Anda di halaman 1dari 12

MIMBAR, Vol. 31, No.

2 (Desember, 2015): 295-306

Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Iklim Investasi


di Provinsi Bengkulu

1
YANA TATIANA, 2 MUHAMMAD FIRDAUS, 3 HERMANTO SIREGAR,
4
HIMAWAN HARIYOGA
1)
Fakultas Ekonomi, Universitas Azzahra, Jakarta, 2,3) Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB
4)
BKPM, Jakarta
email: 1 yana_tatiana@yahoo.co.id; 2 firdausfemipb@yahoo.com; 3 hermansiregar@yahoo.com;
4
himawan.hariyoga@bkpm.go.id

Abstract. Sustainable Economic growth in the long run be a development goal.


Development that is driven by the growth of investment will create sustainability. Local
governments use many methods in promoting the region to attract investment. This
paper aims to analyze the factors affect the investment climate as well as determine
sectors driving the success of development in the province of Bengkulu (9 counties and
one city) by using Quotients Klassen, Location quation (LQ), shiftshare, fiscal capacity
and regression. This study concluded that areas which have base sector in agricultural
capable of developing and developed despite its ability to attract FDI and domestic
investment is relatifly low. While the areas natural resources such as mining become
center of domestic and foreign investment, was not able to develop into advanced and
fast growing areas. Ownership of land and infrastructure becomes the dominant factor
affecting the investment climate in the Province of Bengkulu
Keyword : regional investment, climate investment, regional development

Abstrak. Pertumbuhan Ekonomi yang berkelanjutan dalam jangka panjang menjadi tujuan
Pembangunan. Pencapaian keberhasilan pembangunan yang didorong oleh pertumbuhan
investasi akan menciptakan keberlanjutan. Berbagai cara dilakukan oleh Pemerintah daerah
dalam mempromosikan daerahnya untuk menarik investasi ke wilayahnya. Makalah ini
bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi sekaligus
menentukan sektor-sektor pendorong keberhasilan pembangunan di Propinsi Bengkulu.
Penelitian ini dilakukan di 9 kabupaten dan 1 kota dengan menggunakan analisis Tipologi
klassen, Location Quation (LQ), shiftshare, kapasitas fiscal dan regresi logistik. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa wilayah-wilayah yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor
basis yang mampu berkembang dan maju walaupun kemampuannya dalam menarik PMA
dan PMDN relatif rendah. Sedangkan wilayah-wilayah yang memiliki kekayaan Sumber
daya alam berupa hasil tambang, menjadi pusat PMA dan PMDN ternyata tidak mampu
berkembang menjadi wilayah yang bertumbuh secara maju dan cepat. Kepemilikan lahan
dan infrastruktur daerah menjadi faktor dominan yang mempengaruhi iklim investasi
di Propinsi Bengkulu.
Kata Kunci : investasi wilayah, iklim investasi, pembangunan wilayah.

Pendahuluan di dalam dan antar daerah.


Reformasi sistem pemerintahan yang Pembangunan merupakan serangkaian
terjadi saat ini menyebabkan pergeseran kegiatan yang berkesinambungan selaras
o r i e n t a s i p e m b a n g u n a n d a e ra h d a r i dengan intensitas dan aktivitas masyarakat
pembangunan yang berorientasi sektoral dan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi yang
menuju pengembangan wilayah.Pembangunan berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi
berbasis pengembangan wilayah memandang kelangsungan pembangunan ekonomi daerah.
pentingnya keterpaduan intersektoral,
Pengejaran petumbuhan merupakan
interspasial serta antar pelaku pembangunan
tema sentral dalam kehidupan ekonomi

Received: 25 Maret 2015, Revision: 15 Oktober 2015 2015, Accepted: 27 Desember 2015
Print ISSN: 0215-8175; Online ISSN: 2303-2499. Copyright@2015. Published by Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Terakreditasi SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 295


YANA TATIANA, DKK. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Iklim Investasi di Propinsi Bengkulu

Tabel 1
Perkembangan PMA dan PMDN di Provinsi Bengkulu (1968- 2013)

PMDN PMA
Sektor Ekonomi Sub Sektor Nilai Modal Nilai Modal
LKPM (Miliar LKPM (Miliar
rupiah) rupiah)
Primer 17 1336 12 1124
Perkebunan 12 1199 8 1023
Pertambangan 5 167 4 100
Sekunder 6 277 6 343
Industri 6 614 6 343
Tersier 10 2502 8 22
Listrik 1 417 0 0
Jasa 3 2085 6 8.8
Perdagangan 0 0 2 13

Sumber : LKPM tahun 2013

Tabel 2
Realisasi investasi menurut Kabupaten/Kota berdasarkan LKPM s.d. November 2013

PMDN PMA
Kabupaten/Kota Investasi Investasi
LKPM LKPM
(Miliar Rp) (Miliar Rp)
Mukomuko 3 440 6 705
Bengkulu Utara 8 761 9 446
Kaur 0 0 1 188
Lebong 1 416 2 9.2
Bengkulu Selatan 0 0 0 0
Bengkulu Tengah 5 320 3 114
Kepahiang 0 0 1 7.7
Rejang Lebong 0 0 0 0
Seluma 5 128 1 4,1
Kota Bengkulu 5 2085 3 14,1
TOTAL 27 4145 26 1448.6

Sumber : BKPMD Prov. Bengkulu 2014

wilayah, tidak terkecuali Propinsi Bengkulu. investasi akan mendorong keberlanjutan hasil
Propinsi Bengkulu adalah propinsi yang ada pembangunan (Mankiw, 2007). Peningkatan
di bagian barat Pulau Sumatera yang memiliki investasi wilayah tidak terlepas dari iklim
PDRB dan pertumbuhan ekonomi terendah investasi wilayah. Untuk menciptakan iklim
diantara seluruh Provinsi di Pulau Sumatera, investasi yang kondusif, tidak terlepas dari
dan peringkat lima terbawah dalam skala peranan Pemerintah Daerah (KPPOD, 2012).
nasional. Rendahnya tingkat PDRB ini Banyak hal yang harus dilakukan untuk
mengindikasikan masih tertinggalnya proses mencapai keberhasilan pembangunan tidak
pembangunan di Provinsi Bengkulu, kondisi hanya melalui peranan pemerintah. Menurut
ini dapat juga mengindikasikan banyaknya (Duadji, 2012), tidak ada satu pun tujuan
permasalahan pembangunan yang harus pembangunan yang dapat diwujudkan dengan
yang dibenahi. baik hanya dengan mengubah karakteristik
dan cara kerja institusi dan pemerintah.
Pembangunan ekonomi harus didukung
oleh berbagai faktor diantaranya investasi. Provinsi Bengkulu memiliki kemampuan
Pembangunan yang didukung oleh peningkatan yang rendah untuk menarik investor.

