Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan

Volume 15, Nomor 1, April 2014, hlm.12-22

PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP


PERTUMBUHAN EKONOMI PER KAPITA REGIONAL
DI INDONESIA

Kanetasya Sabilla1, Wihana Kirana Jaya2


1 Direktorat Perencanaan Makro Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Jalan Taman Suropati No. 2, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10310, Indonesia,
Phone: +62 21 3927511
2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Jalan Sosio Humaniora No.01 Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia, Phone: +62 274 548510
E-mail korespondensi: kanetasya@gmail.com

Naskah diterima: September 2013; disetujui: Maret 2014


Abstract: Fiscal decentralization policy is enforced in Indonesia nowadays to regulate the
relationship between central and local government. A region can determine fiscal policy in
their own region in order to local needs fulfillment to be more efficient because the local
government is considered knows better about the local people condition and preferences in
their own region so that people can be more prosperous. This research analyzes the effect of
fiscal decentralization to regional economic growth per capita as an approach of people welfare
in every province at Indonesia during the period 2006-2010 by using panel data. Furthermore,
this research also analyzes the effect of other variables that can affect regional economic growth
per capita, they are labor force and international trade. Based on the result, we can conclude
that fiscal decentralization affects positively to regional economic growth per capita so does
labor force. But, international trade does not affect and even affects negatively to regional
economic growth per capita.
Keywords: fiscal decentralization; economic growth; labor; panel data
JEL Classification: O23, R12

Abstrak: Kebijakan desentralisasi fiskal saat ini sedang diberlakukan di Indonesia untuk
mengatur hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Sebuah daerah dapat menentukan
kebijakan fiskal di daerahnya sendiri agar pemenuhan kebutuhan masyarakat di daerah
menjadi lebih efisien karena pemerintah daerah dianggap lebih tahu kondisi dan preferensi
masyarakat di daerah masing-masing sehingga masyarakat menjadi lebih sejahtera. Studi ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi
per kapita regional sebagai pendekatan kesejahteraan masyarakat di seluruh provinsi di
Indonesia selama periode 2006-2010 dengan menggunakan data panel. Selain itu, studi ini
juga menganalisis pengaruh variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi per kapita regional, yaitu: tenaga kerja dan perdagangan internasional. Hasil studi
memperlihatkan bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi per kapita regional, begitu juga dengan tenaga kerja. Namun, perdagangan
internasional tidak berpengaruh dan bahkan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi per kapita regional.
Kata kunci: desentralisasi fiskal; pertumbuhan ekonomi ; tenaga kerja; data panel
Klasifikasi JEL: O23, R12
PENDAHULUAN mana pemerintah daerah bertindak sebagai
agen pemerintah pusat untuk melaksanakan
fungsi-fungsi tertentu. Sedangkan devolusi
Hubungan antara pemerintah pusat dan
merupakan sebuah situasi di mana pemerintah
daerah banyak dibahas melalui berbagai studi
daerah tidak hanya mengimplementasikan
dewasa ini seperti dalam bidang ilmu politik,
arahan dari pemerintah pusat, tapi juga terda-
administrasi, geografi, dan ekonomi. Hal ini
pat otoritas untuk memutuskan kebijakan.
antara lain berasal dari argumen bahwa peme-
Tanzi (1996) menyatakan desentralisasi
rintah pusat dianggap lebih baik mendelegasi-
fiskal sendiri mengacu pada pemberian penu-
kan beberapa tugas dan wewenang kepada
gasan dan otoritas yang sah kepada pemerintah
pemerintah daerah agar pemerintah dapat
daerah untuk memungut (beberapa jenis) pajak
mengambil kebijakan yang lebih sesuai dengan
tertentu, termasuk juga kewenangan untuk
kebutuhan masyarakat (Oates, 1999). Sistem ini
menetapkan basis dan tarif pajak. Pemerintah
dikenal dengan istilah otonomi daerah. Kata
daerah juga diberi kewenangan yang sah
otonomi sebenarnya berasal dari Bahasa
tentang fungsi-fungsi pengeluaran yang wajib
Yunani, yaitu dari kata auto yang berarti sendiri
dilaksanakan oleh daerah.
dan nomos yang berarti aturan atau undang-
Desentralisasi fiskal memiliki empat pilar
undang. Dengan demikian otonomi dapat
(UNDP, 2005), yaitu: tanggung jawab penge-
diartikan sebagai mengatur atau mengurus
luaran, penugasan pendapatan, transfer antar-
urusan rumah tangganya sendiri (Sumodiningrat,
pemerintah, dan pinjaman daerah. Pilar pertama,
2004).
tanggung jawab pengeluaran, menjelaskan
Dalam ilmu ekonomi, desentralisasi fiskal
fungsi-fungsi manakah yang harus ditugaskan
menjadi salah satu isu yang diteliti untuk
kepada tingkatan yang berbeda dalam kese-
mengetahui efektivitas dan efisiensi hubungan
luruhan sistem pemerintahan di sebuah negara.
antara pemerintah pusat dan daerah dalam
Tanggung jawab pengeluaran sangat bergan-
kerangka otonomi daerah. Pelaksanaan desen-
tung pada kondisi daerah dan tidak ada
tralisasi fiskal sendiri sudah tersebar ke seluruh
penugasan yang dianggap paling baik secara
belahan dunia sejak beberapa tahun terakhir ini
umum. Pilar kedua, penugasan pendapatan,
termasuk di negara-negara berkembang (Ebel
menentukan sumber-sumber pendapatan mana
and Yilmaz, 2002). Bahkan, negara-negara bekas
yang ditugaskan untuk pemerintah daerah.
komunis yang dulu dikenal dengan sistem
Penugasan pendapatan bergantung pada tang-
pemerintahan yang terpusat seperti di negara-
gung jawab pengeluaran karena penganggaran
negara Eropa Timur bekas jajahan Uni Soviet
seharusnya menyesuaikan dengan program
juga melakukan kebijakan ini.
yang telah ditetapkan. Pilar ketiga, transfer
Sodiq dan Nuryadin (2005) menyatakan
antarpemerintah, diperlukan oleh sebuah dae-
desentralisasi telah mendorong terjadinya pem-
rah jika penugasan pendapatan tidak menjamin
bagian kewenangan (authority sharing) yang
kecukupan pendapatan. Pilar keempat, pinjaman
ditandai dengan semakin meningkatnya peran
daerah, diperlukan jika tidak terjadi keseim-
daerah dan inisiatif lokal (authonomy). Mening-
bangan antara pengeluaran dan pendapatan
katnya tuntutan desentralisasi dan otonomi
daerah yang sudah memasukkan transfer antar-
daerah pada gilirannya akan mengakibatkan
pemerintah. Pinjaman daerah sebaiknya dilaku-
perubahan peran, fungsi, kelembagaan, dan
kan untuk program pembangunan jangka
sumberdaya manusia di berbagai tingkat peme-
panjang yang tidak rutin dikeluarkan.
rintah.
Desentralisasi fiskal di negara berkembang
Bird dan Vaillancourt (1998) mendefinisi-
beberapa dilatarbelakangi karena pemerintah
kan desentralisasi dengan membaginya ke
berusaha memperbaiki efisiensi ekonomi, men-
dalam tiga istilah yang berbeda: dekonsentrasi,
capai efisiensi biaya, memperbaiki akuntabi-
delegasi, dan devolusi. Dekonsentrasi adalah
litas, atau meningkatkan mobilisasi sumber
penyebaran tanggung jawab dari pemerintah
daya (Bird dan Vaillancourt, 1998). Litvack,
pusat ke kantor cabang atau unit administratif
et.al. (1998) dalam Matsui (2003) menyatakan
lokal. Delegasi merupakan sebuah situasi di
empat manfaat lainnya dari mengaplikasikan

