Anda di halaman 1dari 24

ASSALAMUALAIKUM, HELLO THERE!

WE
ARE FROM GROUP 6 PROUDLY PRESENT
YOU OUR PPT ABOUT :

DIABETES
INSIPIDUS
GROUP 6

GUGUK AGUS DIAN ADI


01 SUWIKNO
1140970120009
02 SETIAWAN
1140970120013

LAILI
NIKEN

03 04
MUTHIA
EPRILIA
GHINA
1140970120016 1140970120027
GROUP 6

05 NURHARWATI
1140970120029
06 SITI RAUDAH
1140970120038
Pengertian Diabetes
Insipidus
Diabetes Insipidus adalah suatu penyakit yang ditandai oleh
penurunan produksi, sekresi dan fungsi dari ADH. Istilah
diabetes insipidus digambarkan sebagai kualitas dan
kuantitas urin yang encer dan tawar (dull and tasteless).
Tanpa ADH, rearbsorbsi air dan pengkonsentrasian urin
oleh renal collecting tubulus tidak dapat dilakukan. (Corwin,
2000)
Klasifikasi Diabetes Insipidus
#Diabetes insipidus sentral (neurogenik)
Merupakan bentuk tersering dari diabetes insipidus dan biasanya berakibat fatal. Diabetes insipidus sentral
merupakan manifestasi dari kerusakan hipofisis yang berakibat terganggunya sintesis dan penyimpanan ADH

#Diabetes Insipidus Nefrogenik


Keadaan ini terjadi bila ginjal kurang peka terhadap ADH. Hal ini dapat di sebabkan oleh konsumsi obat seperti
lithium, atau proses kronik ginjal seperti penyakit ginjal polikistik, gagal ginjal, blok parsial ureter, sickle cell
disease, dan kelainan genetik, maupun idiopatik.

#Diabetes Insipidus Dipsogenik


Kelainan ini disebabkan oleh kerusakan dalam mekanisme haus di hipotalamus. Defek ini mengakibatkan
peningkatan rasa haus yang abnormal sehingga terjadi supresi sekresi ADH dan peningkatan output urin

#Diabetes Insipidus Gestasional


Diabetes insipidus gestasional terjadi hanya saat hamil jika enzim yang dibuat plasenta merusak ADH ibu.
Kebanyakan kasus diabetes insipidus pada kehamilan membaik diterapi dengan desmopressin.
Etiologi Diabetes Insipidus
DIDAPAT DITURUNKAN

● Trauma kepala
● Sindrom Wolfram
● Pasca-operasi kepala
● Mutasi gen pengkode reseptor
● Tumor
ADH tipe 2 (AVPR2)
● Infeksi
● Mutasi gen aquaporin 2 (AQP2)
● Granuloma
pada kromosom 12q 13
● Inflamasi
● Pasca-radioterapi
● Penyakit ginjal
● Obat-obatan
● Gangguan elektrolit
PATHWAY
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI LANJUTAN
Manifestasi Klinis
Diabetes Insipidus
a. Poliuria

b. Polidipsia

c. Tidur terganggu karena poliuria dan nokturia


d. Penggantian air yang tidak cukup dapat menyebabkan :

1) Hiperosmolalitas dan gangguan SSP ( cepat marah,


disorientasi, koma dan hipertermia )
2) Hipovolemia, hipotensi, takikardia, mukosa kering dan turgor
kulit buruk.
e. Dehidrasi
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Fisik
Radiologi
1)IVP (IntraVenous
Pyelography)
2) CT SCAN

Hidronefrosis berat pada pasien


diabtes insipidus pada pemeriksaan CT
Scan
MRI
1)Pemeriksaan Laboratorium
2)Tes Deprivasi Cairan
3)Tes DDAVP (Desamin D-Arginie
Vasopressin atau Desmopresin
Penatalaksanaan
Medis
a. Diabetes Insipidus Sentral
1) DDAVP (Desaminod-Arginine Vasopressin Atau Desmopresin)
2) Penurunan ADH perlu mendapat terapi pengganti hormon ADH.
3) Carbamazepine
4) Chlorpropamide
b. Diabetes Insipidus Nefrogenik
Diabetes insipidus nefrogenik tidak berespons terhadap ADH. Terapi berupa koreksi
hipokalemia dan hiperkalsemia atau menghentikan obat-obat yang dapat menyebabkan
diabetes insipidus nefrogenik.
c. Diabetes Insipidus Gestasional
Pilihan pertama DDAVP karena tidak terdegradasi oleh vasopressinase yang
bersirkulasi.
d. Diabetes Insipidus Dipsogenik
Tidak ada terapi spesifik selain mengurangi jumlah asupan cairan. Jika disebabkan oleh
gangguan mental, terapi gangguan mental akan menyembuhkan.
Komplikasi Diabetes Insipidus
a. Hipertonik enselopati
b. Gagal tumbuh
c. Kejang terlalu cepat koreksi hipernatremia, sehingga
edema serebral

d. Dehidrasi berat dapat terjadi apabila


jumlah air yang diminum tidak adekuat.
(Corwin, 2000)
Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Dengan Diabetes
Insipidus
1. Pengkajian Keperawatan
 
Adapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada pasien ileus paralitik adalah sebagai berikut:
1. Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, status perkawinan, suku bangsa
2. Primary Survey
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability (kesadaran)
- Pemeriksaan Neurologis
- GCS
- Reflex Fisiologis
- Reflex Patologis
- Kekuatan Otot
e. Exposure
3. Secondary Survey

4. Pemeriksaan Fisik

 
2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


b. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit
dibuktikan dengan faktor risiko
ketidakseimbangan cairan (dehidrasi)
 
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan dan Kriteria Hasil Keperawatan
Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Hipovolemia : Observasi
dengan kehilangan cairan aktif selama 1x 2 jam diharapkan Status 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
Cairan Membaik dengan kriteria hasil : 2. Terapeutik
1. Turgor kulit meningkat 1. Hitung kebutuhan cairan

2. Kekuatan nadi meningkat 2. Berikan asupan cairan oral

3. Membran mukosa membaik Kolaborasi


4. Tekanan darah membaik  1. Kolaborasi pemberian IV isotonis (mis. NaCl,
RL)
5. Kadar Hb membaik
6. Berat badan membaik Manajemen Cairan Observasi
Monitor status hidrasi
7. Keluhan haus cukup  
Terapeutik
menurun
3. Catat intake output dan balance
cairan 24 jam
4. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
5. Berikan cairan intravena jika perlu

Kolaborasi
 1. Kolaborasi pemberian diuretik
Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan


perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.
 
Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam


proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan atau tidak.
THANKS!
Do you have any
questions?

Anda mungkin juga menyukai