296 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 2 (Desember, 2015): 295-306

Banyak hal menjadi penyebab rendahnya wilayah. Pengembangan wilayah dilaksanakan


minat investor masuk ke Provinsi Bengkulu sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan
diantaranya perizinan yang relatif sulit, desentralisasi. Pemerintah Daerah mempunyai
infrastruktur yang kurang memadai, jalur wewenang penuh dalam mengembangkan
transportasi yang terbatas, rendahnya kelembagaan pengelolaan ekonomi di
fasilitas di bandara maupun pelabuhan. daerah, sumberdaya manusianya, iklim usaha
yang dapat menarik modal dan investasi,
Berdasarkan hasil pemetaan wilayah
peran aktif swasta dan masyarakat melalui
yang dilakukan oleh Master Plan percepatan
koordinasi terus-menerus dengan seluruh
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
stakeholder pembangunan, baik di daerah dan
memperlihatkan bahwa Propinsi Bengkulu
pusat.Pemerintah Daerah berperan sebagai
relatif terisolasi dibandingkan Propinsi lain
fasilitator dan katalisator bagi tumbuhnya
yang ada di Pulau Sumatera, dikarenakan
minat investasi di wilayahnya.
tidak berada di jalur lintasan utama, sehingga
relatif sulit menarik investor untuk masuk ke Berdasarkan Laporan akhir pengkinian
wilayah ini. Hal ini terlihat dari rendahnya Buku Profil dan Pemetaan Daya Saing Ekonomi
jumlah investor yang masuk ke Provinsi Daerah Kabupaten Kota di Indonesia tahun
Bengkulu dalam rentang waktu 1968-2013 2012, dinyatakan bahwa hal utama yang
(Tabel 1) mengakibatkan rendahnya daya saing daerah
adalah basis perekonomiannya yang masih
Tabel 1 memerlihatkan Laporan kegiatan
sangat tergantung pada sektor primer, belanja
penanaman modal yang dikeluarkan oleh
pelayanan publik yang cukup besar, kondisi
Badan koordinasi Penanaman Modal Daerah
geografis yang kurang menguntungkan dan
(BKPMD) Provinsi Bengkulu periode 1968-
kurang menarik minat dunia usaha.
2013. Terlihat bahwa penanaman modal
baik dalam negeri maupun luar negeri di Rendahnya tingkat investasi di Propinsi
Propinsi Bengkulu masih di dominasi oleh Bengkulu dibandingkan propinsi-propinsi
sektor primer pada subsektor perkebunan lain yang ada di Indonesia, mengindikasikan
dan pertambangan. Adapun realisasi investasi perlunya kebijakan Pemerintah yang mampu
menurut daerah adalah sebagai berikut: menciptakan iklim usaha yang dibutuhkan
oleh para pelaku ekonomi untuk melakukan
Tabel 2 memerlihatkan bahwa dari
aktivitasnya
seluruh kabupaten yang ada di Propinsi
Bengkulu, kabupaten yang banyak memiliki Tujuan penulisan ini adalah menganalisis
PMA dan PMDN adalah Kota Bengkulu, kondisi di Propinsi Bengkulu dalam kaitannya
Bengkulu Utara dan Mukomuko. Sedangkan dengan struktur ekonomi, pola pertumbuhan
Kabupaten Bengkulu Selatan dan Rejang dan penentuan sektor basis dalam kaitan
Lebong tidak memiliki PMA dan PMDN yang antar wilayah. Memahami faktor penentu
tercatat di LKPM BKPMD Propinsi Bengkulu. yang menjadi daya tarik investor untuk
Hal ini dapat diasumsikan adanya perbedaan menanamkan modalnya di Propinsi ini.
kemampuan daerah dalam menarik investor
ke daerahnya. Kemampuan daerah ini sangat Tinjauan Pustaka
tergantung pada daya tarik yang dimiliki
Menurut Isard (1975) dalam Rustiadi
dan kemampuan pengelola daerah dalam
(2009), pengertian suatu wilayah pada
memasarkan daerahnya.
dasarnya bukan sekadar areal dengan
Keberhasilan daerah untuk meningkat- batas-batas tertentu. Wilayah adalah suatu
kan daya tarik investasinya sangat tergantung area yang memiliki arti (meaningful) karena
dari kebijakan yang berkaitan dengan adanya masalah-masalah yang ada di
investasi, Selain itu, kemampuan daerah dalamnya sedemikian rupa. Murty (2000)
untuk menentukan faktor-faktor yang dapat mendefinisikan wilayah sebagai suatu area
digunakan sebagai alat ukur daya saing geografis, teritorial, atau tempat, yang dapat
perekonomian daerah relatif terhadap berwujud sebagai suatu negara, provinsi,
daerah lainnya juga penting terkait dengan distrik (kabupaten), dan perdesaan.
pengembangan sumberdaya manusia dan
Tapi suatu wilayah pada umumnya
infrastruktur fisik dalam upaya meningkatkan
tidak sekadar merujuk suatu tempat atau
daya tariknya dan memenangkan persaingan
area, melainkan merupakan suatu kesatuan
(KPPOD, 2003).
ekonomi, politik, sosial, administrasi,
Peningkatan daya saing daerah adalah iklim, hingga geografis, sesuai dengan
salah satu faktor pengembangan (ekonomi) pembangunan atau kajian.

