348 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 24 Tahun ke-5 2016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah
terhadap hasil belajar IPA kelas IV SDN Condongcatur. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi
penelitian berjumlah 60 siswa dengan sampel 56 siswa. Teknik sampling menggunakan sampling acak
(random). Penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan undian. Hasil undian didapatkan
kelas kontrol adalah IVA dan kelas eksperimen adalah IVB. Teknik pengumpulan data menggunakan tes,
sedangkan teknik analisis data adalah beda rata-rata dan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan
penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) efektif secara signifikan terhadap hasil
belajar IPA pada kelas IV SD N Condongcatur. Perhitungan nilai rata-rata akhir kelas eksperimen adalah 77,86 dan
nilai kelas kontrol adalah 72,28. Penelitian ini memberikan pengetahuan bahwa pembelajaran IPA dengan
penerapan model pembelajaran berbasis masalah efektif secara signifikan terhadap hasil belajar IPA pada kelas IV
SDN Condongcatur.
Kata kunci : Pembelajaran IPA, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Hasil Belajar
Abstract
This study aims at determining the effectifity of problem based learning model implementation to 4th grade
students science learning achievement in SDN Condongcatur. This method was quasi experimental. Research
population was 60 students with 56 students sample. Sampling techniques used simple random sampling.
Determination of control class and experimental class used the lottery. The draw obtained control class were IVA
and experimental class were IVB. Data collection techniques used the test, while data analysis was the average
difference and descriptive statistical analysis. The results shows that implementation of problem based learning
model significantly effective to sience learning achievement on the fourth grade in SDN Condongcatur. The
average value on the end of the experiment class is 77.86 and the value of the control class is 72.28. This study
provides that learning science with the implementation of problem based learning model significantly effective to
the science learning achievement in fourth grade in SDN Condongcatur.
ke dua kelas dalam mengikuti pembelajaran IPA beberapa prinsip di mana pembelajaran IPA
tergolong rendah. Hal ini terlihat dari sedikitnya memiliki sifat inquiry, konstruktivistik, problem
siswa yang aktif dalam pembelajaran. Siswa solving, STS (Science Technolgy Society), dan
cenderung diam selama proses pembelajaran. bermuatan nilai (Maslichah Asy’ari, 2002:25).
Ketika guru memberikan kesempatan pada siswa Merujuk pada beberapa prinsip penentuan
untuk bertanya, hanya siswa-siswa tertentu saja model pembelajaran IPA di atas, model
yang mau bertanya. Beberapa siswa lebih pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
memilih bermain sendiri daripada mendengarkan Learning) merupakan model pembelajaran yang
atau memperhatikan penjelasan dari guru. dapat mengakomodasi prinsip-prinsip pada
Pemilihan metode pembelajaran oleh guru juga pembelajaran IPA (Agus Suprijono, 2012:68).
cenderung monoton. Pembelajaran di kelas lebih Melalui model pembelajaran berbasis masalah,
mengacu pada buku teks saja. Guru belum dapat peserta didik diharapkan mampu memiliki
memaksimalkan kondisi lingkungan dan alam pemahaman menyelesaikan permasalah-
sekitar sebagai salah satu sumber belajar. Proses permasalahan yang ada di lingkungan sehari-hari
pembelajaran yang belum diorientasikan pada (problem solving). Pemahaman-pemahaman baru
keterampilan-keterampilan proses serta dapat diperoleh peserta didik secara mandiri
pembelajaran yang dapat mengembangkan maupun bimbingan guru melalui pembelajaran
keterampilan menyelesaikan permasalahan- (inquiry). Proses pembelajaran berbasis masalah
permasalahan di lingkungan sekitar yang masih lebih mengedepankan permasalahan-
berkaitan dengan pembelajaran IPA. Kemampuan permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar
guru dalam menentukan model pembelajaran peserta didik, sehingga peserta didik lebih mudah
yang tepat sangat tentunya sangat mempengaruhi memperoleh pemahaman (konstruktivistik).
