Disusun Oleh:
Egi Diah Safitri ( PO.71.20.1.19.025 )
Elen Vilana ( PO.71.20.1.19.026 )
Elva Noverina Putri ( PO.71.20.1.19.027 )
Eria Julita Sari ( PO.71.20.1.19.028 )
Erika Sherly Damayanti ( PO.71.20.1.19.029 )
Erina Rahmadiyah ( PO.71.20.1.19.030 )
Famela ( PO.71.20.1.19.031 )
Fanisa Amalia Safitri ( PO.71.20.1.19.032 )
Farha Diba Panerli ( PO.71.20.1.19.033 )
Febriani Suci Priadi ( PO.71.20.1.19.034 )
Fenni Octa Labina ( PO.71.20.1.19.035 )
Fholsen Frohansen ( PO.71.20.1.19.036 )
Tingkat : 2A
Dosen Pengampu : Sri Martini, S.Pd., S.Kp., M.Kes.
Penulis,
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................................5
1. Tujuan Umum...............................................................................................................5
2. Tujuan Khusus..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi..............................................................................................................................6
B. Etiologi..............................................................................................................................6
C. Tanda dan Gejala...............................................................................................................8
D. Jenis – Jenis.......................................................................................................................8
E. Rentang Respon.................................................................................................................9
F. Proses Terjadinya Masalah................................................................................................9
G. Pohon Masalah................................................................................................................11
H. Mekanisme Koping.........................................................................................................12
I. Penatalaksanaan...............................................................................................................12
J. Akibat..............................................................................................................................13
K. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul................................................................13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.......................................................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................18
C. Rencana Tindakan Keperawatan.....................................................................................18
D. Tindakan Keperawatan....................................................................................................21
E. Evaluasi...........................................................................................................................23
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ……………………………………………………………………………… 27
B. Diagnosa …………………………….…………………………………………………..
C. Implementasi ………………………………………….………………………………...
PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................................29
B. Saran................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................29
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa
perubahan yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan
situasi individu baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi
keseimbangan fisik, mental dan sosial. Individu yang sehat jiwa ini meliputi
menyadari kemampuan dirinya secara penuh. Mampu menghadapi problem
maupun situasi yang berat dan mampu berada dengan orang lain
(Keliat,dkk.2007).
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan
bahwa sekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan
jiwa. Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang
ditemukan oleh peneliti di Harvard University dan University College London,
mengatakan penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis
kecacatan di seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya
(VOA Indonesia, 2016).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236
juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17%
menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat
sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa, dari 34
provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah
gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia pada
urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini
akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-
gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013).
Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri menurun. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk
4
kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat
dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri
menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain
itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene
klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat
dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk
meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional
klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari
tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan
diri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan diri ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Defisit Perawatan Diri.
b. Untuk mengetahui Etiologi Defisit Perawatan Diri.
c. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.
d. Untuk mengetahui Jenis Defisit Perawatan Diri.
e. Untuk mengetahui Rentang Respon Defisit Perawatan Diri.
f. Untuk mengetahui Proses Terjadiya Masalah Defisit Perawatan Diri.
g. Untuk mengetahui Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri.
h. Untuk mengetahui Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri.
i. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri.
j. Untuk mengetahui Akibat Defisit Perawatan Diri.
k. Untuk mengetahui Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul.
l. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien Defisit Perawatan
Diri.
m. Untuk mengetahui Evaluasi dari Defisit Perawatan Diri.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya
mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting
(BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia
dalam melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi
kesehatannya. (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu
harus bisa dilakukan secara mandiri ( Herman, 2011).
B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan
diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),
penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Factor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan
realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
6
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
2. Faktor presivitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah :
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
D. Jenis – Jenis
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
8
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri.
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
E. Rentang Respon
Adaptif maladaptif
Tidak melakukan
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri,
perawatan diri pada saat
seimbang kadang tidak
stres
1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011).
9
(Townsend, 2005). Secara biologi riset neurobiologikal mempunyai fokus pada
tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem
limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan
medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum.
Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al,
2002: Struat & Laraia, 2005). Menyimpan dan menyatukan informasi
berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan memori dan pengolahan
informasi. Disfungsi pada sistem ini akan menghadirkan beberapa gejala klinik
seperti hambatan emosi dan perubahan kebribadian (Kaplan, Saddock &
Grebb, 2002).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti
dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem
limbik (Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal terlibat
dalam dua fungsi serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir
termasuk fungsi bicara, fungsi fikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi.
Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan berfikir, dan
gagguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan serta tidak mampu
mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak mau merawat
diri : mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini menunjukkan
gejala defisit perawatan diri (Townsend 2005).
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari
serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi
utamanya adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga
mengatur mood dan motivasi. Kerusakan hipotalamus membuat seseorang
kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas
melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui pada klien dengan
defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan
dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002; Stuart & Laraia,
2005).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena
ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine
10
fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan
pemecahan masalah secara volunter (Boyd & Nihart,1998 ; Suliswati, 2002).
Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab gangguan emosi tertentu. Pada
klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir),
afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini pada klien
dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti tidak
berkeinginan untuk melakukan perawatan diri (Hawari, 2001).
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam
perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi
fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku)
(Hawari, 2001). Jika terjadi penurunan serotonin akan mengakibatkan
kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif. Pada klien dengan defisit
perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat terlihat dengan tidak adanya
aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti : mandi, berganti pakaian,
makan dan toileting (Wilkinson,2007).
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi; proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar
norepinephrine akan dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang
ditampilkan klien cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau makan
maupun tidak mau berhias dan toileting (Boyd & Nihart, 1998; Suliswati,
2002).
G. Pohon Masalah
11
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2
menurut Damaiyanti 2012 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah
klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.
I. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang
harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.
2) Menjaga kebersihan diri.
12
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.
J. Akibat
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut.
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12 fisik yang
seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
4.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan, berhias diri, dan eliminasi
( buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri.
Berikut petunjuk teknis pengisian format pengkajian keperawatan
kesehatan jiwa.
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan
klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan dan topik yang akan dibicarakan.
Kemudian usia dan No RM.
b. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien dan keluarga
a. Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini ?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ?
c. Bagaimana hasilnya ?
3. Faktor predisposisi
a. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu.
b. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau
mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
c. Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga
lainnya yang mengalami gangguan jiwa.
d. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma
selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada masa lalu.
14
4. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a. Ukur dan observasi TTV.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang
dirasakn oleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan keluhan
yang ada.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial
d. spiritual
6. Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
e. Afek
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses pikir
i. Isi pikir
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan penilaian
n. Daya tilik diri
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
b. BAB/BAK
15
c. Mandi
d. Berpakaian
e. Istirahat dan tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
h. Kegiatan didalam rumah
i. Kegiatan di luar rumah
8. Mekanisme koping
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap
masalah yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
10. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item
yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
11. Aspek medik
Tuliskan diagnisa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang
merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmako,
dan terapi lainnya.
12. Daftar masalah
a. Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data subjektif
dan data objektif.
b. Buat pohon masalah dari data yang tekah dirumuskan.
13. Daftar diagnosis keperawatan
a. Rumuskan diagnosa dengan rumusan P (permasalahan) dan E (etiologi)
berdasarkan pohon masalah.
b. Urutkan diagnosis sesuai prioritas.
Masalah Keperawatan Data yang Perlu dikaji
Defisit Perawatan Diri Subjektif :
1. Mengungkapkan dirinya malas
melakukan perawatan diri ( mandi,
dan berhias).
2. Mengungkapkan dirinya tidak
16
ingin makan.
Objektif :
1. Tercium aroma tidak sedap dari
tubuh klien.
2. Pakaian terlihat kotor.
3. Rambut dan kulit kotor.
4. Kuku panjang dan kototr.
5. Gigi kotor dan aroma mulut tidak
sedap.
6. Penampilan tidak rapi.
7. Tidak bisa menggunakan alat
mandi.