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 297


YANA TATIANA, DKK. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Iklim Investasi di Propinsi Bengkulu

Pe m b a n g u n a n h a r u s d i p a n d a n g unggulan diakomodasi dari Miller & Wright


sebagai suatu proses multidimensional yang (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood
mencakup berbagai perubahan mendasar (1998). metode ini memiliki bentuk persamaan
atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan sebagai berikut:
institusi-institusi nasional, di samping tetap
mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,
penanganan ketimpangan pendapatan,
serta pengentasan kemiskinan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pembangunan dimana LQ adalah Location Quotient, v i
merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus adalah output sektor i di suatu daerah, Vi
tekad masyarakat untuk berupaya sekeras adalah output sektor i nasional, vt adalah
mungkin (melalui serangkaian kombinasi output total daerah tersebut, Vt adalah output
proses sosial, ekonomi dan institusional) demi total nasional. Jika LQ < 1 sektor tersebut
mencapai kehidupan yang serba lebih baik memiliki potensi yang kecil untuk menjadi
(Todaro dan Stephen, 2006). sektor basis wilayah; LQ = 1: sektor tersebut
telah mampu memenuhi kebutuhan lokalnya
Pembangunan ekonomi daerah adalah
suatu proses dimana pemerintah daerah dan dapat berpotensi sebagai kegiatan basis
dan seluruh komponen masyarakat men- ekonomi wilayah; LQ > 1: sektor tersebut
gelola berbagai sumber daya yang ada
merupakan sektor basis ekonomi wilayah;
dan membentuk suatu pola kemitraan un-
tuk menciptakan suatu lapangan peker- (3) Analisis shift-share (S-S) yang digunakan
jaan baru dan merangsang perkembangan untuk memproyeksikan pertumbuhan
kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut
ekonomi suatu daerah dan sebagai analisis
(Lincolin Arsyad, 1999; Blakely E. J, 1989).
di dalam riset pembangunan pedesaan.
Tolok ukur keberhasilan pembangunan (4) Kapasitas Fiskal yang digunakan untuk
dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, menggambarkan kemampuan keuangan
struktur ekonomi dan semakin kecilnya suatu daerah provinsi/kabupaten/kota dalam
ketimpangan pendapatan antarpenduduk, membiayai pembangunannya. Perhitungan
antardaerah dan antarsektor. Suatu ekonomi kapasitas fiskal setiap daerah didasarkan pada
dikatakan mengalami pertumbuhan yang formula berikut (Keputusan Menteri Keuangan
berkembang apabila tingkat kegiatan No. 538/KMK.07/2003):
ekonominya lebih tinggi daripada apa yang
dicapai pada masa sebelumnya. Pertumbuhan
ekonomi adalah proses kenaikan output per
kapita dalam jangka panjang. dimana : KF=kapasitas fiskal, PAD=pendapatan asli
daerah, BH=Bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan
Pertumbuhan ekonomi di suatu negara/
pajak (sumberdaya alam), DAU=dana alokasi umum,
daerah tidak lagi hanya dipengaruhi oleh
P=penerimaan lain-lain yang sah, kecuali dana alokasi
faktor kapital dan tenaga kerja saja, tetapi
khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan
juga terdapat faktor lain seperti teknologi yang
penerimaan lainnya yang dibatasi penggunaannya.
menjadi faktor penentu dalam pembentukan
BP=belanja pegawai. Kapasitas fiskal dikelompokkan
output (Romer, 2006). Investasi merupakan
menjadi tiga kelompok, yaitu: (decile) 1 dan 2 kategori
salah satu faktor dalam berbagai teori
daerah kapasitas fiskal tinggi; (decile) 3, 4, dan 5
pembangunan yang merupakan penggerak
kategori daerah kapasitas fiskal sedang, (decile) 6, 7,
atau akselerator pertumbuhan ekonomi
8, 9, dan 10 kategori daerah kapasitas fiskal rendah.
dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Investasi merupakan kombinasi antara Untuk mengetahui tingkat kemampuan
tingkat permintaan untuk berinvestasi dari finansial dari masing-masing kabupaten dan
perusahaan dengan tabungan (saving) dari kota dalam membiayai kebutuhan anggaran
rumah tangga (Romer 2006). belanja daerahnya serta perbandingannya
dengan peranan sumbangan dan bantuan
Artikel ini menggunakan beberapa
yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada
metode analisis yang dikelompokkan ke
Pemerintah Daerah atau yang disebut dengan
dalam dua kelompok analisis yaitu analisis
Derajat Desentralisasi Fiskal (Sumarsono,
deskriptif dan eksposisi. Analisis deskriptif
2009) dengan rumus:
meliputi: (1) Analisis Tipologi Klassen yang
digunakan untuk mengetahui gambaran
pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
daerah (Priyarsono, Sahara, Firdaus 2007);
(2) Analisis Location Quotient (LQ) yang Analisis eksposisi yang digunakan
digunakan untuk mengidentifikasi komoditas adalah regresi logistik. Analisis regresi logistik

298 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 2 (Desember, 2015): 295-306

digunakan karena variabel terikat adalah ibukota Provinsi.


data kategori (Juanda, 2009). Kategori yang
Perkembangan dari masing-masing
dipergunakan yaitu Y=1 jika iklim investasi
kabupaten ini memerlihatkan pola
kondusif dan Y=0 jika iklim investasi tidak
pertumbuhan yang berbeda, walaupun
kondusif. Model ini dipilih untuk menganalisis
struktur perekonomiannnya masih sangat
keputusan dan menentukan probabilita terkait
didominasi oleh kabupaten induk. Beberapa
dengan pilihan dalam pengembangan iklim
kabupaten mampu berkembang pesat yang
investasi. Tabel 3 menggambarkan variabel
ditandai dengan tingginya tingkat pendapatan
penjelas yang digunakan berikut skala yang
perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi,
digunakan.
tetapi masih terdapat juga kabupaten
Tabel 3 yang perkembangan ekonominya masih
Variabel dalam Model Regresi Logistik tersendat ditandai dengan rendahnya tingkat
pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan
Variabel Deskripsi Skala Slope
ekonomi.
LHN Kemudahan Ordinal β1 Menurut Tolo (J.Tolo, 2011), faktor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi di
INF Ketersediaan Ordinal β2 suatu wilayah adalah inflasi, perdagangan
antara wilayah, ekspor pertanian, investa-
IZ Proses Ordinal β3 si, pertumbuhan penduduk dan ketidak-
PD Peraturan Ordinal β4 pastian politik. Tingkat pertumbuhan GDP
daerah dan ekspor secara signifikan akan men-
stimulasi investasi domestik, akan tetapi
TC Biaya Ordinal β5 FDI dan pertumbuhan sumber daya manu-
sia hanya mampu menstimulasi investa-
si dalam jangka panjang (Al Khatib, 2005).
Proses pengumpulan data menggunakan
kuesioner tertutup, jawaban pertanyaannya Adapun penyebaran pertumbuhan
menggunakan skala Likert antara 1-5, ekonomi dan pendapatan per kapita seluruh
dimana 1 jika menyatakan sangat tidak kabupaten dan kota yang dianalisis dengan
setuju/sangat buruk; 2 jika menyatakan menggunakan tipologi klassen pada Gambar
tidak setuju/buruk, 3 jika menyatakan ragu- 1 berikut:
ragu; 4 jika menyatakan setuju/baik, dan 5
jika menyatakan sangat setuju/sangat baik.
Kuesioner ini disebarkan pada 33 perusahaan
yang meliputi PMA dan PMDN yang ada di
Propinsi Bengkulu.