keberhasilan selama proses pembelajaran di Model pembelajaran ini juga membahas ilmu
kelas. pengetahuan, perkembangan teknologi dan
Model pembelajaran IPA bertujuan masyarakat sebagai satu kesatuan yang saling
membantu peserta didik mahamami akan konsep- mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal
konsep IPA (produk IPA) serta memiliki balik.
keterampilan-keterampilan proses (proses IPA). Dari hasil analisis hasil observasi dan
Diharapkan peserta didik memiliki keseimbangan wawancara di atas, peneliti bermaksud untuk
pemahaman dalam IPA, baik IPA sebagai meneliti pengaruh penggunaan model
dimensi produk maupun dimensi proses. pembelajaran berbasis masalah (problem based
Pemahaman dimensi produk memungkinkan learning) terhadap hasil belajar IPA kelas IV SD
peserta didik memiliki pemahaman tentang N Condongcatur. Dari hasil analisis hasil
pengetahuan-pengetahuan dan konsep-konsep observasi dan wawancara di atas, peneliti
IPA yang sudah ada. Pemahaman dimensi proses bermaksud untuk meneliti pengaruh penggunaan
memungkinkan peserta didik memiliki model pembelajaran berbasis masalah (problem
keterampilan-keterampilan untuk mempelajari based learning) terhadap hasil belajar IPA kelas
pengetahuan-pengetahuan baru serta IV SD N Condongcatur. Dengan mengetahui
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang pengaruh penggunaan metode pembelajaran
mungkin akan muncul. Penentuan model berbasis masalah (problem based learning)
pembelajaran IPA lebih cenderung diorientasikan terhadap hasil belajar kelas IV SD N
pada peserta didik (student centered). Guru Condongcatur, guru maupun sekolah dapat
haruslah bijaksana dalam menentukan model mempertimbangkan kebijakan untuk
pembelajaran apa yang akan dipakai dalam menggunakan model pembelajaan tersebut
mengajarkan IPA kepada peserta didik. sehingga dapat maningkatkan serta memotivasi
Penentuan model pembelajaran ini dapat berdasar
Efektifitas Penerapan Model .... (Tefur Rosid) 2.351
siswa untuk belajar IPA maupun bidang studi hasil belajar siswa sebelum dikenai perlakuan
lainnya kelak kemudian hari. dengan hasil belajar siswa setelah dikenai
perlakuan. Setelah diketahui hasil belajar siswa
METODE PENELITIAN pada masing-masing kelas baik sebelum diberi
perlakuan maupun setelah diberi perlakuan, data
Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini termasuk dianalisis untuk mencari nilai rata-rata kelas
dalam penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini Setelah semua data terinterpretasikan,
menggunakan nonequivalent control group selanjutnya dilakukan analisis statistik deskriptif.
design, yang mana dalam desain penelitian Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis
terdapat dua kelas, satu kelas sebagai kelas data dengan mendeskripsikan atau
kontrol dan satu kelas sebagai kelas eksperimen. menggambarkan data yang telah terkumpul.
Kedua kelas nantinya tersebut diberi pre-test dan Statistik deskriptif ini disajikan dalam bentuk
post-test. Pre-test untuk mengetahui keadaan tabel dan grafik.
kondisi awal kelas dan post-test untuk
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
mengetahui perbedaan kondisi setelah kelas
eksperimen mendapatkan perlakuan Kondisi Awal Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Dari hasil penelitian didapatkan nilai pre-
Waktu dan Tempat Penelitian
test hasil belajar IPA kelas kontrol dan kelas
Penelitian berlangsung pada bulan April-
eksperimen sebagai berikut:
Juni 2014 di SD N Condongcatur yang
Tabel 1. Hasil Pre Test Kelas Eksperimen dan
beralamatkan di Jalan Kaliurang KM 6,5 Desa Kontrol
Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Kelas Kelas
Sleman. Kontrol Eksperimen
Rata-rata 71,71 71,14
Populasi dan Sampel Penelitian Nilai
Populasi penelitian ini adalah seluruh 44 48
Minimum
siswa kelas IV di SD N Condongcatur yang Nilai
88 84
berjumlah 60 siswa dan sampel yang diambil Maksimum
berjumlah 56 siswa dengan rincian kelas IVA 28 Apabila dibandingkan dengan cara
siswa dan IVB 28 siswa. melihat dari rata-ratanya maka terlihat bahwa
kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata yang
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen lebih rendah, karena mempunyai selisih sebanyak
Teknik pengumpulan data yang digunakan 0,57. Hasil pre-test kelas eksperimen bila
selama penelitian berlangsung adalah dibandingkan kelas kontrol adalah 71,14 < 71,71.