Pertumbuhan Ekonomi Per Kapita ... (Kanetasya Sabilla, Wihana Kirana Jaya) 13
desentralisasi fiskal di sebuah negara. Pertama, memandang dan mengingat dasar permusya-
pencapaian efisiensi alokatif dalam mengha- waratan dalam sidang Pemerintahan Negara
dapi perbedaan preferensi lokal terhadap dan hak-hak asal-usul dalam daerah yang
barang publik. Kedua, perbaikan daya saing bersifat Istimewa.” Tabel 1 menunjukkan bebe-
pemerintah. Ketiga, pencapaian tata kelola yang rapa undang-undang tentang pemerintahan
baik. Terakhir, perbaikan legitimasi dan sustain- daerah dan perimbangan keuangan antara
ability daerah-daerah yang heterogen. pemerintah pusat dan daerah.
Dalam UU No. 25 Tahun 1999, tercantum
bahwa Indonesia menerapkan desentralisasi
Tabel 1. Undang-Undang Tentang Pemerintahan dalam tiga variasi, yaitu desentralisasi, dekon-
Daerah dan Perimbangan Keuangan Daerah
sentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi
di Indonesia
adalah penyerahan wewenang pemerintahan
Tahun UU No. Tentang oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
1945 1  Peraturan mengenai Kedudukan
Komite Nasional Daerah (pasal 1 ayat e). Dekonsentrasi adalah pelim-
1948 22  Penetapan Aturan-Aturan Pokok pahan wewenang dari pemerintah kepada
mengenai Pemerintahan Sendiri di gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau
Daerah-Daerah Yang Berhak
Mengatur dan Mengurus Rumah
perangkat pusat di daerah (pasal 1 ayat f).
Tangganya Sendiri Sedangkan tugas pembantuan adalah penugas-
1956 32  Perimbangan Keuangan Antara an dari pemerintah kepada daerah dan desa
Negara dengan Daerah-Daerah dan dari daerah ke desa untuk melaksanakan
1957 1  Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sara-
1974 5  Pokok-Pokok Pemerintahan Di na, dan prasarana serta sumber daya manusia
Daerah
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya
1979 5  Pemerintahan Daerah
dan mempertanggunggjawabkannya kepada
1999 22  Pemerintahan Daerah
yang menugaskan (pasal 1 ayat g).
1999 25  Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Tabel 2 anggaran yang dialokasikan untuk
2004 32  Pemerintahan Daerah belanja daerah setiap tahunnya meningkat jika
2004 33  Perimbangan Keuangan Antara dilihat dari nominalnya. Namun jika dilihat
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan melalui persentase terhadap total belanja negara,
Daerah
total belanja daerah yang dikeluarkan oleh
Sumber: Undang-Undang Republik Indonesia
negara tidak selalu meningkat setiap tahunnya
dan persentasenya tidak jauh berbeda.

