Anda di halaman 1dari 12

PEMETAAN DAN ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT HEPATITIS A BERDASARKAN

FAKTOR RISIKO DI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2016

(MAPPING AND ANALYSIS OF HEPATITIS A DISEASE DISTRIBUTION BASED ON RISK


FACTORS IN BONDOWOSO DISTRICT 2016)

Faiqatul Hikmah1, , Novita Nuraini2 Estu Pratika Sari3


Prodi Rekam Medik Jurusan Kesehatan, Politeknik Negeri Jember, Jln Mastrip Kontak Pos 164
Jember

Abstrak
Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis A (HVA). Infeksi Hepatitis A
sering terjadi dalam bentuk Kejadian Luar biasa (KLB). Kabupaten Bondowoso mengalami Kejadian
Luar Biasa (KLB) hepatitis A dengan jumlah penderita mencapai 60 orang yang mayoritas berusia
remaja dengan golongan umur 10-15 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan
menganalisis distribusi penyakit hepatitis A berdasarkan faktor risiko di kabupaten Bondowoso Tahun
2016. Faktor risiko Hepatitis A yang diteliti adalah perilaku hidup bersih dan sehat, sanitasi ( Open
Defecation), kepadatan penduduk dan curah hujan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
deskriptif dan aplikasi yang digunakan untuk membuat peta digital ArcView GIS 3.3. Hasil penelitian
ini berupa peta distribusi hepatitis A dan peta faktor risiko yang menunjukkan bahwa penyebab
terjadinya KLB hepatitis A di Kabupaten Bondowoso adalah perilaku hidup yang tidak sehat, sanitasi
(Open Defecation) atau BAB di sungai, dan curah hujan. Kepadatan penduduk tidak menjadi faktor
risiko hepatitis A karena KLB terjadi di wilayah dengan kepadatan penduduk rendah. Saran bagi Dinas
Kesehatan agar melakukan kerjasama dengan instansi pendidikan dan meningkatkan kegiatan
penyuluhan mengenai pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat serta cuci tangan pakai sabun,
mengadakan program imunisasi Hepatitis A sebagai primary protection, dan menyediakan air bersih
untuk dikonsumsi masyarakat melalui PDAM secara menyeluruh.

Kata Kunci : Pemetaan, Hepatitis A, Faktor Risiko, Arcview GIS 3.3

Abstract
Hepatitis A is a disease which is caused by Hepatitis A (HVA) virus. Hepatitis A infections often can
be classified as an extraordinary occurrence (KLB). Bondowoso District experienced an
Extraordinary Occurrence (KLB) hepatitis A with the number of patients reached 60 peoples who
were mostly teenagers with age group of 10-15 years. This study aimed to map and analyze the
distribution of hepatitis A disease based on risk factors in Bondowoso district in 2016. The risk factors
of Hepatitis A were studied likely a clean and healthy behaviours, sanitations (Open Defecation),
population density and rainfall intensity. This research used descriptive research design and
application which was used to create digital map ArcView GIS 3.3. The result of this research were
map of hepatitis A distribution and risk factor map in Bondowoso regency with its analysis. Mapping
results showed that the risk factors cause hepatitis A outbreak in Bondowoso District were unhealthy
living behaviors, sanitations or Open Defecation in river, and rainfal intensity. Population density was
not a risk factor due to outbreaks or extraordinary occurances of hepatitis A occured in areas of low
population density. Suggestion for Health Department to cooperate with educational institution and
developing of clean and healthy behaviors such as hand washing with soap. Additionally, the Hepatitis
A immunization programme as primary protection, and provide clean water for public consumption
through PDAM needed to be held.

