Anda di halaman 1dari 2

KELOMPOK 1

Nama Anggota

1. Mohammad Faizal Eka S (180422623056)


2. Nabila Permatasari (180422623090)
3. Nanda Ratna Agustina (180422623082)

Offering II

TUGAS Bank dan Lembaga Keuangan Non-Bank

Pertanyaan:

Bagaimana Strategi Manajemen yang dilakukan oleh BPR sebagai upaya untuk tetap
mempertahankan kegiatan operasionalnya dimasa pandemi saat ini?

Jawab:

Terdapat beberapa bentuk strategi bisnis yang harus dilakukan BPR di masa pandemi ini,
antara lain :

1. Melakukan relaksasi bagi debitur yang terdampak


Relaksasi merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh BPR kepada nasabahnya
yakni berupa pemberian kelonggaran atas kewajiban kreditnya. Relaksasi ini
ditujukan hanya untuk debitur-debitur yang terdampak atas pandemi Covid-19.
Artinya, debitur-debitur yang tidak terdampak, tidak berhak mendapatkan relaksasi
kredit. Pada umumnya terdapat tiga jenis relaksasi yang dilakukan oleh BPR yaitu:

a. Perpanjangan jangka waktu


b. Penjadwalan kembali
c. Jenis relaksasi lainnya (sesuai kebijakan tiap-tiap BPR)
2. Pertumbuhan kredit yang harus dilakukan secara selektif pada sektor-sektor prospektif
Pertumbuhan kredit oleh BPR pada masa pandemi harus dilakukan secara selektif.
Artinya, pertumbuhan kredit tidak dilakukan secara meluas seperti pada masa
normal. BPR harus focus terhadap sektor-sektor yang dinilai prospek untuk dibiayai.
BPR senantiasa selektif terhadap sektor usaha yang eksis dan berkembang saja. Sektor
usaha tersebut adalah seperti agribisnis, telekomunikasi, ritel e-commerce, farmasi,
produk pembersih, dan alat kesehatan. Sedangkan untuk sektor-sektor yang dinilai
terpuruk atau merugi sehingga tidak memiliki prospek sama sekali, maka sebaiknya
BPR tidak perlu menjadikan sektor tersebut sebagai pilihan atas pembiayaan
kreditnya terlebih dahulu. Dengan melakukan tindakan selektif ini, BPR tidak lagi
membawa risiko kredit macet atas pembiayaan kreditnya.

3. Menjaga stabilitas likuiditas


BPR harus senantiasa menjaga likuiditasnya dengan selalu menjaga angka rasio LDR
(Loan to Deposit Ratio). Rasio LDR ini merupakan alat yang digunakan untuk
membandingkan total pinjaman bank dengan total simpanan bank pada periode yang
sama. Apabila perhitungan LDR menunjukkan angka rasio yang tinggi, berarti bank
tersebut meminjamkan seluruh dana yang dimilikinya, dengan demikian bank tersebut
relatif tidak likuid. Namun sebaliknya, jika angka hasil LDR rendah, maka bank
disebut likuid karena memiliki kelebihan kapasitas dana yang siap dipinjamkan. Maka
dari itu, angka rasio LDR harus tetap terjaga, karena semakin besar penyalurdan dana
yang dilakukan oleh BPR semakin tinggi pula risiko yang akan ditanggungnya.

4. Mengelola mitigasi risiko

BPR harus mengelola mitigasi risiko dengan tepat. Dimana pihaknya harus
mempunyai mapping ataupun perencanaan atas debitur untuk proses restrukrisasi
utang, yang akan memberikan gambaran jelas cashflow BPR. Serta BPR, harus
mengkontrol penempatan dana antarbank. Diharapkan dengan adanya proses mapping
ini, aspek cashflow dan likuiditas BPR dapat lebih terstruktur dan terjaga selama
pandemi ini.

5. Menerapkan digitalisasi perbankan

BPR harus selangkah lebih maju menerapkan digitalisasi perbankan. Era fintech telah
menyasar ke dalam berbagai sektor kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah sektor
perbankan. Layanan produk dan jasa perbankan harus dikonversikan menjadi
digitalisasi banking. Misalnya saja pada aktivitas pendampingan dan konsultasi bisnis.
BPR harus menyediakan layanan baik berupa mobile apps yang dapat terhubung
langsung oleh customer service BPR.

Daftar Pustaka

https://infobanknews.com/topnews/strategi-bpr-pulihkan-bisnis-di-tengah-pandemi/

https://radityakurnianto.wordpress.com/college-assignments/6th-semester/pengertian-loan-to-
deposit-ratio-ldr-dan-contoh-ilustrasinya/

Anda mungkin juga menyukai