Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Aktivitas Seksual Saat Kehamilan

a. Pengertian

Menurut Winkjosastro (2002) seksualitas merupakan

komponen integral dari kehidupan seorang wanita normal, dimana

hubungan seksual yang nyaman dan memuaskan merupakan salah

satu faktor yang berperan penting dalam hubungan pernikahan

banyak pasangan (Harahap DM, 2010).

Menurut Mirza (2008, p.93) perilaku seksual adalah tindakan

yang dilakukan berdasarkan adanya dorongan seks. Salah satu

perilaku seksual diantaranya coitus yaitu hubungan seksual yang

dilakukan dengan cara memasukan penis kedalam vagina.

b. Pengaruh Kehamilan Terhadap Hubungan Seksual

Dianloka (2008, p. 81-82) mengklasifikasikan pengaruh

hubungan seksual pada tiap-tiap trimester yaitu:

1) Trimester I (0-12minggu)

Selama tiga bulan pertama kehamilan wanita yang

mengalami mual muntah karena pengaruh hormon terjadinya

peningkatan hormon progresteron, sehingga merasakan dorongan

seksualnya menurun yang mengakibatkan berkurangnya frekuensi

7
8

semua aktivitas seksual. Keadaan ini mudah dipahami, karena mual

dan muntah yang terjadi dapat menimbulkan gangguan bagi

kesehatan tubuh secara umum.

2) Trimester II (12-24 minggu)

Selama trimester kedua 80% wanita hamil merasakan

dorongan seksual. Banyak laki-laki yang senang melakukan

hubungan seksual ketika pasangannya hamil saat trimaster ini. Hal

ini disebabkan oleh meningkatnya dorongan seksual dari istri.

Sebab lain karena temperatur vagina menjadi lebih hangat pada

masa kehamilan sehingga menimbulkan rangsangan seksual yang

lebih besar.

3) Trimester III (24-36 minggu)

Selama tiga bulan terakhir masa kehamilan, kelelahan yang

terasa meningkat karena kehamilan yang semakin besar,

mengakibatkan dorongan seksual dan reaksi seksual menurun.

Akibatnya frekuensi hubungan seksual menjadi banyak berkurang.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Seksual Saat

Kehamilan

Menurut Eisenberg (2006) dalam DM Harahap(2010)

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual adalah:

1) Kondisi Fisik
9

a) Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila rasa mual

terjadi pada waktu-waktu tertentu, gunakanlah saat waktu

tenang untuk berhubungan seksual,

b) Keletihan, biasanya terjadi pada bulan keempat (minggu

ke-16), ini dapat mempengaruhi hasrat untuk bercinta. Hal

ini dapat diatasi dengan tidur siang diselingi dengan

bercinta.

c) Perubahan bentuk fisik tubuh, seperti perut buncit, kaki

bengkak, wajah sembab, hal ini menyebabkan hubungan

seksual menjadi susah karena terhalang oleh perut yang

membesar.

d) Penyempitan genetal (terjadi pada hamil tua), dapat

menyebabkan seks kurang memuaskan karena terasa penuh

pada vagina setelah orgasme sehingga membuat wanita

merasa seolah tidak puas. Bagi pria penyempitan alat

kelamin wanita dapat meningkatkan kenikmatan atau

mengurangi gairahnya karena penis terasa terjepit sehingga

kehilangan ereksinya.

e) Kebocoran kolostrum, pada akhir kehamilan beberapa

wanita mulai memproduksi kolostum. Kolostrum ini dapat

bocor karena rangsangan payudara.

2) Kondisi Psikologis
10

Kurangnya pengetahuan pada ibu hamil dapat

menyebabkan beberapa kondisi psikologis ketika melakukan

hubungan seksual saat kehamilan, diantaranya:

a) Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada

kehamilan yang normal hubungan seksual tidak

menyebabkan keguguran karena janin terlindung oleh

cairan amnion dan rahim.

b) Takut bahwa orgasme dapat menyebabkan keguguran atau

persalinan dini. Pada saat orgasme uterus akan mengalami

kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak

menimbulkan bahaya pada kehamilan normal.

c) Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk dalam vagina.

Apabila suami tidak memiliki penyakit menular seksual,

tidak ada bahaya infeksi pada ibu dan janin melalui

hubungan seksual, selama kantong amnion tetap utuh.

Untuk pencegahan infeksi pasangan dianjurkan

menggunakan kondom saat berhubungn seksual.

d) Takut menyakiti janin karena kepala janin sudah masuk

rongga panggul. Pada beberapa pasangan tidak dapat

menikmati hubungan seksual yang nyaman selama

kehamilan, ibu menjadi tegang karena posisi janin yang

sudah dekat. Hubungan seksual tidak menyakiti janin

asalkan tidak melakukan penetrasi yang terlalu dalam.