Di Indonesia, desentralisasi fiskal juga Tabel 2. Total Belanja Daerah dan Persentasenya
telah diberlakukan melalui undang-undang terhadap Total Belanja Negara dalam APBN 2001-2011
pemerintahan daerah terbaru, yakni Undang-
Undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004. Sebagai Tahun Total Belanja Daerah Persentase
APBN (dalam trilyun terhadap Total
negara dengan bentuk geografis berupa kepu- Rupiah) Belanja Negara
lauan, Indonesia membutuhkan peraturan yang
2001 81,68 26%
tepat dalam hal hubungan antara pemerintah
2002 97,97 28%
pusat dan daerah. Beberapa peraturan tentang 2003 116,88 31%
pemerintah daerah pun dibuat. Pembuatan UU 2004 119,04 32%
ini tidak lepas dari konstitusi dasar Indonesia, 2005 131,55 33%
yakni Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 2006 220,27 34%
2007 258,79 34%
yang berisi dasar peraturan tentang pemerin-
2008 281,23 33%
tahan daerah. Bunyi pasal tersebut yakni 2009 320,69 31%
“Pembagian Daerah atas Daerah besar dan 2010 322,42 31%
kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya 2011 392,98 32%
ditetapkan dengan Undang-undang dengan Sumber: Badan Kebijakan Fiskal Republik Indonesia (diolah)

14 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 12-22
Dengan adanya desentralisasi fiskal, peme- ditengarai terjadi karena pemerintah pusat
rintah pusat sejak tahun 2001 minimal meng- memberikan otonomi lebih besar pada sisi pen-
alokasikan 26 persen dari total belanja negara di dapatan dibandingkan pada sisi pengeluaran.
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Shahdani, dkk (2012) menyatakan bahwa
Negara (APBN) untuk pembelanjaan di daerah. Desentralisasi berpengaruh positif terhadap
Setelah adanya UU No. 33 Tahun 2004, peme- distribusi pendapatan dan secara tidak lang-
rintah pusat minimal harus mengalokasikan 31 sung berpengaruh terhadap pertumbuhan eko-
persen dari total anggarannnya untuk belanja nomi di 30 provinsi di Iran.
daerah. Selama sepuluh tahun terakhir ini, Menurut Oates (1999), tidak ada teori for-
persentase total belanja daerah terhadap total mal yang menjelaskan hubungan desentralisasi
belanja negara yang tertinggi terjadi pada tahun fiskal dan pertumbuhan ekonomi sebagai ukur-
2006 dan 2007 sebesar 34 persen. an dari kesejahteraan masyarakat merujuk pada
Walaupun sudah banyak negara yang perbedaan hasil studi yang telah dilakukan
menerapkan sistem desentralisasi fiskal, penga- sebelumnya. Karena keberhasilan dari desen-
ruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan tralisasi di setiap negara bukanlah sebuah
ekonomi masih diperdebatkan. Seperti yang kepastian, beberapa faktor juga mempengaruhi
telah diterangkan di atas, desentralisasi fiskal, keberhasilan desentralisasi fiskal. Bird dan
atau devolusi kewenangan fiskal dari peme- Vaillancourt (1998) menyatakan pokok dari
rintah pusat kepada pemerintah daerah dilihat desentralisasi lebih tergantung kepada negara
sebagai bagian dari reformasi untuk memper- itu sendiri. Hal ini dikarenakan adanya perbe-
baiki efisiensi sektor publik, sehingga kebijakan daan sejarah, tradisi, kelembagaan, politik, dan
ini dapat dilakukan untuk meningkatkan kom- ekonomi. Desentralisasi telah diaplikasikan
petisi antarpemerintah daerah dalam penye- dalam bentuk yang berbeda di negara yang
diaan barang dan jasa publik dan untuk berbeda pada waktu yang berbeda, dan bahkan
mendorong pertumbuhan ekonomi (Bird dan jenis desentralisasi yang sama dapat menghasil-
Wallich, 1993; Oates, 1993). kan dampak yang berbeda karena perbedaan
Berdasarkan pengamatan pada beberapa kondisi lainnya.
studi tentang hubungan antara desentralisasi Salah satu wujud desentralisasi fiskal di
fiskal dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah berupa dana perimbangan
berbagai negara, kesimpulan studi tidak sama. yang diserahkan dan dilimpahkan wewenang
Sebagai contoh, Zhang dan Zou (1998) melaku- penggunaannya dari pemerintah pusat kepada
kan analisis data panel untuk menguji penga- pemerintah daerah. Dana perimbangan ini
ruh dan arah hubungan antara desentralisasi memiliki empat komponen, yaitu dana alokasi
fiskal dan pertumbuhan ekonomi di China umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK),
dengan kesimpulan akhir arah hubungan yang dana bagi hasil pajak (DBHP), dan dana bagi
negatif. Sementara Faridi (2011) meneliti hasil bukan pajak (DBHBP). Selain itu, peme-
hubungan ini di Pakistan juga dengan meng- rintah daerah juga memiliki kewenangan untuk
gunakan data panel dan menemukan pengaruh mengatur sendiri besaran pendapatan asli dae-
dan arah hubungan yang positif. Perbedaan rah (PAD) yang terdiri dari pajak dan retribusi
hasil ini, menurut Faridi (2011) disebabkan oleh daerah serta laba Badan Usaha Milik Daerah
perbedaan ukuran desentralisasi fiskal di bebe- (BUMD) dan pengelolaan kekayaan daerah.
rapa studi. Pengukuran yang tidak akurat dapat Penggunaan anggaran penerimaan yang ber-
menyebabkan perbedaan pengaruh antara asal dari dana perimbangan dan PAD menjadi
desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi kewenangan daerah untuk mengalokasikannya
(Ebel dan Yilmaz, 2002). demi kesejahteraan masyarakat di daerah yang
Lan dan Sajid (2011) menyatakan bahwa dapat diukur dari berapa besar pertumbuhan
Desentralisasi fiskal yang diukur melalui sisi per kapita di setiap provinsi.
pengeluaran berpengaruh negatif terhadap per- Di samping desentralisasi fiskal, ada banyak
tumbuhan ekonomi di 61 provinsi di Vietnam. faktor yang dipertimbangkan mempengaruhi
Sementara hasil sebaliknya terjadi ketika desen- pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Bebe-
tralisasi diukur melalui sisi pendapatan. Hal ini rapa teori juga telah menjelaskan faktor-faktor

