Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN SENI BUDAYA NUSANTARA

A.    PERKEMBANGAN SENI RUPA NUSANTARA

Dunia seni rupa muncul dan berkembang seiring perjalanan hidup manusia yaitu sejak zaman
batu, zaman klasik, dan zaman indonesia baru.
1.      Zaman Batu
Sejak zaman batu, manusia mulai memahami mengenai seni rupa dengan diketemukannya
beberapa peninggalan karya seni rupa.
a.       Zaman Batu Tua (Paleolithikumh)
Pada hakikatnya manusia praaksara di zaman dahulu sebenarnya mulai memahami senu
rupa.yaitu dipertemukannya lukisan kuno digua leang leang (sulawesi selatan)berupa objek
lukisan di gua berupa telapak tangan dan tubuh manusia
      Manusia praaksara juga sudah mulai menciptakan karya seni yang memiliki fungsi
pakai,yang bisa membantu dalam kehidupannya seperti membuat kapak genggam.benda berupa
kapak genggam ditemukan dipacitan (jawa timur),Parigi(Sulawesi),gombong(Jawa
Tengah),Sukabumi(Jawa Barat). Selama n itu juga banyak ditemukan alat alat dari
batu,selanjutnya ditemukan pula flakes dan peraltan dari tulang (bone culture) diwilayah papua
diketemukan lukisan berupa binatang dari cipratan darah yang dicampur dengan lemak.
b.      Zaman Batu Tengah (mezolithikum)
Pada zaman ini, sudah mulai menunjukan perkembangannya. Bisa dibuktikan dengan
ditemukannya ujung panah, flakes, batu penggiling, pipisan, kapak batu dan alat alat dari tanduk
rusa. Nenek moyang manusia yang hidup pada zaman ini diperkirakan sudah mulai menetap.
Bisa dibuktikan dengan adanya penemuan tumpukan kulit kerang setinggi 7m dipantai timur
sumatera dan juga sudah ditemukan pecahan tembikar dari tanah liat.
c.       Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Pada zaman ini nenek moyang kita sudah tinggal memetap serta mulai bercocok tanam. Pada
periode ini seni rupa mulai berkembang dibuktikan dengan ditemukannya kapak lonjong dan
persegi. Kapak persegi itu ditemukan di Lahat, Bogor, Sukabumi, Karawang, Pacitan,
Tasikmalaya dan Lereng Gunung Ijen sedangkan kapak lonjong ditemukan diPapua, Minahasa,
Serawak, dan Kepulauan Tanimbar. Selain itu ddizaman ini seni rupa selangkah lebih maju
dengan diketemukan tembikar dari tanah liat yang sudah diberi motiv hiasan yang bersifat magis,
perhiasan cincin, kalung, gelang dari batu dan pakaian dari kulit kayu.
d.      Zaman Batu Besar (megalithikum)
Dizaman ini sudah mulai dibangun monumen monumen batu sebagai upacara keaagamaan yang
memiliki nilai seni. Unsur seni dizaman megalithikum, diantaranya sbb:
1)      Dolmensejenis meja dari batu berukuran besar yang fungsinya untuk meletakkan sesaji
diatasnya dan juga sebagai tanda bahwa dibawahnya ada kuburannya.
2)      Menhir Berupa sebuah bangunan yang menyerupai tubuh sebagai tanda bersemayamnya roh roh
dan kekuatan ghaib, menurut kepercayaan kuno.
3)      Kuburan batu atau sarcophagus Sejenis peti dari batu untuk menyimpan orang mati
4)      punden berundak Berupa sebuah batu yang disusun berundak menyerupai candi dan arca batu