menggunakan tes yang bertujuan untuk mengukur Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di
hasil belajar siswa secara kognitif. bawah ini :
Instrumen yang digunakan untuk
mendapatkan data hasil belajar siswa adalah tes
yang berupa soal piihan ganda. Instrumen tes
diberikan baik pada saat pre-test maupun post-
test
73
78
72 76
74 77,86
71 71,71 71,14
72 72,28
70 70
pre-test kelas pre-test kelas post-test kelas post-test kelas
kontrol eksperimen kontrol eksperimen
Gambar 1. Diagram Batang Hasil Rata- Gambar 2. Diagram Batang Hasil Rata-
rata (Mean) Pre-Test rata (Mean) Post-Test
Dapat diartikan bahwa antara mean kelas Berdasarkan hasil analisis mean post-test
kontrol dan mean kelas eksperimen pada kondisi untuk kelas eksperimen dan kontrol diketahui
awal atau pre-test tidak ada perbedaan karena bahwa mean post-test kelas eksperimen-kontrol
perbedaan kecil yaitu sebesar 0,57. adalah 77,86 > 72,28. Dapat disimpulkan bahwa
antara mean kelas kontrol dan mean kelas
Kondisi Akhir Kelas Kontrol dan Kelas eksperimen pada nilai akhir atau post-test ada
Eksperimen perbedaan yaitu sebesar 5,58.
Dari hasil penelitian didapatkan nilai
post-test antara kelas kontrol dan kelas Hasil Perhitungan Uji-T dan Pengujian
eksperimen sebagai berikut : Hipotesis
Hasil perhitungan uji-t dapat dipaparkan
Tabel 2. Hasil Post Test Kelas Eksperimen dan
Kontrol. sebagai berikut:
Kelas Kelas Tabel 3. Hasil perhitungan uji-t
Kontrol Eksperimen Harga statistik Kelas Kelas
Rata-rata eksperimen kontrol
72,28 77,86 Rata-rata 77,86 72,28
Nilai Jumlah siswa 28 28
56 60
Minimum Varians 102,2 82,88
Nilai Standar deviasi 10,11 9,1
88 96
Maksimum thitung 6,73
ttabel 1,67
Dengan cara melihat dari rata-ratanya Hasil uji t menunjikan nilai thitung lebih
maka terlihat bahwa kelas eksperimen besar nilainya dari pada nilai ttabel yaitu 6,73 >
mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi, 1,67. Kondisi ini sesuai dengan kriteria
karena mempunyai selisih sebesar 4,985. Hasil pertama dari pengujian hipotesis yang
post- test kelas eksperimen adalah 77,86 > diajukan yaitu menerima hipotesis pertama
72,28. Hal ini berarti ada perbedaan dari hasil dan menolak hipotesis kedua. Hipotesis
post-test antara kelas eksperimen dengan kelas pertama mengemukakan penerapan model
kontrol besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pembelajaran berbasis masalah (problem
pada diagram di bawah ini : based learning) efektif secara signifikan
terhadap hasil belajar IPA dan menolak
hipotesis kedua yaitu penerapan model
pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) tidak efektif secara signifikan
terhadap hasil belajar IPA.
Efektifitas Penerapan Model .... (Tefur Rosid) 2.353
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. (2012). Cooperativ Learning
Teori & Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Dimyati dan Mujiono. (2009). Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Depdikbud
Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis.
(1993). Pendidikan IPA II. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Maslichah Asy’ari. (2002). Penerapan
Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat
dalam Pembelajaran Sains di Sekolah
Dasar. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma