Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIOMEDIK 2

METABOLISME PROTEIN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10

FKM A 2020

NAMA ANGGOTA :

Shenny Ratna Damayanti (2011016001)

Gavrila Meil Sombolinggi (2011016031)

Dwi Nur Sumaryati (2011016037)

Munawati Banne La’bi (2011016045)

Yuni Febriani (2011016081)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2021
A. Pengertian Protein dan Metabolisme Protein

Protein adalah rangkaian atau polimer dari sejumlah asam amino. Asam
amino adalah molekul organik kecil yang pada umumnya terbuat dari karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein dibuat dari suatu pool yang terdiri
dari 20 asam amino yang berbeda. Ratusan atau ribuan asam amino dirangkai
dengan suatu urutan tertentu untuk membentuk rantai asam amino. Fungsi
protein dimungkinkan karena struktur tiga dimensinya yang unik. Dengan
strukturnya yang unik suatu molekul protein dapat melakukan interaksi
dengan molekul lainnya sehinnga dapat berfungsi sebagai molekul pengatur
dalam suatu ekspresi gen atau transmisi genetik menjadi fenotipik. Jadi, suatu
protein sangat tergantung pada kemampuannya untuk mengikat atau
berpasangan dengan molekul lainnya untuk menjalankan fungsinya.
Kemampuan tersebut ditentukan oleh struktur tiga dimensinya. Bentuk yang
secara energetik paling stabil ditentukan oleh interaksi tiap-tiap asam amino
yang membentuk protein tersebut. Oleh karena itu, jenis asam amino dan
urutannya dalam rantai protein akan menentukan struktur tiga dimensi
molekul protein yang terbentuk. Urutan asam amino dalam suatu rantai
protein sangat penting menentukan fungsi protein tersebut.

Semua organisme merupakan kumpulan dari sejumlah protein dan segala


aktivitasnya. Fungsi protein tergantung pada struktur tiga dimensinya, yang
pada gilirannya ditentukan oleh sekuen asam amino penyusun protein tersebut.
Jadi, DNA menentukan karakteristik suatu organisme. DNA mengandung
sandi genetik untuk tiap asam amino yang ditampilkan masing-masing dari
sekuen tiga pasang basa. Ketiga basa (triplet) ini disebut kodon. Urutan kodon
pada suatu sekuen DNA mencerminkan urutan asam amino yang akan dirakit
menjadi suatu rantai protein. Satu bagian sekuen DNA lengkap yang mampu
menentukan sekuen asam amino suatu protein atau molekul rRNA dan tRNA
disebut gen, yaitu satuan hereditas yang didefinisikan oleh para ahli genetika
klasik. Semua gen dan sekuen DNA yang dimiliki oleh suatu organisme
disebut genom.
Metabolisme protein merupakan metabolisme dari asam amino itu sendiri
dan merupakan suatu rangkaian asam amino. Protein tersusun dari asam
amino dalam asam amino terdapat unsur N (nitrogen). Nitrogen berada dalam
tubuh yaitu melalui protein. Protein tidak bisa disimpan sebagai protein dalam
jaringan, oleh sebab itu harus dipecah terlebih dahulu. Karena protein
merupakan protein kompleks, sebaiknya dipecah dahulu membentuk molekul-
molekul protein.

Digesti atau pencernaan protein yaitu pemecahan protein oleh enzim


hidrolease (peptidase dan protease). Peptidase terbagi atas Endopeptidase dan
Eksopeptidase, endopeptidase memecah secara internal kemudian
menggabungkan pecahan itu menjadi frakmen peptida yang besar contohnya
pepsin dan tripsin. Yang paling berperan pada digesti protein adalah
endopeptidase. Ia memecah protein terlebih dahulu menjadi frakmen yang
kecil-kecil.

