Anda di halaman 1dari 9

Nama: Nova Fitri Nurdiana

Nim: 2019012194

Kelas: PSIK 4B

No.Absen: 05

PEMASANGAN KATETER URINE

A. Pengertian
Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan.
Kateterisasi urinarius adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung
kemih dengan tujuan mengeluarkan urin

B. Tujuan
1. Untuk mengeluarkan urin sehingga menghilangkan ketidaknyamanan karena
distensi kandung kemih
2. Mendapatkan urine steril intuk specimen
3. Pengkajian residu urine
4. Penatalaksanaan pasien yang menderita inkompeten kandung kemih.
5. Mengatasi obstruksi aliran urine
6. Mengatasi retensi perkemihan

C. Persiapkan Alat
1. Bak instrumen steril berisi : pinset anatomis, kasa
2. Kom
3. Kateter sesuai ukuran
4. Sarung tangan steril
5. Sarung tangan bersih
6. Cairan antiseptic
7. Spuit 10 cc atau 20 cc berisi aquadest/NaCl steril
8. Jelly atau pelumas
9. Urine bag
10. Plaster
11. Gunting verban atau plaster
12. Selimut
13. Tirai/sampiran
14. Perlak dan pengalas
15. Bengkok/nierbekke
16. Tempat specimen (jika perlu)

D. Prosedur
1. Memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien mengenai prosedur, tujuan dan
indikasi tindakan, meminta persetujuan pasien dan keluarga
2. Menyiapkan peralatan disamping penderita memasang perlak dan menutup pinggang
dan bagian tungkai atas pasien dengan selimut lalu sisihkan selimut hingga yang
terpajan hanya area perineal
3. Mengatur posisi pasien (pasien laki-laki kedua kaki diluruskan ke bawah, pasien
perempuan diatur dalam posisi litotomi)
4. Meletakkan nierbekken di antara paha pasien
5. Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam kom
6. Petugas mencuci tangan dan memakai sarung tangan bersih
7. Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptic
8. Buka sarung tangan dan simpan nierbekken atau buang ke kantong plastik yang telah
disediakan
9. Buka bungkusan luar set kateter dan urin bag dan kemudian simpan di alas steril. Jika
pemasangan kateter dilakukan sendiri, maka siapkan jelly di dalam bak sterik. Jangan
menyentuh area steril
10. Gunakan sarung tangan steril
11. Buka sebagian bungkusan dalam kateter, pegang kateter dan berikan jelly pada ujung
kateter (dengan meminta bantuan atau dilakukan sendiri) dengan tetap
mempertahankan teknik steril
12. Pada laki-laki Posisikan penis tegak lurus 90° dengan tubuh pasien
13. Pada wanita Buka labio minora menggunakan ibu jari dan telunjuk atau telunjuk
dengan jari tengah tangan tidak dominan
14. Dengan menggunakan pinset atau tangan dominan, masukkan kateter perlahan-lahan
pada uretra hingga ujung kateter untuk pasien pria dan tiga per empat selang kateter
untuk wanita. Anjurkan pasien untuk menarik nafas saat kateter dimasukkan.
15. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian
dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan, jika perlu kaji ulang
kondisi dan indikasi pemasangan kateter pada pasien.
Hindari pengeluarkan dan memasukan kembali kateter secara berulangulang, jika
diperlukan gunakan kateter yang baru.
16. Pastikan nierbekken yang telah disiapkan berasa di ujung kateter agar urine tidak
tumpah. Setelah urin mengalir, ambil specimen urin bila diperlukan.
17. Pastikan urin bag telah terkunci dan segera sambungkan kateter dengan urine bag
18. Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NaCl steril sesuai volume yang tertera
pada label spesifikasi kateter yang dipakai (10-20 mL) dengan menggunakan spuit
steril
19. Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon kateter sudah terfiksasi
dengan baik dalam vesika urinaria.
20. Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa
21. Fiksasi kateter dengan plester pada pangkal paha
22. Menempatkan urine bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung
kemih
23. Lepaskan pengalas serta bereskan alat
24. Lepaskan sarung tangan cuci tangan
25. Rapihkan kembali pasien
26. Dokumentasi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
IRIGASI KANDUNG KEMIH

A. Pengertian
Merupakan suatu sistem irigasi tertutup , yang mengalirkan cairan kedalam kandung
kemih secara kontinu atau intermeten menggunakan larutan irigasi steril pada pasien post
operasi genitourinari. Prosedur ini Lazim dilakukan pada pasien yang menjalani
pembedahan genitourinari, karena mereka beresiko membentuk bekuan darah yang dapat
menghambat kateter urin.