17
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
e. Jelaskan.............................................................
f. Masalah keperawatan........................................
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat, masalah keperawatannya adalah defisit
perawatn diri : higiene diri, berhias, makan dan eliminasi.
18
apa adanya.
6. Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
pasien.
19
rambut
c. Bercukur
2. Untuk pasien
wanita,
latihannya
meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir
rambut
c. Berhias
20
mandiri. mandiri :
1. Menjelaskan
tempat
BAB/BAK yang
sesuai.
2. Menjelaskan cara
membersihkan
diri setelah BAB
dan BAK.
3. Menjelaskan
cara
membersihkan
tempat BAB dan
BAK
D. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan pada Pasien
a. Tujuan Keperawatan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Pasien mampu melakukan berhias secara baik
3) Pasien mampu melakukan melakukan makan dengan baik.
4) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.
b. Tindakan Keperawatan
1) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara :
a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
d) Melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri.
2) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada
pasien laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir
21
rambut, dan bercukur, sedangkan pada pasien perempuan, latihan
meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan
berhias/berdandan.
3) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara :
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makanan.
b) Menjelaskan cara makan yang tertib.
c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makam setelah makan.
d) Mempraktikan cara makan yang baik.
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan
cara :
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai.
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
SP 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri
dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
SP 2 pasien : melatih pasien berhias (laki-laki : berpakaian, menyisir rambut,
dan bercukur. Perempuan : berpakaian, menyisir rambut, dan berhias).
SP 3 pasien : mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
(menjeaskan tempat BAB/BAK yang sesuai, menjeaskan cara membersihkan
diri setelah BAB dan BAK, menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan
BAK).
SP 4 pasien : melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara
mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjeaskan cara
merapikan peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik).
22
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan
diri yang baik, perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat
meneruskan melatih dan mendukung pasien sehingga kemampuan
pasien dalam perawatan diri meningkat. Tindakan yang dapat perawat
lakukan adalah sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi
keluarga dalam merawat pasien.
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal
yang telah disepakati).
5) Anjrkan keluarga untuk memberikan pujian ats keberhasilan pasien
dalam merawat diri.
6) Bantu keluarga melatih cara merawat pasien defisit perawatan diri.
SP 1 Keluarga memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah defisit perawatan diri.
SP 2 Keluarga : melatih keluarga cara merawat pasien.
SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
E. Evaluasi
EVALUASI KEMAMPUAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI dan
KELUARGANYA
Nama :
Ruangan :
Nama perawat :
Petunjuk :
Berilah tanda checklist (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawah
ini. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.
No Tanggal
Kemampuan
.
23
A. Pasien
1. Menyebutkan pentingnya
kebersihan diri.
2. Menyebutkan cara membersihkan
diri.
3. Mempraktikan cara membersihkan
diri dan memasukkan dalam
jadwal.
4. Menyebutkan makan yang baik.
5. Mempraktikan cara makan yang
baik dan memasukkan dalam
jadwal.
6. Menyebutkan cara BAB/BAK
yang baik.
7. Mempraktikan cara BAB/BAK
yang baik dan memasukkan dalam
jadwal.
8. Menyebutkan cara berdandan
9. Mempraktikkan cara berdandan
dan memasukkan dalam jadwal.
B. Keluarga
1. Menyebutkan pengertian
perawatan diri dan proses
terjadinya masalah defisit
perawatan diri.
2. Menyebutkan cara merawat pasien
defisit perawatan diri.
3. Mempraktikan cara merawat
pasien defisit perawatan diri.
4. Membuat jadwal aktivitas dan
meminum obat pasien di rumah
(perencanaan pulang).
24
Nama Pasien :
Ruangan :
Nama perawat :
Petunjuk :
a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan.
b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP dilakukan menggunakan
instrumen Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP.
c. Masukan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris
nilai SP.
No Tanggal
Kemampuan
.
A. Pasien
SP 1 Pasien
1. Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri.
2. Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri.
3. Membantu pasien mempraktekkan
cara menjaga kebersihan diri.
