Anda di halaman 1dari 10

Tugas Resume Akhlak

"Bab 3 & 4"

Nama :Zahra Lathifa Lendry

Nim:1916040022

Jurusan:Akuntansi Syaria'ah (A)

Dosen pembimbing:Usman SHI.MA


Bab 3

"Karateristik Etika Islam"

A.Sumber Moral dalam Akhlak Islam

Sebagai sumber moral atau pedoman hidup dalam islam yang menjelaskan kritria baik
buruknya sesuatu perbuatan adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Kedua dsar itulah
yang menjadi landasan dan sumber ajaran islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan
menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.

Jika telah jelas bahwa Al-qur’an dan Sunnah Rasul adalah pedoman hidup yang menjadi
azas bagi setiap Muslim ,maka teranglah keduanya sebagai sumber moral dalam Islam. Firman
Allah dan Sunnah Nabi-Nya adalah ajaran yang paling mulia dari ajaran maupun hasil renungan
dan ciptaan manusia,hingga telah menjadi keyakinan (aqidah) Islam bahwa akal dan naluri
manusia harus tunduk mengikuti petunjuk dan pengarahannya. Dari pedoman itulah diketahui
kriteria mana perbuatan yang baik dan jahat,mana yag halal dan mana yang haram.

B.Kriteria Baik dan Buruk dalam Etika Islam

1. Pengertian Tentang Baik dan Buruk

Dengan apa seseorang itu bisa menentukan bahwa sesuatu itu “baik” atau “buruk”? Dengan akal,
intuisi atau dengan yang lain?Dalam beberapa kamus ensiklopedia diperoleh pengertian baik dan
buruk sebagai berikut :

1) Pengertian Baik (khair, bahasa Arab/good bahasa Inggris)


a. Sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan (Al-Munjid, hlm.198)
b. Sesuatu yang menimblkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan,
persesuaian, dan seterusnya (Webster’s New Twentieth Century Dictionary,
hlm.789)
c. Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang
memberikan kepuasan (The Advanced Learner’s Dictionary of Current English,
hlm.430)
d. Sesuatu yang sesuai dengan keinginan (Webster’s World University Dictionary,
hlm.401)
e. Sesuatu hal dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan
senang atau bahagia. Jadi sesuatu yang dikatakan baik bila ia dihargai secara
positif (Ensiklopedi Indonesia, I, hlm.362)
2) Buruk (syarr, bahasa Arab/bad, bahasa Inggris)
a. Tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tak sempurna dalam kualitas, di bawah
standard, kurang dalam nilai,tak mencukupi (New Twentieth Century Dictionary
of English Language, hlm.138)
b. Keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat
diterima (The Advanced Learner’s Dictionary of Current Ebertentenglish,lm.63)
c. Sagala yang tercela,lawan baik,pantas,bagus dan sebagainya.perbuatan buruk
berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang
berlaku.

Dari beberapa pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa baik itu adalah
sesuatu yang memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan sesuai dengan yang
diharapkan, atau dengan kata lain sesuatu yang dinilai positif . sedangkan apa yang
dinilai tidak baik berarti buruk. nilai baik dan buruk itu relative dan subyektif, karena
tergantung pada individu dalam menilai sesuatu.

2. Pengertian benar dan salah

Pengertian menurut etika ( Ilmu akhlak ) ialah hal-hal yang sesuai dengan
peraturan-peraturan sebaliknya. Pengertian salah menurut etika hal yang tidak sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Secara objektif “benar” adalah satu, tidak
ada dua benar yang bertentangan. Kebenaran yang objektif yang merupakan
kebenaran yang pasti dan satu itu adalah kebenaran yang didasarkan kepada peraturan
yang dibuat adalah kebenaran yang didasarkan kepada peraturan yang dibuat oleh
Yang Maha Satu, Yang Maha Mengetahui akan segala sesuatu yang Maha Benar.
Dan peraturan yang buat manusia yang bersifat relative itu adalah benar apabila tidak
bertentangan dengan peraturan yang objektif yang dibuat oleh Yang Maha Satu Yang
Maha Benar, yaitu peraturan yang bertentangan dengan wahyu, karena kebenaran
mutlak adalah kebenaran dari Yang Maha Benar.