Pertumbuhan Ekonomi Per Kapita ... (Kanetasya Sabilla, Wihana Kirana Jaya) 15
apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan 2006-2010 diambil sebagai tahun analisis karena
ekonomi. Teori pertumbuhan ekonomi pada UU terbaru yang mengatur pemerintahan
dasarnya menggunakan fungsi produksi yang daerah di Indonesia dikeluarkan pada tahun
berisi dua input, yaitu modal dan tenaga kerja. 2004 sehingga dapat dilihat apakah peraturan
Dalam perekonomian terbuka, menurut teori yang terbaru ini memiliki dampak yang positif
pertumbuhan neoklasik, perdagangan interna- secara ekonomi atau tidak. Selain itu, berdiri-
sional akan menjadi faktor dari luar negeri yang nya beberapa provinsi baru membuat ada bebe-
mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi rapa data yang tidak tersedia pada tahun-tahun
(Todaro dan Smith, 2009). Perbedaan kondisi sebelumnya.
tenaga kerja dan perdagangan internasional di Studi ini mengukur desentralisasi fiskal
setiap daerah dapat memperlihatkan karak- melalui sisi penerimaan bukan seperti beberapa
teristik daerah masing-masing. studi sebelumnya yang mengukurnya melalui
Studi ini mencoba menjelaskan pengaruh sisi pengeluaran, sehingga model yang diguna-
sektor publik dan faktor dari dalam serta luar kan dalam studi ini adalah:
negeri tersebut kepada pertumbuhan per kapita
regional dalam kasus Indonesia. Tujuan yang LogGDPit = ߚ଴ + ߚଵ LogPADit + ߚଶ LogDAUKit +
hendak dicapai dalam studi ini adalah sebagai
ߚଷ LogDBHit + ߚସ LogWORKit + ߚହ EXit +
berikut, yaitu: untuk menganalisis pengaruh
desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ߚ଺ IMit + uit 1)
ekonomi per kapita regional di Indonesia,
untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja ter-
Alat analisis yang digunakan adalah uji t
hadap pertumbuhan ekonomi per kapita regio-
tiap variabel dan uji f seluruh model dengan
nal di Indonesia, untuk menganalisis pengaruh
metode Panel Ordinary Least Square. Ada tiga
perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi
metode yang harus dipilih sebagai metode
per kapita regional di Indonesia.
dengan estimasi terbaik, yaitu common effect,
fixed effect, atau random effect. Untuk menguji
METODE PENELITIAN metode manakah yang memiliki estimasi ter-
baik, digunakan uji Hausman dalam memilih
Data yang digunakan dalam studi ini antara metode fixed dan random effect serta uji f
adalah data sekunder dari Anggaran Pen- atau uji Chow dalam memilih antara metode
dapatan dan Belanja Daerah pada tahun common dan fixed effect.
anggaran 2006-2010 pada seluruh provinsi di Statistik deskriptif dari variabel yang
Indonesia serta data-data provinsi lainnya dari digunakan dalam studi ini dapat dilihat dalam
Badan Pusat Statistik dan Kementerian tabel 3.
Perdagangan pada tahun yang sama. Tahun Tabel 3 variabel dengan sebaran data yang

Tabel 3. Statistik deskriptif

GDP PAD DAUK DBH WORK EX IM


Mean 16792842 1,23E+12 5,58E+11 6,39E+11 3093842 0,28673 0,48314
Median 12131534 5,12E+11 5,18E+11 1,61E+11 1705905 0,214 0,067
Maximum 95096207 1,18E+13 1,63E+12 1,03E+13 19305056 1,668 17,277
Minimum 2982284 1,86E+10 2,20E+10 4,10E+09 47309 0,001 0
Std, Dev, 17503816 2,01E+12 2,48E+11 1,50E+12 4570761 0,28215 2,1283
Skewness 2,887319 3,146613 1,000402 4,43592 2,561309 2,03526 6,26075
Kurtosis 11,00529 13,65534 5,179149 24,1577 8,257129 8,52412 42,1225
Jarque-Bera 669,8393 1052,844 59,07537 3618,709 370,4156 323,709 11249,1
Probability 0 0 0 0 0 0 0
Sum 2,77E+09 2,03E+14 9,04E+13 1,05E+14 5,10E+08 47,31 77,303
Sum Sq, Dev, 5,02E+16 6,64E+26 9,88E+24 3,68E+26 3,43E+15 13,0555 720,216
Observations 165 165 162 165 165 165 160

