Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita haturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada
terkira besarnya, Tak lupa shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam
yang terang benderang, dari alam jahiliyah menuju ke alam yang penuh berkah ini.
Selain itu, kami pun mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang kami
kutip tulisannya sebagai bahan rujukan penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Memandikan Jenazah”
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca khususnya buat kami tim penyusun. Amin
ya Robbal alamin
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
4. Jika tidak ada yang mampu keluarga Jenazah boleh menunjuk oranng yang amanah lagi terpercaya
untuk memandikannya. Hal ini dimaksudkan agar apabila pada mayat terdapat aib, suami/istri dan
mahram lebih bisa menjaga kerahasiannya. Oleh karena itu bila orang lain yang memandikan, maka harus
dipilih mereka yang betul-betul dapat dipercaya. Nabi saw. bersabda : Artinya : Hendaknya yang
memandikan jenazah itu, orang-orang yang terpercaya. HR. Ibnu Majah
5. Bila yang meninggal adalah anak-anak maka baik laki-laki maupun wanita boleh memandikannya
selama jenazah usianya belum melebihi tujuh tahun7. Namun seumpama jenazah adalah laki-laki dan
semua yang hidup (yang terkena hukum wajib) adalah wanita atau sebaliknya dan tidak ada suami atau
istrinya, maka jenazah tidak boleh dimandikan tapi cukup ditayammumkan oleh salah seorang dari
mereka dengan menggunakan pelapis tangan.
b. Tata Cara Memandikan si Jenazah , Seorang petugas memulai dengan melunakkan persendian
jenazah tersebut. Apabila kuku-kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya.
Adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar. Kemudian petugas
mengangkat kepala jenazah hingga hampir mendekati posisi duduk. Lalu mengurut perutnya dengan
perlahan untuk mengeluarkan kotoran yang masih dalam perutnya. Hendaklah memperbanyak siraman air
untuk membersihkan kotoran-kotoran yang keluar. Ketika membersihkan kemaluan jenazah, hendaknya
memakai kaos tangan, karena menyentuh kemaluan orang lain haram hukumnya, kecuali suami istri.
c. Mewudhukan Jenazah ,Selanjutnya petugas berniat (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta
membaca basmalah. Lalu petugas Mewludhukan jenazah tersebut sebagaimana wudhu untuk shalat.
Namun tidak perlu memasukkan air ke dalam hidung dan mulut si mayit, tapi cukup dengan memasukkan
jari yang telah dibungkus dengan kain yang dibasahi di antara bibir si mayit lalu menggosok giginya dan
kedua lubang hidungnya sampai bersih.
d. Membasuh Tubuh si Jenazah. Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan si mayit. Dimulai
dari sisi kanan tengkuknya, kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya, kemudian belahan dadanya
yang sebelah kanan, kemudian sisi tubuhnya yang sebelah kanan, kemudian paha, betis dan telapak kaki
yang sebelah kanan.
e. Selanjutnya petugas membalik sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri, kemudian membasuh
belahan punggungnya yang sebelah kanan. Kemudian dengan cara yang sama petugas membasuh anggota
tubuh jenazah yang sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga miring ke sebelah kanan dan membasuh
belahan punggung yang sebelah kiri. Dan setiap kali membasuh bagian perut si mayit keluar kotoran
darinya, hendaklah dibersihkan.
Banyaknya memandikan: Apabila sudah bersih, maka yang wajib adalah memandikannya satu kali dan
mustahab (disukai/sunnah) tiga kali. Adapun jika belum bisa bersih, maka ditambah lagi memandikannya
sampai bersih atau sampai tujuh kali (atau lebih jika memang dibutuhkan). Dan disukai untuk
menambahkan kapur barus pada pemandian yang terakhir, karena bisa mewangikan jenazah dan
menyejukkannya. Oleh karena itulah ditambahkannya kapur barus ini pada pemandian yang terakhir agar
baunya tidak hilang.
Dianjurkan agar air yang dipakai untuk memandikan si mayit adalah air yang sejuk, kecuali jika petugas
yang memandikan membutuhkan air panas untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masih melekat
pada jasad si mayit. Dibolehkan juga menggunakan sabun untuk menghilangkan kotoran. Namun jangan
mengerik atau menggosok tubuh si mayit dengan keras. Dibolehkan juga membersihkan gigi si mayit
dengan siwak atau sikat gigi. Dianjurkan juga menyisir rambut si mayit, sebab rambutnya akan gugur dan
berjatuhan.
f. Setelah selesai dari memandikan jenazah ini, petugas mengelapnya (menghandukinya) dengan kain
atau yang semisalnya. Kemudian memotong kumisnya dan kuku-kukunya jika panjang, serta mencabuti
bulu ketiaknya (apabila semua itu belum dilakukan sebelum memandikannya) dan diletakkan semua yang
dipotong itu bersamanya di dalam kain kafan. Kemudian apabila jenazah tersebut adalah wanita, maka
rambut kepalanya dipilin (dipintal) menjadi tiga pilinan lalu diletakkan di belakang (punggungnya).
E. Faedah
1. Apabila masih keluar kotoran (seperti: tinja, air seni atau darah) setelah dibasuh sebanyak tujuh kali,
hendaklah menutup kemaluannya (tempat keluar kotoran itu) dengan kapas, kemudian mencuci kembali
anggota yang terkena najis itu, lalu si mayit diwudhukan kembali. Sedangkan jika setelah dikafani masih
keluar juga, tidaklah perlu diulangi memandikannya, sebab hal itu akan sangat merepotkan.