B. Tujuan
1. Membersihkan bledder
2. Mempertahankan kepatenan urine
3. Mencegah distensi kandung kemih karena kateter tersumbat
4. Menncegah terjadinya infeksi

C. Pengkajian
1. Kaji bledder
2. Kaji kesiapan Klien
3. Kaji kesiapan perawat
4. Kaji kebutuhan klien terhadap prosedur

D. Diagnosa
Resiko Infeksi b/d agen cedera fisik, akumulasi darah

E. Alat dan Bahan


1. Selimut mandi
2. Pengalas bengkok
3. Selang dan cairan irigasi steril
4. Konektor (bila kateter yang digunakan doble lumer)
5. Klem
6. Sarung tangan

F. Prosedur
a) Fase pra interaksi
1. Mengkaji kebutuhan pasien tentang irigasi kandung kemih
2. Memvalidasi data tentang irigasi kandung kemih
3. Menyiapkan alat dan bahan tentang irigasi kandung kemih
b) Fase orientasi
1. Menyampaikan salam
2. Memperkenalkan diri dengan pasien dan keluarga (jika ada)
3. Menanyakan nama pasien
4. Menjelaskan maksud dan tujuan
5. Menjelaskan langkah atau prosedur yang akan dilakukan
6. Mendekatkan alat dan bahan untuk melakukan tindakan irigasi kandung kemih
7. Mencuci tangan

c) Fase kerja
1. Memakai sarung tangan
2. Memasang sampiran
3. Memasang selimut mandi
4. Membuka pakaian bawah ditutup selimut
5. Kaji keadaan urine warna sekret sediment
6. Tentukan jenis kateter yang digunakan (triplet atau double lumen)
7. Pastikan kepatenan pipa drainage
8. Kaji berapa jumlah urine dalam urobag
9. Cuci tangan
10. Memakai sarung tangan
11. Kaji abdomen bawah untuk tanda distensi kandung kemih
12. Siapkan posisi pasien untuk aliran intermitent
a. Klem slang di atas drainage dan buka klem cairan irigasi
b. Biarkan cairan mengalir sesuai dengan ketentuan (± 100 ml untuk orang
dewasa normal)
c. Tutup klem saluran irigasi dan buka klem saluran drainage cairan mengalir
ke urobag sampai habis lakukan berulang sehingga cairan yang keluar bersih

13. Untuk irigasi kontinue

a. Hitung jumlah tetesan aliran cairan irigasi

b. Yakini bahwa klem drainage terbuka dan saluran drainage dalam keadaan
paten, serta volume drainage

14. Perhatikan dan perbaiki posisi kateter

15. Bantu pasien pada posisi nyaman

16. Hitung jumlah cairan yang keluar dari drainage serta karakteristik
pengeluaran.
d) Fase Terminasi
1. Mengevaluasi perasaan pasien
2. Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
3. Menyampaikan salam
e) Post Interaksi
1. Pintu sampiran dibuka kembali
2. Membereskan alat dan bahan yang telah digunakan
3. Buka sarung tangan dan cuci tangan
4. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


Bladder Trainning

A. Pengertian
Bladder training adalah salah upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kencing
yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik.
Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif diantara terapi non
farmakologis.

