Anda di halaman 1dari 18

PENUGASAN 02

RINGKASAN BAHAN KAJIAN 02


REGULASI PERBANKAN

Diajukan kepada Program Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo
guna memenuhi Syarat dalam Mata Kuliah
MANAJEMEN PERBANKAN
yang diampu oleh
Prof. Buyung Sarita, S.E.,M.S.,Ph.D
Dr. Sujono, S.E.M.Si

OLEH
ANNISA NUR ANJANI
NIM. B1B121007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2024

1
A. Manfaat Regulasi Bank

Bank memiliki tanggung jawab tidak hanya pada tujuan bisnisnya, tetapi juga
pada amanat nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Regulasi yang
mengatur kegiatan perbankan harus memastikan bank bertindak secara adil dan
mempromosikan kemakmuran bersama, sehingga tidak terjadi dominasi atau monopoli
yang bertentangan dengan prinsip pemerataan kemakmuran. Stakeholder, termasuk
pemilik saham, karyawan, kreditur, deposan, dan masyarakat umum, memiliki
kepentingan yang sama dalam kelangsungan hidup bank, yang merupakan lembaga
kepercayaan masyarakat. Perlindungan dana masyarakat melalui regulasi permodalan
sangat penting karena operasi bank bergantung pada dana dari masyarakat atau kreditur.
Kebangkrutan bank dapat berdampak buruk pada sistem perbankan nasional dan
perekonomian secara keseluruhan, sehingga perlu diatur dengan cermat (Taswan,
2010).

B. Tujuan regulasi bank

Regulasi, deregulasi, dan reregulasi pada dasarnya bertujuan untuk


memastikan perkembangan bank berlangsung dengan teratur, tanpa menghambat
pertumbuhan sektor lain dalam ekonomi. Kebijakan yang diterapkan oleh otoritas
moneter dalam sektor perbankan harus berjalan seiring dengan kebijakan di sektor
ekonomi lain, seperti pasar modal dan asuransi, agar tercipta keselarasan. Dari sudut
pandang perbankan, regulasi perlu mendukung kelangsungan operasional bank,
kontribusi terhadap stabilitas ekonomi secara keseluruhan, dan memberikan
kesempatan kepada bank untuk berkembang dalam lingkungan kompetisi yang adil.
Oleh karena itu, regulasi perbankan sejatinya bertujuan untuk melindungi kepentingan
umum, kestabilan, dan struktur ekonomi.
1. Keamanan
Aspek keamanan bertujuan untuk menghindari kegagalan pasar dan fenomena
penarikan dana secara massal oleh masyarakat yang dapat menyebabkan kebangkrutan
sebuah bank. Pihak berwenang di sektor moneter mengakui peranan penting bank
dalam peredaran uang, yang secara langsung mempengaruhi tingkat pengangguran,