2. Apabila si mayit meninggal dunia dalam keadaan mengenakan kain ihram dalam rangka menunaikan
haji atau umrah, maka hendaklah dimandikan dengan air ditambah perasaan daun bidara seperti yang
telah dijelaskan di atas. Namun tidak perlu dibubuhi wewangian dan tidak perlu ditutup kepalanya (bagi
jenazah pria). Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam mengenai seseorang yang wafat
dalam keadaan berihram pada saat menunaikan haji.
3. Orang yang mati syahid di medan perang tidak perlu dimandikan, namun hendaklah dimakamkan
bersama pakaian yang melekat di tubuh mereka. Demikian pula mereka tidak perlu dishalatkan.
4. Jika ada seorang wanita hamil, kemudian dia mengalami keguguran. Jika usia janin 4 (empat) bulan
atau lebih, maka dia dimandikan, dikafani dan dishalatkan, bahkan diberi nama & diaqiqahi. Bila usianya
kurang dari 4 bulan, tidak perlu dimandikan dan dikafani tapi cukup dibungkus dengan kain putih dan
dikuburkan di pekuburan karena janin tersebut belum ditiupkan ruh ke dalamnya sehingga diperlakukan
seperti anggota bagian tubuh yang lainnya.
5. Apabila terdapat halangan untuk memamdikan jenazah, misalnya tidak ada air atau kondisi jenazah
yang sudah tercabik-cabik atau gosong, maka cukuplah ditayamumkan saja. Yaitu salah seorang di antara
hadirin menepuk tanah dengan kedua tangannya lalu mengusapkannya pada wajah dan kedua punggung
telapak tangan si mayit.
6. Hendaklah petugas yang memandikan jenazah menutup apa saja yang tidak baik untuk disaksikan
pada jasad si mayit, misalnya kegelapan yang tampak pada wajah si mayit, atau cacat yang terdapat pada
tubuh si mayit dll.
7. Apabila wanita hamil wafat, maka diharamkan membedah perutnya & mengeluarkan bayinya.
Karena biasanya bayi akan segera meninggal setelah ibunya meninggal satu atau dua jam setelahnya.
Mayit dimandikan sebagaimana mestinya. Jika dokter memastikan bahwa bayi yang ada dalam
kandungan masih hidup, maka boleh mengeluarkannya dengan berupaya terlebih dahulu melalui jalan
keluarnya. Jika tidak bisa, maka boleh dengan alternatif lain dengan azas lemah lembut dan tidak
menyakiti sang ibu serta atas dasar pertimbangan dokter ahli.
8. Orang kafir, murtad, dan meninggalkan shalat selamanya (tidak pernah mengerjakan shalat sama
sekali), mayitnya tidak dimandikan, tidak dikafani,tidak dishalatkan, serta tidak boleh dikuburkan di
pekuburan kaum Muslimin. Mayitnya dikubur dengan pasir di tempat yang jauh sekedar untuk
menutupinya supaya tidak menyebarkan bau.
9. Orang yang terbunuh karna berzina atau terbunuh karena dzalim,atau orang yang bunuh diri.
Semuanya dimandikan, dikafani, dishalatkan dan dikuburkan di pekuburan kaum Muslimin, karena
mereka adalah pelaku dosa besar dan tidak keluar dari agama Islam.
10. Memandikan anggota bagian tubuh mayit yang wajib hanyalah satu kali
11. Jika ada sebagian anggota badan yang terpotong, maka cukup dibungkus dengan kain putih
kemudian dikuburkan tanpa harus dicuci & dishalatkan.
12. Dimakruhkan berdebat & meninggikan suara ketika memandikan.
13. Jika ada anggota tubuh mayit yg terputus, seperti kaki/tangan, maka anggota tersebut diletakkan di
tempat asalnya & dicuci sebagaimana yg lainnya.
14. Dimakruhkan memberikan bayaran kepada yg memandikan, tapi apabila dibutuhkan, maka cukup
mengambil dari Baitul Mal
15. Apabila tidak terdapat daun bidara, maka dapat diganti dengan yg Semisal seperti sabun
mandi/sampo.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memandikan jenazah adalah fardhu kifayah -sebagaimana sudah diketahui- apabila dilakukan oleh orang
lain gugurlah kewajiban itu dari yang lain.
Tata cara memandikan jenazah adalah melaksanakannya di tempat tertutup yang tidak
dilihat orang lain, tidak ada yang hadir selain yang ikut memandikan atau yang membantunya. Kemudian
dilepas pakaiannya setelah diletakkan kain di atas auratnya sehingga tidak terlihat. Kemudian
mengeluarkan kotoran yang diperutnya dan membersihkannya. Kemudian diwudhukan seperti wudhu
untuk shalat, namun para ulama mengatakan tidak memasukkan air ke hidung dan mulutnya.
Sesungguhnya hanya menggunkan kain yang dibasahi dan digosokkan ke gigi dan dalam hidungnya.
Kemudian setelah itu dibasuh kepalanya kemudian dibasuh semua tubuhnya, dimulai dari sebelah kanan
dan sebelah kemudian menyusul sebelah kiri. Sebaiknya diberikan daun bidara di air karena ia
membersihkan, dibasuh kepala dan jenggotnya dengan buih daun bidara. Dan juga diberikan kapur barus
atau sedikit dari kapur barus dalam basuhan terakhir.
Syarat dan faedah telah tercantum pada ayat Al-Quran dan hadits.
B. Saran
Sebagai ummat islam, diharapkan siswa memperhatikan dan memahami secara jelas mengena syarat dan
tata cara memandikan jenazah karena materi ini sangat berguna ketika mereka berada di lingkungan
masyrakat. Selain medatangkan amal kebaikan, memandikan jenazah juga berarti mematuhi perintah
Allah SWT serta memberikan penghormatan terhadap jenazah.