Anda di halaman 1dari 16

Pada pengkajian ini kemu

ngkinan ditemukan penyebab


lain yang mendukung terjadinya gout seperti penyakit
gagal ginjal kronis,
leukimia
dan
hiperparatiroidisme
.
Masalah lain yang perlu ditanyakan apakah penderita
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dan riwayat
konsumsi alkohol

.
e)
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang mempunyai keluhan
yang sama dengan penderita karena penyakit gout dapat
dipengaruhi oleh faktor genetik

30
f)
Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi penderita terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran penderita dalam keluarga dan
masyarakat. Respon yang didapat meliputi adanya
kecemasan terhadap sensasi nyeri, gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan nyeri, ketidaktahuan akan
pr
ogram pengobatan dan penyakit komplikasi yang
diakibatkan dari penyakit
arthritis gout.

2)
Pemeriksaan Fisik
a)
Keadaan umum
Keadaan umum lansia dengan
art
h
ritis gout
umumnya
lemah.
b)
Kesadaran
Kesadaran klien dengan
art
h
ritis gout
umumnya
composmentis.
c)
Tanda
-
Tanda Vital
(1)
Suhu menigkat(>37°
C)
(2)
Nadi meningkat.
d)
Tekanan darah menigkat atau dalam batas normal.
e)
Pernafasan biasanya normal atau meningkat.

3)
Pemeriksaan Persistem
a)
Sistem Sirkulasi
31
Ka
ji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apikal,
sirkulasi perifer, warna
, dan kehangatan.
b)
Sistem Persarafan
Kaji adanya hilangnya gerakan atau sensasi, spasme otot,
terlihat kelemahan atau hilang fungsi. Lihat, Pergerakan
bola mata atau kejelasan melihat, dilatasi pupil. Agitasi
(mungkin berhubungan dengan nyeri atau ansietas)
.
c)
Sistem Pernafasan
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih
dalam batas normal
d)
Sistem Pencernaan
Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi
bising usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri
tekan abdomen.
e)
Sistem
Muscul
osceletal
Kaji adanya nyeri tiba
-
tiba atau mungkin terlokasi pada
area jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan
otot, kontrakur, atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan
warna.
perubahan
warna.
f)
Sistem Perkemihan
Perubahan po
l
a berkemih, seperti inkontenensia u
rin,
disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin,
kebersihannya
32
4)
Pola Fungsi Kesehatan
a)
Aktivitas atau istirahat
Gejala : Nyeri mendadak di persendian, nyeri tekan yang
akan mengganggu aktivitas dan kebutuhan istirahat/ tidur
klien.
b)
Hubungan dan
Peran
Gejala : Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan
peran terhadap anggota masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan.
c)
Intregritas Ego
Gejala : Keputusan dalam beraktifitas, gangguan citra
tubuh, ketergantungan pada orang lain.
d)
Makanan atau cairan
Gejala :
Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi purin,
jumlah dan jenis asupan c
a
iran yang dikonsumsi dalam 24
jam.
e)
Higiene
Gejala : Kesulitan dalam melakukan perawatan diri.
f)
Neurosori
Gejala : Pembengkakan pada sendi, kesemutan pada
persendian.
g)
Nyeri dan Kenyamanan
33
Gejala : Nyeri pada persendian, kemerahan pada sendi
yang terkena dan terasa kaku.
h)
Keamanan
Gejala : Peradangan yang disertai demam
i)
Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala : Riwayat
arthritis gout
pada keluarga, kebiasaan
minum alkohol, dan ke
b
iasaan makanan t
inggi purin.
j)
Eliminasi
Gejala : Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung
kemih, defekasi.
defekasi.
b.
Konsep asuhan keperawatan pada klien gangguan gangguan
musculosceletal
dengan
artritis gout
menurut Risnanto &
Uswatun (2014)
1)
Riwayat Keperawatan
a)
Tanyakan keluhan
nyeri yang terjadi, biasanya pada ibu
jari kaki atu sendi
-
sendi lain.
b)
Bagaimana gejala awalnya dan bagaimana klien
menanggulanginya.
c)
Adakah riwayat gout dalam keluarga.
d)
Obat
-
obatan yang diperoleh.
e)
Data objektif:
(1)
Tentukan apakah ada nyeri tekan atau nyeri
saat
digerakkan
2)
Bengkak dan kemerahan pada sendi.
(3)
Demam sub febris.
(4)
Periksa adanya nodule di atas sendi.
2)
Riwayat psikologis
Arthritis gout
sering menimbulkan rasa tidak nyaman bagi
pasien akibat nyeri yang timbul pada persendian. Cemas dan
takut untuk mel
akukan gerakan atau aktivitas. Merasakan
dirinya tidak melakukan mobilitas seperti sebelum sakit.
Perawat dapat mengkaji masalah
-
masalah psikologis tersebut
yang mungkin terjadi pada pasien yang dihadapinya.
3)
Pemeriksaan Diagnostik
a)
Pemeriksaan darah :
(1)
Asam
urat meningkat.
(2)
Sel darah putih dan sedimentasi eritrosit menigkat
(selama fase akut).
(3)
Pada aspirasi sendi ditemukan asam urat.
b)
Pemeriksaan urin.
c)
Rontgen.
c.
Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
arthritis gout
menurut Bilotta (2014)
2014) :
1)
Riwayat
a)
Gaya hid
up kurang gerak
b)
Hipertensi
35
c)
Batu ginjal
d)
Bangun pada tengah malam karena nyeri pada ibu jari
kaki
e)
Diawali dengan nyeri sedang yang semakin hebat
f)
Menggigil, sedikit demam
2)
Pemeriksaan Fisik
a)
Sendi bengkak, berwarna merah gelap atau ungu
b)
Gerakan sendi terbatas.
c)
Tofi, terutama pada telinga luar, tangan, dan kaki
d)
Kulit yang melapisi tofi dapat mengalami ulkus dan
mengeluarkan pus atau eksudat yang berwarna putih
berkapur.
e)
Degenerasi sel sekunder.
f)
Erosi, deformitas
g)
Rasa panas pada sendi
h)
Nyeri tekan hebat
i)
Demam
j)
Hipe
rtensi
3)
Hasil pemeriksaan
hebat
i)
Demam
j)
Hipe
rtensi
3)
Hasil pemeriksaan
a)
Laboratorium
Kadar asam urat serum meningkat pada serangan
gout.
Hitung leukosit meningkat pada serangan akut.Kadar
asam urat urin meningkat pada 20% pasien
36
b)
Pencitraan
Rontgen kartilago artikular dan tulang subkondral
menunjukkan bukti adanya
gout.
c)
Prosedur Diagnosotik
Aspirasi cairan si
novial dengan menggunakan jarum
menunjukkan kristal intrasluler yang bersifat seperti
jarum.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Menurut Aspiani (2014)
, diagnosa keperawatan
arthritis gout
meliputi :
1)
Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan Agen injuri
(biologi, kimia, fisik, psikologis) ditandai dengan klien
melaporkan adanya nyeri pada persendian, ekspresi wajah
meringis.
2)
Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, kerusakan neuromuskuler, kehilangan
integritas strukur tulang, kekakuan sendi atau kontraktur
.
3)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan,
mudah lupa, misinterpretasi informasi ditandai dengn klien
me
ngungkapkan adanya masalah, klien mengikuti instruksi
tidak akurat.
37
4)
Resiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan pada
persendian (
arthritis
), penurunan kekuatan ekstremitas
bawah, kerusakan mobilitas fisik.
5)
Defisit perawatan diri mandi berhubungan den
gan gangguan
muskuloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu
membersi
h
kan sebagian atau seluruh badan, klien tidak
mampu masuk dan keluar dari kamar mandi.
mandi.
b.
Menurut
Muttaqin
, A.
(2013), diagnosa keperawatan
arthritis
gout
meliputi :
1)
Nyeri yang berhubunga
n dengan peradangan sendi,
penimbunan kristal pada membran sinovia, tulang rawan
artikular, erosi tulang rawan, poliferasi sinovia.
2)
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari ke
b
utuhan yang
berhubungan yang berhubungan dengan asupan nutrisi tidak
adekuat.
3)
Ham
batan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
penurunan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri pada
gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki.
4)
Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan
terbentuknya tofus, perubahan dan ketergantungan fisik
serta psikologis ka
rena penyakit atau terapi.
5)
Ansietas yang berhubungan dengan rencana pembedahan,
kondisi sakit, perubahan peran keluarga, kondisi status
38
sosial ekonomi, perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis karena penyakit atau terapi.
c.
M
enurut Risnanto & Insa
ni
(2014), diagnosa keperawatan
arthritis gout
meliputi :
1)
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses
penyakit.
2)
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
persendian.
3)
Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan.
d.
Menurut Nurarif &
Kusuma (2016), diagnosa keperawatan
arthritis gout
meliputi :
1)
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
pembengkakan sendi, melaporkan nyeri secara verbal pada
area
sendi
.
2)
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
persendian (kaku sendi
).
3)
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
(peradangan sendi).
4)
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada
pembengkakan.
5)
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait
penyakit (nyeri pada sendi).
39
3.
Rencana Intervensi
Penulisan pada
proposal ini, penulis memfokuskan pada diagnosa
Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan Agen injuri (biologi,
kimia, fisik, psikologis) ditandai dengan klien melaporkan adanya
nyeri pada persendian, ekspresi wajah meringis.
a.
Menurut Aspiani (2014), rencan
a intervensinya meliputi :
1)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien dapat mengontrol nyeri, menunjukkan tingkat nyeri.
2)
Kriteria hasil : Klien dapat mengetahui penyebab tindakan
pencegahan nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakol
ogi
untuk mengurangi nyeri, dan tindakan pencegahan nyeri.
3)
Rencana Intervensi :
a)
Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, durasi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri , dan faktor
-
faktor presipitasi.
b)
K
aji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan
nyeri kronis.
c)
Kontrol faktor
-
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon klien terhadap ketidaknyamanan(misalnya: temperatur
ruangan, penyinaran, dan lain
-
lain).
d)
Tingkatkan tidur atau istirahat
yang cukup
40
e)
Ajarkan penggunaan teknik non
-
farmakologi (misalnya:
relaksasi, terapi musik, distraksi, aplikasi panas
-
dingin,
massase).
f)
Pemberian Analgetik (kolaborasi dengan dokter).
b.
Menurut
Muttaqin
, A.
(2013), rencana intervensinya meliputi:
1)
Tujuan:
Penurunan respons nyeri dan mengdaptasikan
kondisi nyeri
2)
Kriteria hasil: Klien melaporkan penurunan nyeri,
menunjukkan perilaku yang lebih relaks memperagakan
keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan
peningkatan keberhasilan. Skala nyeri 0
-
1 atau
teradaptasi.
3)
Rencana Intervensi :
a)
Kaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri, observasi kemajuan
nyeri ke daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala 0
-
4.
b)
Bantu klien dalam identifikasi faktor pencetus.
c)
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri
non
farmakologis dan non
-
invasif.
d)
Ajarkan relaksasi : Teknik untuk menurunkan ketegangan
otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri.