4. Mengajukan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 1 Pasien
SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Menjelaskan cara makan yang baik
3. Membantu pasien mempraktikan
cara makan yang baik.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 3 Pasien
SP 3 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Menjelaskan cara eliminasi yang
25
baik
3. Membantu pasien mempraktikan
cara eliminasi yang baik dan
memasukkan dalam jadwal.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 3 Pasien
SP 4 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Menjelaskan cara berdandan.
3. Membantu pasien mempraktikan
cara berdandan.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 4 Pasien
B. Keluarga
SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala defisit perawatan diri, dan
jenis defisit perawatan diri yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien defisit perawatan diri.
Nilai SP 1 Keluarga
SP 2 Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktikan
cara merawat langsung pasien
dengan defisit perawatan diri.
2. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung pasien defisit
perawatn diri.
26
Nilai SP Keluarga
SP 3 Keluarga
1.
Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
2. Menjelaskan tindak lanjut pasien
setelah pulang.
Nilai SP 3 Keluarga
Total Nilai: SP Pasien + SP
Keluarga
Nilai Rata-Rata
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Ruang Rawat : ANGGREK
Tanggal Rawat : 20 Maret 2017
I. IDENTITAS PASIEN
a) Identitas pasien
Nama : Tn. J
Umur : 34 tahun
Status perkawinan : sudah kawin
Agama : islam
Alamat : Jln. Thamrin Rawang Painan
DX. Medis : defisit perawatan diri
27
Tanggal pengkajian : 23 maret 2017
No. MR : 029329
b) Identitas penanggung jawab
Nama kien : Ny. R
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Alamat : Jl. Thamrin Rawang Painan
Hub. Dengan klien : istri
IV. FISIK
a) Survei umum
Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
N : 70x/menit
S : 37,2 oC dan
RR : 18x/menit
BB : 80 kg, TB : 170 cm
b) Pemeriksaan fisik
a. Kepala, leher
Kepala : rambut pasien kusam, acak-acakan dan
kusut, berwarna hitam, pada saat dipalpasi tidak
terdapat benjolan dan nyeri tekan pada kepala
28
Leher : tidak terdapat pembesaran vena jugularis,
tidak terdapat nyeri tekan.
b. Mata
Bentuk mata simetris, pengelihatan baik, tidak memakai
alat bantu pengelihatan
c. Telinga
Bentuk simetris, pendengaran baik dibuktikan Tn.J dapat
menjawab pertanyaan perawat, telinga kotor
d. Hidung
Hidung Tn.J simetris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat
polip
e. Mulut
Bibir simetris, gigi kotor, mukosa bibir kering, kotor dan
mulut bau
f. Integumen
Warna kulit sawo matang, kulit tampak kering dan terlihat
kotor, turgor kulit kering
g. Dada
Dada : simetris, tidak ada kelainan genetik,
tidak ada sesak napas
Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada
abdomen, tidak ansietas, tidak ada luka memar
Ekstremitas :
o Ekstremitas atas : tangan kanan
terpadang infus.
o Ekstremitas bawah : kedua kaki nyeri,
kaki terasa nyeri untuk berjalan, terdapat
luka di kaki kiri pasien.
Genetalia : bersih, tidak ada kelainan
dibuktikan tidak terpasang kateter
V. PSIKOSOSIAL
a) Genogram
29
b) Pola istirahat tidur
Sbelum masuk RS : pasien tidak mengalami gangguan
tidur. Kualitas tidur sekitar 3 jam pada siang hari dari 12.00
WIB – 15.00 WIB dan 7 jam pada malam hari dari jam
22.00 WIB – 05.00 WIB
Setelah masuk RS : kualitas tidur pasien terganggu
karena sulit merawat diri, pasien di RS tidur sekitar 2 jam
pada siang hari dari jam 13.00 WIB – 15.00 WIB dan 5 jam
pada malam hari dari jam 24.00 WIB – 05.00 WIB.
30
Selama pernikahan dengan istrinya pasien dikaruniai 1 orang anak.
