfusi darah juga
berisiko seperti reaksi alergi dan penularan penyakit. Karena itulah, tindakan transfusi darah
hanya dilakukan jika benar-benar diperlukan sesuai dengan indikasi. Transfusi darah adalah
pemindahan darah atau komponen darah dari seseorang (pendonor) ke orang lain (resipien).
Tujuan transfusi darah adalah meningkatkan volume darah, meningkatkan kemampuan darah
membawa oksigen, meningkatkan imunitas tubuh, dan memperbaiki gangguan pembekuan
darah.
Sesuai kebutuhan, maka transfusi darah dapat diberikan dalam bentuk keseluruhan
komponen darah atau hanya komponen darah tertentu saja seperti eritrosit (sel darah merah)
dan trombosit (sel darah pembeku). Transfusi darah umumnya dapat berlangsung hingga 4 jam
atau lebih cepat tergantung jenis darah dan banyaknya darah yang diberikan. Pasien bisa diminta
bersandar di kursi atau berbaring di tempat tidur. Setelah itu, dokter akan menusukkan jarum ke
pembuluh darah di sekitar lengan. Jarum yang masuk ke pembuluh darah lalu dihubungkan dengan
kateter atau selang tipis yang tersambung pada kantong darah. Pada tahap ini, darah akan dialirkan
dengan menggunakan selang tipis, dari kantong darah menuju ke pembuluh darah.
Pada 15 menit awal transfusi darah, kondisi pasien akan terus dipantau untuk
memastikan pasien tidak mengalami reaksi alergi. Bila gejala-gejala reaksi alergi terjadi,
prosedur dapat segera dihentikan.Setelah satu jam tes berjalan dan reaksi alergi tidak
ditemukan, dokter atau perawat bisa mempercepat proses transfusi darah. Dokter atau perawat
akan melepaskan selang yang sebelumnya dimasukkan ke pembuluh darah.
Kondisi vital pasien akan dipantau, mulai dari denyut jantung, tekanan darah, hingga suhu
badan. Disamping itu, transfusi darah dapat memicu penyakit berbahaya. Berikut adalah
beberapa penyakit yang bisa muncul akibat transfusi darah yaitu HIV atau Human
Immunodeficiency Virus merupakan ancaman penyakit yang paling mematikan. HIV bisa
saja muncul karena transfusi darah. Oleh karena itu pastikan dengan benar kesehatan darah
yang akan kamu terima, kanker tulang bisa muncul dari darah yang terinfeksi kuman yang
bertanggung jawab atas munculnya infeksi sehingga menyebabkan kanker tulang, hepatitis
atau infeksi hati juga bisa muncul dari darah yang mengandung virus hepatitis. Jika tidak
diobati, infeksi hati ini bisa menyebabkan penyakit kuning yang parah, leukemia yang
menjadi nama lain dari kanker darah juga dapat menginfeksi tubuhmu jika kamu
mendapatkan pasokan dari darah yang terinfeksi zat penyebab kanker. Sel darah, terutama sel
darah putih akan rusak dan mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan penyakit,
thalassaemia yang menyebabkan darah sulit membeku ini umumnya disebabkan karena
keturunan.
Disisi lain, thalassaemia juga bisa terjadi karena transfusi darah yang tidak sehat.
Sebenarnya masih banyak penyakit yang bisa muncul akibat transfusi darah yang tidak sehat.
Oleh karena itu pastikan dengan benar bahwa kamu menerima darah yang benar-benar sehat
dan bersih dari kuman pembawa penyakit. Dari pembahasan diatas tentang banyaknya
penyakit yang timbul akibat melakukan transfusi darah ada baiknya jika kita memiliki
kesadaran untuk menjaga pola makan yang sehat dan teratur untuk menghindari
kemungkinan terjadinya berbagai macam penyakit berbahaya yang mungkin bisa
menyebabkan kematian.
Dari banyaknya penyakit yang bisa disebabkan karena transfusi darah seperti yang
dijelaskan di atas, itu menunjukkan bahwa darah dalam tubuh adalah hal yang sangat penting
bagi manusia. Jika terjadi sedikit saja hal yang bersangkutan dengan darah, maka akan
berpengaruh ke hal yang lainnya. Itu lah sebabnya kenapa seseorang perlu menjaga pola
makan, hal itu agar menghindari kita dari penyakit yang disebakan karena pola makan yang
tidak sehat. Pola makan yang buruk menyebabkan rendahnya intake zat besi dalam tubuh,
sehingga tubuh kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin.
Untuk itu penulis mengusung judul ini agar para pembaca bisa mengambil manfaat
dan pelajaran sehingga kedepannya dapat mengerti dan tau bgaimana bahayanya jika pola
makan tidak sehat atau tidak teratur, dan dampaknya terhadap kadar hemoglobin yang bisa
menyebabkan berbagai macam penyakit komplikasi serius.
1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian yang berjudul Pengaruh Pola Makan Terhadap Jumlah