2
produksi, dan pendapatan masyarakat. Karena itu, kegagalan sebuah bank bisa sangat
merugikan ekonomi negara. Fokus perhatian bukan hanya pada bank tertentu,
melainkan pada keselamatan sistem perbankan secara keseluruhan. Kegagalan satu
bank dapat memicu krisis pada bank lain, mengganggu sistem perbankan nasional.
Meskipun ada asuransi deposito yang bisa menutupi sebagian risiko, biaya dari
kegagalan bank tetap berdampak pada ekonomi makro dan bank itu sendiri.
2. Stabilitas
Stabilitas sangat berkaitan dengan tujuan stabilisasi makroekonomi. Efek
domino dari kegagalan satu atau beberapa bank pada sistem perbankan adalah masalah
kritis. Contoh dari krisis perbankan tahun 1997/1998 menunjukkan bahwa likuidasi
beberapa bank bisa menyulitkan bank lain yang sebelumnya dianggap stabil. Hal ini
menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank. Pemerintah berusaha
mencegah kejatuhan bank lain dengan berbagai cara seperti penjaminan deposito,
pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), dan restrukturisasi, yang
semua itu membutuhkan biaya besar. Biaya ini pada akhirnya ditanggung oleh
masyarakat melalui beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
3. Structure
Regulasi diperlukan untuk mengendalikan struktur perbankan, yang mencakup jumlah
dan penyebaran bank. Pengendalian struktur ini bertujuan untuk memastikan adanya
persaingan yang sehat dan efisiensi di pasar. Otoritas moneter mengarahkan
perhatiannya pada masalah persaingan dan efisiensi bank melalui objektif struktural.
Penting bagi bank-bank yang ada untuk tidak mendominasi pasar, karena monopoli
dapat mengganggu pencapaian sasaran kebijakan moneter dan menimbulkan
ketidaksempurnaan ekonomi. Oleh karena itu, persaingan yang sehat antara bank atau
antara bank dengan lembaga non-bank dapat membantu menciptakan efisiensi
ekonomi.
Menjamin keamanan dan kesehatan lembaga penyimpanan peraturan institusi
yang dimanaMenjamin keamanan lembaga penyimpanan dan keuangan instrumen
dengan Maksud untuk menyediakan sistem keuangan yang efisien dan kompetitif ,
memberikan stabilitas moneter,Menjaga integritas sistem pembayaran negara serta
melindungi konsumen dari penyalahgunaan yang di lakukan oleh lembaga pemberi
kredit Tujuan utama di baliknya keamanan dan Kesehatan adalah untuk menjaga
kepercayaan domestik dan internasional, melindungi deposan dan, pada akhirnya,
pembayar pajak, dan menjaga stabilitas keuangan.
3
sistem keuangan menyediakan alokasi yang efisien atas sumber daya negara yang
langka,
karena sistem pembayarannya dapat diandalkan, dan lembaga bersedia memberikan
kredit yang tetap merumuskan pertumbuhan ekonomi. Tujuan ini secara tradisional
dicapai dengan membatasi pengambilan risiko di masing-masing institusi, dengan
membatasi masuk dan keluarnya, dan oleh pemerintah federal.

C. Regulasi Lembaga, pengurus, pemilik bank


a. Regulasi lembaga
Regulasi untuk lembaga penyimpanan sangat ketat karena mereka bertanggung
jawab atas jenis penyimpanan tertentu. Oleh karena itu, mereka harus mematuhi standar
peraturan minimum agar tidak beroperasi dengan risiko yang tidak terkendali. Koch
mcdonald 2015
Lima alasan regulasi Lembaga penyimpanan yaitu;
1) Memastikan keamanan dan kesehatan lembaga penyimpanan serta instrumen
keuangan.
2) Membangun sistem keuangan yang efisien dan kompetitif.
3) Menjaga stabilitas moneter.
4) Memelihara integritas sistem pembayaran nasional.
5) Melindungi konsumen dari penyalahgunaan yang mungkin dilakukan oleh lembaga
pemberi kredit.

b. regulasi pengurus

1. Pendirian Bank
A. Pendirian Bank Umum
Bank harus memperoleh izin dari Gubernur Bank Indonesia sebelum melakukan
pendirian dan operasi. Modal minimum yang diperlukan untuk mendirikan Bank
Umum konvensional adalah Rp 3 triliun, sedangkan untuk Bank Umum Syariah
setidaknya Rp 1 triliun. Bank Umum dapat didirikan oleh:
1) Warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.
2) Kemitraan antara warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia dengan warga
negara atau badan hukum asing.
3) Pemerintah daerah (terutama untuk bank umum syariah).
B. Pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

4
BPRhanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan ijin Bank Indonesia.
BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh:
1) warga negara Indonesia
2) Badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia
3) Pemerintah Daerah
4) dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksucl dalam angka 1), 2), dan 3).
C. Pendirian bank syariah
Dalam bank syariah terdapatModal disetor untuk mendirikan BPR, Modal disetor untuk
mendirikan BPR Syariah, Modal disetor untuk mendirikan BPR Syariah, Pembukaan
Kantor Perwakilan Bank Asing. Ini jadikan sebagai syarat dalam adanya kependirian
bank syariah.
b. Regulasi pemilik bank