11

e) Anggapan jika berhubungan seksual dalam 6 minggu

terakhir dapat menyebabkan proses persalinan. Kontraksi

yang disebabkan karena orgasme akan semakin kuat pada

kehamilan tua, tetapi jika leher rahim kuat ini tidak akan

menyebabkan terjadinya proses persalinan.

d. Posisi Hubungan Seksual Saat Kehamilan

Menurut Dianloka (2008, p.80) posisi yang disarankan untuk

wanita hamil antara lain:

1) Pria diatas dan miring ke salah satu sisi atau bertahan dengan

lengan, agar berat badannya tidak menekan wanita.

2) Wanita diatas tetapi hindari penetrasi yang dalam.

3) Pria duduk di kursi atau tempat tidur dan wanita berada di

atasnya, selain tidak membebani kehamilan, posisi ini juga

memudahkan wanita mengatur irama hubungan sekaligus

mengurangi tekanan di dinding rahim.

4) Pria dan wanita berbaring menghadap satu arah dengan posisi

wanita di depan pria. Penetrasi dilakukan pria dari belakang.

5) Wanita dalam posisi lutut-siku (menungging), penetrasi

dilakukan pria dari belakang.

e. Frekuensi Seksual Selama Kehamilan

Frekuensi hubungan seksual juga sangat tergantung pada

kondisi wanita. Semakin jarang hubungan frekuensi seksual pada

pasangan, semakin tidak sehat pernikahan tersebut. Hal ini


12

dikarenakan masing-masing kebutuhan ada yang tidak terpenuhi

dan dapat menyebabkan rasa frustasi karena kurangnya perhatian

dari pasangan tentang hal seksual. Frekuensi berhubungan pada

wanita yang tidak hamil biasanya berkisar antara 2-4x/minggu,

sedangkan pada wanita yang sedang hamil antara 1-2x/minggu

(DM Harahap, 2010).

Hubungan seksual pada usia kehamilan tua akan

mempermudah kelahiran karena pada saat itu terjadi kekejangan

pada otot rahim. Yang terjadi adalah pria ejakulasi dan sperma

masuk ke vagina dan di dalam sperma terdapat prostaglandin,

yakni hormon yang bisa menimbulkan kontraksi. Bagian dari

prostaglandin ini memang bisa menyebabkan kontraksi otot rahim

meskipun konsentrasinya tidak cukup besar, kontraksi lebih sering

dan lebih kuat karena orgasme. Jadi selama tidak menjadi beban

bagi istri, hubungan intim selama hamil tak jadi masalah. Namun

jika istri kehilangan dorongan seksual dan hanya melakukan

hubungan seksual demi memuaskan suami bisa hanya akan

menjadi beban (Dianloka,2008, p.80-81).

f. Keadaan Harus Dibatasi Hubungan Seksual Saat Hamil.

Hubungan seksual harus dibatasi jika terjadi hal-hal berikut:

1) Selama kehamilan, jika setiap kali terjadi perdarahan yang

tidak diketahui sebabnya.


13

2) Selama trimester pertama, bila wanita punya riwayat keguguran

atau ancaman keguguran.

3) Selama 8-12 minggu terakhir kehamilan, bila wanita punya

riwayat keguguran atau ancaman keguguran.

4) Selama trimester ketiga, bila selaput ketuban pecah.

5) Selama trimester ketiga, bila terjadi plasenta previa (Dianloka,

2008, p.83).

2. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia,

yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misal apa air, apa

manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan merupakan respon

mental seseorang dalam hubunganya objek tertentu yang disadari

ada atau terjadi. Pengetahuan dapat salah atau keliru, karena bila

suatu pengetahuan ternyata salah atau keliru tidak dapat dianggap

sebagai pengetahuan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan

yang sempurna, dalam memahami alam sekitarnya terjadi proses

yang bertingkat dari pengetahuan (sebagai hasil tahu dari manusia),

ilmu dan filsafat. Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran

yang tertentu, mempunyai metode, atau pendekatan untuk

mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat

disusun secara sistematis maka terbentuklah ilmu atau lebih sering

disebut ilmu pengetahuan (Notoadmodjo, 2010, pp.1-2).


14

b. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat

(Notoadmodjo, 2007, pp.144-146) antara lain :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu ‘tahu’ ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan

dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut

secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi riil

(sebenarnya).