B. Tujuan
1.Melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal perkemihan dengan
menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.
2.Mengembangkan tonus otot kandung kemih

3. Memperpanjang interval waktu berkemih

4.Meningkatkan kapasitas kandung kemih

5. Mengurangi atau menghilangkan inkontinensia

6. Meningkatkan kemandirian dalam manajemen kandung kemih

C. Indikasi
1. Pasien yang mengalami retensi urin
2. Pasien yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga fungsi spingter
kandung kemih terganggu
3. Pasien yang mengalami inkontinensia urin
D. Persiapan Klien
1. Berikan salam, perkenalkan diri, dan identitas klien dengan memeriksa identitas
klien secara cermat.
2. Kaji kondisi pasien
3. Ajarkan kepada pasien dan keluarga mengenai tindakan yang akan dilakukan
dengan prosedur yang benar.
E. Persiapan Alat
1. Handscone
2. Klem (khusus klien yang memakai kateter)
3. Jam Tangan
4. Obat Diuretik jika diperlukan
5. Air minum dalam tempatnya
F. Prosedur
a). Fase pra interaksi
1. Mengkaji kebutuhan pasien tentang irigasi kandung kemih
2. Memvalidasi data tentang irigasi kandung kemih
3. Menyiapkan alat dan bahan tentang irigasi kandung kemih

b). Fase orientasi


1. Menyampaikan salam
2. Memperkenalkan diri dengan pasien dan keluarga (jika ada)
3. Menanyakan nama pasien
4. Menjelaskan maksud dan tujuan
5. Menjelaskan langkah atau prosedur yang akan dilakukan
6. Mendekatkan alat dan bahan untuk melakukan tindakan bladder training
7. Mencuci tangan

c). Fase Kerja

 Pasien dengan tidak terpasang kateter :


1. Tentukan pola waktu biasanya klien berkemih
2. Rencanakan waktu toilet terjadwal berdasarkan pola dari klien, bantu
seperlunya
3. Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum pada waktu yang
dijadwalkan secara teratur (2500 ml/hari).
4. Anjurkan pasien untuk menungguselama 30 menit kemudian coba pasien
untuk berkemih
a. Posisikan pasien dengan paha fleksi, kaki dan punggung disupport
b. Perintahkan untuk menekan atay memasge diatas area bladder atau
meningkatkan tekanan abdominal dengan cara bersandar ke depan.
Ini dapat membantu dalam memulai pengosongan bladder
c. Anjurkan klien untuk berkonsentrasi terhadap BAK d. Anjurkan
klien untuk mencoba berkemih setiap 2 jam. Interval dapat
diperpanjang (Atur bunyi alarm jam dengan interval setiap 2-3 jam
pada siang hari dan pada malam hari cukup 2 kali), batasi cairan
setelah jam 17.00
5. Anjurkan pasien untuk berkemih sesuai jadwal, catat jumlah cairan yang
diminum serta urine yang keluar dalam waktu berkemih
6. Anjurkan klien untuk menahan urinnya sampai waktu BAK yang telah
dijadwalkan
7. Kaji adanya tanda-tanda retensi urin. Jika diperlukan tes residu iurine
secara langsung dengan katerisasi
8. Anjurkan pasien untuk melakukan program latihan secara kontinue.
 Pasien dengan terpasang kateter :
1. Tentukan pola waktu biasanya klien berkemih
2. Rencanakan waktu toilet terjadwal berdasarkan pola dari klien, bantu
seperlunya
3. Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum pada waktu yang
dijadwalkan secara teratur (2500 ml/hari) sekitar 30 menit sebelum waktu
jadwal untuk berkemih
4. Beritahu klien untuk menahan berkemih (pada pasien yang terpasang
kateter, klem selang kateter 1-2 jam, disarankan bisa mencapai waktu 2
jam kecuali pasien merasa kesakitan)
5. Kosongkan urine bag
6. Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan dan tidak
toleran terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya
dan tingkatkan secara bertahap
7. Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari kandung
kemih menuju urine bag hingga kandung kemih kosong
8. Biarkan klem tidak terpasang 15 menit, setelah itu klem lagi 1-2 jam 9.
Lanjutkan prosedur ini hingga 24 jam pertama
9. Lakukan bladder training ini hingga pasien mampu mengontrol keinginan
untuk berkemih
10. Jika klien memakai kateter, lepas kateter jika klien sudah merasakan
keingin untuk berkemih

d). Fase Terminasi

1. Evaluasi respon pasien

2. Berikan reinforcement positif

3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

4. Mengakhiri kegiatan dengan baik


5. Dokumentasikan

Anda mungkin juga menyukai