e)
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
f)
Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri, dan
menguhubungkan berapa l
ama nyeri akan berlangsung

41
g)
Hindarkan klien meminum alkohol, kafein, dan obat
diuretik.
h)
Kolaborasi : Pemberian allopurinol.
c.
Menurut Risnanto & Insani
(2014), rencana intervensinya meliputi
:
1)
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi atau terhindar dari nyeri.
2)
Rencan
a Intervensi :
a)
Berikan posisi yang nyaman, sendi yang nyeri (kaki)
diistirahatkan dan diberikan bantalan. Istirahat dapat
menurunkan metabolisme setempat dan mengurangi
pergerakan pada sendi yang sakit.
b)
Berikan kompres hangat atau dingin yang dapat
memberikan vasodilatasi dan keduanya dapat membantu
pengeluaran endorfin dan dingin dapat menghambat
impuls
-
impuls nyeri.
c)
Berikan obat
-
obatan sesuai terapi dokter dan amati efek
samping.
d.
Menurut Nurarif Nurarif & Kusuma (2016), rencana intervensinya
meliputi :
1)
Tu
juan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien dapat mengonrol nyeri, nyeri atau rasa sakit
berkurang,tingkatkenyamanan meningkat
42
2)
Kriteria hasil: Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan teknik nonfarm
akologi untuk
mengurangi nyeri).
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
den
gan menggunakan manajemen nyeri.
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang.
3)
Rencana Intervensi :
a)
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, lokasi, durasi, freku
ensi, kualitas, dan
faktor presipitasi.
b)
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien.
c)
Anjurkan pasien minum 2
-
3 liter cairan setiap hari dan
meningkatkan masukan makanan pembuat alkalis. Serta
hindari makanan mengandung pur
in tinggi.
d)
Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi seperti distraksi
dan relaksasi.
e)
Kolaborasi dengan dokter : pemberian obat analgetik
f)
Istirahtkan sendi yang nyeri.
e.
Menurut Bilotta (2014), rencana intervensinya meliputi

meliputi :
1)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, nyeri pasien
berkurang .
2)
Kriteria hasil : Mengungkapkan peningkatan rasa nyaman dan
penurunan nyeri
43
3)
Rencana Intervensi :
a)
Berikan diit rendah purin
b)
Berikan kompres dingin pada area yang sakit.
c)
Identifikasi teknik dan aktivitas yang dapat
meningkatkan
istirahat dan relaksasi.
d)
Kolaborasi dengan dokter : Berikan obat pereda nyeri,
sesuai kebutuhan.
4.
Implementasi
Implementasi adalah tahap melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai rencana intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu
pasie
n dalam mencapai peningkatan status kesehatan yang lebih baik
yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi dan rujukan serta
memberikan pelayanan kesehatan yang memelihara kemampuan
fungsional, mencegah komplikasi serta meningkatkan
ketidakmampuan (Suna
ryo, 2016)
2016).
5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil dari implementasi
dengan tujuan dan kriteria hasil yang sudah ditentukan.
Menurut Aspiani (2014), evaluasi
arthritis gout
meliputi:
a.
Klien menunjukkan kemampuan menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, dan tindakan pencegahan nyeri
44
b.
Klien mampu mengenal tanda
-
tanda pencetus nyeri untuk mencari
pertologan.
c.
Klien melaporkan nyeri berkurang.
d.
Klien mengungkapkan
kenyamanan setelah nyeri berkurang.
e.
Klien menunjukkan tanda vital dalam batas normal.
f.
Klien menunjukkan wajah tenang.
Pada hasil evaluasi terdapat 4 kemungkinan antara lain : Masalah
teratasi sepenuhnya, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi,
atau bisa saja muncul masalah yang baru

Anda mungkin juga menyukai