4) Analisis (Analysis)
15

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,

dapat meringkaskan, dapat menyelesaikan dan sebagainya,

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2010, p.10) cara memperoleh

pengetahuan dikelompokan menjadi dua antara lain:

1) Cara tradisional atau non ilmiah yaitu tanpa melakukan

penelitian ilmiah. Terbagi menjadi :

a) Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah dan


16

apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

terpecahkan.

b) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi

karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada

pemegang otoritas, yaitu orang yang mempunyai wibawa

atau kekuasaan, baik secara tradisi, otoritas, pemerintah,

otoritas pemimpin agama maupun ahli pengetahuan atau

ilmuwan.

d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi pada masa lalu.

e) Cara Akal Sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu

pengetahuan berkembang, para orang tua zaman dahulu

agar anaknya menuruti nasihat orang-tuanya atau agar anak


17

disiplin menggunakan hukuman fisik pada anaknya saat

berbuat salah.

f) Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran atau dogma agama adalah suatu kebenaran

yang diwahyukan dari Tuahan melalui para Nabi.

Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh para

pengikutnya. Terlepas dari apakah kebenaran tersebut

rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para

Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha

penalaran atau penyelidikan manusia.

g) Kebenaran secara Intuitif

Diperoleh manusia secara cepat sekali melalui

proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran

atau berfikir. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya

berdasarkan intuisi atau bisikan hati saja.

h) Melalui Jalan Pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan

manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui

induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada

dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara

tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang

dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga

dapat dibuat suatu kesimpulan.


18

i) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang

dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan

yang bersifat umum. Dalam berpikir induksi pembuatan

kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman

empiris yang ditangkap oleh indra. Karena proses berfikir

induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indera atau hal-

hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi

beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang

abstrak.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembutan kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Proses berpikir

deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara

umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada

semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk

dalam kelas itu. Disini terlihat proses berfikir berdasarkan

pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang

khusus

2) Cara modern atau cara ilmiah, yaitu melalui proses penelitian.

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih

populer disebut metodelogi penelitian (research methodelogi).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


19

Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan diantaranya :

1) Faktor Internal

a) Jasmani adalah kesehatan indera seseorang

Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera

seseorang.

b) Rohani

Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis,

intelektual, psikomotor, kondisi afektif serta kognitif

individu.

2) Faktor Eksternal

a) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh

dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari

luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi

respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang,

akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan

mereka peroleh dari gagasan tersebut.

b) Paparan media massa

Melalui berbagai media, baik cetak maupun

elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh

masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar

media massa (TV, radio, majalah, pamflet dan lain-lain)


20

akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan

dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media.

Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

c) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun

kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik

akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan

status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi

pemenuhan kebutuhan sekunder. Hubungan sosial manusia

adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan

berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang

dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar

informasi.

d) Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam

kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain.

Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih

besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial

juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai


21

komunikan untuk menerima pesan menurut model

komunikasi media.

e) Pengalaman

Pengalaman individu tentang berbagai hal biasa yang

diperoleh dari tingkat kehidupan dalam proses

perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan

yang mendidik misal seminar.

e. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan tingkat-tingkat tersebut. (Notoadmodjo, 2010, p.146).

Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat

bantu kuesioner, cara menilainya dengan dikategorikan baik,

cukup, dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100%

pertanyaan dijawab benar, cukup bila 60-75% pertanyaan di jawab

benar, dan kurang bila pertanyaan dijawab benar <60% (Arikunto,

2006).
22

B. Kerangka teori
Kondisi fisik:
-mual muntah
-keletihan
-perubahan bentuk
fisik
-penyempitan
genetal
-kebocoran
kolostum
-perubahan cairan
vagina
-perdarahan

Aktivitas
seksual saat
kehamilan

Kondisi psikologi:
-Takut menyakiti
janin
-takut orgasme
menyebabkan
Pengetahuan keguguran
-takut infeksi
-takut jika terjadi
persalinan
prematur

Keterangan:

: yang diteliti

: yang tidak diteliti


23

C. Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya,

atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang

ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010, p.83).

Variabel Independent Variabel Dependent

se
Tingkat Pengetahuan
tentang aktifitas Ibu primigravida dan
seksual saat kehamilan multigravida

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban sementara dari

pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk

hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas, dan variabel terikat.

Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya

hipotesis ini merupakan pertanyaan yang harus dibuktikan. (Notoatmodjo,

2010, 84). Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis dari

penelitian ini adalah:

Ho: Tidak ada perbedaan pengetahuan tentang aktifitas seksual pada

primigravida dan multigravida di BPS Sunani, S.ST desa Sayung

Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.

Anda mungkin juga menyukai