2.       Zaman Logam
Merupakan zaman mengalami peningkatan dalam bidang karya seni karena manusia sudah mulai
bisa menciptakan berbagai benda dari bahan logam. Pada zaman ini ditandai masuknya
kebudayaan Indo-China ke Indonesia sekitar 500 SM. Peninggalan pada zaman ini berupa kapak
perunggu, genderang perunggu, benda hias dari perunggu.
3.      Zaman Klasik
Candi Prambanan merupakan peninggalan seni rupa pada zaman klasik. Zaman klasik
merupakan periode kerajaan-kerajaan di Nusantara, dimana zaman tersebut dikelompokkan
menjadi dua, yaitu masa Hindu-Budha dan masa perkembangan Islam. Pada masa kerajaan
Hindu-Budha seni rupa Nusantara berkembang pesat hal tersebut dapat dibuktikan dari
peninggalan candi-candi diwilayah Nusantara, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan,
Candi Sewu, Candi Singasari, Candi Mendut, keraton ratu boko, dan candi-candi lainnya.
Sedangkan pada masa kerajaan islam banyak meninggalkan seni bangunan seperti masjid dan
makam, bangunan, keraton, kaligrafi, dan ragam hias berdirikan has islam.
4.      Zaman Indonesia Baru
PadaPada periode ini seni rupa Nusantara mulai dipengaruhi oleh budaya barat, karena masa ini
negeri kita dijajah oleh kolonialisme barat, kolonialisme Jepang sampai masa kemerdekaan. Pada
zaman Indonesia baru, seni rupa diklasifikasikan sebagai berikut.
a.       Masa Perintisan Terdapat lukisan perkelahian dengan singa. Lukisan tersebut yang melukis
Raden Saleh. Karya raden Saleh banyak sekali antara lain sebagai berikut:
1.         Antara hidup dan mati
2.         Penangkapan Diponegoro
3.         Perkelahian dengan binatang buas
4.         Perburuan
5.         Hutan terbakar
6.         Banjir
7.         Harimau dan mangsanya
8.         Merpai yang meletus
b.      Masa Mooyindie
Sepeningggal Raden Saleh di Indonesia mengalami kekosongan disebut masa mooyindie. Lalu
bermunculan muncul pelukis-pelukis ternama, Abdullah Suryohusodo disekolahkan ke luar
negeri keturunan bangsawan Solo, Abdulloh Suryohusodo disekolahkan ke luar negeri, yaitu di
akademi Kesenian di Eropa kemudian setelah pulang ke tanah air mulai mengembangkan
lukisannya di Indonesia denagan gaya yang berbeda. Gaya Abdulloh Suryosubroto menekankan
keelokan dan keindahan alam di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya pada masa ini
muncul pelukis-pelukis terkenal lainnya adalah Wakidi, Pirngadi, Basuki Abdulloh, dan Wahdi.
c.       Masa Cita Indonesia
Perbedaan karya lukisan antara S.Soedjojono dengan Abdulloh Suryosubroto terletak pada
karyanya. Dimana keindahan yang dibuat oleh Abdulloh Suryosubroto tidak sesuai dengan
kenyataan bangsa Indonesia yang melarat dan menderita, pekukis S. Sudjoyono kemudian
mempelipori lukisan yang bertolak belakang dengan Mooy Indie yang sesuai dengan penderitaan
bangsa Indonesia pada masa penjajahan. Kemudian mendirikan perkumpulan ahli gambar
Indonesia (PERSAGI) yang anggotanya Agus Jayasuminta, I.Sutioso, Rameli, Abdul Salam,
Otto Jaya, S.Sudiarjo, dan lainnya karya S.Sudjoyono di antaranya sebagai berikut.
1.      Di Depan Kelambu Terbuka
2.      Sayang Saya Bukan Anjing
3.      Jongkatan
4.      Cap Go Meh
5.      Mainan Anak Anak Sunter
6.      Bunga Kamboja dan Nyekar
d.      Masa Pendudukan Jepang
Pada masa penjajahan Jepang pelukis yang bermunculan kebanyakan dari golongan rakyat biasa
seperti Affandi, Kartono Yudhokusumo, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, dan Henk
Ngantung.
e.       Masa Kemerdekaan
Kemerdekaan adalah masa bergeloranya bangsa Indonesia. Uforia kemerdekaan juga menggelora
dalam darah seni rupa tanah air. Pada masa kemerdekaan, Affandi mendirikan perkumpulan
Seniman Indonesia Muda disingkat SIM. Anggotanya Affandi, Hendra Gunawan, Suromo,
Surono, Abdul Salam, Sudibyo, dan Trisno Sumarjo, para seniman tersebut menciptakan banyak
karya seni berupa lukisan yang sangat menarik dan indah. Pada perkembangan selanjutnya
setelah keluar dari perkumpulan Seniman Indonesia Muda, Affandi dan Hendra Gunawan
mendirikan Peloekis Rakyat.
f.       Masa seni rupa baru
Pada masa ini, para pelukis sudah berani menampilkan corak baru dalam penggarapannya. Para
seniman muda baru mulai berusaha menciptakan karya seni rupa  yang baru Yanga tidak
tergantung pada suatu media tertentu , dan sudah menggunakan berbagai media untuk
menghasilkan sesuatu yang berbeda. Penerapan konsep-konsep yang tabu sudah di terapkan
dalam lukisannya.