Key words : Mapping, Hepatitis A, Risk Factors, Arcview GIS 3.3


1. PENDAHULUAN sudah terkontaminasi tinja(faeces) yang
Hepatitis A merupakan penyakit yang mengandung virus Hepatitis A maupun E. Hal
disebabkan oleh virus Hepatitis A (HVA). ini sangat berhubungan dengan kondisi
Infeksi Hepatitis A sering terjadi dalam bentuk lingkungan yang tidak baik, seperti kurangnya
Kejadian Luar biasa (KLB) dengan pola penyediaan air bersih, pembuangan air limbah
common source, umumnya sumber penularan dan sampah yang tidak saniter, kebersihan
berasal dari air minum dan makanan yang perorangan dan sanitasi yang buruk
tercemar, makanan yang tidak dimasak, dan (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Menurut
sanitasi yang buruk. Selain itu, walaupun penelitian Seo, et al (2012) di Korea, sanitasi
bukan merupakan cara penularan yang utama, lingkungan yang buruk dan tingkat kepadatan
penularan melalui transfusi atau penggunaan penduduk yang tinggi akan meningkatkan
jarum suntik bekas penderita dalam masa risiko hepatitis A.
inkubasi juga pernah dilaporkan (Kementerian Majunya teknologi informasi yang
Kesehatan RI, 2012). sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh
WHO memperkirakan di dunia setiap masyarakat salah satunya adalah kebutuhan
tahunnya ada sekitar 1,4 juta penderita informasi geografis, dimana dalam mengelola
Hepatitis A. Insidens Hepatitis A di Eropa data yang beragam ini memerlukan suatu
tahun 2008 adalah 3,9 per 100.000 penduduk. sistem informasi yang mampu terintegrasi
Insidens Hepatitis A di Amerika tahun 2009 dalam mengolah data spasial dan non spasial
adalah 1 per 100.000 penduduk, dengan secara efektif dan efisien, salah satunya adalah
estimasi 21.000 orang (Kementerian Geographic Information System atau sering
Kesehatan RI, 2012). disebut juga GIS (Guruh, 2013). Pentingnya
Kasus Hepatitis A di Indonesia sering dilakukan peta distribusi suatu penyakit untuk
muncul dalam Kejadian Luar Indonesia mempelajari faktor yang mempengaruhi
(KLB). Tahun 2010 tercatat 6 KLB dengan ditinjau dari agent, host, environment, dan
jumlah penderita 279, sedangkan tahun 2011 geografis yang sangat berguna untuk
tercatat 9 KLB, jumlah penderita 550. Tahun membantu mengimplementasikan rencana
2012 sampai bulan Juni, telah terjadi 4 KLB secara tepat (Laila, 2014).
dengan jumlah penderita 204 (Kementerian Berdasarkan uraian tersebut penulis
Kesehatan RI, 2012). tertarik untuk meneliti tentang “Pemetaan dan
Tahun 2004 jumlah kasus hepatitis A di Analisis Distribusi Penyakit Hepatitis A
Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur sebanyak Berdasarkan Faktor Risiko di Kabupaten
47 kasus. Tahun 2006 di Kecamatan Pakem, Bondowoso tahun 2016”. Penelitian ini secara
Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur 65 kasus umum bertujuan untuk memetakan dan
(Kementerian Kesehatan RI, 2012). Tahun menganalisis distribusi penyakit hepatitis A
2013 kasus hepatitis A mencapai 20. Tahun berdasarkan faktor risiko di kabupaten
2014, tidak terdapat kasus hepatitis A di Bondowoso Tahun 2016.
kabupaten Bondowoso atau dapat dikatakan 0
kasus. Tahun 2015 terdapat 71 kasus hepatitis
A (Dinas Kesehatan Bondowoso, 2015). 2. METODE PENELITIAN
Berdasarkan studi pendahuluan yang Desain penelitian ini adalah penelitian
dilakukan oleh peneliti, pada bulan Januari deskriptif yang menggambarkan dan
2016 kabupaten Bondowoso mengalami menganalisis distribusi penyakit hepatitis A
Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis A dengan berdasarkan faktor risiko di kabupaten
jumlah penderita mencapai 60 orang yang Bondowoso dengan menggunakan ArcView
mayoritas berusia remaja dengan golongan GIS 3.3, yang di dukung dengan data distribusi
umur 10-15 tahun (Dinas Kesehatan penyakit hepatitis A dan data faktor risiko..
Bondowoso, 2016). Faktor risiko yang diteliti meliputi perilaku
Hepatitis A dan Hepatitis E mempunyai hidup bersih dan sehat, sanitasi, kepadatan
mekanisme penularan oro-fecal (ditularkan penduduk, dan curah hujan di Kabupaten
melalui makanan dan/atau minuman yang Bondowoso. Masing-masing data faktor risiko

2
diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten
rendah, sedang dan tinggi. Penelitian Bondowoso
dilakukan di Kabupaten Bondowoso ang
dimulai pada bulan Juli 2016 sampai dengan
Juli 2017. Adapun teknik pengumpulan data
yang dilakukan untuk data primer yaitu
wawancara mengenai upaya preventif yang
dilakukan pihak Dinas kesehatan kabupaten
Bondowoso terkait tingginya kasus hepatitis
A, sedangkan data sekunder yaitu dengan
dokumentasi data yang didapatkan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Bondowoso dan Badan
Pusat Statistik. Hasil pengumpulan data akan
diolah dan di analisis dengan membandingkan Gambar Peta Distribusi Hepatitis A per
antara fakta dengan teori yang ada. Hasil Kecamatan di Kabupaten Bondowoso Tahun
disajikan dalam bentuk peta digital (softcopy) 2016.
beserta data tabuler dan analisisnya.
Berdasarkan tabel dan gambar tersebut
3. PEMBAHASAN dapat diketahui bahwa kecamatan yang
A. Memetakan Distribusi Hepatitis A memiliki kasus penyebaran hepatitis A
per kecamatan di Kabupaten tertinggi yaitu kecamatan Wringin dengan
Bondowoso Tahun 2016 jumlah penderita 47 orang dan Pakem 13
Tabel Distribusi Hepatitis A dan Jenis orang. Jumlah penderita laki-laki lebih banyak
Kelamin Penderita. dibandingkan perempuan. Penderita hepatitis
N Jmlh JK A di kecamatan Wringin dengan jenis kelamin
Kecamatan laki-laki sebanyak 32 orang dan perempuan 15
o Penderita L P
1 Bondowoso 2 1 1 orang sedangkan kecamatan Pakem penderita
2 Tlogosari 1 0 1 hepatitis A dengan jenis kelamin laki-laki
3 Tenggarang 1 1 0 sebanyak 8 orang dan perempuan 5 orang.
4 Tamanan 3 1 2
5 Jambesari 0 0 0
6 Wonosari 0 0 0
7 Pujer 0 0 0
8 Grujugan 3 2 1
9 Cerme 2 0 2
10 Wringin 47 32 15
11 Tegalampel 4 3 1
12 Curahdami 1 1 0
13 Maesan 2 2 0
14 Tapen 0 0 0
15 Binakal 3 3 0 Gambar Peta Distribusi Hepatitis A
16 Sukosari 0 0 0 Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita di
17 Prajekan 0 0 0 Kabupaten Bondowoso Tahun 2016
18 Taman krocok 1 1 0
19 Pakem 13 8 5 Distribusi Hepatitis A di Kabupaten
20 Sumberwringin 1 1 0 Bondowoso Tahun 2016 sebagian besar terjadi
21 Klabang 0 0 0 pada jenis kelamin laki-laki daripada
22 Sempol 0 0 0 perempuan. Sama halnya dengan penelitian
oleh Firdous (2005) yang menunjukkan bahwa
23 Botolinggo 0 0 0
hasil analisis bivariat hubungan jenis kelamin
Jumlah 84 56 28