3. Ukuran Baik dan Buruk


a. Presepsi Manusia Tentang Baik dan Buruk
Banyak orang yang berselisih pendapat dalam menilai sesuatu baik atau buruk,
sesuatu itu dipandan baik oleh suatu masyarakat atau bangsa, namun dipandan
buruk olah sebagian yang lain. Sesuatu dipandang baik saat ini, beum tentu
diwaktu lain dipandang baik. Ada beberapa pendapat yang bias dijadikan
landasan hukum untuk menilai sesuatu, antara lain:
b. Aliran Tradisionalisme, berpendapat bahwa norma “baik” dan “buruk” adalah
tradisi atau adat kebiasaan. Tiap suku atau bangsa memiliki adat-istiadat yang
diwariskan dari nenek moyangnya, adat-istiadat atau tradisi itu merupakan hukum
yang harus diikuti bagi suatu suku atau bangsa. Dipandang baik bagi orang yang
mengikutinya dan dipandang buruk bagi orang yang melanggarnya.
c. Aliran Hedonisme, berpendapat bahwa kebahagiaan merupakan norma baik dan
buruk.

Sesuatu itu dipandang baik jika mendatangkan kebahagiaan dan perbuatan itu buruk
jika mendatangkan penderitaan. Aliran hedonism terbagi menjadi dua:

a) Kebahagiaan Diri (Egoistic hedonism)


Paham ini mengatakan bahwa tiap orang harus memilih apa yang
mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya dan berbuat sesuai apa yang dapat
mengantarkannya pada tujuannya, perbuatan yang mengantarkan pada tujuan
adalah baik. Dan sebaliknya untuk penilaian buruk.
b) Kebahagiaan Bersama (Universalistic hedonisme)
Kebahagiaan adalah kebahagiaan yang bersifat universal. Paham ini
menghendaki agar manusia mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk
sesame manusia, bahkan untuk sagala mahluk yang berperasaan. Untuk
menilai suatu perbuatan itu baik atau buruk, yang perlu diperhatikan adalah
kesenangan dan kepedihan yang diakibatkan dari perbuatan itu.

d. Aliran Evolusionisme, berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini
akan mengalami evolisi. Yaitu berkembang dari apa adanya menjadi sempurna
Dalam sejarah paham evolusi, Darwin (1809-1882) adalh seorang ahli ilmu
pengetahuan yang banyak mengemukakan teorinya. Dia menjelaskan tentang paham
ini dalam bukunya The Origin of species. Dikatakan bahwa perkembangan alam ini
didasari oleh ketentuan-ketentuan berikut:
 Ketentuan alam (selection of nature)
 Ketentuan hidup (struggle of life)
 Kekal bagi yang lebih pantas (survival for the fittes).

Dan kekal bagi yang lebih pantas yaitu segala sesuatu yang berhak hidup
setelah mengalami perjuangan-perjuangan dalam berkompetisi dengan jenis-jenis
lainnya.

a. Kriteria Perbuatan Baik Menurut Ajaran Islam


Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al Qur’an
yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada
petunjuk Al Qur’an dan Al Hadits. Jika tidak memperhatikan Al Qur’an dan
Al Hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu pada yang baik dan
ada pula yang mengacu pada yang buruk. Missal Alhasanah dikemukakan
oleh Al – Eqghib al asfahani adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik. Lawan dari alhasanah
adalah al sayyiah. Yang termasuk al hasanah missal keuntungan kelapangan
rezeki dan kemenangan.