B. Ciri – ciri Protein


Ciri – ciri utama utama molekul protein, yaitu :
 Berat molekulnya besar, yang merupakan suatu makromolekul.
 Umumnya terdiri dari 20 macam asam amino, yang membentuk
suatu rantai polipeptida yang berikatan satu dengan yang lain.
 Ikatan peptida merupakan ikatan antara α-karboksil dari asam
amino yang satu dengan gugus α-amino dari asam amino yang
lainnya.
 Terdapatnya ikatan kimia yang lain yang menyebabkan
terbentuknya lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi
struktur tiga dimensi protein.
 Sebagai contoh misalnya ikatan hidrogen dan ikatan hidrofob.
 Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH,
radiasi, temperatur, dan sebagainya.
 Umumnya reaktif dan sangat spesifik, yang disebabkan terdapatnya
gugus samping yang reaktif dan susunan khas struktur
makromolekulnya.
 Beberapa gugus samping yang biasa terdapat diantaranya gugus
kation, anion, hidroksil aromati, hdroksil alifatik, amin, amida, tiol,
dan gugus heterosiklik.

C. Proses Penguraian Metabolisme Protein

Proses metabolisme ada 2, yaitu anabolisme dan katabolisme.

1. Proses Anabolisme Protein


Proses sintesis protein dari sandi genetik melibatkan beberapa
langkah. DNA pada dasarnya adalah penyimpan informasi yang
pasif, mirip denga cetak biru (blue print) untuk denah rumah.
Aktivitas pembuatan protein terjadi pada suatu situs khusus dalam
sel yang disebut ribosom. Oleh karena itu, langkah pertama dalam
sintesis protein adalah menyampaikan informasi dari DNA ke
ribossom. Untuk melakukan hal ini enzim-enzim seluler membuat
salinan kopi gen sehinnga dapat dibaca oleh ribosom. Salinan kopi
gen ini disebut RNA duta (messennger RNA = mRNA). mRNA
membawa sandi genetik yang dipakai langsung untuk sintesis
protein di ribosom. Tahap ini disebut dengan tahap transkripsi.
Dalam tahap berikutnya kodon pada mRNA harus dapat dikorelasi
dengan asam amino yang seharusnya. Tahapan ini dilakukan
molekul RNA lain, yaitu RNA transfer, (transfer RNA = tRNA)
yang dikenal dengan tahap translasi. Akhirnya asam amino harus
disambungkan untuk membentuk rantai protein fungsional (tahap
sintesis). Ribosom yang terdiri dari RNA dan protein melakukan
fungsi tersebut. Bila rantai protein sudah lengkap, suatu tanda
berhentii (stop sign) mempengaruhi ribosom sehingga ribosom
melepas protein baru tersebut ke dalam sel. Berikut ini adalah
beberapa tahapan dalam proses anabolisme protein :
 Replikasi
Menyangkut perangkaian secara linear satuan – satuan
monomer DNA untuk membentuk replikat atau kopi yang
tepat dari rangkaian struktur DNA yang lama. Proses ini
memungkinkan pembentukan dua molekul anak DNA
selama pembelahan sel, masing – masing satu kopi yang
tepat dari induk DNA.
 Transkripsi
Transkripsi adalah sintesis RNA secara enzimatik dengan
menggunakan DNA sebagai cetakan. Untuk transkripsi
suatu gen, hanya salah satu rantai DNA yang digunakan
sebagai cetakan atau templat. Transkripsi dikatalis oleh
enzim RNA polimerase. Sintesis RNA selalu bergerak ke
satu arah. Untuk menginisiasi transkripsi, RNA polimerase
berikatan pada suatu daerah di DNA yang disebut
promoter. Perbedaan urutan nukleotida dari promoter
berbagai gen menyebabkan perbedaan tingkat efisiensi dan
regulasi dari inisiasi transkripsi gen-gen tersebut. Setelah
RNA polimerase terikat pada promoter DNA, kedua rantai
DNA dipisahkan dan RNA polimerase memulai sintesis
RNA di tempat inisiasi. Tempat ini disebut sebagai posisi
+1. RNA polimerase menambahkan ribonukleotida ke
ujung 3’dari rantai RNA yang sedang disintesis. Hal ini
dilakukan dengan bergerak dari ujung 3’ ke arah 5’ dari
rantai DNA cetakan., sambil memisahkan bagian rantai