Untuk memastikan integritas dan keamanan dalam pendanaan kepemilikan bank


umum konvensional, dana tersebut tidak boleh diperoleh melalui:
a. pinjaman atau bentuk pembiayaan apapun dari bank atau entitas lain di Indonesia;
serta
b. dana yang berkaitan dengan atau dimaksudkan untuk aktivitas pencucian uang.
Dalam kasus BPR konvensional, pendanaan untuk kepemilikan harus bebas dari
pinjaman atau bentuk pembiayaan dari bank atau entitas lain, dengan pengecualian
untuk dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Untuk
kepemilikan bank umum syariah dan BPR Syariah, dilarang menggunakan dana yang:
a. diperoleh melalui pinjaman atau bentuk pembiayaan lain dari bank atau entitas
manapun;
b. bersumber dari aktivitas yang bertentangan dengan prinsip syariah (untuk BPR
Syariah);
c. berkaitan dengan atau dimaksudkan untuk aktivitas pencucian uang.
Kriteria untuk calon pemilik bank meliputi:
a. Memiliki karakter dan moral yang terpuji;
b. Berkomitmen untuk mengikuti semua peraturan yang berlaku, termasuk peraturan
perbankan syariah untuk bank umum syariah;
c. Memiliki dedikasi yang kuat untuk memajukan operasi bank menjadi lebih sehat
(untuk bank umum konvensional) dan memajukan bank agar menjadi lebih kuat dan
sehat (untuk bank umum syariah);
5
d. Tidak tercatat dalam daftar hitam (khusus untuk bank umum konvensional).

Setiap perubahan kepemilikan bank harus mengikuti prosedur yang ditetapkan dalam regulasi
yang berlaku.

D. Regulasi usaha dan produk bank


1. Pedagang Valuta Asing (PVA) bagi Bank
Untuk menjadi Pedagang Valuta Asing (PVA) yang diakui oleh Bank Indonesia,
bank konvensional non-devisa, baik yang beroperasi berdasarkan prinsip konvensional
maupun syariah, serta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) harus memenuhi beberapa kriteria tertentu. Ini termasuk:
• Mempertahankan rasio Kecukupan Modal Minimum (KPMM) yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan;
• Menyusun dan mencantumkan rencana untuk menjalankan aktivitas sebagai
PVA dalam Rencana Bisnis Bank bagi bank non-devisa atau dalam Rencana
Kerja dan Laporan Pelaksanaan Kerja untuk BPR dan BPRS; dan
• Menyiapkan dan menyertakan rencana operasional yang matang.
Selanjutnya, untuk BPR dan BPRS khususnya, ada persyaratan tambahan yang harus
dipenuhi, yaitu:
• Menunjukkan tingkat kesehatan keuangan yang baik selama 12 bulan terakhir,
yang dikategorikan sebagai sehat; dan
• Memenuhi kriteria tertentu mengenai modal disetor dan struktur pengelolaan
yang telah ditetapkan (Taswan, 2010).
2. Transaksi Derivati
Bank harus melakukan penilaian nilai pasar (mark to market) dan mengelola risiko
transaksi derivatif sesuai dengan aturan yang berlaku. Mereka diizinkan untuk
bertransaksi derivatif berdasarkan perubahan nilai tukar, suku bunga, atau kombinasi
keduanya, kecuali untuk produk terstruktur yang terkait dengan valuta asing terhadap
rupiah. Bank dilarang mempertahankan posisi derivatif dari pihak terkait, memberikan
kredit atau fasilitas cerukan untuk transaksi derivatif, termasuk margin deposit untuk
margin trading, serta melakukan margin trading valuta asing terhadap rupiah, baik
untuk kepentingan sendiri maupun nasabah (Taswan, 2010).
3. Commercial Paper (CP)