16 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 12-22
paling bervariasi adalah data PAD. Hal ini Pada gambar 1 terlihat bahwa variabel PDRB
dapat dilihat dari nilai standar deviasi yang riil per kapita di setiap provinsi di Indonesia
paling besar. Sedangkan karena data ekspor selalu meningkat setiap tahunnya jika diukur
dan impor diukur berdasarkan rasio terhadap dengan rata-rata PDRB riil per kapita setiap
PDRB, sebaran datanya menjadi tidak terlalu provinsi di setiap tahun. Pada tahun 2006, rata-
bervariasi dibandingkan dengan yang lain. rata PDRB riil per kapita setiap provinsi di
Karena itu, penulis memilih untuk mengukur Indonesia hanya sebesar: Rp13.304.756 dan
variabel selain rasio ekspor dan impor terhadap angka ini semakin meningkat hingga mencapai
PDRB dengan menggunakan logaritma agar angka rata-rata tertingginya pada tahun 2010
sebaran datanya semakin mengelompok sehing- sebesar Rp20.252.423.
ga dapat lebih mudah diestimasi. Berdasarkan tabel 3 juga dapat diartikan
Ukuran Jarque-Bera menunjukkan apakah bahwa PDRB riil per kapita seluruh provinsi di
data itu berdistribusi normal atau tidak. Jika Indonesia tidak terpengaruh krisis ekonomi
nilai Jarque-Bera lebih tinggi dari nilai proba- global pada tahun 2008-2009 karena krisis
bilitas, artinya data tersebut berdistribusi nor- global yang seharusnya berdampak pada penu-
mal. Pada tabel 3 seluruh nilai probabilitas runan PDRB riil justru tidak terjadi.
Jarque-Bera menunjukkan angka 0 yang dapat
diartikan bahwa tidak ada satu pun variabel
yang digunakan dalam studi ini yang berdis- Mean of PAD
1.5E+12
tribusi normal. Namun, karena data yang 1.4E+12

digunakan bukan data dengan sampel acak 1.3E+12

yang berasal dari data primer, data tersebut 1.2E+12

dapat dikatakan tidak bias. Seperti telah dijelas- 1.1E+12

kan sebelumnya, studi ini menggunakan data 1.0E+12

sekunder. 9.0E+11

Karena studi ini menggunakan data panel 8.0E+11


2006 2007 2008 2009 2010

dengan jumlah cross-section sebanyak 33, sulit


untuk melihat persebaran data setiap provinsi Gambar 2. Rata-rata PAD setiap provinsi
secara lebih mendetail. Karena itu, perkem- di Indonesia
bangan variabel akan dilihat setiap tahunnya
dari tahun 2006 sampai tahun 2010 dengan
menggunakan rata-rata seluruh provinsi setiap Gambar 2 menunjukkan rata-rata PAD
tahun. Analisis ini digunakan untuk melihat seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2006-
perkembangan rata-rata variabel setiap tahun- 2010 selalu meningkat setiap tahunnya. Pada
nya sehingga dapat ditentukan apakah suatu tahun 2010, rata-rata PAD seluruh provinsi di
variabel memiliki kecenderungan peningkatan Indonesia mencapai Rp 1.472.876.967.576, nilai
atau sebaliknya. tertinggi selama 5 tahun terakhir di mana nilai
terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar
Mean of GDP Rp909.804.971.537. Peningkatan PAD ini juga
21,000,000
menunjukkan kemampuan daerah untuk terus
20,000,000
meningkatkan pendapatan yang berasal dari
19,000,000
daerahnya sendiri dan menghilangkan keter-
18,000,000
gantungan terhadap pemerintah pusat.
17,000,000
Gambar 3 menunjukkan rata-rata DAU
16,000,000

15,000,000
ditambah DAK setiap provinsi di Indonesia
14,000,000
pada periode 2006-2010. Dari gambar ini terli-
13,000,000
hat meskipun rata-rata PAD meningkat setiap
2006 2007 2008 2009 2010
tahunnya, DAU dan DAK yang diterima oleh
Gambar 1. Rata-Rata PDRB per kapita setiap provinsi daerah setiap tahunnya juga meningkat.
di Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi Per Kapita ... (Kanetasya Sabilla, Wihana Kirana Jaya) 17
Mean of DAUK
pada tahun 2010 rata-rata DBH seluruh pro-
6.4E+11

vinsi di Indonesia kembali meningkat dengan


6.0E+11

nilai Rp769.148.949.879. Pada tahun 2010 dan


5.6E+11

secara rata-rata keseluruhan, nilai DBH lebih


5.2E+11

tinggi dibandingkan nilai DAU ditambah DAK.


4.8E+11

Hal ini mengindikasikan pemerintah pusat


4.4E+11

lebih banyak memberikan dana perimbangan


4.0E+11
2006 2007 2008 2009 2010
kepada daerah dalam bentuk DBH dibanding-
Gambar 3. Rata-rata DAU ditambah DAK setiap kan yang lain.
provinsi di Indonesia

Mean of WORK
Rata-rata DAU dan DAK pada tahun 2006 3,300,000

merupakan yang terkecil, dengan nilai sebesar


3,200,000
Rp442.836.971.576. Rata-rata DAU dan DAK
pada tahun 2010 merupakan yang terbesar, 3,100,000

dengan nilai sebesar Rp609.335.965.272. Pening- 3,000,000

katan ini dapat mengindikasikan pemerintah


pusat semakin mendesentralisasi anggaran agar 2,900,000

pemerintah daerah dapat mengalokasikan 2,800,000


2006 2007 2008 2009 2010
anggaran yang lebih banyak untuk keperluan
daerahnya masing-masing. Dibandingkan de- Gambar 5. Rata-rata tenaga kerja setiap provinsi di
ngan rata-rata PAD, rata-rata DAU dan DAK Indonesia pada 2006-2010
seluruh provinsi di Indonesia menunjukkan
angka yang lebih kecil. Ini juga mengindi-
kasikan semakin berkurangnya ketergantungan Gambar 5 menunjukkan rata-rata tenaga
daerah terhadap pusat. kerja yang dimiliki oleh seluruh provinsi di
Indonesia pada tahun 2006-2010. Rata-rata
tenaga kerja seluruh provinsi di Indonesia juga
Mean of DBH mengalami peningkatan setiap tahunnya.
8.0E+11