3
dengan kejadian hepatitis akut klinis diketahui sebanyak 27 orang dan golongan usia yang
bahwa responden yang berjenis kelamin laki- paling sedikit menderita Hepatitis A adalah
laki mempunyai peluang sakit hepatitis akut usia 0-5 tahun sebanyak 3 orang.
klinis sebesar 1,680 kali dibanding responden
yang berjenis kelamin perempuan
(OR=1,680 ), (95% CI: 0,9-13,291). Bukti
bahwa laki-laki lebih rentan terkena Hepatitis
A adalah dikarenakan laki-laki lebih memiliki
rendah akan kesadaran terhadap kesehatannya
dan lebih sering mengkonsumsi makanan di
luar rumah.

Tabel Distribusi Hepatitis A dan Usia


Penderita
Usia Gambar Peta Distribusi Hepatitis A
10 16 21 Berdasarkan Usia Penderita di Kabupaten
Jml 0- 6- - - - >2 Bondowoso Tahun 2016
Kecamatan
Pdrt 5 10 15 20 25 6
th th th th th th KLB hepatitis A tahun 2016 banyak
n n n n n n terjadi pada siswa SD dan SMP dengan
Bondowoso 2 0 0 1 0 0 1 rentang umur 10-15 tahun yang dikategorikan
Tlogosari 1 0 1 0 0 0 0 sebagai anak. Menurut Mandal, et al. (2004),
Tenggarang 1 0 0 1 0 0 0 di negara berkembang sebagian besar Hepatitis
Tamanan 3 0 1 1 0 0 1 A terjadi pada anak-anak. Menurut WHO
Jambesari 0 0 0 0 0 0 0 (2013), Hepatitis A memiliki angka penularan
Wonosari 0 0 0 0 0 0 0 yang lebih tinggi di lingkungan yang padat
Pujer 0 0 0 0 0 0 0 penduduk dan diantaranya adalah kelompok
Grujugan 3 0 1 2 0 0 0 sekolah pada suatu institusi.
Cerme 2 2 0 0 0 0 0
Wringin 47 1 3 18 8 7 10 Berdasarkan hasil wawancara dengan
Tegalampel 4 0 0 2 0 1 1 petugas P2PL, banyaknya penderita dari
Curahdami 1 0 1 0 0 0 0 kalangan anak sekolah disebabkan oleh
Maesan 2 1 0 1 0 0 0 kebiasaan jajan sembarangan dan tidak
Tapen 0 0 0 0 0 0 0 terbiasa cuci tangan pakai sabun. Hal ini sesuai
Binakal 3 0 2 0 0 0 1 dengan penelitian Afudin bahwa makan jajan
Sukosari 0 0 0 0 0 0 0 sembarangan dan kebiasaan cuci tangan
Prajekan 0 0 0 0 0 0 0 setelah BAB merupakan faktor yang memiliki
Taman krocok 1 1 0 0 0 0 0 hubungan bermakna dengan kejadian infeksi
Pakem 13 0 3 1 3 1 5
HAV (Afudin, 2003). Data mengenai faktor
Sumberwringin 1 0 0 0 1 0 0
risiko hepatitis A belum terdapat secara rinci,
Klabang 0 0 0 0 0 0 0
Sempol 0 0 0 0 0 0 0
namun diperkirakan yang paling sering terjadi
Botolinggo 0 0 0 0 0 0 0 adalah karena makanan yang terkontaminasi
Jumlah 84 3 10 27 12 9 18 HAV (Satyabakti, 2013).
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso

Berdasarkan tabel tersebut dapat


diketahui bahwa penyebaran Hepatitis A
tersebar tidak merata di setiap rentang usianya.
Hal ini bisa dilihat dari golongan usia
terbanyak yang menderita hepatitis A adalah
usia 10-15 tahun (usia sekolah SD/SMP)

4
B. Memetakan Distribusi Hepatitis A Berdasarkan hasil pemetaan, terdapat
dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dua kecamatan dengan jumlah kasus hepatitis
di Kabupaten Bondowoso Tahun A sedang dan tinggi yaitu kecamatan Pakem
2016 dan Wringin. Kecamatan Wringin menempati
urutan pertama kasus hepatitis A di Kabupaten
Bondowoso Tahun 2016 dengan jumlah 47
kasus. Sedangkan perilaku hidup yang tidak
sehat di kecamatan Wringin termasuk dalam
kategori tinggi yaitu sejumlah 2084.
Kecamatan Pakem merupakan kecamatan yang
bersebelahan dengan Wringin. Kecamatan
Pakem termasuk dalam kategori sedang kasus
Hepatitis A di Kabupaten Bondowoso Tahun
2016 dengan jumlah 13 kasus. Sedangkan
perilaku hidup yang tidak sehat di kecamatan
Pakem termasuk dalam kategori tinggi yaitu
sejumlah 2011. Hal tersebut menunjukkan
Gambar Peta Distribusi Hepatitis A dan bahwa hepatitis A di kecamatan tersebut
Perilaku Hidup yang Tidak Sehat di disebabkan oleh perilaku hidup yang tidak
Kabupaten Bondowoso Tahun 2016 sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Levin. M, dkk pada tahun 2000
Peta distribusi hepatitis A dibagi menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, erat antara perilaku hidup bersih dan sehat
dan tinggi. Kecamatan dengan kasus hepatitis dengan kejadian hepatitis A.
rendah dengan angka 0-4 meliputi Sempol,
Sumberwringin, Tlogosari, Botolinggo, Indikator perilaku hidup bersih dan
Sukosari, Pujer, Jambesari, Tamanan, Maesan, sehat salah satunya adalah perilaku mencuci
Grujugan, Curahdami, Binakal, Wonosari, tangan dengan air bersih dan sabun. Cuci
Tenggarang, Bondowoso, Tapen, Tegal tangan sebelum makan dan sesudah BAB
Ampel, Taman Krocok, Cermee, Prajekan, dan merupakan salah satu upaya yang dilakukan
Klabang. Kecamatan dengan kasus hepatitis manusia untuk mencegah terjadinya
sedang dengan angka 5-13 yaitu Pakem. kontaminasi makanan oleh infection agent
Kecamatan dengan kasus hepatitis tinggi seperti halnya virus. Virus Hepatitis A
dengan angka 14-47 yaitu Wringin. menyebar melalui makanan atau air yang
Perilaku hidup yang tidak sehat di terkontaminasi dengan tinja orang yang
kabupaten Bondowoso dibagi menjadi tiga terinfeksi. Penyakit ini sangat erat kaitannya
kategori yaitu rendah dengan simbol warna dengan kurangnya air bersih, sanitasi yang
kuning, sedang dengan simbol warna orange, tidak memadai dan perilaku hidup yang tidak
dan tinggi dengan simbol warna merah. sehat. Praktik cuci tangan yang buruk juga
Kecamatan dengan kategori rendah dengan merupakan faktor risiko terjadinya sakit
angka 0-526 meliputi Curahdami, Bondowoso, hepatitis A karena mengakibatkan risiko HAV
Sukosari, dan Taman Krocok. Kecamatan untuk masuk ke tubuh pada saat makan
dengan kategori sedang dengan angka 527- menjadi besar (Satyabakti, 2013).
1574 meliputi Tamanan, Sumberwringin, Menurut penelitian Firdaus (2005)
Botolinggo, Grujugan, Binakal, Tegal Ampel, kebiasaan praktik cuci tangan mempunyai
Klabang, Prajekan, dan Wonosari. Kecamatan hubungan yang bermakna dengan kejadian
dengan kategori tinggi dengan angka 1575- hepatitis A hepatitis A sebesar 3,442 kali.
3188 meliputi Sempol, Tlogosari, Pujer, Demikian pula hasil penelitian Hospital
Jambesari, Maesan, Tenggarang, Tapen, Laundry Worker an Risk Group for Hepatitis
Cermee, Pakem, dan Wringin. A pada tahun 1999, bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara cuci tangan sebelum

5
makan dengan kejadian hepatitis A dengan semak – semak, sungai, pantai atau area
nilai sebesar 16,50. terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar
mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dan air (Gea, 2009). Sanitasi (Open
disimpulkan bahwa perilaku hidup yang tidak Defecation) dibagi menjadi tiga kategori yaitu
sehat menyebabkan tingginya kasus hepatitis rendah dengan simbol berbentuk bulat warna
A di Kabupaten Bondowoso tahun 2016. pastel, sedang dengan simbol berbentuk bulat
Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas warna orange, dan tinggi dengan simbol
Kesehatan Kabupaten Bondowoso aitu berupa berbentuk bulat warna merah. Kecamatan
penyuluhan mengenai pentingnya berperilaku dengan Sanitasi (Open Defecation) kategori
hidup bersih dan sehat, cuci tangan pakai rendah meliputi Sempol, Klabang, Sukosari,
sabun, BAB pada tempatnya dan pengolahan Wonosari, Bondwoso, dan Jambesari.
makanan yang sehat sebelum dikonsumsi. Kecamatan dengan Sanitasi (Open Defecation)
kategori sedang meliputi Tlogosari,
C. Memetakan Distribusi Hepatitis A Botolinggo, Tapen, Prajekan, Taman Krocok,
dan Sanitasi (Open Defecation) di Tegal Ampel, Binakal, Pakem, Curahdami,
Kabupaten Bondowoso Tahun 2016 Tenggarang, Grujugan, Maesam, Tamanan.
Kecamatan dengan Sanitasi (Open Defecation)
kategori tinggi meliputi Wringin,
Sumberwringin, Pujer, dan Cermee.

Berdasarkan hasil pemetaan, terdapat


empat kecamatan dengan Sanitasi (Open
Defecation) kategori tinggi meliputi Wringin,
Sumberwringin, Pujer, dan Cermee.
Sedangkan jumlah kasus Hepatitis A di
kecamatan Wringin sebanyak 47 kasus,
Sumberwringin 1 kasus, Pujer 0 kasus, dan
Cermee 2 kasus. Kecamatan Sumberwringin,
Pujer dan Cermee merupakan kecamatan yang
Gambar Peta Distribusi Hepatitis A dan lokasinya jauh dengan Wringin sebagai
Sanitasi (Open Defecation) di Kabupaten kecamatan dengan hepatitis A tertinggi
Bondowoso Tahun 2016 sehingga kemungkinannya kecil untuk tiga
kecamatan tersebut tertular virus hepatitis A
Peta distribusi hepatitis A dibagi melalui air sungai yang terkontaminasi akibat
menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, perilaku Open Defecation.
dan tinggi. Kecamatan dengan kasus hepatitis
rendah dengan angka 0-4 meliputi Sempol, Tingginya angka Sanitasi (Open
Sumberwringin, Tlogosari, Botolinggo, Defecation) di kecamatan Wringin dengan
Sukosari, Pujer, Jambesari, Tamanan, Maesan, jumlah 7645 menjadi faktor tingginya kasus
Grujugan, Curahdami, Binakal, Wonosari, hepatitis A. Hepatitis A mempunyai
Tenggarang, Bondowoso, Tapen, Tegal mekanisme penularan oral-fecal (ditularkan
Ampel, Taman Krocok, Cermee, Prajekan, dan melalui makanan dan/atau minuman yang
Klabang. Kecamatan dengan kasus hepatitis sudah terkontaminasi tinja (faeces) yang
sedang dengan angka 5-13 yaitu Pakem. mengandung virus Hepatitis A. Hal ini sangat
Kecamatan dengan kasus hepatitis tinggi berhubungan dengan kondisi lingkungan yang
dengan angka 14-47 yaitu Wringin. tidak baik, seperti kurangnya penyediaan air
bersih, pembuangan air limbah dan sampah
Sanitasi dalam penelitian ini berkaitan yang tidak saniter, kebersihan perorangan dan
dengan Open Defecation yaitu suatu tindakan sanitasi yang buruk (Kementerian Kesehatan
membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, RI, 2012). Kebiasaan BAB di sembarang

6
tempat/tidak di jamban sehat atau Open hepatitis A di Kabupaten Bondowoso tahun
Defecation (OD) juga merupakan faktor yang 2016. Upaya yang dilakukan oleh Dinas
mendukung tingginya kasus hepatitis A Kesehatan Kabupaten Bondowoso untuk
(Aryana, 2013). Sama halnya dengan mengurangi tingginya angka Open Defecation
penelitian yang dilakukan oleh Aryana (2013) masih dalam bentuk kebijakan yang mengatur
bahwa pemanfaatan jamban yang tidak baik tentang pengadaan jamban keluarga/umum.
bermakna secara statistik sebagai faktor risiko
kejadian luar biasa hepatitis A pada anak-anak D. Memetakan Distribusi Hepatitis A
sekolah dasar di Kintamani. dan Kepadatan Penduduk di
Kabupaten Bondowoso Tahun 2016
Kecamatan Pakem merupakan
kecamatan yang bersebelahan dengan
Wringin. Kecamatan Pakem termasuk dalam
kategori sedang kasus hepatitis A dengan
jumlah 13 kasus. Sedangkan untuk Sanitasi
(Open Defecation) pada kecamatan Pakem
termasuk dalam kategori sedang sejumlah
5718. Lokasi Pakem yang bersebelahan
dengan Wringin menjadi penyebab banyaknya
kasus hepatitis A di kecamatan tersebut.
Penularan hepatitis A bisa terjadi melalui
perantara berbagai media termasuk kotoran
yang mengandung virus hepatitis A. Proses
transmisi agent penyebab infeksi hepatitis A Gambar Peta Distribusi Hepatitis A dan
tersebut melalui ” 4 F “ yaitu Fluids, Fields, Kepadatan Penduduk di Kabupaten
Flies dan Fingers, siklus ini dimulai dari Bondowoso Tahun 2016
kontaminasi tinja manusia melalui pencemaran
Menurut Febrian Ade (2015)
air dan tanah, penyebaran serangga dan tangan
menyatakan bahwa kepadatan penduduk yang
kotor yang dipindahkan ke makanan sehingga
didukung kepadatan hunian merupakan
dikonsumsi oleh manusia atau fecal - oral
persemaian subur bagi virus dan kuman.
transmission. Hal ini sesuai dengan penelitian
Hunian yang padat dapat mempermudah
yang dilakukan oleh Thomas (2010)
penularan yang terjadi melalui udara.
menunjukkan bahwa kejadian luar biasa
Kepadatan penduduk yang tinggi
hepatitis A terjadi karena pemanfaatan jamban
memungkinkan penyebaran kuman penyakit
yang rendah. Penularan kemungkinan terjadi
menjadi lebih cepat. Pada umumnya,
melalui kotoran manusia yang mengandung
lingkungan yang padat penduduk
virus hepatitis A.
kesadarannya untuk menjaga kebersihan
Menurut penelitian Seo, et al (2012) di lingkungan ( baik sanitasi maupun higenitas )
Korea, sanitasi lingkungan yang buruk dan sangat berkurang, keadaan ini mungkin terjadi
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi akan karena kesibukan memenuhi kebutuhan hidup
meningkatkan risiko hepatitis A. Orang yang sehari- hari sehingga kepedulian kepada
tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk lingkungan berkurang, akibatnya penebaran
memiliki risiko yang lebih tinggi. Sistem wabah penyakit menjadi semakin cepat dan
sanitasi yang buruk menyebabkan penularan usaha penanggulangannya menjadi semakin
penyakit lebih mudah, dan karena itu lebih sulit.
banyak kasus yang muncul (Purnama, 2011). Kecamatan Wringin dan Pakem
merupakan dua wilayah tertinggi kasus
Berdasarkan uraian tersebut dapat hepatitis A dengan kepadatan penduduk yang
disimpulkan bahwa sanitasi yang buruk (Open tergolong rendah. Kepadatan penduduk untuk
Defecation) menyebabkan tingginya kasus kecamatan Wringin sejumlah 905 jiwa/km2 dan
Pakem sejumlah 297 jiwa/km2. Sedangkan

7
untuk kecamatan dengan kepadatan penduduk kecamatan Wringin dengan 315 mm dan
tertinggi hanya terdapat 2 penderita hepatitis kecamatan Cerme dengan 284 mm. Pakem
A. Hal ini menunjukkan bahwa kepadatan termasuk kecamatan dengan kasus Hepatitis A
penduduk tidak selalu menjadi faktor sedang dengan 13 kasus dan kecamatan
penyebab terjadinya kasus hepatitis A. Wringin merupakan kecamatan tertinggi
Berbeda halnya dengan teori yang pertama kasus Hepatitis A dengan 47 kasus
dikemukakan oleh Gordon Le Richt, yaitu pada Tahun 2016. Sedangkan kecamatan yang
kejadian penularan Hepatitis A tertinggi terjadi tingkat curah hujan terendah di Kabupaten
di wilayah dengan kepadatan penduduk yang Bondowoso adalah kecamatan binakal dengan
tinggi (Satyabakti, 2013). Menurut WHO 85 mm dan kasus Hepatitis A tergolong rendah
(2013) bahwa penularan penyakit lebih tinggi dengan 3 kasus.
terjadi pada higiene sanitasi yang buruk dan Iklim mempengaruhi pola penyakit
lingkungan yang padat penduduk. infeksi dalam hal virus, bakteri atau parasite
dan vektornya. Iklim dan variabelnya yaitu
Kepadatan penduduk pada dasarnya
suhu, curah hujan dan kelembaban merupakan
memberikan dampak perilaku negatif terhadap
bagian penting dalam penularan penyakit
kebersihan pribadi masyarakat tersebut, yang
berbasis vektor. Penyakit menular terutama
akan cenderung tidak terlalu memperhatikan
yang sensitif terhadap iklim akan sangat
status kesehatan. Di daerah dengan
terpengaruh ketika perubahan iklim terjadi.
karakteristik seperti itu kasus infeksi penyakit
Perubahan iklim akan membuat suhu
menular hepatitis A akan mudah menyebar dan
meningkat, curah hujan meningkat dan begitu
berpotensi menjadi wabah (Purnama, 2011).
juga kelembaban (Sulistyawati, 2015). Cuaca
Namun, faktor tersebut tidak berlaku pada
mempengaruhi transportasi dan penyebaran
kecamatan Wringin dan Pakem yang
agen mikroba melalui curah hujan. Penyakit
kepadatan penduduknya tergolong rendah.
yang terbawa air dapat terinfeksi oleh banyak
rute pemaparan, seperti kerentanan individu
E. Memetakan distribusi hepatitis A
atau populasi, penularan patogen melalui air,
dan curah hujan di kabupaten
sanitasi, dan perilaku hidup bersih, semua
Bondowoso tahun 2016.
memainkan rule (Sudarso, 2009).
KLB hepatitis A di kecamatan Wringin
dan Pakem terjadi pada saat curah hujan
tinggi. Hal ini menunjukan bahwa tingginya
kasus Hepatitis A di kecamatan tersebut secara
tidak langsung disebabkan oleh curah hujan.
Sesuai dengan penelitian Fares (2013) bahwa
insiden puncak infeksi HAV di pantai Rio de
Janeiro di Brazil ditemukan selama musim
hujan. Temuan ini menunjukkan bahwa infeksi
HAV menular secara tidak langsung melalui
curah hujan karena air hujan biasanya mengisi
sungai sehingga mereka bisa meluap dan
Gambar Peta Distribusi Hepatitis A dan Curah orang-orang dapat terkontaminasi dengan air
Hujan di Kabupaten Bondowoso Tahun 2016 tersebut. Hepatitis A virus adalah virus yang
sangat stabil dan dapat bertahan selama 12
Berdasarkan hasil pemetaan minggu sampai 10 bulan di dalam air.
menunjukkan bahwa kecamatan Pakem, Stabilitas ini menyumbang sering terjadinya
Bondowoso, Wringin, dan Cerme merupakan ditularkan melalui air (Fares, 2013).
kecamatan dengan tingkat curah hujan tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
Tingkat curah hujan tertinggi pada kecamatan disimpulkan bahwa kejadian hepatitis A di
Pakem dengan 397 mm diikuti kecamatan kabupaten Bondowoso disebabkan oleh
Bondowoso dengan 369 mm kemudian tingginya curah hujan. Curah hujan tidak