6
Dalam taswan 2010 BI menetapkan bahwa hanya Commercial Paper (CP) yang
dikeluarkan oleh entitas non-bank Indonesia, dengan durasi maksimum 270 hari dan
yang telah mendapatkan rating investasi minimal pada tingkat yang dapat diterima dari
agen rating domestik (saat ini Pefindo), yang boleh diterbitkan dan ditransaksikan
melalui sistem perbankan.
4. Simpanan
a) Giro
Rekening giro adalah jenis rekening yang memungkinkan pemiliknya
melakukan penarikan dana melalui cek, bilyet giro, atau metode
pembayaran lainnya, termasuk transfer antar rekening. Bank tidak diizinkan
membuka rekening giro untuk individu yang namanya terdaftar dalam daftar
hitam yang masih aktif.
Pada perbankan syariah, rekening giro dapat dioperasikan berdasarkan
prinsip wadiah atau mudharabah. Dalam giro yang beroperasi dengan akad
wadiah, bank tidak boleh menawarkan imbalan atau bonus kepada
pemegang rekening.
b) Deposito
Deposito merupakan jenis simpanan di bank yang hanya bisa ditarik sesuai
jadwal tertentu yang telah disepakati antara nasabah dan bank. Baik bank
umum maupun BPR berhak mengeluarkan bukti simpanan deposito untuk
simpanan berjangka. Untuk bunga yang diperoleh dari deposito berjangka
ini, dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final. Dalam konteks
perbankan syariah, simpanan deposito beroperasi berdasarkan prinsip
mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank tidak boleh mengurangi bagian
keuntungan nasabah tanpa mendapatkan persetujuan dari nasabah tersebut,
dan tidak dapat menanggung biaya deposito dari persentase keuntungan
bank.
c) Sertifikat Deposito
Deposito memberikan suku bunga yang lebih tinggi, yang dapat berubah-
ubah sesuai dengan fluktuasi suku bunga yang ditawarkan oleh berbagai
opsi investasi lain yang tersedia. (Dilley, 2008).
d) Tabungan
Rekening tabungan merupakan jenis akun yang menawarkan bunga
dengan aturan fleksibel terkait setoran dan pengambilan dana. Akun ini
7
menawarkan suku bunga yang relatif rendah dan seringkali membutuhkan
jumlah saldo minimum tertentu. Banyak nasabah memilih untuk
menggunakan rekening tabungan sebagai cara untuk meningkatkan jumlah
dana yang mereka simpan, terpisah dari rekening giro mereka, dan
umumnya dimiliki secara pribadi. Deborah k dilley
Tabungan di bank syariah dapat dioperasikan berdasarkan prinsip wadi'ah atau
mudharabah. Untuk tabungan berprinsip wadi'ah, bank tidak diizinkan untuk berjanji
akan memberi hadiah atau bonus kepada pemegang rekening. Sementara itu, dalam
akun tabungan mudharabah, pemilik rekening diwajibkan untuk menanamkan sejumlah
dana minimal yang ditentukan oleh bank, dan dana tersebut tidak bisa ditarik kecuali
untuk tujuan penutupan rekening (Taswan, 2010).
E. Regulasi kehati-hatian bank
Teori inti yang menjelaskan fungsi dan keberadaan perbankan sering mengacu
pada peran bank sebagai entitas yang memonitor peminjam. Pemantauan risiko gagal
bayar oleh peminjam memerlukan sumber daya yang signifikan, sehingga lebih efisien
bagi penyimpan untuk menyerahkan proses pemantauan ini kepada institusi khusus
seperti bank. Keahlian dan efisiensi skala yang dimiliki bank dalam menilai risiko
kredit membuat delegasi tugas ini menjadi pilihan yang lebih ekonomis bagi
penyimpan.

Penelitian yang dilakukan oleh Douglas W. Diamond pada tahun 1984


merupakan salah satu analisis terkemuka mengenai mengapa bank menjadi perantara
finansial yang penting, berdasarkan pada teori kontraktual. Diamond mengemukakan
bahwa delegasi pemantauan kepada perantara seperti bank mengeliminasi biaya
redundansi dalam pengumpulan informasi, yang akan terjadi jika setiap pemberi
pinjaman secara independen memantau peminjam, atau mengatasi masalah free rider
dimana pemberi pinjaman menghindari tanggung jawab pemantauan. Teori tentang
intermediasi keuangan ini pada dasarnya menyoroti keuntungan biaya yang diperoleh
melalui perantaraan, suatu konsep yang dipromosikan oleh Joseph Schumpeter, yang
menekankan peran penting pemantauan yang dilakukan oleh bank.