ganda DNA yang dilaluinya. Dengan demikian
ribonukleotida dapat berpasangan dengan DNA cetakan
dan ditambahkan pada ujung 3’ RNA dengan pembentukan
ikatan fosfodiester. eliks ganda akan terbentuk kembali
setelah RNA polimerase lewat.
 Translasi
Translasi merupakan proses sintesis protein di dalam
sel.Sebelum sintesis protein dimulai, setiap jenis tRNA
berikatan dengan asam amino spesifik. Reaksi ini dikatalis
oleh enzim aminoasil tRNA sintetase bersama dengan
ATP, sehingga terbentuk aminoasil tRNA. Pada tRNA
terdapat antikodon yang akan berpasangan dengan kodon
yang terdapat pada mRNA. Setiap macam aminoasil tRNA
sintetase akan menggabungkan asam amino tertentu pada
tRNA yang spesifik.Pada tRNA inisiator, tRNA terikat
pada asam amino metionin yang termodifikasi, yaitu N-
formilinetionin. Proses sintesis protein terdiri dari tiga
tahap, yaitu:
o Inisiasi, proses penempatan ribosom pada suatu
molekul mRNA
o Elongasi, proses penambahan asam amino
o Terminasi, proses pelepasan protein yang baru
disintesis.
2. Proses Katabolisme Protein
Melalui reaksi katabolisme, protein dipecah menjadi asam amino.
Asam amino ini bisa digunakan sebagai sumber energi ketika
tubuh membutuhkannya. Asam amino juga bisa didaur ulang untuk
membuat protein atau dioksidasi menjadi urea. Selain
memecah protein, katabolisme juga bisa memecah glikogen
menjadi glukosa. Proses penguraian protein dalam tubuh meliputi
reaksi deaminasi, dekarboksilasi dan transaminasi.
 Reaksi Transminasi Asam Amino
Katabolisme asam amino terjadi melalui reaksi
transaminasi yang melibatkan pemindahan gugus amino
secara enzimatik dari satu asam amino ke asam amino
lainnya. Enzim yang terlibat dalam reaksi ini adalah
transaminase atau aminotransaminase. Enzim ini spesifik
bagi ketoglutarat sebagai penerima gugus amino namun
tidak spesifik bagi asam amino sebagai pemberi gugus
amino.
Transaminase mempunyai gugus prostetik, piridoksal
fosfat, pada sisi aktifnya yang berfungsi sebagai senyawa
antara pembawa gugus amino menuju ketoglutarat.
Molekul ini mengalami perubahan dapat balik di antara
bentuk aldehidanya ( piridoksal fosfat), yang dapat
menerima gugus amino, dan bentuk teraminasinya
(piridoksamin fosfat).
Dalam reaksi ini tidak terjadi deaminasi total, karena
ketoglutarat teraminasi pada saat asam amino mengalami
deaminasi. Dan reaksinya bersifat dapat balik karena
tetapan keseimbangannya mencapai 1.0.
Tujuan keseluruhan reaksi transaminasi adalah
mengumpulkan gugus amino dari berbagai asam amino ke
bentuk asam amino glutamat. Ada sekitar 12 asam amino
protein yang mengalami reaksi transaminasi dalam proses
degradasinya. Beberapa asam amino lain mengalami
proses deaminasi dan dekarboksilasi.
 Reaksi Deaminasi
Proses deaminasi asam amino dapat terjadi secara oksidatif
dan non oksidatif. Contoh asam amino yang mengalami
proses deaminasi oksidatif adalah asam glutamat. Reaksi
degradasi asam glutamat dikatalis oleh enzim L- glutamat
dehidrogenase yang dibantu oleh NAD atau NADP.
Deaminasi non oksidatif yaitu penghilangan gugus amino
dari asam amino serin yang dikatalis oleh enzim serin
dehidratase. Asam amino treonin juga dapat mengalami
deaminasi non oksidatif dengan katalis treonin dehidratase
menjadi keto butirat.
 Reaksi Dekarboksilasi
Dekarboksilasi asam amino merupakan cara lain dalam
degradasi asam amino penyusun protein. Reaksi ini
menghasilkan senyawa amin.
Degradasi asam amino protein menghasilkan limbah
nitrogen berupa amonia. Senyawa ini bersifat racun bagi
organisme tertentu. Agar tidak beracun biasanya gugus
amino diekskresi dari tubuh dalam bentuk urea, yaitu suatu
senyawa yang larut dalam air bersifat nontoksik sebagai
bentuk ekskresi nitrogen.