Analisis Perwilayahan
Bengkulu adalah propinsi yang ada
di pesisir barat Pulau Sumatera, yang Gambar 1
terdiri atas 9 kabupaten dan 1 kota yaitu Tipologi Klasen Wilayah Kabupaten dan Kota
kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang Lebong,
Bengkulu Utara, Kepahiang, Lebong, Bengkulu Berdasarkan analisis tipologi klassen
Tengah, Seluma, Kaur, Muko-Muko, dan diketahui bahwa hanya empat kabupaten
Kota Bengkulu. Pada awalnya, Provinsi ini yang memiliki pertumbuhan dan pendapatan
hanya terbentuk dari tiga kabupaten induk per kapita tinggi yaitu Kepahiang, Bengkulu
yaitu Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Selatan, Rejang Lebong, dan Kota Bengkulu.
dan Rejang Lebong, beserta satu kota yaitu Bahkan, masih ada kabupaten yang memiliki
Kota Bengkulu. Seiring dengan kebijakan tingkat pertumbuhan dan pendapatan per
pemekaran wilayah, Kabupaten Bengkulu kapita rendah, yaitu Seluma, Bengkulu Utara,
Selatan dimekarkan menjadi 3 kabupaten dan Bengkulu Tengah.
meliputi Seluma, Bengkulu Selatan dan
Kaur. Bengkulu Utara dimekarkan menjadi Perbedaan tingkat pertumbuhan
3 kabupaten meliputi Bengkulu Utara, ekonomi dan pendapatan per kapita antar
Mukomuko dan Bengkulu Tengah. Kabupaten wilayah dipengaruhi oleh banyak hal, antara
Rejang Lebong dimekarkan juga menjadi 3 lain jumlah penduduk, aktivitas atau jenis
kabupaten meliputi Kepahiang, Lebong dan pekerjaan masyarakat, sumber daya alam
Rejang Lebong. Hanya Kota Bengkulu yang yang dimiliki, dan sektor ekonomi yang
tidak mengalami pemekaran dan menjadi mendominasi wilayah tersebut. Wilayah yang

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 299


YANA TATIANA, DKK. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Iklim Investasi di Propinsi Bengkulu

mampu memenuhi kebutuhannya sekaligus seperti diuraikan pada Tabel 4.


menjadi produsen bagi wilayah lain akan
Kota Bengkulu sebagai ibukota propinsi
menjadi wilayah yang memiliki multiflier efek
selain memiliki tingkat pendapatan tertinggi
yang besar.
juga menjadi wilayah yang memiliki sektor
Kemampuan wilayah dalam meng- basis terbanyak di Provinsi Bengkulu.
hasilkan barang dan jasa, baik untuk pasar Banyaknya sektor basis yang dimiliki
lokal maupun luar daerah, akan mendorong suatu wilayah mengindikasikan tingginya
peningkatan pendapatan masyarakat di kemampuan daya saingnya di antara wilayah
wilayah tersebut. Sektor yang mampu lain yang ada di Propinsi Bengkulu.
menghasilkan barang atau jasa untuk pasar
Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu
dalam maupun luar wilayah disebut dengan
Selatan tidak lagi menjadikan Pertanian
sektor basis. Sektor-sektor perekonomian
sebagai sektor basis. Sedangkan kondisi
basis dan non basis akan mendorong
yang ada di Kabupaten Bengkulu Utara dan
perbedaan tingkat pertumbuhan dan corak
Bengkulu Selatan memerlihatkan bahwa hasil
perekonomian wilayah. Di Provinsi Bengkulu,
perkebunan besar swasta maupun perkebunan
beberapa kabupaten memiliki sektor basis

Tabel 4
Analisis Sektor Basis dan Kemampuan Pembiayaan Wilayah

Kab/Kota Location Quatient Shiftshare Tipolog Klasen Kapasitas


(Sektor basis) (Pertumbuhan Fiskal
sektoral)
Bengkulu Selatan Jasa Lambat Potensial Sedang
Perdagangan Lambat Potensial
Konstruksi Cepat Maju
Transportasi Lambat Maju
Rejang Lebong Pertanian Lambat Maju Sedang
Bengkulu Utara Pertambangan Lambat Maju Sedang
Konstruksi Cepat Maju
Jasa Cepat Maju
Kaur Konstruksi Maju Maju Tinggi
Transportasi Lambat Maju
Pertanian Lambat Terhambat
Seluma Pertanian Lambat Maju Sedang
Konstruksi Cepat Maju
Pertambangan Lambat Potensial
Muko-muko Industri pengolahan Lambat Maju Tinggi
Keuangan Cepat Maju
Pertanian Lambat Potensial
Lebong Pertanian Lambat Maju Tinggi
Kepahiang Pertanian Lambat Maju Tinggi
Bengkulu Tengah Pertambangan Lambat Maju Tinggi
Industri Pengolahan Lambat Maju
Konstruksi Cepat Maju
Kota Bengkulu Transportasi dan Cepat Maju Rendah
komunikasi Cepat Maju
Perdagangan Cepat Maju
Keuangan Cepat Maju
Jasa Lambat Maju
Listrik, gas dan air Lambat Potensial
bersih