B.     PERKEMBANGAN SENI MUSIK NUSANTARA

Seni musik di negeri kita itu sudah ada sejak zaman prasejarah jadi bukan hanya di
zaman modern saja. Pada pembahasan kali ini anda akan mempelajari mengenai perkembangan
seni musik Nusantara sejak awal kemunculannya sampai saat ini. Berikut pemaparanya :

1. Zaman Prasejarah
   Kalau perkembangan seni musik di Nusantara itu ternyata diawali sejak zaman prasejarah
(sebelum abad 1 Masehi), yaitu kira-kira 2500 sebelum Masehi dan abad ke-1 Masehi. Pada
masa tersebut telah ditemukan berbagai perkembangan kesenian dan kebudayaan termasuk
musik sampai saat ini. Perkembangan musik Nusantara masa prasejarah tersebut bisa kita lihat
dari dua arus imigrasi besar pada masa tersebut, yang dipaparkan berikut ini.
a. Imigrasi Pra-Melayu
Gelombang imigrasi Pra-Melayu ini terjadi antara tahun 2500 dan 1500 sebelum Masehi yaitu
terjadi perpindahan bangsa dari Asia Tengah ke Asia Tenggara. Imigran masa Melayu tersebut
membawa keahlian dan berbagai unsur dari Kaukasus dan Mongolia. Diantaranya mereka
membawa kesenian kebudayaan bambu serta teknik pengolahan ladang. Para imigran Pra-
Melayu tersebut ketika berada di Annam atau Tiongkok Selatan mulai memperkenalkan
semacam lagu pantun, yang dipraktikkan oleh remaja putra dan putri dengan bernyanyi secara
sahut menyahut. Saat itu juga sudah mengenal alat tiup bernama Khen. Alat musik
prasejarah khen ini terdiri dari 6 batang bambu, cara membunyikannya dengan ditiup bersama
dalam kelompok 3 nada. Alat musik khen ini ternyata juga sudah dikenal di wilayah Cina Sheng
jika di Nusantara disebut dengan alat musik kledi. Pada perkembangan selanjutnya bermunculan
berbagai alat musik dari bambu seperti suling, angklung, dan sebagainya. Jika di wilayah Asia
tenggara juga muncul alat musik xylofon . Xylofon ini di berbagai negara namanya berbeda beda,
disebut/dinamai sebagai tatung di wilayah Annam, rangnatdi negara Kamboja, ranatdi
negara Thailand, pattalardi negara Burma, gambangdi pulau Jawa, kolintang di Sulawesi dan
Kalimantan. Xylofon ini kemudian diproduksi lalu diekspor dari Asia Tenggara ke Afrika sekitar
abad ke 5 Masehi, sehingga tersebar di seluruh dunia.

b. Imigrasi Proto-Melayu
Perkembangan Seni Musik juga dapat kita lihat pada imigrasi Proto-Melayu pada zaman
perunggu yaitu sekitar abad ke-4 sebelum Masehi. Gelombang imigrasi zaman perunggu ke
Nusantara oleh bangsa Proto-Melayu ini terjadi pada zaman perunggu, sehingga kedatangan
mereka mempengaruhi perkembangan seni musik. Masa tersebut alat musik dibuat dari bahan
logam. Diperkirakan bahwa saat itu telah diciptakan alat musik gong, karena berdasarkan
penelitian para ahli di kawasan Asia Selatan di ketemukan alat musik gong dari perunggu yaitu
didekat Annam, pada tahun 1930-an. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari wilayah Annam inilah
kesenian dan budaya perunggu tersebar ke seluruhkawasanAsia Tenggara.

