Anda di halaman 1dari 7

Strategi Bank Sentral (Bank Indonesia) dalam Rangka Pemulihan Ekonomi 2021,

Setelah Terjadinya Pandemi Covid-19


Nanda Ratna Agustina
NIM.180422623082
Offering II
Program Studi S1 Akuntansi
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Malang
Abstrak
“Studi ini mengkaji tentang merosotnya perekonomian Indonesia akibat
adanya pandemi covid-19. Tujuan studi ini adalah untuk mengkaji strategi yang
dilakukan Bank Indonesia dalam rangka pemulihan ekonomi 2021 setelah terjadinya
pandemi Covid-19. Proses pengumpulan data dilakukan dengan melampirkan data-
data dari literatur berupa jurnal, buku, dan sumber-sumber lainnya. Kajian
mengenai tema tersebut berguna untuk mengetahui pentingnya strategi Bank
Indonesia sebagai bank sentral untuk mencapai pemulihan ekonomi Indonesia”
Latar Belakang
Dalam setiap Negara tentu terdapat satu lembaga yang bertindak sebagai bank sentral.
Di Indonesia, lembaga yang bertindak sebagai bank sentral adalah Bank Indonesia.
Umumnya, Bank Indonesia bertujuan utuk menjaga kestabilan nilai rupiah. Bank Indonesia
juga bertugas untuk mengawasi bank-bank umum di Indonesia. Kedudukan Bank Indonesia
sangat berarti bagi perekonomian Indonesia.
Perekonomian di Indonesia tidak selalu berlangsung stabil. Stabilitas ekonomi
merupakan hal yang cukup mendasar untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat suatu
Negara. Stabilitas ekonomi dapat dipengaruhi oleh stabilnya nilai rupiah. Keberadaan Bank
Indonesia bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai rupiah, dimana hal ini tercantum dalam UU
No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3
Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7.
Selain stabilitas nilai rupiah, indicator ekonomi yang dijadikan alat pengukuran
stabilitas perekonomian suatu Negara adalah inflasi. Inflasi merupakan suatu kenaikan harga
barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu Pengendalian
atas inflasi juga dilakukan oleh Bank Indonesia melalui kebijakan moneter yang dimilikinya.
Bank Indonesia senantiasa menyesuaikan kebijakan yang ditetapkan berdasarkan kondisi
yang sedang terjadi.
Rumusan Masalah
1. Profil Bank Indonesia
2. Kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia dalam rangka pemulihan ekonomi 2021
akibat terjadinya Covid-19
Tujuan
1. Mengetahui profil Bank Indonesia
2. Mengetahui Kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia dalam rangka pemulihan
ekonomi 2021 akibat terjadinya Covid-19
Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, masalah yang diteliti adalah pada strategi
bank sentral (Bank Indonesia) dalam rangka pemulihan ekonomi 2021 setelah terjadinya
pandemi Covid-19. Adapun pada penelitian ini membatasi masalah bahwa penelitian ini tidak
membahas tentang strategi bank sentral secara umum dan global dalam rangka pemulihan
ekonomi.
Kerangka Pemikiran

Strategi Bank Indonesia Pemulihan Ekonomi

(X1) (Y1)

Perekonomian di Indonesia terguncang karena adanya pandemi Covid-19 pada awal


tahun 2020 yang lalu. Bank Indonesia sebagai bank sentral telah menyusun beberapa strategi
untuk menghadapi kondisi-kondisi yang terjadi akibat adanya pandemi Covid-19. Strategi-
strategi yang dilakukan oleh Bank Indonesia ini dimaksudkan untuk pemulihan
perekonomian Indonesia agar stabil seperti sedia kala. Maka dari itu, strategi yang dilakukan
oleh Bank Indonesia mempengaruhi tercapainya pemulihan perekonomian 2021.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai
berikut “Strategi yang dilakukan oleh Bank Indonesia mampu mendorong tercapainya
pemulihan ekonomi 2021”.
Pembahasan
1. Profil Bank Indonesia
1.1 Status dan Kedudukan
Bank Indonesia sebagai lembaga yang independen dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU
No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei
1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia
No. 6/ 2009. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu
lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal
yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan
tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau
mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga.
Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank
Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter
secara lebih efektif.
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan
hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik
Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang
merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat
luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank
Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar
pengadilan.
1.2 Visi dan Misi
Visi:
Menjadi bank sentral digital terdepan yang berkontribusi nyata terhadap
perekonomian nasional dan terbaik di antara negara emerging markets  untuk
Indonesia maju.
Misi:
1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah melalui efektivitas kebijakan
moneter dan bauran Kebijakan Bank Indonesia;.
2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan
makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan
mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan;
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan
kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan
Pemerintah serta mitra strategis lain;
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan melalui sinergi bauran Kebijakan Bank Indonesia dengan
kebijakan fiskal dan reformasi struktural Pemerintah serta kebijakan mitra
strategis lain;
5. Turut meningkatkan pendalaman pasar keuangan untuk memperkuat
efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan mendukung pembiayaan ekonomi
nasional;
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional
hingga di tingkat daerah;
7. Mewujudkan bank sentral berbasis digital dalam kebijakan dan kelembagaan
melalui penguatan organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem
informasi yang handal, serta peran internasional yang proaktif.
1.3 Tujuan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Bank
Indonesia sebagai bank sentral dalam rangka mengendalikan pasokan uang guna
mencapai tujuan ekonomi makro serta mendorong pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan. Bank Indonesia bekerja sama dengan pemerintah dan institusi
moneter lainnya Maka dari itu, kebijakan moneter Bank Indonesia harus bersifat
independen atau bebas dari segala pengaruh. Kebijakan moneter bersifat fleksibel,
artinya disesuaikan dengan kebutuhan dinamika perekonomian suatu Negara.
Berikut adalah tujuan utama kebijakan moneter bank sentral:
- Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan
- Kesempatan kerja
- Kestabilan harga
- Keseimbangan neraca pembayaran
Terdapat beberapa proses dalam kebijakan moneter, yakni dimulai dengan
penyusunan atas kebijakan moneter, kemudian dilanjutkan pengumuman atas
kebijakan moneter yang telah disusun, lalu tahap terakhirnya adalah implementasi
dari kebijakan moneter.
Bank Indonesia memiliki lima instrumen yang dijadikan untuk
mengimplementasikan kebijakan moneter yang telah tersusun, diantaranya
adalah :
Yang pertama program operasi pasar terbuka yaitu dilakukan pada saat
bank sentral ingin mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar dengan
cara menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga di pasar
modal. Kedua, kebijakan diskonto yaitu kebijakan dimana bank sentral menambah
atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan atau
menurunkan suku bunga bank.
Ketiga, pengaturan cadangan kas yaitu bank sentral membuat peraturan
untuk menaikkan maupun menurunkan cadangan kas untuk mengatur presentase
tertentu dari uang yang disetorkan nasabah ke bank umum, termasuk besaran
presentase uang nasabah yang tidak boleh dipinjamkan. Keempat, kebijakan kredit
ketat dimana bank sentral mengatur bank umum untuk memberikan kredit dengan
memperhatikan character, capability, collateral, capital, dan condition of
economy. Kebijakan ini diimplementasikan pada saat terjadi gejala inflasi. Yang
terakhir, strategi dorongan moral, dimana bank sentral melakukan control
terhadap jumlah uang yang beredar melalui pengumuman, pidato, dan edaran yang
ditujukan kepada bank umum serta pelaku lainnya.
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai Rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3
Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7. Kestabilan Rupiah yang
dimaksud mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama kestabilan nilai Rupiah
adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin dari
perkembangan laju inflasi. Sementara itu, dimensi kedua terkait dengan kestabilan
nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara lain. Indonesia menganut sistem
nilai tukar mengambang (free floating). Namun, peran kestabilan nilai tukar
sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia sejak 1 Juli 2005
menerapkan kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting Framework (ITF).
Kerangka kebijakan tersebut dipandang sesuai dengan mandat dan aspek
kelembagaan yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Dalam kerangka ini, inflasi
merupakan sasaran yang diutamakan (overriding objective). Bank Indonesia terus