8
menjadi penyebab secara langsung, melainkan yaitu Wringin dan Pakem tidak disebabkan
membantu penyebaran dan penularan virus oleh kepadatan penduduk karena kasus
HAV melalui air sungai yang sudah hepatitis A terjadi pada wilayah dengan
terkontaminasi. Hal ini berkaitan dengan kepadatan penduduk rendah.
kebiasaan warga yang masih menggunakan B. Saran
sungai sebagai tempat BAB (open defecation) 1. Adanya upaya khusus dalam bentuk
dan aktifitas lain. kerjasama antara petugas promosi
Upaya yang telah dilakukan Dinas kesehatan puskesmas dengan instansi
Kesehatan Kabupaten Bondowoso untuk pendidikan, guna mempromosikan dan
mengurangi risiko penularan Hepatitis A menyelenggarakan kegiatan
melalui air yaitu dengan menyediakan air penyuluhan mengenai pencegahan
bersih untuk dikonsumsi masyarakat (PDAM), Hepatitis A, pentingnya berperilaku
dengan harapan masyarakat tidak hidup bersih dan sehat sejak dini,
menggunakan air sungai untuk beraktifitas terutama kebiasaan cuci tangan pakai
lagi. sabun sebelum makan dan sesudah
Kelemahan dalam penelitian ini adalah BAB.
peneliti tidak dapat melihat kasus hepatitis A 2. Meningkatkan kegiatan promosi
secara periode. Pada dasarnya hepatitis A kesehatan melalui penyuluhan untuk
sering terjadi dalam bentuk wabah dan pada menambah pengetahuan masyarakat
waktu tertentu saja. Data kasus hepatitis A tentang kesehatan terutama mengenai
pada penelitian ini berupa data dalam satu program perilaku hidup bersih dan
tahun dan tidak diketahui perkembangan setiap sehat (PHBS). Selain itu, penting juga
bulannya. Pembuatan peta dalam penelitian ini untuk diadakannya program imunisasi
berbasis dekstop dan tidak terkoneksi dengan Hepatitis A yang merupakan tindakan
internet sehingga tidak dapat dilakukan update primery protection sebagai upaya
data untuk mengetahui perkembangan preventif untuk meningkatkan
penyakit hepatitis A di Kabupaten kekebalan tubuh agar terhindar dari
Bondowoso. Selain itu, data dari Dinas penyakit Hepatitis A.
Kesehatan Kabupaten Bondowoso hanya 3. Adanya implementasi dari kebijakan
menunjukkan bahwa penderita hepatitis A yang telah dibuat oleh Dinas Kesehatan
paling banyak dari golongan usia 10-15 tahun Kabupaten Bondowoso mengenai
yang mayoritas usia sekolah. Namun, peneliti pengadaan jamban keluarga/umum
belum mengetahui terkait fasilitas yang sehingga masyarakat tidak lagi
tersedia untuk kebutuhan cuci tangan dan toilet menggunakan sungai sebagai tempat
di sekolah pada wilayah tertinggi hepatitis A. BAB.
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4. Meningkatkan penyediakan air bersih
untuk dikonsumsi masyarakat (PDAM)
A. Kesimpulan secara menyeluruh sehingga tidak ada
Distribusi penyakit hepatitis A tertinggi lagi warga yang menggunakan sungai
terjadi di kecamatan Wringin dan Pakem. sebagai tempat beraktifitas seperti
Penderita mayoritas pada anak usia sekolah Mandi Cuci Kakus (MCK).
dikarenakan kebiasaan jajan yang 5. Bagi peneliti selanjutnya
sembarangan dan tidak terbiasa cuci tangan a. Pembuatan peta dalam penelitian
pakai sabun. Peta distribusi penyakit hepatitis ini berbasis dekstop dan masih
A di Kabupaten Bondowoso menunjukan belum terkoneksi dengan internet.
bahwa kejadian hepatitis A di wilayah Disarankan untuk peneliti
tertinggi yaitu Wringin dan Pakem disebabkan selanjutnya dapat membuat peta
oleh perilaku hidup yang tidak sehat, sanitasi distribusi hepatitis A yang
yang buruk (Open Defectaion), dan curah terkoneksi dengan internet atau
hujan. Kasus hepatitis A di wilayah tertinggi berbasis web sehingga dapat
dilakukan update data tanpa

9
mengubah database dan dapat Dinas Kesehatan Bondowoso. 2015. Laporan
diketahui perkembangan penyakit Persebaran Penyakit Menular 2015.
hepatitis A di Kabupaten Dinkes Bondowoso : Tim Surveilans.
Bondowoso.
b. Data yang diperoleh peneliti
Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso.
menunjukkan bahwa penderita
2016. Laporan Hasil Investigasi KLB
Hepatitis A lebih banyak terjadi
Hepatitis A di Wilker Puskesmas
pada anak usia sekolah.
Wringin dan Pakem. Dinkes
Disarankan untuk peneliti
Bondowoso : Tim Surveilans.
selanjutnya, dapat melakukan
penelitian di sekolah terkait
fasilitas yang tersedia untuk Fares. 2013. Seosonality of Hepatitis A.
kebutuhan cuci tangan dan toilet Journal of Family Medicine and
sebagai upaya pencegahan Primary Care.
penyakit hepatitis A. https://www.ncbi.nlm.nih.gov [16
November 2016]

DAFTAR PUSTAKA
Adhyatama, D. 2014. Angka Kejadian Infeksi Febrian Ade, I. 2015. Pemetaan digital
Hepatitis A Virus Pada Pasien Dengan penyakit campak menggunakan
Leptospirosis. http://eprints.undip.ac.id Quantum GIS di Kabupaten
[13 September 2016] Bondowoso. Jember: Politeknik Negeri
Jember.