2. Zaman Hindu-Buddha abad ke 4-12 Masehi


Nusantara yang sekarang bernama Indonesia, negara kita ini dahulunya setelah masa prasejarah
kemudian berganti dengan masa Hindu-Buddha. Karena akibat perdagangan. Para pedagang dari
India, Arab, Tiongkok membawa kebudayaan mereka ke Nusantara. Sehingga terjadilah
akulturasi budaya. Berdasarkan hasil penelitian para ahli ditemukan bahwa agama Buddha
masuk ke pulau Indonesia, di wilayahSumatera pada awal abad ke-7 Masehi. Sedangkan dalam
kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Syailendra sekitar tahun 750-850 Masehi. Seni budaya India
yang disebarkan pedagang serta kaum brahman tersebut membawa pengaruh semangat sangat
besar bagi seni dan budaya di Nusantara. Pada masa penyebaran Hindu-Buddha tersebut di
wilayah Jawa berkembang berupa seni musik dan tari, arsitektur dan seni rupa, pada masa itu
juga dibangun candi Borobudur dan candi Prambanan
Pada masa tersebut muncul tangga nada slendro yang diciptakan oleh seniman pada masa dinasti
Syailendra pada abad ke-8 Masehi. Dalam nada slendro ini satu oktaf dibagi dalam interval yang
sama (6/5 dari sekon besar) . Pada masa Hindu-Buddha ini seni musik dan budaya Nusantara
sangat dipengaruhi oleh drama Hindu dalam bahasa sansekerta Ramayana. Berdasarkan
dokumen penelitian ternyata waktu orang Hindu datang ke Jawa mereka telah menemukan
bermacam macam alat musik hasil seni imigrasi bangsa Pra-Melayu dan Proto-Melayu.

3. Masa Islam
Setelah kemunduran kerajaan kerajaan Hindu-Buddha kerajaan Islam Nusantara justru
berkembang pesat, begitu juga dalam bidang seni budayanya. Perkembangan musik masa Islam
diawali sejak kerajaan Demak berdiri pada tahun 1500-1546. Bersamaan masuknya agama Islam
masuk pula alat musik Arab seperti rebana, rebab, dan gambus.
Cara penyebutan atau nama alat musik akulturasi Islam ini berbeda- beda di daerah seluruh
Nusantara. Cara bermainnya juga agak berbeda. Jika diwilayah Jawa, Bali, Sulawesi Selatan,
Sumba disebut rebab. Sedangkan di daerah Sumba rebab ini disebut Dunggak roro
karakteristinya memakai dua dawai. Kemudian di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Utara, dan
Maluku hanya memakai satu dawai. Berbeda lagi dengan di Aceh yang memakai tiga dawai.
Sedangkan untuk penyebutan nama alat musik rebana berbeda - beda ada yang menyebut dengan
nama terbang, trebang, robana, rabana. Seiring perkembangan musik Islami dari masa ke masa
muncul musik gambus. Jenis musik gambus ini merupakan perpaduan antara alat musik
gitar/mandolin, biola, akordeon, gendang, seruling, bass.

4. Masa Kolonialisme
 Nusantara ketika masuk dalam zaman penjajahan atau kolonialisme seni musik mengalami
perkembangan. Karena saat itu kaum kolonialisme seperti bangsa Portugis dan Spanyol yang
datang awal ke Nusantara mulai memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka seperti
biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Kaum kolonialisme ini ketika di tanah air
memperkenalkan sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Sehingga masa itu walaupun
negeri kita dijajah dan menderita namun dalam bidang seni musik mengalami perkembangan
pesat. Sehingga waktu itu disebut sebagai masa masa perkembangan musik modern Indonesia.
Kemudian, para musisi Nusantara masa penjajahan mulai menciptakan sajian musik yang
merupakan perpaduan musik Barat dan musik Indonesia sajian musik itu dikenal sebagai musik
keroncong.

5. Masa Kini
    Setelah Indonesia merdeka sering perkembangan teknologi musik Nusantara semakin
berkembang sangat pesat. Banyak aliran musik luar negeri baik Asia dan Eropa masuk ke tanah
air, seperti populer, jazz, blues, rock, dan R&B dan yang terbaru ini adalah K-POP Korea. Kalau
negeri India musik bersamaan film menyatu sehingga banyak masyarakat Indonesia menonton
film India juga menikmati musik serta lagunya.
    Untuk kemajuan bidang seni musik Nusantara maka pemerintah mendirikan institusi seni
seperti Sekolah Musik Indonesia (kemudian AMI,sekarang ISI), Yayasan Pendidikan Musik
(YMI) di Jakarta (terutama untuk piano), B.I.Guru Musik (kemudian IKIP, sekarang UP) di
Yogyakarta, Malang, Bandung, dan Jakarta.