melakukan berbagai penyempurnaan kerangka kebijakan moneter, sesuai dengan
perubahan dinamika dan tantangan perekonomian yang terjadi, guna memperkuat
efektivitasnya.
2. Mengetahui Kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia dalam rangka pemulihan
ekonomi 2021 akibat terjadinya Covid-19
Penyebaran Covid-19 yang semakin meningkat di berbagai Negara telah
berhasil mengguncang perekonomian Negara. Pandemi Covid-19 mulai menyebar di
Indonesia pada triwulan— 2020. Bank Indonesia pun mulai melakukan tindakan
dengan sudah tiga kali menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day-Reverse Repo Rate
(BI7DRR). Tindakan tersebut dilakukan secara konsisten dengan maksud prakiraan
inflasi tetap rendah, terjaganya stabilitas eksternal, dan sebagai acuan untuk
mendorong pemulihan ekonomi Nasional yang terdampak oleh pandemic Covid-19.
Tercatat pada bulan Februari 2020, BI menurunkan 7DRR dari sebelumnya
sebesar 5,00% menjadi 4,75%. Selanjutnya, pada bulan Maret 2020, BI kembali
menurunkan 7DRR sebesar 25bps menjadi 4,50% yang bertahan hingga RDG bulan
Mei 2020. Berdasarkan hasil RDG bulan Juni 2020, 7DRR kembali diturunkan 25bps
menjadi 4,25% dan terakhir kembali diturunkan sebesar 25bps pada RDG Juli 2020
yang dipertahankan hingga RDG Agustus 2020 sebesar 4,00%.
Bank Indonesia terus memperkuat strategi ekspansi moneter untuk tetap
menjaga terjaminnya ekspektasi perekonomian oleh masyarakat ditengah pandemi.
Bank Indonesia melakukan penguatan sinergi untuk mewujudkan pemulihan ekonomi
2021 melalui satu prasyarat dan empat strategi. Satu prasyarat tersebut adalah berupa
vaksinasi dan disiplin protocol kesehatan. Sedangkan keempat strategi yang dilakukan
adalah sebagai berikut.
Strategi yang pertama adalah berupa melanjutkan kebijakan stabilisasi nilai
tukar Rupiah sesuai nilai fundamental dan mekanisme pasar ditengah ketidakpastian
pasar keuangan global. Kemudian, Bank Indonesia menekankan peenguatan sinergi
ekspansi moneter yang didukung akselerasi stimulus fiscal pemerintah. Bank
Indonesia mewujudkannya melalui pendanaan atas APBN 2020 yang difokuskan
untuk pembiayaan kesehatan, perlindungan social, serta sektoral Kementrian atau
Lembaga dan Pemerintah Daerah. Bank Indonesia juga melakukan kerja sama dengan
Pemerintah (Kementrian Keuangan) untuk mempercepat pemulihan UMKM dan
korporasi.
Strategi ketiga diwujudkan oleh Bank Indonesia melalui tindakan memperkuat
koordinasi langkah dan kebijakan dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK) yang bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan
system keuangan, dengan menyediakan pendanaan bagi Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS) melalui mekanisme repo dan/atau pembelian SBN yang dimiliki LPS sesuai
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2020. Lalu strategi selanjutnya adalah
diwujudkan dengan mempercepat digitalisasi system pembayaran untuk percepatan
implementasi ekonomi dan keuangan digital melalui kolaborasi perbankan dan
teknologi finansial, sebagai suatu upaya perluasan akses UMKM dan masyarakat
kepada layanan ekonomi dan keuangan.
Berdasarkan hasi dari strategi-strategi pemulihan ekonomi yang dilakukan
oleh Bank Indonesia, pemulihan ekonomi berhasil mengalami peningkatan secara
signifikan. Pada 2021, perekonomian Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan
4,8% - 5,8%. Pemulihan ekonomi ini didukung juga oleh beberapa hal diantaranya,
peningkatan kinerja ekspor, konsumsi swasta dan pemerintah, serta investasi baik dari
belanja modal Pemerintah maupun masuknya PMA sebagai respon positif terhadap
UU Cipta Kerja. Stabilitas makroekonomi terjaga dengan inflasi yang akan terkendali
sesuai sasaran 3±1% serta nilai tukar Rupiah yang akan bergerak stabil dan berpotensi
menguat. Stabilitas eksternal terjaga, dengan surplus neraca pembayaran didukung
defisit transaksi berjalan yang rendah di sekitar 1,0-2,0% PDB. Stabilitas sistem
keuangan juga semakin membaik, dengan rasio permodalan yang tinggi, NPL yang
rendah, serta pertumbuhan DPK dan kredit yang masing-masing meningkat ke sekitar
7-9% pada 2021. Hal ini disampaikan pada kesempatan yang sama oleh Gubernur
Bank Indonesia, Perry Warjiyo.
Kesimpulan
Bank Indonesia menjadi suatu lembaga yang independen. Status dan kedudukan
sebagai suatu lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-
hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang Kebijakan moneter adalah suatu tindakan
yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam rangka mengendalikan
pasokan uang guna mencapai tujuan ekonomi makro serta mendorong pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan.
Bank Indonesia bekerja sama dengan pemerintah dan institusi moneter lainnya Maka
dari itu, kebijakan moneter Bank Indonesia harus bersifat independen atau bebas dari segala
pengaruh. Kebijakan moneter bersifat fleksibel, artinya disesuaikan dengan kebutuhan
dinamika perekonomian suatu Negara.
Bank Indonesia memiliki lima instrumen yang dijadikan untuk mengimplementasikan
kebijakan moneter yang telah tersusun, diantaranya adalah :
a. Program operasi pasar terbuka
b. Kebijakan diskonto
c. Pengaturan cadangan kas
d. Kebijakan kredit ketat
e. Strategi dorongan moral
Strategi Bank Indonesia dalam rangka pemulihan ekonomi 2021 akibat adanya
pandemi Covid-19 adalah sebagai berikut:
a. Melanjutkan kebijakan stabilitas nilai tukar Rupiah
b. Melakukan kerja sama dengan pemerintah (Kementrian Keuangan)
c. Memperkuat koordinasi langkah dan kebijakan dengan pemerintah dan Komite
Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)
d. Mempercepat digitalisasi system pembayaran
Berdasarkan hasi dari strategi-strategi pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh Bank
Indonesia, pemulihan ekonomi berhasil mengalami peningkatan secara signifikan. Pada 2021,
perekonomian Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan 4,8% - 5,8%.
Daftar Pustaka
Silvia E D, dkk, “Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Inflasi di Indonesia”, J.
Kajian Ekonomi., vol. 1, no. 02, 2013.

UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia


BICARA EDISI 84 TAHUN 2020
https://blog.pluang.com/artikel/kebijakan-moneter-bank-sentral/
https://www.bi.go.id/id/
https://bisnis.tempo.co/read/1416705/5-kebijakan-bank-indonesia-untuk-dukung-pemulihan-
ekonomi-2021

Anda mungkin juga menyukai