7.5E+11
Peningkatan angka tenaga kerja yang terus
7.0E+11
meningkat mengindikasikan kemampuan dae-
6.5E+11 rah untuk memberikan lapangan pekerjaan
6.0E+11 kepada penduduk di daerahnya. Namun,
5.5E+11
kenaikan jumlah rata-rata tenaga kerja ini juga
5.0E+11
harus diimbangi dengan kenaikan kualitas dan
4.5E+11

4.0E+11
produktivitas tenaga kerja agar peningkatan
2006 2007 2008 2009 2010
tenaga kerja berdampak positif pada kenaikan
produksi daerah.
Gambar 4. Rata-rata DBH setiap provinsi di
Gambar 6 menunjukkan rata-rata rasio eks-
Indonesia pada 2006-2010
por riil terhadap PDRB riil seluruh provinsi di
Indonesia pada tahun 2006-2010. Rasio ini
Dana Bagi Hasil, bersama dengan DAU menunjukkan intensitas perdagangan setiap
dan DAK merupakan salah satu wujud desen- provinsi di Indonesia. Rasio ini sempat meng-
tralisasi di Indonesia dari sisi penerimaan. alami peningkatan pada periode 2006-2008.
Gambar 4 menunjukkan rata-rata DBH setiap Namun, rasio ekspor terhadap PDRB ini harus
provinsi di Indonesia pada 2006-2010. Meski mengalami penurunan tajam pada tahun 2009.
memiliki kecenderungan peningkatan setiap Hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi
tahunnya, rata-rata PAD sempat menurun pada global yang berdampak pada lesunya perda-
tahun 2009. Tapi penurunan ini tidak diikuti gangan dunia pada saat itu. Setelah melewati
dengan penurunan lagi pada tahun berikutnya, krisis ekonomi global, rata-rata rasio ekspor ter-

18 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 12-22
hadap PDRB seluruh provinsi di Indonesia estimasi menggunakan metode Fixed Effect (FE)
kembali meningkat. dan Random Effect (RE) dirangkum oleh tabel 4.

Mean of EX
.32
Tabel 4. Hasil Regresi Data Panel Metode Fixed
Effect dan Random Effect
.31

.30

.29
Variabel Dependen: Fixed Effect Random
.28
Log(PDRB Per Effect
.27
Kapita)
.26

.25
Konstanta -3,880910 5,958662
.24 (1,758011) (0,930914)
2006 2007 2008 2009 2010

Log(PAD) 0,206475*** 0,305770***


Gambar 6. Rata-rata rasio ekspor terhadap PDRB (0,048153) (0,043624)
setiap provinsi di Indonesia
Log(DAUK) 0,063251*** -0,008685
(0,031716) (0,029498)
Gambar 7 menunjukkan rata-rata rasio Log(DBH) 0,099010*** 0,211303***
impor riil terhadap PDRB riil seluruh provinsi (0,040532) (0,032241)
di Indonesia pada tahun 2006-2010. Rasio ini Log(WORK) 0,730030*** -0,213522***
juga menunjukkan intensitas perdagangan setiap (0,149405) (0,061454)
provinsi di Indonesia. Sama dengan rasio ekspor
EX -0,347902*** -0,256767***
terhadap PDRB, rasio ini sempat mengalami (0,072710) (0,069506)
peningkatan pada periode 2006-2008. Namun
IM 0,009298 0,011996
rasio ekspor terhadap PDRB ini menurun pada
(0,008294) (0,007951)
tahun 2009. Hal ini juga dikarenakan oleh
adanya krisis ekonomi global. Rasio impor *signifikan pada α =10%; signifikan pada α =5%; signifikan
pada α =1%;
terhadap PDRB kembali meningkat pada tahun
2010 selepas krisis ekonomi global.
Tabel 4 memperlihatkan perbedaan hasil
.8
Mean of IM
koefisien dan signifikansi pada kedua jenis
metode. Pada metode FE, koefisien konstanta
.7
bernilai negatif. Sementara pada metode RE,
.6
koefisien konstanta bernilai positif. Perbedaan
juga terdapat pada jumlah variabel independen
.5

.4
yang signifikan pada α=1%. Pada model FE,
.3
seluruh koefisien parameter bernilai signifikan
.2
2006 2007 2008 2009 2010
α=1% kecuali untuk variabel rasio impor/
PDRB. Sementara pada model RE, selain varia-
Gambar 7. Rata-rata rasio impor terhadap PDRB
setiap provinsi di Indonesia bel rasio impor/PDRB yang tidak signifikan
pada α=1%, variabel logaritma DAU ditambah
DAK juga tidak signifikan pada α=1%.
Analisis yang digunakan oleh penulis
Tabel 5 menunjukan nilai R-squared pada
dimulai dari melakukan estimasi dengan metode
metode FE lebih besar daripada metode RE
Fixed Effect karena metode Common Effect yang
yang menunjukkan metode FE lebih mampu
mengasumsikan data cross-section sama sepan-
menjelaskan variasi dari variabel dependen
jang data time-series tidak sesuai dengan realita
melalui variabel-variabel independen. Ukuran
sehingga studi ini pun tidak membutuhkan uji
F-statistic dari kedua metode menunjukkan
F. Analisis dilanjutkan dengan melakukan esti-
signifikansi pada α = 1% sehingga kedua metode
masi dengan menggunakan metode Random
dapat dikatakan signifikan secara bersama-sama
Effect. Seluruh estimasi dilakukan dengan
terhadap variabel dependen.
menggunakan perangkat lunak Eviews 6. Hasil