• Pendapat baik dan buruk menurut ahli sunnah


“Yang disebut baik ialah apa yang dijadikan baik oleh agama, dan yang disebut buruk
ialah apa yang dijadikan buruk oleg agama, sedangkan akal fikiran itu sendiri tidaklah
kuasa menjelaskan tentang baik dan buruk.
• Pendapat menurut mu’tazilah
“ Keduanya-Al-Jubbai dan anaknya Abu Hasyim- setuju, bahwa mengenal dan
bersyukur kepada Allah pemberi kenikmatan, dan mengetahui baik dan buruk, adalah
kewajiban-kewajiban akal.”
• Pendapat Imam Ghozali
“ Orang yang mengajak kepada taqlid saja dengan mengesampingkan akal sama
sekali, ia adalah seorang yang jahil (bodoh), sedangkan orang yang mencukupkan akal
saja (terlepas dari cahaya alquran dan sunnah nabi Muhammad) ia adalah seorang yang
tertipu.
Dengan pendapatnya ini, Al-Ghozali menggabungkan antara pendapat ahli sunnah dan
mu’tazilah. Berdasarkan pendapat Al-Ghozali ini, maka sumber atau norma moral Islam
ialah:
1. Kitab Suci Al-Quran
2. Sunnah Nabi Muhammad
3. Akal fikiran

Ada sebuah hadis yang sesuai dengan pendapat ini, yaitu sebuah Hadis yang
menyebutkan bahwa sewaktu Naabi mengirim sahabat Muaz bin Jabal kenegeri Yaman
untuk menjabat Qadli (Hakim Islam), ketika itu Muaz di Tanya oleh Nabi SAW:

 Dengan apa engkau menjalankan hukum?


 Dengan kitab Allah, jawabnya
 Kalau engkau tidak mendapatkan (keterangan dalam kitab Allah/Al-Quran)?
 Dengan unnah Rasul, jawabnya lagi
 Kalau engakau juga tidak mendapatkan keterangan dari Sunnah Rasul?
 Saya menggunakan akal saya, dan saya tidak berputus asa.
• Pendapat Abul A’la maududi

Sementara itu ulama ahli pikir Islam Abul A’la Maududi berpendapat agak lain lagi,
dalam arti lebih luas. Menurut pendapatnya , sumber nilai-nilai moral islam itu terdiri dari:

a) Bimbingan Tuhan sebagai pokok


Yang dimaksud bimbingan Tuhan adalah Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad
saw.
b) Pengalaman, ratio dan intuisi manusia, sebagai sumber tambahan atau sumber
pembantu. Sebenarnya Islam terlebih dahulu telah membicarakan status manusia
di bumi ini, yaitu sebagai hambah Tuhan (,abd) yang juga menjadi wakil dan
pengganti Tuhan (khalifatullah). Segala yang ada di dunia ini adalah

milik Allah SWT,bahkan tubuh dan kemampuan yang dimiliki oleh manusia

juga termasuk milik Allah, yang telah dipercayakan-Nya pada manusia .

c) Kalau manusia menerima posisi yang telah ditentukan oleh Islam, maka secara
otomatis dapat diselesaikan bahwa sumber sesungguhnya dari pengetahuan
manusia tentang baik dan buruk dapat ditemui dalam bimbingn yang diberikan
oleh Tuhan dengan perantara Nabi-nabi-Nya, sedang sumber-sumber lain hanya
dapat digunakan sebagai tamahan dan pembantu, tetapi tidak ada yang patut
dijadikan penggantinya.
B. Pandangan etika islam terhadap akal dan naluri Etika

ialah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu, ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk
dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran.

Ada yang berpendapat bahwa etika sama dengan akhlak.persamaan itu memang
ada, karena kedua nya membahas masalah baik buruknya tingkah laku manusia. Adapun
pandangan etika islam terhadap akal dan naluri:

1. Akal dan naluri adalah anugrah Allah

2. Akal pikiran manusia terbatas sehingga pengetahuan manusia tidak akan mampu
memecahkan semua masalah yang ada.

3. Naluri manusia pun harus mendapatkan pengarahan dari petunjuk Allah yang
dijelaskan dalam kitab-Nya. Jika tidak naluri itu akan salah dalam penyalurannya.
Misalnya naluri makan, naluri berjuang,naluri berusaha, jika diperturutkan akan
menimbulkan kerusakan, tetapi kalau diarahkan menurut petujuknya, maka akan
berjalan sesuai dengan semestinya.