*LQ terbesar di kab Bengkulu tengah pada sektor Pertambangan

300 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 2 (Desember, 2015): 295-306

rakyat dengan komoditas unggulan kelapa masih didominasi oleh industri makanan,
sawit, karet dan kelapa menjadi salah satu pakaian dan pengolahan hasil alam.
sumber pendapatan terbesar di kedua wilayah
Jika diamati dari sisi perkembangan
ini. Beberapa desa di kabupaten Bengkulu
ekonomi, Mukomuko memiliki tingkat
Selatan yang pendapatan masyarakatnya
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
meningkat seiring dengan alih fungsi lahan
dibandingkan Bengkulu Utara dan Bengkulu
pertanian mereka dari penghasil bahan
Tengah. Walaupun tingkat PDRB per kapitanya
makanan menjadi perkebunan kelapa sawit.
masih di bawah Bengkulu Tengah, Mukomuko
Beberapa survey menyatakan bahwa aktivitas
masih menjadikan pertanian sebagai sektor
perkebunan rakyat ini meningkat setelah
unggulannya di sektor perkebunan seperti
adanya pabrik pengolahan kelapa sawit.
kelapa sawit dan karet (Tabel 4).
Dengan kata lain investasi industri pertanian
akan mampu mendorong pertumbuhan Dari seluruh kabupaten/ kota yang ada
perekonomian masyarakat jika didukung oleh di Propinsi Bengkulu, hanya Kota Bengkulu,
industri pengolahan hasil pertanian. Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Kaur yang
mampu menjadikan sektor transportasi
Hal menarik untuk diamati adalah
sebagai sektor basis. Sektor transportasi yang
Kabupaten Bengkulu Utara dengan hasil sektor
menjadi sektor basis sejalan dengan jalur
pertambangan batubara yang terbesar di
lintas barat Sumatera yang menghubungkan
Propinsi Bengkulu dan jumlah PMA dan PMDN
ketiga kabupaten ini.
terbanyak di Propinsi Bengkulu, ternyata tidak
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Temuan menarik di sini, ternyata
dan pendapatan per kapita masyarakatnya beberapa Kabupaten di Propinsi Bengkulu
(Gambar 1). Hal ini juga terjadi di dua yang memiliki sektor basis di bidang pertanian,
kabupaten lain yang memiliki keunggulan di memiliki kemampuan yang sangat rendah di
sektor pertambangan. sektor pertambangan.
Kabupaten Lebong merupakan satu- Berdasarkan uraian sebelumnya, maka
satunya kabupaten di Propinsi Bengkulu yang dapat dinyatakan di Propinsi Bengkulu,
70-75% wilayahnya meliputi kawasan hutan sektor pertanian belum dapat ditinggalkan
lindung dan konservasi, sedangkan hutan peranannya dalam pencapaian peningkatan
produksi yang dimiliki kabupaten ini hanya pendapatan masyarakat dan pertumbuhan
memiliki luasan yang sangat tidak memadai ekonomi, sedangkan kekayaan tambang
sebagai sumber pendapatan, sehingga di suatu wilayah tidak mampu mendorong
aktivitas ekonomi yang akan mengeksploitasi pertumbuhan ekonomi jika hanya menjadikan
hutan seperti pembukaan areal tambang dan wilayah tersebut sebagai lokasi eksploitasi
perkebunan sulit untuk dilakukan di wilayah atau backwash bagi pusat pertumbuhan.
ini. Hal ini menyebabkan tingkat pertumbuhan Keberadaan sektor basis ini akan menarik PMA
ekonomi Kabupaten Lebong relatif rendah. dan PMDN untuk masuk ke suatu wilayah.
Kabupaten Seluma sebagai kabupaten Menurut (Soelistijo, 2011), selain manfaat
finansial, manfaat nonfinansial dari perusa-
pemekaran dari Bengkulu Selatan yang haan PMA bagi kepentingan nasional, antara
memiliki keunggulan di bidang pertambangan lain, akan mendorong pengembangan wilayah,
dan perkebunan, ternyata kurang mampu baik fisik (prasarana dan sarana) maupun non
fisik (sosiokultural) termasuk pengembangan
berkembang, ditandai dengan rendahnya masyarakat; dan budaya wirausaha (bisnis)
tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDRB dimana masyarakat setempat melayani ke-
per kapita masyarakatnya. Ditambah lagi butuhan akhir (final demand linkages) dari
perusahaan. Peningkatan pendapatan suatu
dalam 3 tahun terakhir telah terjadi konflik wilayah yang dapat diindikasikan sebagai pen-
di kalangan Pemerintah Daerah dalam hal ingkatan konsumsi masyarakat berpengaruh
penggantian kepala daerah, sehingga menjadi pada tingkat investasi swasta (Karagol, 2004).
kendala dalam perkembangan iklim berusaha Selain keunggulan yang dimiliki dalam
di kabupaten ini. bentuk sektor basis. Hal lain yang juga harus
Kabupaten Bengkulu Tengah dan diperhatikan adalah kemampuan wilayah
Mukomuko juga telah mampu menjadikan dalam membiayai aktivitas pembangunan
industri pengolahan sebagai sektor unggulan. wilayahnya atau dikenal dengan istilah
Dari seluruh kabupaten yang ada di Propinsi kapasitas fiskal atau desentralisasi fiskal.
Bengkulu, hanya Kabupaten Muko-muko dan Adapun rasio antara desentralisasi fiskal
Bengkulu Tengah yang memiliki keunggulan dan sumbangan atau bantuan pemerintah
di industri pengolahan. Jenis industri yang pusat dari masing-masing kabupaten kota
menjadi unggulan di kedua kabupaten ini di Propinsi Bengkulu terlihat pada Gambar

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 301


YANA TATIANA, DKK. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Iklim Investasi di Propinsi Bengkulu

2 berikut: yang rendah.Hal ini dikarenakan kemampuan


ekonomi propinsi Bengkulu yang relatif
rendah (PAD).
Komponen pembentuk kapasitas fiskal
adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana
perimbangan dari Pemerintah daerah berupa
DAU dan DAK dan tingkat kemiskinan.
Berdasarkan pengamatan pada seluruh
kabupaten/kota di Propinsi Bengkulu, ternyata
ada beberapa kabupaten yang memiliki
tingkat PAD dibawah garis kemiskinan,
seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 2
Derajat Desentralisasi Fiskal seluruh Kabupaten/
Kota di Propinsi Bengkulu

Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa


hampir seluruh kabupaten memiliki derajat
desentralisasi fiskal yang sangat rendah,
yaitu di bawah 5 persen.Jika hal ini terjadi,
berarti ketergantungan pada bantuan
pemerintah pusat mencapai di atas 95
persen. Hanya Kota Bengkulu yang memiliki
derajat desentralisasi fiskal sebesar 6% Gambar 3
(ketergantungan pada bantuan pemerintah PAD dan Tingkat Kemiskinan
pusat 94%). Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa perekonomian di Propinsi
Bengkulu masih sangat tergantung pada Pada Gambar 3 tersebut, terlihat di
bantuan dan sumbangan dari Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan, Mukomuko,
Pusat. Lebong, Kepahiang dan Bengkulu Tengah
memiliki PAD yang lebih rendah dibandingkan
Untuk mengetahui kemampuan dengan tingkat kemiskinan. Jika dihubungkan
keuangan suatu daerah provinsi/kabupaten/ kondisi ini dengan kapasitas fiskal, dimana
kota dalam membiayai pembangunannya kelima kabupaten tersebut, kecuali Bengkulu
dipergunakan alat ukur kapasitas fiskal. Selatan memiliki tingkat kapasitas fiskal yang
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4, tinggi terlihat bahwa peranan pemerintah
ternyata kabupaten yang relatif sudah lebih Pusat di daerah ini masih sangat dominan.
dulu berada di Propinsi Bengkulu (kabupaten
induk) yaitu Rejang lebong, Bengkulu Utara, Hanya Kota Bengkulu yang relatif mampu
dan Bengkulu Selatan, hanya memiliki berkembang pada tingkat kapasitas fiskal yang
kapasitas fiskal yang sedang, bahkan Kota rendah dengan PAD jauh melampau tingkat
Bengkulu sebagai ibukota propinsi dan pusat kemiskinan walaupun jumlah penduduk Kota
pertumbuhan di Propinsi Bengkulu, ternyata Bengkulu tertinggi dibanding wilayah lain
hanya memiliki kapasitas fiskal rendah. yang ada di Propinsi ini. Struktur ekonomi
di Kota Bengkulu telah mampu mengubah
Hal sebaliknya terjadi di kabupaten yang wilayah ini menjadi pusat pertumbuhan di
baru dimekarkan seperti Kaur, Mukomuko, Propinsi Bengkulu dengan menjadi Kota Jasa,
Kepahiang, Lebong, dan Bengkulu Tengah terlihat dari sektor perekonomiannya yang
memiliki kapasitas fiskal tinggi. Di antara menjadi basis untuk sektor transportasi dan
seluruh kabupaten baru hasil pemekaran, komunikasi, perdagangan, kKeuangan, jasa
hanya kabupaten Seluma yang memiliki dan listrik, gas dan air bersih.
kapasitas fiskal sedang.Tinggi/rendahnya
kapasitas fiskal ini tidak semata dikarenakan T i n g g i nya ke t e r g a n t u n g a n p a d a
wilayah tersebut memiliki kemampuan bantuan dari Pemerintah Pusat di seluruh
ekonomi yang tinggi, tetapi juga dapat kabupaten/ kota mengharuskan Pemerintah
disebabkan oleh rendahnya jumlah penduduk Daerah untuk mampu menciptaan iklim
miskin yang ada di wilayah tersebut. Diantara investasi yang kondusif, sehingga menarik
seluruh propinsi yang di Indonesia, Propinsi minat para investor, baik dari luar maupun
Bengkulu ternyata memiliki kapasitas fiskal dalam negeri (PMA dan PMDN) dan industri

302 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 2 (Desember, 2015): 295-306

kecil maupun menengah diharapkan kondisi lain.


ini akan mendorong iklim usaha di wilayahnya.
Infrastruktur daerah pun memiliki
Menurut Kinda (2008), yang menjadi tanda positif. Infrastruktur daerah yang
ke n d a l a d a r i i k l i m i nve s t a s i a d a l a h dimaksudkan sebagai kemampuan dari
infrastruktur fisik maupun keuangan, sumber pemerintah daerah menyediakan fasilitas
daya manusia dan institusi daerah. Atas sarana dan prasarana yang menunjang
dasar itu dilakukan analisis untuk mengetahui aktivitas investasi wilayah. Positifnya tanda
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap antara insfrastruktur daerah dan iklim
iklim investasi yang ada di Propini Bengkulu investasi dapat diartikan semakin baik
menggunakan analisis Regresi Logistik. Data kualitas infrastruktur daerah yang meliputi
yang dipergunakan berasal dari kuesioner fasilitas jalan, jaringan telepon, listrik, air
yang disebarkan pada 33 responden. bersih, maka akan semakin kondusif iklim
investasi yang ada di Propinsi Bengkulu.
Variabel bebas yang digunakan meliputi
kemudahan mendapatkan lahan (Lhn), Infrastruktur daerah adalah salah satu
ketersediaan infrastruktur daerah (Inf), faktor penentu investor masuk ke suatu
tingkat kesulitan dalam proses perizinan (IZ), wilayah. Ottaviano (2008) menyatakan
kejelasan peraturan daerah (PD), transparansi perbaikan infrastuktur memengaruhi distribusi
biaya transaksi (TC), terhadap iklim investasi geografis kegiatan ekonomi. Berdasarkan hasil
(CI). Sedangkan Iklim investasi dalam estimasi, ternyata infrastruktur daerah yang
penelitian ini dijelaskan dengan menggunakan dalam penelitian ini terdiri dari infrastruktur
kategori 0 = tidak kondusif, dan 1 = kondusif. jalan, listrik dan air bersih memiliki pengaruh
yang signifikan pada iklim investasi.
Berdasarkan hasil analisis iklim investasi
pada Tabel 16, terlihat bahwa variabel lahan, Berdasarkan data Badan Pusat statistik
infrastruktur daerah, perizinan, peraturan (BPS) Propinsi Bengkulu, panjang jalan
daerah, biaya transaksi, secara simultan nasional yang ada di propinsi ini dalam
berpengaruh signifikan terhadap iklim beberapa tahun terakhir tidak mengalami
investasi yang ada di Propinsi Bengkulu. Hal p e r u b a h a n . I n f ra s t r u k t u r l i s t r i k p u n
ini berarti para pembuat kebijakan, dalam hal berdasarkan laporan dari PLN 2014, konsumsi
ini Pemerintah Daerah, harus memerhatikan listrik per kapita terendah untuk tingkat
hal-hal yang berhubungan dengan kondisi ini. Sumatera adalah Propinsi Bengkulu sebesar
283.41 kWh/kapita. Infrastruktur dalam
Akses lahan yang dimaksud dalam
bentuk penyediaan air bersih pun di Bengkulu
penelitian ini adalah proses kemudahan
relatif masih rendah terlihat dari rendahnya
untuk memperoleh lahan. Positifnya tanda
pangsa sektor ini pada total PDRB Propinsi
menyatakan semakin mudah atau baik
Bengkulu. Firdaus (2008) dalam Permana dan
proses pengurusan lahan dalam artian proses
Alla (2010) menyatakan bahwa suplai tenaga
pembebasan lahan, pengurusan sertifikat,
listrik dan infrastruktur sosial berpengaruh
kejelasan kepemilikan, maka akan semakin
signifikan terhadap daya tarik investasi pada
kondusif iklim investasi. Perubahan pada
suatu wilayah.
akses lahan mendorong pergerakan iklim
investasi sebesar 2.238 kali lebih besar Perizinan memiliki koefisien bertanda
dibandingkan dengan pergerakan variabel negatif. Perizinan yang dimaksudkan disini

Tabel 5
Hasil Analisis Iklim Investasi di Propinsi Bengkulu

Parameter Estimasi Uji W P value Odd Ratio


Akses Lahan 0.806 6.112 0.013* 2.238
Infrastruktur daerah 0.580 3.774 0.052* 1.785
Perizinan -0.352 2.473 0.116 0.703
Peraturan Daerah -0.309 3.533 0.06* 0.734
Biaya Transaksi 0.349 3.281 0.07* 1.418
Constanta -19.049 5.623 0.018 0.000
Chi Square 29.029 0.000**

* signifikan pada α=10%, **signifikan pada α=5 %,

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 303


YANA TATIANA, DKK. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Iklim Investasi di Propinsi Bengkulu

adalah pelaksanaan proses perizinan. Semakin Pemerintah Pusat untuk mendorong investasi
sulit dan panjangnya waktu yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian pertumbuhan
dalam proses perizinan maka akan semakin ekonomi Indonesia. Bagaimanapun, faktor-
rendah iklim investasi. Proses perizinan di faktor seperti desentralisasi, ketidakpastian
beberapa kabupaten/kota sudah memakai hukum, dominasi kepentingan pribadi
metode Pelayanan Terpadu Satu Pintu, menjadikan iklim investasi menjadi sulit dan
tetapi beberapa kabupaten masuh belum kompleks (Investment Climate Statement
menerapkannya. Keputusan perizinanan 2015). Pemerintah sangat membutuhkan
terkadang masih sangat tergantung pada kerjasama secara formal maupun informal
keputusan Kepala Daerah/ Bupati, sehingga dengan perusahaan yang ada di wilayahnya.
waktu pengurusan dan biaya pengurusan Terdapat hubungan yang kuat antara korupsi,
agak sulit untuk diprediksi. Hal ini yang pembiayaan, kendala regulasi dan pajak,
seringkali menjadi penyebab mundurnya ketidakpastian kebijakan terhadap kinerja
investor di Propinsi Bengkulu. perusahaan yang berimbas pada pertumbuhan
investasi dan aktivitas ekonomi suatu wilayah
Peraturan daerah memiliki tanda
(Kauffman 2003).
negatif. Peraturan daerah yang dimaksudkan
disini adalah banyaknya peraturan daerah Iklim investasi dapat didefinisikan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah daerah, sebagai lingkungan di mana perusahaan
tingkat kesulitan pelaksanaan peraturan dan pengusaha dari kelompok memiliki
daerah. Negatifnya, tanda menyatakan kesempatan daninsentif untuk berinvestasi
semakin banyak peraturan daerah yang produktif, menciptakan lapangan kerja
dikeluarkan maka semakin rendah atau tidak dan memperluas (Bank Dunia, 2005).
kondusif iklim investasi di Propinsi Bengkulu. Iklim investasi ini terdiri dari faktor lokasi
tertentu yang membentuk lingkungan yang
Artikel ini tidak membahas jumlah
memungkinkan bagi perusahaan untuk
atau besaran nominal biaya transaksi yang
berinvestasi produktif dan tumbuh (Smith dan
dikenakan, melainkan membahas tentang
Hallward, Driemeier, 2005)
transparansi dalam biaya transaksi. Positifnya
tanda antara transparansi biaya transaksi Menurut penelitian yang dilakukan
dan iklim investasi menandakan semakin oleh Asian Development Bank (2005) ada
transparans proses pemungutan biaya 3 faktor utama yang mampu menciptakan
transaksi maka akan semakin kondusif iklim iklim investasi yang kondusif, antara lain : (1)
investasi yang ada. Perkembangan sistem Kondisi ekonomi makro mencakup stabilitas
keuangan yang dikelola suatu wilayah ekonomi makro, keterbukaan ekonomi,
berpengaruh positif pada jumlah investasi persaingan pasar dan stabilitas sosial dan
asing yang masuk yang pada akhirnya politik; (2) Kelembagaan, mencakup kejelasan
akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan efektivitas peraturan, perpajakan dan
(Hermes dan Lensink, 2003). sistem hukum. Pada sektor keuangan,
fleksibilitas pasar tenaga kerja yang terdidik
Secara parsial, variabel kemudahan
dan terampil; (3) Infrastruktur mencakup
kepemilikan lahan, ketersediaan infrastruktur
sarana transportasi, telekomunikasi, listrik
d a e ra h , ke j e l a s a n p e ra t u ra n d a e ra h ,
dan air. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
transparansi biaya tansaksi berpengaruh
yang menyatakan adanya pengaruh yang
secara signifikan pada iklim investasi
signifikan antara variabel infrastruktur
sedangkan variabel lain belum berpengaruh
daerah, peraturan daerah dan biaya transaksi
secara signifikan. Hanya variabel perizinan
terhadap iklim investasi di Provinsi Bengkulu.
yang belum memiliki pengaruh yang signifikan
pada iklim investasi yang ada di Propinsi Setelah diketahui faktor-faktor penentu
Bengkulu. iklim investasi, maka dapat dinyatakan
bahwa iklim investasi akan kondusif jika
Sebagai masukan bagi para pembuat
seluruh faktor penentu iklim investasi
kebijakan, khususnya Pemerintah Daerah,
berjalan baik. Sejalan dengan penelitian
maka kemudahan dalam proses kepemilikan
yang dilakukan oleh World Bank (2010)
lahan, kepemilikan fasilitas usaha,
yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan
sertifikat, penyelesaian konflik kepemilikan,
perkembangan sektor swasta yang optimal
proses pelaksanaan jual beli lahan dan
sangat membutuhkan institusi hukum yang
kelengkapannya adalah hal utama yang harus
dapat menjalin perlindungan atas property
diperhatikan.
right, peraturan, regulasi dan biaya transaksi
Hal ini sejalan dengan prioritas yang efisien dan transparan, kemampuan

304 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 2 (Desember, 2015): 295-306

meminimalkan biaya transaksi yang harus tingkat kemiskinan dengan kapasitas fiskal
ditanggung oleh perusahaan. Iklim investasi yang rendah.
yang kondusif akan mendorong pertumbuhan
Dalam usahanya untuk meningkatkan
ekonomi yang diharapkan suatu wilayah
iklim investasi yang kondusif di Propinsi
(Sinidra 2004).
Bengkulu maka hal utama yang harus
d i p e r h a t i k a n , m e n u r u t p a ra i nve s t o r
adalah proses kepemilikan lahan dan
Simpulan dan Saran
ketersediaan infrastruktur daerah dimana
Artikel ini menghasilkan kesimpulan pada kenyataannya masih banyak terdapat
bahwa Propinsi Bengkulu masih harus tumpang tindih kepemilikan lahan, buruknya
mengutamakan sektor primer sebagai struktur infrastruktur, ketidakjelasan dalam biaya
utama perekonomiannya. Hal ini terbukti transaksi atau pungutan liar (pungli)
secara umum yang menjadi sektor basis di yang seringkali melebihi biaya resmi yang
seluruh kabupaten/kota masih didominasi ditetapkan Pemerintah Daerah.
oleh sektor pertanian dan pertambangan.
Berdasarkan hasil simpulan penelitian
Sektor konstruksi juga menjadi sektor ini, Pemerintah Daerah diharapkan mampu
basis dibanyak kabupaten/kota terbukti mendorong investasi di sektor primer yaitu
6 dari 10 kabupaten/kota menjadikan pertanian karena sektor perekonomian
sektor konstruksi sebagai sektor basis ini terbukti mampu menjadi sektor basis di
pada kabupaten tersebut dengan tingkat hampir seluruh kabupaten/kota.
pertumbuhan yang cepat melebihi kondisi di
Sektor pertanian akan mampu
Propinsi Bengkulu.
berkembang jika didukung industri pengolahan
Sektor industri pengolahan hanya hasil pertanian. Untuk itu, dibutuhkan suatu
mampu menjadi sektor basis di Kabupaten kebijakan yang mampu mensinergikan antara
Mukomuko dan Bengkulu Tengah. Sektor sektor pertanian dan industri pengolahan.
industri yang berkembang pun masih
Selain itu, pemerintah hendaknya
didominasi oleh industri rumah tangga berupa
mampu mengkoordinasi aktivitas usaha
pengolahan hasil primer, belum mampu
dari para investor untuk meminimalisasi
berkembang ke industri yang berskala besar.
kebocoran wilayah dalam rangka mengatasi
Kabupaten yang memiliki kelebihan kondisi wilayah yang menjadi backwash bagi
dalam hal sumber daya pertambangan pusat pertumbuhan.
ternyata belum mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per
kapita. Terbukti dari kondisi kabupaten yang Daftar Pustaka
memiliki sektor basis di bidang pertambangan Al Khatib. H, Gassan SA, Samer MA, (2005).
yaitu Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu “Economical Determinant of domestic
Tengah dan Seluma berada pada kelompok investment,” European Scientific Journal
wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhan Edition April Vol 8. No. 7.
ekonomi dan pendapatan per kapita yang Duadji, N. (2012). “Good Governance dalam
rendah. Hal ini terjadi karena kabupaten- Pemerintah Daerah “ MIMBAR 28(2):
kabupaten tersebut hanya dijadikan lokasi 201-209.
pertambangan semata, sedangkan aktivitas Juanda, B.( 2009), Ekonometrika Permodelan
dan Pendugaan, IPB Press, Bogor.
ekonomi perusahaan pertambangan tersebut
Hermes N, Lensink R. (2003). “Foreign Direct
tetap dipusatkan di Kantor pusat yang Investment, Financial Development and
berada di Kota Bengkulu, telah terjadi Economic Growth.”Journal of Development
kebocoran wilayah bahkan kabupaten- Studies. Vol 38.
kabupaten tersebut menjadi backwash bagi Karagol E, (2004). “A disaggregated analysis
pusat pertumbuhan yaitu Kota Bengkulu of government expenditure and private
sebagai ibukota Propinsi. investment in Turkey,” Jurnal of economic
corporation, 25,2. Hal 134-144.
Tingginya tingkat ketergantungan Kauffman BG, Stone AH, (2003). Investment
seluruh kabupaten pada sumbangan dan Climate Arround the World: Voice of the
bantuan yang berasal dari pemerintah firms from the world Bussines Environment
pusat, terlihat dari rendahnya tingkat PAD, Survey.
tingginya tingkat kemiskinan dan tingginya Kinda, T. (2008). Investment climate and FDI ini
kapasitas fiskal. Hanya kota Bengkulu yang Developin Countries: Firm-Level Evidence.
CERDI-CNRS. Universite D’auvergne
mampu meningkatkan PAD jauh melebihi
CERDI-CNRS.

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 305


YANA TATIANA, DKK. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Iklim Investasi di Propinsi Bengkulu

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Umum di Indonesia.” MIMBAR.


Daerah, (2012). “Tata Kelola Ekonomi Todaro MP, Stephen CS, (2006). Pembangunan
Daerah Tahun 2011.” Asia Foundation. Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju D R., Erlangga¸ Jakarta.
(2009). Perencanaan dan Pengembangan Tolo, W. B. (2011). The Determinants of
Wilayah, Crestpent Press dan Yayasan economic growth in the Philipines. V.
Obor Indonesia, Jakarta. Arora. Philipine, IMF Working Paper, Asia
Romer D. (2006). Advance Macroeconomics. Pacific Department.
New York, USA. McGraw-Hill/Irwin. Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang
Saghi R, Azra K, (2012), Determinants of public Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,
and private Investment : An empirical Kementrian Negara Koperasi dan Usaha
Study of Pakistan, International Journal kecil dan Menengah Republik Indonesia
of Bussines and social Science Vol 3 No.4 tahun 2009. .
Spesial Issue. U.S. Department of State. (2015). Indonesia
Sinidra F. (2004). Economic Growth: a Conducive Investment Climate Investment 2015.
Climate for Investment. Euromoney 35, World Bank. (2003). Trade, Investment and
4-5. Development in the Middle East North
Soelistijo, U. W. (2011). “Dinamika Penanaman Africa: Engagging with The Wrld, World
Modal Asing (PMA) bidang Pertambangan Bank, Washington DC.

306 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

Anda mungkin juga menyukai