Pertumbuhan Ekonomi Per Kapita ... (Kanetasya Sabilla, Wihana Kirana Jaya) 19
Tabel 5. Hasil ukuran R-squared dan F-statistic penerimaan dan menjadi salah satu pilar desen-
tralisasi sebagai penugasan pendapatan mampu
Fixed Effect Random Effect
meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional
R-squared 0,980669 R- 0,628145
squared di sebuah provinsi.
DAU yang ditambahkan dengan DAK
Adjusted 0,974444 Adjusted 0,613270
R-squared R-
mencerminkan dana perimbangan dari peme-
squared rintah pusat kepada pemerintah daerah. Jika
DAU dan DAK meningkat sebesar satu persen,
F-statistic 157.5307*** F- 42,23044***
PDRB per kapita akan meningkat sebesar 0,063
Prob(F- 0,000000 statistic 0,000000
statistic) Prob(F- persen. Dana alokasi yang dikeluarkan oleh
statistic) pemerintah pusat untuk menyeimbangkan
*Signifikan pada α =1% pendapatan setiap provinsi dan untuk pro-
gram-program tertentu sebagai bagian dari
desentralisasi fiskal mampu meningkatkan per-
Tabel 5 menunjukkan hasil uji Hausman
tumbuhan ekonomi regional di sebuah pro-
dari kedua metode di mana nilai probabilitas
vinsi. Dana bagi hasil sebagi ukuran desen-
sebesar 0 menunjukkan hipotesis nol ditolak
tralisasi fiskal juga berpengaruh positif pada
dan estimasi lebih baik menggunakan metode
peningkatan PDRB per kapita. Jika dana bagi
FE. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Baltagi
hasil meningkat sebesar satu persen, PDRB per
(2005) bahwa data panel dengan jumlah cross-
kapita akan meningkat sebesar 0,099 persen.
section yang lebih banyak daripada jumlah time-
Dana bagi hasil sebenarnya bersumber dari
series sebaiknya menggunakan metode FE.
daerah melalui pembayaran pajak dan kepe-
milikan sumber daya alam kemudian dimasuk-
kan ke dalam dana perimbangan sebagai wujud
Tabel 6. Hasil Uji Hausman
dari desentralisasi fiskal. Jika dana bagi hasil
Test Chi-Square Chi Prob. semakin ditingkatkan, pertumbuhan ekonomi
Summary Statistic Square
regional di sebuah provinsi juga akan mening-
d.f.
Cross- kat.
section 73,168876 6 0,0000 Tenaga kerja merupakan salah satu faktor
random yang berasal dari dalam negeri yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara
positif. Jika tenaga kerja meningkat satu persen,
Mengamati serangkaian analisis yang telah di- PDRB per kapita akan meningkat sebesar 0,73
lakukan, dapat disimpulkan bahwa estimasi FE persen. Peningkatan tenaga kerja, khususnya
menghasilkan persamaan sebagai berikut: yang terdidik dan produktif, mampu mening-
katkan produksi dalam negeri dan pada akhir-
LogGDPit = - 3,880910 + 0,206475LogPADit + nya mendorong pertumbuhan ekonomi.
0,063251LogDAUKit + 0,099010LogDBHit + Rasio ekspor terhadap PDRB menjadi satu-
satunya variabel dalam hasil estimasi yang
0,730030LogWORKit – 0,347902EXit +
tidak dapat membuktikan hipotesis. Jika rasio
0,009298IMit + uit ekspor terhadap PDRB meningkat sebesar satu
persen, PDRB per kapita justru menurun
Koefisien konstanta yang bernilai negatif sebesar 0,348. Walaupun bertentangan dengan
menunjukkan ketika variabel independen lain hipotesis, hal ini dapat dijelaskan oleh salah
dianggap tetap maka PDRB per kapita menu- satu teori pertumbuhan, yaitu teori revolusi
run sebesar 3,881 persen. PAD mempengaruhi ketergantungan internasional. Dalam teori ini,
kenaikan PDRB per kapita. Jika PAD meningkat negara maju mengeksploitasi sumber daya milik
satu persen, PDRB per kapita akan meningkat negara berkembang, salah satunya dalam hal
sebesar 0,206 persen. PAD yang merupakan perdagangan, sehingga menghambat pertum-
salah satu wujud desentralisasi fiskal dari sisi buhan ekonomi negara berkembang (Todaro
dan Smith, 2009).

