Anda di halaman 1dari 3

Nama :Monita Sitorus

Nim :2040740002
Prodi :Analisis Keuangan
Matkul :Praktikum penilaian Bisnis dan Agunan
Dosen :Cyntia Anggi Maulina,S.T,M.M

1. Berapa cash rasio bank umum dan BPR?


Jawaban:
Cash ratio (rasio kas) adalah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan suatu perusahaan
atau bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aset kas dan
setara kas. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah kas dan setara kas oleh kewajiban
jangka pendek.

 Cash ratio bank BPR (Bank Perkreditan Rakyat) dapat bervariasi tergantung pada
kondisi keuangan dan kebijakan manajemen risiko dari masing-masing bank BPR.
Namun, secara umum, bank BPR di Indonesia memiliki persyaratan minimum rasio likuiditas
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu:
1. Rasio Likuiditas Primer (Primary Liquidity Ratio/PLR) sebesar 20%
2. Rasio Likuiditas Sekunder (Secondary Liquidity Ratio/SLR) sebesar 25%
Rasio likuiditas ini mengacu pada jumlah dana yang tersedia dalam bentuk kas dan investasi
yang mudah dicairkan dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek yang harus segera
dibayar oleh bank. Namun, perlu diingat bahwa cash ratio bukan satu-satunya faktor yang
menentukan kesehatan keuangan sebuah bank. Terdapat juga faktor-faktor lain seperti
kualitas aset, leverage ratio, dan lainnya yang perlu diperhatikan.

 Secara umum, Bank Umum di Indonesia juga memiliki persyaratan minimum rasio
likuiditas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu:
1. Rasio Likuiditas Primer (Primary Liquidity Ratio/PLR) sebesar 15%
2. Rasio Likuiditas Sekunder (Secondary Liquidity Ratio/SLR) sebesar 20%
Namun, setiap bank umum dapat memiliki cash ratio yang berbeda-beda tergantung pada
kebijakan manajemen risiko dan kondisi keuangan masing-masing bank. Sebagai contoh,
beberapa bank umum memiliki cash ratio yang lebih tinggi dari persyaratan minimum Bank
Indonesia untuk memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk menghadapi situasi yang
tidak terduga atau meningkatnya permintaan nasabah untuk menarik dana.

2.berapa batas maksimal pemberian kredit BPR dan BANK UMUM?


Jawaban:
Batas maksimal pemberian kredit oleh BPR (Bank Perkreditan Rakyat) dan bank umum di
Indonesia diatur oleh Bank Indonesia. Batas ini ditetapkan untuk memastikan stabilitas dan
keamanan sistem perbankan serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Berikut adalah batas maksimal pemberian kredit yang ditetapkan oleh Bank Indonesia:
1. Batas maksimal pemberian kredit oleh BPR
 Pemberian kredit untuk satu debitur maksimal sebesar Rp10 miliar atau 5%
dari modal inti.
 Pemberian kredit untuk satu kelompok usaha maksimal sebesar Rp30 miliar
atau 15% dari modal inti.
2. Batas maksimal pemberian kredit oleh bank umum
 Pemberian kredit untuk satu debitur maksimal sebesar Rp150 miliar atau 25%
dari modal inti.
 Pemberian kredit untuk satu kelompok usaha maksimal sebesar Rp1,5 triliun
atau 25% dari modal inti.
Perlu diingat bahwa batas maksimal pemberian kredit ini bersifat umum dan dapat berbeda
tergantung pada kondisi dan kebijakan masing-masing bank. Selain itu, bank juga harus
memastikan bahwa pemberian kredit tidak melebihi kemampuan nasabah dalam membayar
kembali sehingga tidak menimbulkan risiko kredit yang berlebihan bagi bank.

3. Apa pemyebab bank RUSH?


Jawaban:
Bank rush adalah fenomena di mana banyak nasabah bank datang ke bank pada waktu
yang sama untuk menarik dana mereka secara massal. Hal ini biasanya terjadi ketika
masyarakat kehilangan kepercayaan pada bank dan khawatir bahwa bank tersebut tidak
mampu membayar kembali dana mereka.
Penyebab utama bank rush adalah kehilangan kepercayaan masyarakat pada bank, yang bisa
disebabkan oleh beberapa hal seperti:
1. Krisis keuangan: Krisis keuangan dapat membuat masyarakat kehilangan kepercayaan
pada bank dan menganggap bank tidak stabil secara finansial.
2. Kebijakan pemerintah yang buruk: Kebijakan pemerintah yang buruk dalam mengelola
sektor keuangan dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat pada bank.
3. Skandal keuangan: Skandal keuangan yang melibatkan bank atau industri keuangan
secara keseluruhan dapat membuat masyarakat kehilangan kepercayaan pada bank.
4. Rumor yang beredar: Rumor atau kabar burung yang tidak benar tentang keadaan
keuangan suatu bank dapat memicu masyarakat untuk menarik dana mereka secara
massal.
5. Kebijakan bank yang tidak transparan: Kebijakan bank yang tidak transparan atau sulit
dipahami oleh masyarakat dapat mempengaruhi kepercayaan mereka pada bank.
6. Ketidakpastian politik: Ketidakpastian politik dapat mempengaruhi kepercayaan
masyarakat pada bank dan sektor keuangan secara keseluruhan.

Ketika bank rush terjadi, bank dapat mengalami masalah likuiditas dan kebangkrutan, yang dapat
menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi nasabah dan perekonomian secara keseluruhan.
Oleh karena itu, penting bagi bank untuk membangun kepercayaan masyarakat dan menjaga
keseimbangan keuangan agar terhindar dari bank rush.

4. Apa itu risiko pasar dan hubungannya dengan Agunan?


Jawaban:
Resiko pasar (market risk) adalah risiko yang terkait dengan fluktuasi harga pasar atas
aset atau instrumen keuangan yang dimiliki oleh suatu institusi keuangan, seperti bank
atau perusahaan asuransi. Risiko pasar dapat mempengaruhi nilai portofolio investasi
dan laba/rugi institusi keuangan.
Resiko pasar yang berhubungan dengan agunan (collateral) dapat terjadi jika nilai
agunan yang dijaminkan oleh nasabah sebagai jaminan pinjaman atau kredit turun nilainya di
pasar. Hal ini dapat terjadi karena perubahan kondisi ekonomi, perubahan kondisi properti
atau aset lainnya yang dijaminkan, atau fluktuasi pasar yang umum.
Jika nilai agunan turun, maka risiko kredit bagi bank atau institusi keuangan akan meningkat.
Karena jika nasabah tidak mampu membayar kembali kredit atau pinjaman yang diberikan,
maka bank atau institusi keuangan harus menjual agunan untuk menutupi kerugian tersebut.
Jika nilai agunan turun di pasar, maka bank atau institusi keuangan mungkin tidak dapat
memulihkan seluruh jumlah kredit atau pinjaman yang diberikan, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kerugian.
Untuk mengurangi risiko pasar yang berhubungan dengan agunan, bank atau institusi
keuangan dapat melakukan evaluasi yang hati-hati terhadap nilai agunan dan membatasi
pemberian kredit atau pinjaman atas dasar nilai agunan yang tepat. Selain itu, bank atau
institusi keuangan dapat mempertimbangkan untuk memilih agunan yang lebih likuid dan
stabil nilainya di pasar untuk mengurangi risiko pasar yang terkait dengan agunan.

Anda mungkin juga menyukai