C. Motif dan tujuan akhir dari tingkah laku


Tindakan dan pekerjaan manusia selalu didorong oleh suatu motivasi tertentu.
Motivasi itu bermacam-macam, ada yang karena kepentingan kekayaan, ingin mansyur
namanya. adapun dalam pandangan islam maka yang menjadi pendorong yang paling
dalam dan paling kuat untuk melakukan sesuatu amal perbuatan yang baik adalah aqidah,
iman yang ada didalam hati. Iman itulah yang membuat seorang muslim ikhlas, mau
bekerja (beramal) keras bahkan rela berqurban. Iman itulah sebagai motivasi dan
kekuatan penggerak yang paling ampuh dalam pribadinya yang membuat dia tidak dapat
diam dari melakukan kegiatan kebajikan dan amal shaleh.
Menurut M. Utsman Najati dalam Abdul Rahman Shaleh motivasi adalah
kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.
Dengan demikian hanya dari jiwa yang dihayati iman dapat diharapkan
memancar kebaikan dan kebajikan yang sebenarnya. Kebaikan yang lahir tanpa
bersumberkan keimanan adalah kebaikan yang tidak mendapatkan penilaian di sisi Allah.
Dengan iman itulah maka seorang mu’min selalu antusias berbuat baik sebanyak-
banyaknya. Sabda Rasulullah saw.
Bab 4

“Adat Kebiasaan dalam Etika Islam”

1. Konsep kebiasaan
Suatu perbuatan apabila diulang ulang sehingga menjadi mudah dierjaka disebut
dengan “kebiasaan”. Kebanyakn pekerjaan manusia adalah perbuatan dari kebiasaan,
seperti berjalan, berlari, cara berpakain, berbicara, dll.
Membentuk adat kebiasaan segala perbuatan baik atau buruk menjadi kebiasaan
ada dua faktor yaitu “ kesukaan hati kepada suatu pekerjaan dan m enerima kesukaan itu,
dengan melahirkan kesukaan itu dengan suatu perbuatan, dan dengan diulang ulang
secukupnya”
Adapun berulangnya suatu kegiatan yakni menggerakan anggota dengan
perbuatan itu tidak ada gunanya dalam bentuk adat kebiasaan. Seperti seorang yang sakit
ia berulang ulang kali meminum obat yang sangat pahit yang sangat tidak disukai, alasan
dalam contoh ini tersebut ialah seorang yang sakit itu hatinya tidak suka minum obat,
hanya suka kalau ia sehat saja. Maka kaena kesukaan hati dalam suatu perbuatan
danmengulangnya tidak nyata adanya, maka tidak menjadi aadat kebisaan .
Mengulang kesukaan hati saja tidaak cukup, barang siapa yang yang berulang kali
maminum obat akan tetepi tidak menurutinya maka tidak menjadi kebiasaan. Dengan
demikian menjadi adat kebiasaan karena keinginan hati dan dilakukannya, dan keduanya
diulang ualng.

2. Kekuatan kebiasaan
Kebyakan orang mengibaratkan “ kekuatan kebiasaan “ dengan perkataan “ kebiasaan itu
natur (alam ) yang kedua” mereka bermaksud bahwa adat dan kebiasaan itu mempunyai
kekuatan yang mendekati pada “natur(alam) yang pertama”. Alam yang pertama ialah
apa yang dibawa manusiadiwaktu ia dilahirkan. Tiap tiap manusia dikeluarkan dalam
alam dalam wujud yang dilengkapi beberapa alat, mata yang dapat untuk melihat, telinga
untuk mendengar, dll. Dengan itu dan lain

