Kelompok 6 Screning Penglihatan
Kelompok 6 Screning Penglihatan
KELOMPOK 8
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SCREEANING
PENGLIHATAN pada anak usia Sekolah” dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka
maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini,
maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan
dengan judul makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu indera yang sangat penting dalam menunjang
kehidupan. Gangguan pada mata akan menyebabkan gangguan penglihatan yang
berdampak pada ketidaknyamanan dan gangguan lainnya dalam menjalani aktivitas
sehari-hari. Gangguan penglihatan menjadi masalah yang mendapat banyak
perhatian, tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Berdasarkan laporan World
Health Organization [WHO] (2017) diketahui bahwa penyebab gangguan
penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan refraksi yang tidak
terkoreksi sebesar 53%, katarak yang tidak dioperasi sebesar 25%, dan degenerasi
macular sebesar 4%. Indonesia mempunyai prevalensi kebutaan dan gangguan
penglihatan nomor 2 tertinggi di dunia setelah Ethiopia (Karfiati, n.d). Gangguan
penglihatan dan kebutaan di Indonesia mengalami peningkatan dengan prevalensi
1,5% dan tertinggi dibandingkan dengan angka kebutaan di negara–negara regional
Asia Tenggara seperti Bangladesh sebesar 1%, India sebesar 0,7%, dan Thailand
0,3% (Fauzi, Anggorowati, & Heriana, 2016). Hasil Survei Kebutaan Rapid
Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014-2016 di 15 provinsi
menunjukkan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan adalah katarak
70-80% dan kelainan refraksi 10-15% (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Program Studi Refraksi Optisi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya merupakan
salah satu perguruan tinggi kesehatan di Indonesia yang mencetak tenaga-tenaga
refraksionis optisien yang ahli di bidang kesehatan mata. Sebagai bentuk partisipasi
dan dukungan Prodi Refraksi Optisi terhadap Peta Jalan Penanggulangan
Gangguan Penglihatan 2017-2030, terutama langkah nomor 1,dan juga sebagai
bentuk pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi, maka kami melakukan kegiatan
pengabdian masyarakat dalam bentuk penyuluhan kesehatan mata dan skrining
ketajaman penglihatan/visus pada anak-anak SD.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Screeaning
Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha
untukmengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan
menggunakantest, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan
secara cepat untukmembedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi
sesunguhnya menderita suatu kelainan.
B. Tujuan Screening
Wali kelas merespon dengan baik dengan hasil yang telah diperoleh. Mereka
berterima kasih karena telah diadakan kegiatan pemeriksaan mata, dan akan
mengkonsultasikannya dengan orang tua wali masing-masing murid yang
mengalami kelainan refraksi untuk ditindak lanjuti. Kemampuan refraksi siswa akan
berubah dan berkembang seiring dengan pertumbuhan usia (Fauzi, Anggorowati, &
Heriana, 2016). Jika terjadi kelainan refraksi saat anak-anak, besar kemungkinan
pada dewasa nanti keadaan refraksi nya akan bisa berubah jika diobati. Akan tetapi,
sesuai pepatah “Lebih baik mencegah daripada mengobati”, pengobatan dan deteksi
dini merupakan langkah yang sangat tepat dilakukan pada siswa SD. Pemeriksaan
visus di sekolah dapat dijadikan sebagai bentuk deteksi dini gangguan kelihatan
pada siswa. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan kesadaran
siswa dan orang tua untuk melakukan pemeriksaan rutin pada mata sejak dini.
Usia 3 Bulan: Segera hubungi dokter anak anda bila anak anda mengalami
beberapa hal di bawah ini:
Usia 7 Bulan: Segera hubungi dokter anak anda bila anak anda mengalami
beberapa hal berikut:
1. Salah satu atau kedua mata tampak juling ke arah dalam atau ke arah luar
sepanjang waktu.
2. Keluar air mata terus-menerus atau mata kering atau anak tampak sensitif
terhadap cahaya.
3. Tidak mengikuti gerakan benda yang bergerak baik yang berada di dekatnya
(30 cm) atau jauh darinya (185 cm).
Orang tua juga harus waspada bila melihat anak memperlihatkan gejala dan tanda
seperti ini:
D. Penyebab
1. Kesalahan bias
Kesalahan bias terjadi jika anak Anda memiliki bentuk kornea yang tidak
teratur dan mendistorsi apa yang dilihatnya. Kesalahan bias yang umum adalah
rabun jauh, rabun dekat dan astigmatisma.
Rabun jauh adalah kondisi mata yang hanya dapat melihat benda-benda dalam
jarak dekat dan tidak jelas ketika harus melihat benda yang jauh. Sebaliknya, rabun
dekat hanya mampu melihat benda dengan jelas jika letaknya jauh dan kabur jika
melihat benda dalam jarak dekat dengan mata.
Sedangkan astigmatisma merupakan ketidakmampuan kornea untuk fokus yang
menyebabkan pandangan kabur. Cara membantu balita yang menderita kondisi ini
adalah dengan menggunakan kacamata.
Strabismus adalah kondisi mata yang tidak sejajar atau dalam arah yang
sama sehingga tidak dapat bergerak serempak. Ini biasanya disebabkan oleh otot-
otot mata yang lemah di satu mata. Semakin awal Anda mengetahui gejala
strabismus, semakin kecil kemungkinan hal itu akan menyebabkan masalah mata
lebih lanjut. Pengobatan biasanya beberapa anak memakai penutup mata pada
mata yang lebih kuat selama beberapa jam sehari untuk melatih mata yang lemah
untuk bekerja lebih baik.
Anda juga bisa meneteskan obat tetes mata ke mata balita Anda untuk
mengaburkan mata yang kuat dan memaksa mata yang lemah untuk bekerja lebih
keras. Dokter mungkin meresepkan kacamata khusus yang dirancang untuk
membantu menyelaraskan mata dengan benar.
Dokter juga mungkin merekomendasikan latihan mata untuk memperkuat otot mata
yang lemah. Jika perawatan ini tidak bekerja, salah satunya jalan adalah melakukan
operasi.
4. Katarak infantil: kekeruhan pada lensa mata yang terjadi sejak bayi atau berbagai
gangguan lain yang diturunkan (jarang)
5. Prematur retinopati: gangguan mata yang sering terjadi pada bayi prematur.
E. Pengobatan
• Tindakan pembedahan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Daftar Pustaka
Fauzi, L., Anggorowati, L., & Heriana, C. (2016). Skrining Kelainan Refraksi
Mata Pada Siswa Sekolah. Journal of Health Education, 1 ((1)), 76-84.
Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/.