D. Fungsi Protein
Fungsi – fungsi protein, yaitu :
1) Bahan enzim untuk mengkatalisi reaksi-reaksi biokimia misalnya
tripsin.
2) Protein cadangan disimpan dalam beberapa bahan sebagai
cadangan makanan misalnya dalam lapisan aleuron (biji jagung) ,
ovalbumin (putih telur).
3) Protein transport, mentransfer zat-zat atau unsure-unsur tertentu
misalnya hemoglobin untuk mengikat O2.
4) Protein kontraktil, untuk kontraksi jaringan tertentu, misalnya
myosin untuk kontraksi otot.
5) Protein pelindung, melindungi tubuh terhadap zat-zat asing,
misalnya antibody yang mengadakan perlawanan terhadap
masuknya molekul asing (antigen) ke dalam tubuh.
6) Toksin, merupakan racun yang berasal dari hewan, tumbuhan,
misalnya bisa ular.
7) Hormone merupakan protein yang berfungsi sebagai pengatur
proses dalam tubuh, misalnya hormone insulin, pada hewan
hormone auksin dan gibberellins pada tumbuhan.
8) Protein struktural, merupakan protein yang menyusun struktur sel,
jaringan dan tubuh organism hidup misalnya glikoprotein untuk
dinding sel, keratin untuk rambut dan bulu.
E. Sumber Protein
Berdasarkan sumbernya protein dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. Protein hewani, yaitu protein yang berasal dari hewan contohnya
daging, ikan, telur.
b. Protein nabati, yaitu protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
contohnya kacang kacangnya.

F. Gangguan Metabolisme Protein


 Defisiensi Protein
Bila pemasukan protein kurang maka akan kekurangan kalori
disamping defisiensi asam-asam amino yang diperlukan, mineral dan
factor-faktor lain misalnya factor lipotropik. Akibatnya pertumbuhan
tubuh, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan zat anti dan serum
serum protein akan terganggu. Hal ini nyata pada penderita yang
kekurangan protein dalam makanannya akan mudah terserang penyakit
infeksi, luka sukar menyembuh, dam mudah terkena penyakit.
 Hypoproteinemi
Biasanya akibat ekskresi protein serum darah berupa albumin yang
berlebihan melalui air kemih. Selain itu juga pembentukan albumin
yang terganggu, misalnya penyakit hati, atau absorbs albumin kurang
akibat kelaparan atau karena penyakit usus. Akibat hypoproteinemi
dalam klinik sering ditemukan penyakit ginjal.
 Pirai (Gouty Arthritis)
Secara klinis penyakit ini merupakan arthritis akut yang sering kambuh
secara menahun. Pada berbagai jaringan ditemukan endapan urat yang
merupakan tonjolan-tonjolan yang disebut thopus biasanya terdapat
disekitar sendi, sering juga ditemukan pada tulang rawan daun telinga.
Pengendapan juga terdapat pada ginjal dan jantung. Penyakit ini lebih
sering ditemukan pada pria usia pertengahan atau lebih tua.
 KEP (Kekurangan Energi Protein)
Penyakit KEP merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang
penting di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit ini
merupakan penyebab terpenting mortalitas dan morbiditas penyakit
pada anak. Penyakit KEP dibedakan menjadi gizi kurang, marasmus,
kwashiorkor, atau campuran marasmus-kwshiorkor. Marasmus dapat
terjadi pada segala umur, akan tetapi lebih sering dijumpai pada bayi
yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan pengganti
atau sering terkena diare. Pada anak dengan marasmus, didapatkan
berat badannya < 60% berat badan anak normal seusianya.
Penampilannya seperti orang tua yang keriput dan terlihat sangat
kurus. Kwashiorkor terjadi apabila anak kekurangan masukan protein.
Pada anak dengan kwashiorkor, berat badan anak 60-80% berat badan
anak normal seusianya.  