sebagainya kita dilahirkan dan kita diwariskan dari orang tua kita dan nenek moyang kita
itulah yang disebut” natur(alam) yang pertama”. Ia mempunyai kekuasaan yang besar
bagi manusia, maka bila seseorang berusaha akan melihat dengan telinganya dan
mendengar dengan matanya tentu tidak dapat dan ia harus tunduk pada kekuasaan dan
segala kebaikan dan keburukan yang ditambahkan kepada alam yang pertama,.
Dianami natur kedua atau kebiasaan, natur yang kedua inipun mempunyai
kekuasaan yang besar, Karena jalan yang kita tempuh dalm penghiidupan dan yang kita
biasakan, mempunyai kekuasaan yang mendekati kekuasaan natur(alam).

3. Membina Kebiasaan Yang Baik

Sebaiknya membina kebiasaan yang baik terhadap anak dimulai sejak dini, sebagaimana
kita amati bahwa seorang bayi pada hari pertama digendong. Jika ia slalu digendong maka
itu akan menjadi kebiasaannya. Demikian pula, jika seorang ibu slalu menggendongnya saat
menangis maka hal tersebut akan menjadi kebiasaan pula. Kadang kala Pembina atau orang
tua mereka heran dan tertawa jika mendengar anaknya mengatakan kata-kata yang dilarang.
Sehingga itu akan menjadi kebiasaan anak tanpa disadari, agar anak terbiasa melakukan
kebiasaan yang baik maka seorang pendidik harus melatihnya melalui
keteladanan,anjuran,perhatian,ceramah aga, dan sarana pendidikan lainnya”

Hal-hal yang harus dilakukan adalah :

1. Mematuhi perintah Allah SwT


2. Bergaul dengan orang yang baik
3. Melakukan hal-hal yang positif
4. Menjaga hati agar tetap bersih
5. Memiliki pendidikan dan wawasan
6. Punya motivasi hidup
7. Menjauhu hal-hal negative

4. Merubah kebiasaan jelek

Abdullah (2007;87) mengatakan cara mengubah kebiasaan jelek menjadi baik adalah
dengan :

1. Berniat sungguh-sungguh dengan tidak diiringi dengan keragu-raguan


2. Jangan mengizinkan diri sendiri melakukan kebiasaan buruk apalagi
menambah kebiasaan buruk lainnya
3. Carilah waktu yang baik untuk melaksanakan niat
4. Jagalah dirimu dan lakukamn kebaikan-kebaikan kecil yang dapat menolong
mu menghdpi segala penderitaan

Secara garis besar, Upaya untuk meninggalkan atau mengubah kebiasaan buruk
mnjdi baik yaitu:

1. Benci kebiasaan buruk


Kebiasaan buruk yang hendak diganti hendaknya jelas keburukannya
sehingga seseorang membenci kebiasaan itu. Dalam hal ini kita dapat
memenunjukkan dalil-dalil (Firman Allah atau Hadist).
Contoh : Kalau kebiasaan jelek yang hendak diubah itu kebiasaan sombong.
Maka dapat ditunjukkan dalam Q.S AL-isra[17]:37-38 atau Q.S.Luqman
[31]; 18 sebagai berikut.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.
2. Penyesalan
Penyesalan adalah perasaan kebencian terhadap kebiasaan buruk yang
pernah dilakukan . Contoh penyesalannya seperti orang yang biasa berbuat
keburukan didunia digambarkan dalam Al-Qur’an dalam surah Az-
zumar[39]:36 dan Surah Al-Furqan [25];27-28.
3. Menjauhi kebiasaan buruk
Bila kebiasaan buruk sulit ditinggalkan sepenuhnya. Kita bisa
meningglkannya sedikit demi sedikit sebab kebiasaan buruk tersebut
terbentuk secara bertahap pula
4. Tidak mengulangi kebiasaan buruk
5. Membina kebiasaan bai
Bisa dimulai dengan membuat program kebiasaan baik.

Anda mungkin juga menyukai