20 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 12-22
Rasio impor terhadap PDRB merupakan tenaga kerja. Selain itu pemerintah daerah juga
variabel yang tidak signifikan secara statistik. harus meningkatkan keterampilan, pendidikan,
Tidak signifikannya variabel independen ini dan produktivitas pekerja untuk lebih mendo-
berarti kegiatan impor dari negara lain tidak rong pertumbuhan ekonomi regional. Keempat,
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kebijakan keterbukaan perdagangan internasio-
sebuah provinsi di Indonesia. nal harus dievaluasi terlebih dahulu karena
mengekspor bahan baku yang belum diolah
justru akan merugikan daerah. Hal ini dapat
SIMPULAN
disebabkan nilai tambah yang tidak didapatkan
Hasil studi ini memberikan kesimpulan oleh daerah apalagi jika daerah melakukan
bahwa: Pertama, desentralisasi fiskal berpe- impor untuk barang jadi yang bahan bakunya
ngaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi justru berasal dari daerah itu sendiri.
per kapita regional di seluruh provinsi di
Indonesia. Dengan menggunakan ukuran DAFTAR PUSTAKA
melalui sisi penerimaan APBD, yaitu Penda-
patan Asli Daerah dan Dana Perimbangan, Baltagi, B H. (2005). Econometric analysis of panel
seluruh variabel independen yang menjelaskan data. 3rd Ed. West Sussex: John Wiley and
desentralisasi fiskal signifikan secara statistik Sons Ltd.
dan memiliki arah hubungan positif terhadap Bird, R M. dan Christine W. (1993). Fiscal
variabel dependen, PDRB per kapita. Kedua, decentralization and intergovernmental
tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi relations in transition economies: Toward
dari dalam negeri berpengaruh positif terhadap a systematic framework of analysis’.
pertumbuhan ekonomi per kapita regional. World Bank 1122, Policy Research Working
Ketiga, perdagangan internasional tidak Paper.
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatif
Bird, R M. dan Vaillancourt, F. (1998). Fiscal
terhadap pertumbuhan ekonomi per kapita
Decentralization in Developing Countries:
regional. Variabel rasio ekspor terhadap PDRB
An Overview dalam: Richard M. Bird dan
berpengaruh negatif terhadap partumbuhan
Francois Vaillan court, Fiscal Decen-
ekonomi regional di suatu daerah dan variabel
tralization in Developing Countries. Cam-
rasio impor terhadap PDRB tidak berpengaruh.
bridge: University Press.
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang
dapat diberikan dari studi ini adalah: pertama, Ebel, R D. dan Serdar Y. (2002). On the Meas-
bagi pemerintah pusat, kebijakan desentralisasi urement and Impact of Fiscal Decentrali-
fiskal dengan memberikan lebih banyak dana zation. World Bank Study 2809, Policy
perimbangan kepada daerah dapat menghasil- Research Working Paper.
kan pelayanan publik yang lebih efisien kepada Faridi, M Z. (2011). Contribution of Fiscal
masyarakat di setiap daerah. Kedua, bagi peme- Decentralization to Economic Growth:
rintah daerah, PAD harus lebih ditingkatkan Evidence from Pakistan. Pakistan Journal of
dibandingkan harus menggantungkan diri pada Social Sciences, 31(1): 1-13.
transfer dari pemerintah pusat. Jika dilihat dari Matsui, K. (2003). Decentralization in Nation
pilar desentralisasi fiskal, pemerintah daerah State Building of Indonesia. IDE Research
seharusnya lebih tahu seberapa besar pendapat- Paper, (2).
an yang harus mereka miliki untuk program- Nguyen, L P dan Sajid A. (2011). Fiscal decen-
program pengeluaran daerah sehingga mereka tralisation and economic growth in Vi-
dapat menyesuaikan jumlah anggaran PAD etnam. Journal of the Asia Pacific Economy,
yang dimiliki dengan pengeluaran program 16 (1): 3-14.
yang sudah disepakati sebelumnya (budget fol-
Oates, W. E. (1993). Fiscal decentralization and
lows function). Ketiga, bagi pemerintah daerah,
economic development. National Tax Jour-
peningkatan kesempatan kerja harus lebih
nal, 26 (2): 237-243.
ditingkatkan untuk menyerap lebih banyak

Pertumbuhan Ekonomi Per Kapita ... (Kanetasya Sabilla, Wihana Kirana Jaya) 21
Oates, W E. (1999). An Essay on fiscal federal- Tanzi, V. (1996). Fiscal Federalism and Decen-
ism. Journal of Economic Literature, 37(3): tralization: A Review of Some Efficiency
1120-1149. and Macroeconomic Aspects. Annual World
Shahdani, M S., et al., (2012). Fiscal decentrali- Bank Conference on Development Countries.
zation, income distribution and economic Todaro, M P. dan Stephen C. S. (2009). Economic
growth: A Case Study for Iran. Journal of Development. 10th Edition. Essex: Pearson
Economic Theory, 6 (2): 76-80. Education Limited.
Sodiq dan Nuryadin. (2005). Desentralisasi United Nations Development Program, (2005).
fiskal dan pertumbuhan ekonomi regional ‘Fiscal Decentralisation and Poverty Re-
di Indonesia, (Studi Kasus pada 26 duction’. UNDP Primer
Provinsi). Jurnal Ekonomi & Studi Pem- Wooldridge, J M. (2009). Introductory Economet-
bangunan. Vol. 6, No. 2, Oktober 2005: 165- rics: A Modern Approach. 4th Ed. Australia:
182. South Western
Sumodiningrat, G. (2004). Otonomi Daerah dalam Zhang, T dan Heng-fu. (1998). Fiscal Decentrali-
Penanggulangan Kemiskinan: Upaya-Upaya zation, Public Spending, and Economic
Pengurangan Pengangguran dan Pember- Growth in China. Journal of Public Econo-
dayaan Usaha Mikro di Tingkat Lokal. Jakarta. mies, 67: 221-240.

22 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 12-22

Anda mungkin juga menyukai