Dalam karyanya, Diamond mengeksplorasi determinan biaya delegasi dan


mengusulkan model teoretis dimana perantara keuangan, seperti bank atau perusahaan
asuransi, menawarkan efisiensi biaya yang lebih baik dibandingkan dengan
8
pendekatan pinjaman langsung. Pendekatan ini mengakui pentingnya sinergi antara
biaya pemantauan dan mekanisme delegasi dalam struktur perbankan dan
intermediasi keuangan. (Barbara et al., 2015).
F. Regulasi Kesehatan bank
• Bank Umum Konvensional
Secara dasarnya, tingkat kesehatan bank dinilai melalui pendekatan kualitatif
terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi kondisi atau kinerja bank, melalui
penilaian kuantitatif dan/atau kualitatif terhadap faktor Permodalan, Kualitas Aset,
Manajemen, Rentabilitas, Likuiditas, dan Sensitivitas terhadap Risiko Pasar
(CAMELS). Untuk Kantor Cabang Bank Asing, penilaian hanya dilakukan pada
faktor Kualitas Aset dan Manajemen.
• Bank umum syariah (BUS)
Untuk Bank Umum Syariah (BUS), penilaian tingkat kesehatannya melibatkan
evaluasi faktor-faktor seperti permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas,
likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian terhadap faktor keuangan
dihitung secara kuantitatif, sementara penilaian terhadap faktor manajemen
dilakukan melalui analisis dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan
unsur penilaian.
• BPR
Sementara untuk BPR, penilaian tingkat kesehatannya juga mengacu pada
pendekatan kualitatif terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi kondisi dan
perkembangan bank, termasuk Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen,
Rentabilitas, dan Likuiditas (CAMEL). Hasil penilaian ditetapkan dalam empat
predikat: Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat, dan Tidak Sehat, dengan bobot
tertentu untuk setiap faktor CAMEL.
• BPRS
Adapun penilaian Tingkat Kesehatan BPRS juga mencakup faktor-faktor seperti
permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan manajemen. Penilaian atas
komponen-komponen tersebut dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif, dengan
pertimbangan indikator pendukung yang relevan. Hasil penilaian ini menentukan
Peringkat Komposit (PK) sebagai peringkat akhir hasil penilaian Tingkat Kesehatan
Bank.

9
G. Regulasi selft regulatory banking
1. Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (PPKPB) mengatur prinsip kehati-
hatian dalam perkreditan, organisasi dan manajemen perkreditan, kebijakan
persetujuan kredit, dokumentasi dan administrasi kredit, serta pengawasan dan
penyelesaian kredit bermasalah. Bank harus mematuhi PPKPB yang telah disusun
secara konsisten.

2. Implementasi Good Corporate Governance (GCG) bertujuan untuk memperkuat


kondisi internal perbankan, melindungi kepentingan stakeholders, meningkatkan
kepatuhan terhadap peraturan, dan menerapkan nilai-nilai etika. GCG didasarkan pada
prinsip keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan kewajaran.
GCG dilaksanakan melalui tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi,
fungsi komite-komite, manajemen risiko, serta transparansi keuangan dan non-
keuangan.

3. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) bertanggung jawab membantu direktur utama dan
dewan komisaris dalam pengawasan operasional, analisis keuangan, identifikasi
efisiensi penggunaan sumber daya, dan memberikan saran perbaikan. SKAI berperan
dalam memastikan kepatuhan bank terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku.

4. Direktur Kepatuhan bank memastikan kepatuhan terhadap peraturan BI dan


perundang-undangan lainnya, serta memonitor kesesuaian bank dengan perjanjian dan
komitmen kepada BI.

5. Rencana Bisnis Bank Umum mencakup berbagai aspek seperti rencana keuangan,
penghimpunan dan penyaluran dana, permodalan, pengembangan organisasi, dan
pengembangan produk. Rencana Bisnis disusun, dilaksanakan, dan dipantau oleh
direksi dan komisaris bank.

6. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) harus menyusun rencana kegiatan dan anggaran
tahunan yang realistis, meliputi penghimpunan dan penyaluran dana, proyeksi neraca
dan laba rugi, pengembangan sumber daya manusia, serta upaya perbaikan kinerja
bank.

10
7. Bank Umum wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif dalam penggunaan
Teknologi Informasi (TI) dan aktivitas internet banking. Penerapan manajemen risiko
meliputi pengawasan aktif, sistem pengamanan, manajemen risiko hukum, dan evaluasi
dan audit berkala.

8. Bank yang memiliki anak perusahaan harus menerapkan manajemen risiko secara
konsolidasi dengan perusahaan anak, memastikan prinsip kehati-hatian diterapkan pada
perusahaan anak, dan menyampaikan laporan profil risiko secara berkala kepada BI.

9. Bank yang melakukan aktivitas bancassurance harus menerapkan manajemen risiko


yang meliputi penetapan perusahaan asuransi mitra, perjanjian kerjasama, prinsip
kehati-hatian, dan perlindungan nasabah.

10. Bank harus menerapkan manajemen risiko pada aktivitas yang berkaitan dengan
reksadana, termasuk seleksi mitra manajer investasi, identifikasi dan pengendalian
risiko, serta pemenuhan persyaratan peraturan yang berlaku.