C.    PERKEMBANGAN SENI TARI DI INDONESIA

Seni tari telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak jaman prasejarah. Bahkan jauh sebelum
masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia tarian telah dilakukan oleh
masyarakat prasejarah.
1.      Masa Prasejarah
Zaman prasejarah adalah zaman sebelum sebelum masyarakat di Indonesia mengenal tulisan.
Pada masa ini penduduk nusantara telah mengenal aliran kepercayaan animisme dan dinamisme.
Seni gerak berirama yang kerap dilakukan dalam berbagai acara oleh masyarakat prasejarah juga
dikenal sebagai upacara magis guna berdoa dalam pengharapan. Adapun berbagai tarian yang
disinyalir dikenal oleh masyarakat prasejarah adalah sebagai berikut Tari hujan, Tari kesuburan,
Tari kebangkitan, Tari perburuan, Tari perang, Tari eksorsisme.

2. Masa Hindu-Budha
Pada masa sejarah tepatnya setelah masuk dan berkembangnya agama Hindu dan Budha
perkembangan tari di Indonesia juga mengalami peningkatan. Selain digunakan sebagai metode
pemujaan biasanya tarian pada masa Hindu-Budha juga kerap disajikan dalam mengajarkan
nilai-nilai kehidupan dalam bermasyarakat. Adapun contoh tarian pada masa kebudayaan Hindu-
Budha antara lain sebagai berikut Tari Topeng Panji, Tari Wayang Wong, Sendratari Ramayana,
Sendratari Mahabharata. Beberapa contoh di atas merupakan hasil kebudayaan Hindu-Budha di
Indonesia yang hingga kini masih terjaga kelestarian nya.
3.      Masa Islam
Pada masa masuk dan berkembangnya islam di nusantara perkembangan seni tari di
Indonesia memang sedikit banyak mengalami perubahan meskipun tidak secara signifikan.
Selain hal tersebut di atas, pada masa islam kostum dan busana yang dikenakan oleh penari
perlahan dimodifikasi agar lebih tertutup dan meminimalisir tampaknya aurat para penarinya.
Sebagian lagi syair dan musik pengiring ada pula yang diganti lebih islami. Adapun contoh
tarian pada masa perkemangan islam di Indonesia ialah Tari Saman dan Tari Zapin. Kedua tari
tersebut merupakan jenis tarian yang mengalami beberapa perubahan dalam pertunjukan nya
seperti alat musik pengiring yang diganti dengan alat musik khas Persia seperti rebana. Syair
yang terdapat dalam lagu pengiring juga ada yang dikolaborasikan menggunakan syair dalam
bahasa arab.
4.      Masa Kemerdekaan Hingga Saat Ini
Setelah mengalami kevakuman pada masa penjajahan dunia seni Indonesia khususnya seni
tari kembali cerah pada masa kemerdekaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya seniman
tari bermunculan untuk unjuk diri. Kreatifitas-kreatifitas tak terbatas membuat jenis kesenian
yang mengutamakan gerak tubuh ini berkembang cukup cepat.
Pada masa kemerdekaan seni tari tak lagi sekedar ditampilkan sebagai ritual adat dan
keagamaan semata melainkan keberadaannya telah meluas sebagai hiburan masyarakat dalam
berbagai acara baik acara formal maupun non formal. Modifikasi tari klasik yang dikenal dari
masa prasejarah kemudian menciptakan inovasi baru yang kini akrab disebut sebagai seni tari
modern atau gaya baru. Demikian alur pasang surut seni tari dari masa prasejarah hingga
sekarang. Semoga catatan singkat ini dapat bermanfaat dalam belajar seni dan budaya Indonesia
dan dapat dijadikan sebagai referensi baik dalam membuat tugas, makalah, artikel, dan lain
sebagainya. Jangan lupa komentar dan tanggapan kamu di kotak komentar pada akhir
halaman perkembangan seni tari di Indonesia ini.

D.    PERKEMBANGAN SENI TEATER NUSANTARA

1. Teater tradisional
Perkembangan seni teater tradisional Nusantara sudah dimulai sejak sebelum masa
perkembangan hindu. Ketika itu sudah mulai ada tanda-tanda penciptaan seni teater tradisional
yang fungsinya sebagai pendukung upacara ritual teater tradisional diciptakan pada dasarnya
sebagai bagian dari upacara adat istiadat dalam tatacara kehidupan masyarakat di nusantara.
Beberapa teater tradisional Nusantara yang tercipta, diantaranya wayang kulit, wayang wong,
ludruk, lenong, randai, drama gong, arja, ubrug, ketoprak, dan sebagainya. Salah satu teater
tradisional adalah arja yang ada danasih diperankan dipulau Dewata Bali.