Selama di RS pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual
lagi.
b) Pembicaraan
Klien berbicara dengan nada yang pelan dan lambat, jelas dan
mudah dimengerti.namun klien tidak mampu untuk memulai
pembicaraan kepada orang lain
c) Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, malas beraktivitas, klien lebih sering berdiam
diri dan sering menghabiskan waktunya di tempat tidur
f) Alam perasaan
Klien mengatakan merasa sedih karena rindu dengan keluarganya,
klien juga mengatakan merasa sedih dan amrah karena gagal
menikah
31
g) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien bingung, klien mengalami gangguan
orientasi tempat, terbukti dengan klien mengatakan bahwa dirinya
berada di rumah sakit. Orientasi waktu klien baik di buktikan
dengan klien mengetahui hari dan tanggal
h) Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, namun
klien mengalami gangguan mengingat jangka pendek dan saat ini.
Dibuktikan dengan klien masih ingat ketika dibawa ke rumah sakit
dan nama perawat yang setiap hari merawatnya
j) Kemampuan penilaian
Klien tidak ada masalah pada kemampuan penilaian. Terbukti
dengan pada saat diberi pilihan mau makan setelah mandi atau
mandi setelah makan, klien memilih makan setelah mandi.
b) BAB/BAK
Klien mengatakan BAB dan BAK di kamar mandi dan klien
menyiramnya
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
c) Mandi
32
Klien mengatakan dalam sehari mandi 2 kali dengan menggunakan
alat mandi yang benar, namun klien jarang sikat gigi, sehingga
giginya tampak kotor dan lien tidak mencuci rambut dan sabunan.
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri : mandi
f) Penggunaan obat
Klien minum obat secara mandiri, klien minum obat secara teratur
dengan dosis yang benar. Klien tidak tahu jenis dan manfaat obat
yang diminum
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan
g) Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan apabila sakit klien berobat ke puskesmas. Bila
menurut klien sakitnya biasa saja, klien tidak pegi ke dokter
(seperti masuk angin, dll). Dan saat ini klien mengatakan rutin
minum obat dan obat yang diminm sesuai dengan yang diberikan
oleh perawat.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
33
VIII. MEKANISME KOPING
Klien mengatakan apabila memiliki masalah lebih baik menghindar
dari masalah tersebut dan jika ada masalah, klien akan menceritakan
pada istrinya
34
DO:
Klien lebih banyak berdiam
diri dan sering menghabiskan
waktunya di tempat tidur
Kontrak mata kurang
Klien sering menyendiri
Afek tumpul (hanya mampu
tertawa saat ada stimulus
perawat tertawa)
35
3. Isolasi sosial 27-03-2016
Rencana Keperawatan
DX. Kep. Tujuan Kriteria Tindakan Rasional
evaluasi
Defisit TUM: Klien SP I: 1. Mengetahui
perawata Klien mampu mampu 1. Identifikasi permasalahan
n diri melakukan menjaga masalah yang terjadi
perawatan diri: kebersihan perawatan pada diri
hygiene. diri secara diri: klien
TUK I: mandiri kebersihan 2. Agar klien
Klien dapat Klien diri, tahu
menyebutka mampu berdandan, pentingnya
n pengertian menyebutka makan / kebersihan
dan tanda- n pengertian minum, diri
tanda dan tanda- BAK / 3. Memberitahu
kebersihan tanda BAB klien
diri kebersihan 2. Jelaskan bagaimana
Klien dapat diri pentingnya cara
mengetahui Klien dapat kebersihan perawatan
pentingnya mengetahui diri diri dan alat
kebersihan pentingnya 3. Jelaskan yang
diri kebersihan cara dan digunakanny
Klien dapat diri alat a
mengetahui kebersihan 4. Agar klien
bagaimana diri bisa
cara menjaga 4. Latih cara melakukan
kebersihan menjaga kebersihan
diri kebersihan diri secara
diri: mandi mandiri
dan ganti
pakaian,
sikat gigi,
cuci
rambut,
potong
kuku
5. Masukkan
pada
jadwal
kegiatan
untuk
latihan
mandi,
sikat gigi
(2x sehari),
36
cuci
rambut (2x
perminggu)
TUK II: Klien mampu SP II: 1. Untuk
Klien dapat mengganti 1. Evaluasi mengetahui
berdandan baju secara kegiatan kemajuan
secara mandiri rutin, menyisir kebersihan klien dalam
rambut dan diri, beri merawat diri
memotong pujian dan sebagai
kuku 2. Jelaskan respon positif
cara dan terhadap
alat untuk tindakan
berdandan klien
3. Latih cara 2. Memberitahu
berdandan klien
setelah bagaimana
kebersihan cara
diri: berdandan
sisiran, rias dan alat yang
muka digunakanny
untuk a
perempuan 3. Agar klien
; sisiran, bisa
cukuran berdandan
untuk pria. secara
4. Masukkan mandiri
pada 4. Agar klien
jadwal terbiasa
kegiatan dengan
untuk kegiatan yang
kebersihan telah
diri dan diajarkan
berdandan.
IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA: S:
Klien mengatakan malas untuk saat ditanya, klien mengatakan akan
mandi dan berdandan, merasa lebih menjaga kebersihan dirinya
nyaman dengan kondisi seperti ini
(tidak mau mandi). O:
Bila diminta mandi klien marah- Penampilan klien terlihat
marah, klien tampak rambut acak- lebih rapi
acakan dan banyak kutu, kuku Klien menjawab pertanyaan
panjang dan hitam, kulit kotor, perawat tentang cara menjaga
37
tampak malas untuk menyisir kebersihan
rambut dan ganti pakaian harus
disuruh petugas. A:
Defisit perawatan diri teratasi
DIAGNOSA:
defisit perawatan diri P:
Anjurkan klien untuk menjaga
THERAPHY: keberishan dirinya
1. Mengidentifikasi masalah
perawatan diri: kebersihan diri,
berdandan, makan / minum, BAK /
BAB
2. Menjelaskan pentingnya
keberishan diri
3. Membantu pasien mempraktekkan
cara menjaga kebersihan
4. Menjelaskan cara menjaga
kebersihan
5. Menganjutkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
RTL:
1. Bantu klien cara membersihkan
dirinya
2. Ajarkan cara berdandan pada diri
klien
SP II:
IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA: S:
Klien mengatakan tidak mau Klien mengatakan mau mandi dan
mandi, tidak mau sikat gigi, tidak sikat gigi
mau menyisir rambut, tidak mau
ganti baju, tidak mau memotong O:
kuku Klien tampak lebih bersih
Rambut klien terlihat panang dan Rambut klien terlihat rapi,
tampak acak-acakan, kuku klien dan tidak kotor
panjang dan kotor
A:
DIAGNOSA: Gangguan berdandan pada diri
defisit perawatan diri pasien (-)
THERAPHY: P:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Anjurkan klien untuk
harian klien memasukkan dalam jadwal
2. Menjealskan cara berdandan harian
38
3. Membantu klien mempraktekkan Berikan reinforcement atas
cara berdandan usaha yang klien lakukan
4. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
RTL:
1. Ajarkan klien bagaimana cara
memenuhi kebutuhan makan
minum yang baik
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di
berikan perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatan
kebersihan klien dapat lebih meningkat lebih baik. Klien yang sering
menyendiri merupakan resiko menjadi isolasi sosial maka komunikasi
terapeutik yang di gunakan sebagai landasan untuk membina saling percaya
sehingga dapat mengggali semua permasalahan.
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu
di libatkan dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih.
Identifikasi diri mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi
focus perhatian pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa
yaitu defisit perawatan diri membutuhkan dukungan dari keluarganya sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan klien.
39
B. Saran
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang
direncanakan oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna
kesembuhan klien. Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan
semangat kepada klien untuk mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah
maupun di rumah sakit.
40
DAFTAR PUSTAKA
Anna Keliat, Budi. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Faisal, Deny. 2014. “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.J dengan Gangguan
Defisit Perawatan diri : Kebersihan Diri dan Pakaian/Berhias di Ruangan
Abimanyu RSJ Daerah Surakarta”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
41