b. Mengapa tremor pada kasus diawali dengan gangguan yang asimetris (hanya
pada lengan kiri saja) ? 7, 8, 5
c.
d. Bagaimana penyebab dan mekanisme dari mengalami kesulitan saat buang air
besar pada kasus? 10, 5, 8
selain saraf motorik, saraf otonom jg kena dalam pengiriman impuls,
akibatnya terjadi penurunan gerak peristaltik di usus
ditemukan juga kerusakan sel neuron di tempat lain seperti noradrenergik di
locus cureleus, dopaminergik di ventral tegmentum,
thalamus, hipothalamus, SEROTONERGIK di raphe nukleus. Kerusakan sel
neuron ini
akan mengakibatkan gejala yang sesuai dengan kekurangan neurotransmiter
yang
seharusnya diproduksi. Pada penyakit Parkinson selain kekurangan
neurotransmiter
dopamin ditemukan pula penurunan neurotansmiter noradrenalin dan
SEROTONIN. 31,32
Konstipasi dapat terjadi pada Parkinson, karena penyakit tersebut dapat melemahkan
gerakan otonom dari sistem digestif. Kurangnya proses menelan, serta mual dan
muntah yang juga merupakan efek pengobatan Parkinson tersering.
Serotonin
Terdapat di saluran cerna,di ssp yaitu di medula spinalis dan
hipotalamus,fungsinya menghambat impuls nyeri dan mengatur perasaan
seseorang.
Patofisiologi depresi pada penyakit Parkinson sampai saat ini belum
diketahui pasti. Namun teoritis diduga hal ini berhubungan dengan defisiensi
serotonin, dopamin dan noradrenalin.
a. Apa makna tidak memiliki riwayat kencing manis, stroke ataupun trauma pada
kasus? 5, 10, 3
Pd normalnya degenerasi pd substansia nigra tjd pada usia 50th
Pada penderita PP terdapat suatu tanda reaksi mikroglial pada neuron yang
rusak dan tanda ini tidak terdapat pada proses menua yang normal, sehingga
disimpulkan bahwa proses menua merupakan faktor resiko yang
mempermudah proses terjadinya proses degenerasi di SNc tetapi memerlukan
penyebab lain (biasanya multifaktorial).
(IPD jilid 3 FK UI)
a. Bagaimana interpretasi dari Skala Hoen dan Yahr pada kasus? 5, 10, 3
Abnormal, disabilitasnya jelas, berjalan terbatas tanpa bantuan, lebih
cenderung jatuh
Anamnesis
Gejala awal Penyakit Parkinson sangat ringan dan perjalanan penyakitnya berlangsung
perlahan-lahan, sehingga sering terlepas dari perhatian. Biasanya hanya mengeluhkan
perasaan kurang sehat atau sedikit murung atau hanya sedikit gemetar. Seiring waktu gejala
menjadi lebih nyata sehingga pasien berobat ke dokter dalam kondisi yang sedikit lebih
parah.
Anamnesis yang mengarahkan pada Penyakit Parkinson antara lain :
Awitan keluhan atau gejala tidak diketahui dengan pasti
Perjalanan gejala semakin memberat
Gejala dimulai pada satu sisi anggota gerak, tetapi seiring waktu akan mengenai
kedua sisi atau batang tubuh.
Jenis gejala yang mungkin timbul :
1. Merasakan tubuh kaku dan berat
2. Gerakan lebih kaku dan lambat
3. Tulisan tangan mengalami mengecil dan tidak terbaca
4. Ayunan lengan berkurang saat berjalan
5. Kaki diseret saat berjalan
6. Suara bicara pelan dan sulit dimengerti
7. Tangan atau kaki gemetar
8. Merasa goyah saat berdiri
9. Merasakan kurang bergairah
10. Berkurang fungsi penghidu / penciuman
11. Keluar air liur berlebihan
Faktor yang memperingan gejala : istirahat, tidur, suasana tenang
Faktor yag memperberat gejala : kecemasan, kurang istirahat
Riwayat penggunaan obat antiparkinson dan respon terhadap pengobatan.
Komplikasi Motorik
Komplikasi motorik mungkin muncul akibat dari progresi PP dengan menghilangnya
neuron dopaminergik dan perubahan reseptor dopaminergik pascasinaps ke arah
respons levodopa yang tidak stabil.
a. Fluktuasi Motorik
lstilah ini menunjukkan bahwa pasien memiliki berbagai variasi respons terhadap
levodopa dan menunjukkan keadaan penurunan mobilitas. Terdapat variasi pada
beratnya gejala motorik mulai dari yang ringan berupa kekakuan, menyeret kaki,
tremor, sampai imobilitas dan tremor berat. Faktor risiko utama timbulnya komplikasi
motorik adalah derajat keparahan penyakit dan lamanya pemberian levodopa, dosis
levodopa harian, dan onset terjadi PP.
Pola klinis fluktuasi motorik sebagai berikut:
1. Efek wearing off: efek antiparkinson levodopa akan menghilang menjelang akhir
dosis. Penderita masuk dalam kondisi off (diam/tidak bisa memulai gerak)
2. Delayed on: keterlambatan dalam memulai efek levodopa. Setelah pemberian
levodopa seharusnya penderita masuk dalam kondisi on (mampu bergerak leluasa)
tapi tertunda sehingga penderita masih dalam kondisi off (diam/tidak bisa memulai
gerak)
3. No-on: dosis levodopa tidak memberikan efek. Gejala dan tanda PP menetap seolah-
olah seperti tidak diobati.
4. On-off: respons pada levodopa bervariasi dalam cara yang tidak bisa diramalkan yang
tidak ada hubungannya dengan waktu pemberian dosis. Terjadi tiba-tiba seperti
tombol lampu yang dihidup matikan. Pada kondisi on penderita bisa bergerak leluasa,
sedangkan kondisi off penderita diam/tidak bisa memulai gerak. Hal ini terjadi secara
bergantian antara on dan off (gerak-diam-gerak-diam dan seterusnya)
5. Yo-yoing: fluktuasi dari imobilitas berat ke diskinesia secara tiba-tiba. Penderita
berespon dengan levodopa secara cepat ditandai dengan kondisi on tapi pada dosis
maksimal terjadi diskinesia dalam bentuk chorea (tremor) dan distonia (kontraksi otot
terus menerus/ kaku).
b. Diskinesia
Diskinesia timbul sebagai konsekuensi progresivitas PP atau sebagai komplikasi
motorik dari terapi dopaminergik dan bermanifestasi sebagai distonia atau gerakan
khorea. Diskinesia kadang lebih berat dibanding PP itu sendiri. Diskinesia
berhubungan dengan konsentrasi levodopa dalam darah. Pada beberapa kasus,
pengurangan bertahap dosis levodopa, penambahan agonis dopamin pada terapi
levodopa, mengganti preparat levodopa yang CR (controlled release) menjadi cepat
lepas (immediate release) akan mengurangi gejala dyskinesia.
Diskinesia terjadi ketika efek dan konsentrasi maksimal dari levodopa telah dicapai.
Hal ini diduga sebagai akibat dari abnormalitas respons neuron terhadap stimulasi
pulsatil reseptor dopaminergik. Pada kasus diskinesia yang berat dipertimbangkan
terapi pembedahan.
Komplikasi Lain
Berupa pneumonia, urosepsis, malnutrisi, jatuh dengan segala akibatnya. Penderita PP
berisiko 3-4 kali Ii pat untuk jatuh dan 9 kali Ii pat untukjatuh berulang. Risiko
kematian akibat jatuh 2 kali Ii pat. Penyebab jatuh pada PP bersifat multifaktorial
dihubungkan dengan instabilitas postural, gangguan keseimbangan, kelemahan otot,
gangguan jalan (freezing, festination), hipotensi ortostatik, lantai yang licin, susunan
lantai yang bertangga, penerangan yang kurang, dan gangguan visual. Adanya
komorbiditas osteoporosis akan memudahkan untuk fraktur walaupun dengan trauma
ringan. Jatuh pada usia lanjut menjadi pangkal utama disabilitas yang menyebabkan
imobilitas dan berlanjut dengan berbagai komplikasi akibat imobilitas yang hampir
mengenai semua sistem organ. Hal ini jelas akan semakin menurunkan kualitas hid up
penderita yang sebelumnya memang sudah menurun akibat progresivitas PP. Faktor
risiko untuk jatuh pada PP adalah riwayat jatuh sebelumnya, gangguan kognitif
(demensia), dan lamanya menderita PP. PP derajat berat, instabilitas postural dan
gangguan jalan (gait disturbance). Penggunaan walker beroda lebih bermanfaat
dibanding tongkat atau walker biasa tanpa roda, karena pada penderita PP kesulitan
untuk memulai gerak. Diperlukan evaluasi dan identifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan jatuh untuk mencegah jatuh berulang. Terapi dopaminergik
memperbaiki gejala instabilitas postural, tetapi biasanya respons terapi akan
berkurang pada PP berat.