2. Teater transisi (modern)


Teater transisi merupakan sebutan bagi periode, dimana pada saat teater tradisional mengalami
penurunan akibat adanya pengaruh budaya lain. Perubahan dari teater transisi dengan teater
tradisional terletak pada cerita yang sudah mulai di tulis, namun saat itu wujud ceritanya masih
sangat ringkas outline story(cerita peradegan). Mengenai cara penyajiannya mulai berubah, yaitu
memakai panggung dan dekorasi. Ada pun dalam teater transisi sudah di perhitungkan mengenai
beberapa teknik yang bisa memperindah dan menarik pertunjukan teaternya. Ciri masa atau
periode transisi mulai mengambil unsur unsur pertunjukan dari teater barat dan diabdosi dalam
teater Nusantara.
3. Teater Indonesia tahun 1920an
Teater di Indonesia sekitar tahun 1920-an disebut dengan angkatan pujangga baru. Teater pada
masa angkatan pujangga baru kelebihannya cukup penting jika dilihat dari sudut kesastraan
sumbangsih angkatan pujangga baru yaitu drama drama sudah ditulis sebagai ungkapan
ketertekanan akibat penindasan pemerintahan Belanda. Pada masa angkatan pujangga baru,
berbentuk sastra drama sudah memakai bahasa kebangsaan, yaitu bahasa Indonesia sedangkan
cara penyusunannya model dialog antar tokoh dan berbentuk sajak. Penulis lakon lainnya pada
masa pujangga baru adalah sanusipane, hasil karyanya berjudul Kertajaya pada tahun 1932 dan
Sandyakalaning Majapahit ditulis pada tahun 1933. Lakon lakon tersebut ditulis untuk
menyemangati perjuangan para pejuang masyarakat Indonesia dalam melawan penjajah serta
kritikan bagi kekejaman penjajahan.
4. Teater Indonesia tahun 1940-an
Teater Indonesia tahun 1940an adalah saat masa penjajahan Jepang pada waktu itu semua unsur
kesenian dan kebudayaan dipakai untuk mendukung pemerintahan Jepang. Pada situasi
penjajahan jepang, dua orang tokoh yaitu Anjar Asmara, dan Kamajaya, memiliki gagasan
supaya didirikan pusat kesenian Indonesia. Tujuannya adalah menciptakan pembaharuan
kesenian yang selaras dengan perkembangan jaman. Unsur tersebut disetujui oleh bung Karno
dan kaum nasionalis, tepatnya pada tanggal 6 Oktober 1942. Dirumah bungkarno dibentuklah
badan pusat kesenian Indonesia. Pendirian badan perusahaan kesenian Indonesia bermaksud
menciptakan kesenian Indonesia baru, diantaranya dengan jalan memperbaiki dan menyesuaikan
kesenian daerah menuju kesenian Indonesia baru.
Pada masa penjajahan Jepang segala bentuk seni hiburan yang berbau Belanda dihapus dari
Indonesia disebabkan pemerintah penjajahan Jepang Anti budaya barat rombongan sandiwara
saat itu kebingungan karena akan dihapus Jepang dan dilarang keliling. Kemudian merubah
cerita dengan mementaskan cerita dalam bahasa Indonesia , Jawa, maupun Sunda. Akhirnya
Jepang kalah dalam perang dunia 2, disaat menjelang akhir pendudukan Jepang tersebut muncul
rombongan sandiwara yang melahirkan karya sastra yang berarti, yaitu Penggemar Maya(1944)
pimpinan Usmar Ismail, dan D.Djajakusuma. jadi intinya teater tidak sebagai hiburan
sematamata tetapi sebagai ekspresi kebudayaan siswa kesadaran nasional dengan cita cita
kemerdekaan republik indonesia.
5. Teater Indonesia 1950an
Masa ini adalah masa setelah roklamasi kemerdekaan republik indonesia, masa ini tokoh teater
merefleksikan perjuangan dalam teater dengan membentuk cerita bertemakan kemerdekaan,
kekecewaan, penderitaan, keberanian, dan nilai kemanusiaan, penghianatan, kemunafikan,