G. Resiko Penyakit
Ketika metabolisme protein tidak berjalan dengan semestinya, Anda dapat
mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti :
1. Fenilketonuria (PKU)
Ini adalah kondisi genetis langka yang membuat penderitanya
mengalami penumpukan asam amino bernama fenilalanine di dalam
tubuh. Fenilketonuria tidak menimbulkan gejala pada bayi baru lahir,
tapi bisa muncul seiring pertambahan usia. Salah satu gejalanya yang
khas ialah urine, napas, hingga bau badan bayi yang tidak sedap
(apek). Penderita PKU harus menghindari konsumsi sebagian besar
makanan yang mengandung protein dan pemanis buatan aspartame.
2. Penyakit sirup mapel
Seperti namanya, penyakit sirup mapel memiliki gejala khas berupa
urine berbau seperti sirup mapel. Penyakit ini juga bersifat genetik
akibat mutasi gen perangsang produksi protein. Gejala lain dari
kelainan metabolisme protein ini adalah anak yang malas menyusu,
sering muntah, tidak aktif, dan pergerakan abnormal. Jika tidak
mendapat perawatan, kondisi ini dapat mengakibatkan anak sering
kejang, koma, hingga meninggal dunia.
3. Ataksia friedrich
Kelainan metabolisme protein ini terjadi karena mutasi gen yang
memproduksi protein bernama frataxin. Akibatnya, sistem saraf akan
mengalami degradasi gradual seiring pertambahan usia, seperti
hilangnya kemampuan bicara, mendengar, melihat, hingga otot
menjadi kaku dan tidak bisa digerakkan lagi.

H. Pencegahan Gangguan dan Resiko Penyakit Metabolisme Protein


1. Fenilketonuria, cara mengatasi dan mencegah, yaitu :
o Mengonsumsi suplemen asam amino.
o Menjaga agar kadar fenilalanin dalam tubuh tidak berlebihan.
o Pemeriksaan kondisi kesehatan secara rutin juga dibutuhkan untuk
menanggulangi kemungkinan adanya komplikasi.
2. Defisiensi Protein, cara mengatai dan mencegah, yaitu :
o Melakukan olahraga secara rutin.
o Minum air putih yang cukup setiap hari guna menghindari
dehidrasi.
o Konsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter secara teratur.
o Gunakan kaus kaki (stocking) khusus yang direkomendasikan oleh
dokter untuk mencegah penggumpalan darah.
o Melalukan medical check up secara rutin, teutama jika ada anggota
keluarga memiliki riwayat defisiensi protein.
3. Hipoproteinemia, cara mengatasi dan mencegah, yaitu :
o Bisa diobati dengan menambah jumlah protein yang kita makan.
Makanan yang sumber protein meliputi : daging merah, unggas,
ikan, tahu, telur, dan makan olahan susu laksana susu dan yogurt.
4. Artritis Gout, cara mencegah dan mengatasi, yaitu :
o Meminum banyak air (2-4 liter sehari).
o Menghindari minuman beralkohol.
o Menurunkan berat badan, karena pengidap artritis gout yang
memiliki kelebihan berat badan.
5. Kekurangan Energi Protein (KEP), cara mengatasi dan mencegah :
o Dengan menerapkan pola makan yang sehat dengan gizi seimbang.

Anda mungkin juga menyukai