Hemoglobin mengambil fokus penelitian pada pola makan seseorang. Apakah mempengaruhi
jumlah hemoglobin atau tidak.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian yang berjudul Pengaruh Pola Makan
Terhadap Jumlah Hemoglobin adalah :

1. Bagaimana pengaruh makanan bergizi terhadap kadar hemoglobin ?


2. Jika kadar hemoglobin rendah apakah berpengaruh terhadap kondisi tubuh ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang berjudul Pengaruh Pola Makan Terhadap Jumlah


Hemoglobin adalah :

1. Mengetahui pengaruh makanan bergizi terhadap kadar hemoglobin


2. Mengetahui pengaruh kadar hemoglobin rendah terhadap kondisi tubuh

2.5 Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul Pengaruh Pola Makan Terhadap Jumlah Hemoglobin


diharapkan memberikan manfaat kepada :

1. Semua masyarakat, agar bisa mengatur pola makan dan mencegah penyakit
anemia.
2. Semua masyarakat, agar bisa meningkatkan kekebalan tubuh sehingga persentase
terkena penyakit malnutrisi menurun
BAB II

Landasan Teori

2.1 Beberapa Definisi Penting Penelitian

2.1.1 Pengertian pola makan

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan kesehatan, status
nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan yang tidak sehat pada
manusia terjadi karena kurangnya pengetahuan gizi, sehingga manusia tidak mampu
memenuhi keanekaragaman zat makanan yang dibutuhkan untuk proses pembentukan
Hemoglobin.
Pola makan memiliki tiga komponen penting, yaitu jenis, frekuensi, dan jumlah.
a. Jenis Makanan
Makanan yang dikategorikan sebagai makanan sehat adalah makanan yang mengandung
unsur-unsur zat yang dibutuhkan tubuh dan tidak mengandung bibit penyakit atau racun.
Namun, makanan yang dikategorikan sehat ini sangat berhubungan dengan sikap dan pola
makan setiap orang. Jadi, makanan yang mengandung unsur-unsur bergizi harus disertai
dengan upaya menjaga kebersihan dan kesehatan orang yang mau memakannya.

1. Unsur-unsur zat makanan yang sehat diperlukan agar tubuh dapat beraktivitas dengan
normal. Unsur-unsur makanan sehat adalah makanan yang mengandung zat-zat, seperti
protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air dengan takaran yang seimbang.

2. Manfaat unsur-unsur makanan zat-zat yang dikandung dalam makanan mempunyai fungsi
atau manfaat tersendiri bagi tubuh kita. Zat-zat yang dibutuhkan tubuh berfungsi sebagai zat
tenaga, sebagai pembangun, sebagai pengatur, dan sebagainya.
 Zat tenaga, zat tenaga biasa berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein. Unsur-
unsur ini biasa terdapat pada nasi, jagung, daging, telur, dan sebagainya.
 Zat pembangun, dalam makanan terdapat zat yang disebut dengan zat pembangun.
Unsur-unsur makanan yang mengandung zat pembangun adalah protein, mineral, dan
air. Unsur-unsur ini harus seimbang agar kesehatan seseorang terjaga dengan baik.
 Zat pengatur, makanan yang terdapat zat pengatur adalah mineral, vitamin, dan air.
Zat-zat ini mudah diperoleh dalam makanan yang Anda makan.

2.1.2 Pengertian Pola Makan Menurut Beberapa Ahli

 Pola makan menurut Lie Goan Hong (1985 dalam Matondang,2007) adalah berbagai
informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan
yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan mempunyai ciri khas untuk suat
kelompok masyarakat tertentu.
 Pola makan adalah gambaran mengenai jenis makanan dan frekuensi makan yang
dikonsumsi dan berlaku berulang - ulang dan terus menerus(Mulia, 2010).
 Baliwati (2004 dalam Okviani, 2011) mengatakan bahwa pola makan atau pola
konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.
 Handjani (1996 dalam Sari, 2012) mengemukakan pengertian pola makan yaitu
tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan
makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pilihan makanan yang
menggambarkan konsumsi makan harian meliputi jenis makanan, jumlah makanan,
dan frekuensi makan.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makan seseorang.
Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah sebagai berikut :

1.Faktor ekonomi
Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi kosumsi pangan adalah
pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya akan pendapatan akan meningkatkan peluang
untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik,sebaliknya penurunan
pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kulaitas maupun
kuantitas.
2.Faktor sosio budaya
Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk
mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan dikosumsi.
Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar
biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan.
3.Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram dan individu
yang melanggar hukumnya berdosa. Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi
pemilihan bahan makanan yang akan dikosumsi.
4.Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi.
5.Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku makan.
Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi
melalui media elektronik maupun cetak.

Anda mungkin juga menyukai