kepahlawanan tindakan pengecut, keikhlasan, pengorbanan,dll.
Pada masa ini untuk memajukan seni teater tanah air maka didirikan Akademi Teater Nasional
Indonesia(ATNI) Tepatnya pada tahun 1955 tokoh pendirinya adalah Usmar Ismail dan Asrul
sani. ATNI berusaha mewujudkan teater dengan mementaskan lakon lakon terjemahan dari
barat, contohnya dari karya Moilere, Gogol, chekof.
6.) Teater Indonesia tahun 1970-an
Perkembangan teater tahun 70-an ditandai dengan didirikannya pusat kesenian Taman Ismail
Marzuki oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu Ali Sadikin. Berdasarkan catatan sejarah
perkembangan teater. Pusat kesenian Taman Ismail Marzuki telah berhasil menerbitkan 67 judul
lakon. Lakon tersebut ditulis oleh 17 pengarang drama teater.
Tokoh teater yang muncul tahun 1970an diantaranya D.Djajakusuma, Wahyu Sihombing,
Pramana Padmodarmaya (teater lembaga) , Ikranegara (teater saja) , Danarto (teater tanpa
penonton), Adi Kurdi (teater hitam putih) , Arifin C.Noor (teater kecil) , Putu Wijaya (teater
mandiri), N. Riantiarno (teater koma) ,dan Teguh Karya.
7.) Teater Indonesia tahun 1980 - 1990-an.
Pada masa tahun 1980 - 1990-an kondisi politik tanah air mencekam akibat peristiwa
Malari  1974. Sehingga pemerintah membuat kebijakan supaya dewan-dewan mahasiswa
ditiadakan,kegiatan teater kampus dilarang.Dalam kondisi tersebut kelompok teater tetap muncul
namun dalam bentyk festival teater,di beberapa daerah Nusantara,diantaranya sebagai berikut
Festival Teater di Jakarta dan Festival Drama Lima Kota di Surabaya.
Pada masa itu juga lahir kelompok teater baru,diantaranya sebagai berikut :
a)      Kelompok Teater di Kota Yogyakarta. Di kota gudeg Yogyakarta,pada masa tahun 1980-1990-
an muncul beberapa teater,antara lain sebagai berikut:
1. Teater Dynasti
2. Teater Jeprik
3. Teater Tikar
4. Teater Shima
5. Teater Gandrik
b)      Kelompok Teater di Kota Solo ( Surakarta ) Masa itu di Solo juga ada Teater Gidag-gidig.
c)      Kelompok Teater di Kota Bandung. Di kota Bandung muncul Teater Bel, Teater Republik, dan
Teater Payung Hitam.
d)     Kelompok Teater di Kota Tegal Di Tegal lahir Teater RSPD.
e)      Kelompok Teater di Kota Surabaya. kota Surabaya juga muncul beberapa teater, diantaranya
Teater Pavita,Teater Ragil,Teater Api,Teater Rajawali,Teater Insmarang.
f)       Di Semarang juga muncul Teater Lingkar.
g)             Kelompok teater di kota Medan & Palembang. Di Medan muncul Teater Que dan di
Palembang muncul Teater Potlot.   Di era tahun 80-an dan 90-an aktifitas teater berkembang di
universitas atau perguruan tinggi.Teater kampus yang terkenal diantaranya: Teater Gajah Mada
dari Universitas Gajah Mada ( UGM ) Yogyakarta. Jurusan teater juga mulai di buka di Institud
Seni Indonesia ( ISI ) Yogyakarta pada tahun 1985. ISI menjadi satu-satunya perguruan tinggi
seni yang memiliki program Strata 1 untuk bidang seni teater pada saat itu.
8.) Teater Kontemporer Indonesia
Sejak munculnya eskponen 70 dalam dunia seni teater. Mulailah seni teater kontemporer
Indonesia. Eksponen 70 ini adalah cara berekspresi teater dengan gaya khas masing-masing tidak
dibatasi kreasinya. Lalu para seniman teater beraliran kontemporer terus berkreasi sejak tahun
80-an sampai saat ini.  Seni teater lainnya berkembang seperti seni teater konvesional, yang tidak
akan mati tetapi teater eksperimental terus tumbuh. Dunia pentas teater semakin kaya jenisnya
dan atraktif.

Anda mungkin juga menyukai