Afudin. 2003. Faktor-faktor yang


berhubungan dengan kejadian infeksi Firdous. 2005. Cuci Tangan Sebelum Makan
Hepatitis A Virus (HAV) di Kabupaten Menurunkan Risiko Kejadian Hepatitis
Kebumen tahun 2001 (Studi Kasus KLB Akut Klinis.
Hepatitis). Jurnal Ilmiah Kesehatan http://ejournal.litbang.depkes.go.id [22
[Mei 2017] Agustus 2017]

Aryana, dkk. 2013. Faktor Risiko Kejadian Gea, S., 2009. Higiene Sanitasi dan Analisa
Luar Biasa Hepatitis A di Sekolah
Cemaran Mikroba yang terdapat pada.
Dasar Negeri Selulung Dan Blantih,
Kintamani. Denpasar : Universitas Saus Tomat dan Saos Cabai Isi Ulang
Udayana yang digunakan di kantin. Skripsi.
Sumatera Utara, Universitas Sumatera
Budiyanto, E. (2005). Sistem informasi Utara [5 Februari 2017]
geografis menggunakan arcview GIS.

Dai. 2014. Pemetaan Sebaran Sekolah Dasar Guruh, Didik dan Muhammad. 2013.
di Kabupaten Boalemo. Geographic Information System
http://eprints.ung.ac.id. [ 20 September Penyebaran DBD Berbasis Web di
2016 ] Wilayah Kota Solo.
http://www.geogle.co.id. [16 September
2016]
Departemen Kesehatan RI. 2011. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat. Bakti Husada
[4 Februari 2017] Hendrik L. Blum M.D. 1974. "Planning For
Health" second edition. New York:
Human Scence Press

10
Indarto. 2010. Dasar-Dasar Sistem Informasi Hepatitis A Pada Pelajar/Mahasiswa.
Geografis. Jember: Jember University Surabaya : Universitas
Press. Airlangga
e-
journal.unair.ac.id/index.php/JBE/articl
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman
e/download/1300/1059 [4 Maret 2017]
Nasional Program Pengendalian
Penyakit Hepatitis Virus. Jakarta
Seo JY,et al. 2012. Pattern of hepatitis A
incidence according to area
Laila, Y. 2014. Sistem Informasi Geografis di characteristics using national health
Bidang Kesehatan. Bogor insurance data. J Prev Med Public
Health
Levin, M. 2000. Risk o Hepatitis A Virus Setyawan. 2014. Pengantar Sistem Informasi
Infection Among Sewage Worker in Geografis (Manfaat SIG dalam
Israel : Archives o Enveironmental Kesehatan Masyarakat). Politeknik
Health. Kesehatan Surakarta
https://bidankomunitas.files.wordpress.
Mandal, B.K., E.G.L. Wilkins, E.M. Dunbar, com [ 4 Oktober 2016 ]
R.T. Mayon-White. 2004. Lecture
Notes: Penyakit Infeksi. Penerbit Sudarso. 2009. Pengaruh Variabiltas Iklim
Erlangga. Jakarta: 170-172. Terhadap Perkembangan Water-Borne
Diseases. Universitas Wijaa Kusuma
Pertiwi, A.I.P. 2014.Pemetaan Risiko Surabaya http://elib.fk.uwks.ac.id/ [23
Hepatitis A Dengan Sistem Informasi Mei 2017]
Geografis (SIG) di Kabupaten Jember
Tahun 2013. Jember : Universitas Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Jember Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Edisi
Kesembilan. Bandung: Alfabeta
Presiden Republik Indonesia. 2000. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor Sulistyawati. 2015. Dampak Perubahan Iklim
10 Tahun 2000 tentang Tingkat Pada Penyakit Menular:Sebuah Kajian
Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Literatur. Yogyakarta : Universitas
Wilayah. http://www.bkprn.org [13 Ahmad Dahlan
September 2016] https://www.researchgate.net/profile/Su
listyawati_Suyanto3 [7 Februari 2017]
Purnama. 2011. Epidemiologi Penyakit
Menular Hepatitis A. Universitas Thomas, H. 2010. Viral Hepatitis A,
Sriwijaya [3 Oktober 2016] Handbook for Public Health Personnel.
Wisconsin : Devision of Public Health.

Rahmawati, E. 2012. Perilaku hidup bersih Ulfa, Samiya. 2016. Analisis Distribusi dan
dan sehat (PHBS).Yogyakarta: Nuha Faktor Risiko Penyakit Demam
Medika. onesearch.kink.kemkes.go.id Berdarah Dengue (DBD) dengan
[8 Februari 2017] Pemetaan Wilayah di Kabupaten
Situbondo Tahun 2013-2014. Jember :
Satyabakti. 2013. Hubungan Antara Higiene Politeknik Negeri Jember
Perseorangan dengan Kejadian

11
Winarsih. 2011. Analisis Spasial Faktor Risiko
Kejadian Penyakit Kusta di Kabupaten
Jepara. Universitas Muhammadiyah
Semarang: Semarang.

Yufiani. 2013. Deksripsi Pemetaan Lokasi


Situs Megalitik Pajar Bulan Kecamatan Pajar
Bulan Kabupaten Lahat. Retrieved from
http://digilib.unila.ac.id/. [29 September 2016]

12

Anda mungkin juga menyukai