11. Sertifikasi manajemen risiko wajib bagi pengurus dan pejabat bank, yang harus
memiliki kompetensi dan keahlian di bidang manajemen risiko. Bank juga diwajibkan
untuk menyusun rencana pengembangan sumber daya manusia dalam peningkatan
kompetensi di bidang manajemen risiko.

12. Bank harus memastikan kepatuhan terhadap berbagai ketentuan kehati-hatian dalam
aktivitasnya, baik secara individual maupun konsolidasi dengan perusahaan anak, serta
dalam aktivitas yang berkaitan dengan reksadana dan bancassurance.
H. Regulasi pembiayaan
1. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) bagi Bank Umum
- Bank dapat memperoleh FPJP jika mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek.
- Persyaratan meliputi rasio kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) yang
positif.
- Plafon FPJP diberikan berdasarkan kebutuhan likuiditas hingga memenuhi kewajiban
GWM.
- FPJP harus dijamin oleh bank dengan agunan yang berkualitas tinggi.

11
- Bank yang memerlukan FPJP harus menyampaikan rencana perbaikan dalam 5 hari
setelah pencairan.
- Bank penerima FPJP ditempatkan dalam status Pengawasan Khusus.
2. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) bagi BPR
- BPR dapat memperoleh FPJP jika memenuhi kriteria, termasuk memiliki cash ratio
yang cukup.
- Plafon FPJP diberikan berdasarkan kebutuhan pendanaan jangka pendek hingga
mencapai Rasio Kebutuhan Kas sebesar 10%.
- FPJP harus dijamin oleh BPR dengan agunan yang berkualitas tinggi.
- Jangka waktu FPJP adalah 30 hari kalender dan dapat diperpanjang hingga maksimal
90 hari.
3. Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank Syariah (FPJPS)
- Bank syariah dapat mengajukan FPJPS kepada BI melalui BI-SSSS.
- FPJPS harus dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi dan sesuai dengan prinsip
syariah.
- Agunan bisa berupa SWBI atau surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip
syariah.

4. Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) bagi Bank Umum


- FLI adalah pendanaan oleh BI kepada bank peserta sistem BI-RTGS dan SKNBI.
- Bank harus memiliki surat berharga yang dapat direpokan kepada BI dan status aktif
sebagai peserta
- FLI bisa dalam bentuk FLI-RTGS atau FLI-Kliring dan harus diselesaikan pada hari
yang sama.
5. Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah (FLIS)
- FLIS adalah fasilitas pendanaan bagi bank syariah dalam sistem BI-RTGS dan
SKNBI.
- FLIS menggunakan prinsip Mudharabah dan harus dilunasi pada hari yang sama.
- Bank harus memiliki surat berharga atau tagihan yang sesuai dengan prinsip syariah.

6. Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) bagi Bank Umum


- FPD adalah fasilitas pembiayaan dari BI kepada bank yang mengalami kesulitan
likuiditas dengan dampak sistemik.
- FPD dijamin oleh pemerintah dan hanya diberikan kepada bank Indonesia.
12
- Bank penerima FPD harus menyampaikan action plan dan laporan likuiditas harian
kepada BI.
I. Regulasi lain
• Fasilitas Simpanan Bank lndonesia Dalam Rupiah (FASBI)
FASBI merupakan layanan yang ditawarkan oleh Bank Indonesia kepada institusi
perbankan, memungkinkan mereka untuk menyetorkan dana mereka pada Bank
Indonesia. Durasi penempatan dana melalui FASBI dibatasi hingga maksimal 7
hari, dihitung mulai dari tanggal transaksi selesai hingga tanggal dana tersebut jatuh
tempo. Dana yang ditempatkan dalam FASBI tidak dapat diperjualbelikan,
digunakan sebagai jaminan, ataupun ditarik sebelum mencapai tanggal jatuh tempo.
• Pinjaman Luar Negeri Bank (PLN)
Bank diizinkan untuk mengakses Pinjaman Luar Negeri (PLN), baik untuk durasi
pendek maupun panjang, dengan syarat harus mengadopsi pendekatan berhati-hati.
Sebelum berpartisipasi dalam pasar untuk mendapatkan PLN jangka panjang, bank
harus mendapatkan izin dari Bank Indonesia, dan detail rencana tersebut harus
diintegrasikan ke dalam rencana bisnis bank.
• Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)
PUAS adalah aktivitas perdagangan finansial jangka pendek yang dijalankan antar
bank berlandaskan norma-norma syariah, tersedia dalam mata uang rupiah maupun
asing. Peserta dalam PUAS meliputi Bank Syariah, Unit Usaha Syariah (UUS), dan
Bank Konvensional. Bank Syariah dan UUS memiliki kemampuan untuk menaruh
atau menerima dana melalui alat finansial PUAS yang telah disahkan oleh Bank
Indonesia (BI). Sedangkan, Bank Konvensional diizinkan untuk hanya
menempatkan dana pada alat PUAS yang telah ditentukan oleh BI. Semua peserta
PUAS diwajibkan untuk menginformasikan setiap transaksi PUAS ke BI,
mengikuti regulasi yang ditetapkan oleh BI.
• Lembaga Sertifikasi Bagi BpR/BpRS
a. Lembaga Sertifikasi dibangun dengan tujuan utama untuk memastikan standar
kualitas dalam Sistem Sertifikasi, memastikan implementasi yang efektif dari
Sistem Sertifikasi, serta meningkatkan standar profesionalitas dan kemampuan
dari sumber daya manusia di BPR/BPRS.
b. Kriteria yang harus dipenuhi oleh Lembaga Sertifikasi meliputi:

13
- Adanya visi dan misi yang jelas dalam memajukan dan mengembangkan kapasitas
sumber daya manusia di BPR, mendukung pembangunan industri BPR/BPRS yang
berkelanjutan, kuat, dan efektif.
- Struktur organisasi yang minimal mencakup: Dewan Sertifikasi, Komite
Kurikulum Nasional, dan bagian Manajemen.
- Kapabilitas dan dedikasi dalam mengelola, menetapkan, dan mengembangkan
Sistem Sertifikasi berdasarkan prinsip kompetensi dan komitmen.
• Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valas oleh Bank
Bank dilarang, dibatasi, atau dikecualikan dari melakukan beberapa transaksi
tertentu dengan Pihak Asing, yang termasuk:
a. Warga negara asing;
b. Badan hukum asing dan lembaga asing lainnya, kecuali kantor cabang bank
asing di Indonesia, Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA), Badan
hukum asing, atau lembaga asing yang bertujuan non-profit;
c. Warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap di luar negeri
dan tidak tinggal di Indonesia;
d. Kantor bank di luar negeri dari bank yang berbasis di Indonesia;
e. Kantor perusahaan di luar negeri dari perusahaan yang berbadan hukum
Indonesia.

Transaksi yang dilarang bagi bank dengan Pihak Asing termasuk:

2. Pemberian kredit dalam rupiah dan/atau valuta asing;


3. Penempatan dana dalam rupiah;
4. Pembelian surat berharga dalam rupiah yang diterbitkan oleh pihak Asing;
5. Tagihan antar kantor dalam rupiah;
6. Tagihan antar kantor dalam valuta asing untuk pemberian kredit di luar
negeri;
7. Penyertaan modal dalam rupiah;
8. Transfer dana dalam rupiah ke rekening yang dimiliki oleh Pihak Asing,
atau rekening yang dimiliki bersama (joint account) antara Pihak Asing dan
Bukan Pihak Asing di bank domestik;

14
9. Transfer dana dalam rupiah ke rekening yang dimiliki oleh Pihak Asing,
atau rekening yang dimiliki bersama antara Pihak Asing dan Bukan Pihak
Asing di bank luar negeri.
• . Sistem Kliring Nasional
Kliring adalah proses pertukaran instrumen keuangan atau Data Keuangan
Elektronik (DKE) antara peserta kliring, baik atas nama mereka sendiri maupun
atas nama nasabah mereka, yang hasilnya diselesaikan pada waktu yang ditentukan.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) merupakan platform kliring yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia, yang mencakup kliring debet dan kredit
dengan penyelesaian akhir dilakukan secara nasional. Penyelesaian akhir dalam
kliring debet dan kredit dilakukan oleh Penyelenggara Kliring Nasional (PKN)
berdasarkan perhitungan net multilateral, mengikuti prinsip pembayaran utang yang
bersifat final dan tidak dapat dibatalkan.
• Real Time Gross Settlement (RTGS)
Untuk memperkuat efisiensi, kecepatan, keamanan, dan keandalan sistem
pembayaran, Bank Indonesia telah memperkenalkan Sistem Bank Indonesia Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS). BI-RTGS adalah sistem elektronik untuk
transfer dana antara Peserta dalam mata uang rupiah, yang memungkinkan
penyelesaian transaksi secara instan dan individual.
• Sertifikat Bank lndonesia (SBl)
SBI adalah instrumen keuangan dalam bentuk Rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai bentuk pengakuan utang dengan jangka waktu tertentu dan
merupakan bagian dari Operasi Pasar Terbuka. Jangka waktu SBI berkisar antara 1
bulan hingga maksimal 12 bulan. SBI dikeluarkan tanpa dokumen fisik (scripless)
dan diperdagangkan dengan sistem diskonto. Selain bank, SBI juga dapat dimiliki
oleh pihak lain yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan dapat dipindahtangankan
(negotiable). SBI dapat dibeli di pasar perdana dan diperdagangkan di pasar
sekunder melalui repo atau outright.
• Sertifikat Bank lndonesia Syariah (SBIS)
SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam
mata uang rupiah yang diterbitkan oleh BI. SBIS diterbitkan sebagai salah satu
instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah.

15
• Surat Utang Negara (SUN)
SUN merupakan singkatan dari Surat Utang Negara, yang terdiri dari Surat
Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara. SPN memiliki jangka waktu
hingga 12 bulan dengan pembayaran bunga yang dihitung secara diskonto,
sementara obligasi negara memiliki jangka waktu lebih dari 12 bulan dengan
pembayaran bunga berupa kupon atau diskonto. Individu, perusahaan, koperasi,
atau entitas lain yang terorganisir dapat membeli SUN melalui pasar perdana
dengan mengajukan penawaran kepada agen lelang Bank Indonesia melalui peserta
lelang yang termasuk bank, perusahaan pialang pasar uang, dan perusahaan efek
yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
• Rahasia Bank
Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan
rnengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Keterangan mengenai nasabah
selain nasabah penyimpan dan simpanannya, bukan merupakan keterangan yang
wajib dirahasiakan oleh bank.

J. Lps, laundering, dan bank syariah


1. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merupakan lembaga pemerintah yang memiliki
dua fungsi utama:
a. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.
b. Berperan aktif dalam menjaga stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannya.
Tugas LPS meliputi:
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.
b. Melaksanakan penjaminan simpanan dengan merumuskan dan menetapkan
kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem perbankan.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank Gagal (bank resolusi)
yang tidak berdampak sistemik.
d. Melakukan penyelesaian dan penanganan Bank Gagal dengan kewenangan:
- Mengambil alih dan menjalankan semua hak dan wewenang Pemegang saham,
termasuk RUPS.
- Mengelola aset dan kewajiban Bank Gagal yang diselamatkan.

16
- Memeriksa, membatalkan, menghentikan, atau mengubah kontrak yang mengikat
Bank Gagal dengan pihak ketiga yang merugikan bank.
- Menjual atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan debitur atau kewajiban bank
tanpa persetujuan kreditur.

2. Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)

1. Pencucian Uang: Tindakan menempatkan, mentransfer, membayar, mengeluarkan,


atau melakukan tindakan lain terhadap harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga
sebagai hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul harta kekayaan tersebut.

2. Transaksi Keuangan Mencurigakan Termasuk transaksi keuangan yang tidak sesuai


dengan profil, karakteristik, atau kebiasaan transaksi nasabah, transaksi yang dilakukan
untuk menghindari pelaporan yang wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan, atau
transaksi dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana.

3. Hasil Tindak Pidana: Merujuk kepada harta kekayaan yang diperoleh dari berbagai
tindak pidana seperti korupsi, penyuapan, perdagangan manusia, terorisme, pencurian,
penipuan, dan tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara minimal 4
tahun, baik dilakukan di dalam maupun di luar wilayah Indonesia.

17
Daftar Pustaka

Barbara, K., Barbara, K., and Molyneux, P. (2015): Perkenalaln Pada Perban
kan (2nd ed.), Copyright Licensing Agency Ltd, Saffron House, 6–10 Kirby
Street, London EC1N 8TS, london, 1–77 hal.
Dilley, D. K. (2008): Esensial of banking (1st ed.), JohnWiley& Sons, Inc.,
Hoboken, NewJersey., Kanada, 4–80 hal.
Taswan (2010): Konsep, Teknik dan Aplikasi Manejemen Perbankan (Edisi II),
UPP STIM YKPN YOGYAKARTA, Yogyakarta, 1–597 hal.

18

Anda mungkin juga menyukai