Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional

Hasil Penenlitian dan Pengabdian pada Masyarakat V Tahun 2020


“Pengembangan Sumber Daya Menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM – Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-66-0

IMPLEMENTASI PRAKTIK KEBIDANAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR : 4


TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN DI KOTA TASIKMALAYA

IMPLEMENTATION OF MIDWIFERY PRACTICE ACCORDING TO LAW NUMBER 4 OF 2019


CONCERNING MIDWIFERY IN TASIKMALAYA CITY
1)
Ratni, 2) Ijang Budiana
1,2,3)
Program Studi D3 Kebidanan dan S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Jalan Tamansari Gobras KM 2,5
*Email: ratni1960@gmail.com

ABSTRAK

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai peran penting dalam pelayanan maternal dan perinatal
dengan jumlah tenaga profesi bidan tentu berada dekat dengan masyarakat salah satu tantangan yang harus dihadapi
adalah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas. Untuk itu bidan harus mampu terampil memberikan
pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh peraturan perundang undangan. Atas dasar tersebut, sangat
menarik untuk dikaji dan diteliti bagaimana pelaksanaan praktek bidan saat ini menurut undang-undang kebidanan.
Peneliti menggunakan metode kualitatif, tekhnik wawancara dengan bidan yang ada di kota tasikmalaya. Jumlah
partitipan dalam penelitian ini sebanyak 20 oang bidan. Setelah hasil wawancara dikumpulkan kemudian dianalisis secara
deskriftif, dan hasil analisis tersebut akan di validasi untuk menentukan hasil penelitian secara kualitatif. Berdasarkan
hasil analisis, didapatkan data bahwa sebagian besar partisipan sudah melaksankaan asuhan kebidanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dan apabila bidan dalam melaksanakan pelayanannya tidak sesuai atau tidak berdasar
kepada peraturan perundang undangan yang berlaku yaitu Undang Undang Nomor 4 Tahun 2019, maka bidan tersebut
dapat dikenakan sanksi baik itu sanksi Administratif maupun pencabutan izin operasionalnya

Kata Kunci : praktik kebidanan, profesi bidan, undang-undang kebidanan.

PENDAHULUAN
Pelayanan kebidanan merupakan salah satu upaya kesehatan yang diberikan oleh tenaga kebidanan
yang telah terdaftar dan terlisensi sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk dapat melakukan praktik
kebidanan. Pelayanan kebidanan diberikan pada wanita sepanjang masa reproduksinya yang meliputi masa pra
kehamilan, kehamilan, persalinan, nifas; bayi baru lahir; dan anak usia di bawah lima tahun(balita). Hal
tersebut mendasari keyakinan bahwa bidan merupakan mitra perempuan sepanjang masa reproduksinya.
Sebagai pelaksana pelayanan kebidanan, bidan merupakan tenaga kesehatan yang strategis dalam menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Angka
kematian tersebut sebagian besar terjadi di wilayah terpencil. Salah satu program yang ditujukan untuk
mengatasi masalah kematian ibu dan anak adalah penempatan bidan di wilayah terpencil. Program tersebut
bertujuan mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi ke masyarakat.
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai peran penting dalam pelayanan maternal dan
perinatal dengan jumlah tenaga profesi bidan tentu berada dekat dengan masyarakat salah satu tantangan yang
harus dihadapi adalah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas. Untuk itu bidan harus mampu
terampil memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh peraturan perundang undangan.
Bidan diakui sebagai tenaga yang professional dan bertanggungjawab, bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan , nasehat dan asuhan , baik pada masa kehamilan, masa persalinan dan memberi
asuhan kepada bayi yang baru lahir, serta promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak,
juga memberikan bantuan secara medis atau bantuan lain yang sesuai, sekaligus melaksanakan kegawat
daruratan.
Tugas Bidan mempunyai peranan penting dalam bimbingan konseling dan pendidikan tentang
kesehatan, bukan hanya kepada perempuan saja akan tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan
tersebut harus mencakup juga pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua yang dapat meluas
kepada kesehatan perempuan, kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Oleh sebab itu peran Bidan dalam
masyarakat untuk menjalin hubungan yang dengan klien, bidan harus memiliki etika profesi yang baik dan

36
Seminar Nasional
Hasil Penenlitian dan Pengabdian pada Masyarakat V Tahun 2020
“Pengembangan Sumber Daya Menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM – Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-66-0

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah agar bersikap
profesiaonal dalam memberikan asuhan terhadap klien.
Peran dan posisi bidan dalam masyarakat sangat dihargai dan dihormati, karena tugasnya yang mulia
yakni memberi semangat serta membesarkan hati untuk mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan
sampai ibu merawat bayinya dengan baik. Bidan sebagai pekerja yang professional dalam menjalankan tugas
dan prakteknya, bekerja sebagai pandangan filosofis yang dianut keilmuan, metode kerja, standar praktik
pelayanan dank ode etik yang dimilikinya semua mengacu kepada peraturan perundang undangan yang
berlaku.

METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang kualitatif,
sehingga akan memperoleh data yang komprehensif, dan objektif. Adapun mengenai tehnik pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara terhadap partisipan atau informen sebagai bidan yang dijadikan smpling
di Kota Tasikmalaya, sebanyak 20 Orang Bidan. Setelah hasil wawancara dikumpulkan kemudian dianalisis
secara deskriftif, dan hasil analisis tersebut akan di validasi untuk menentukan hasil penelitian secara
kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian yang berisi data umum dan data khusus informan. Data umum berisi yang terdiri dari
keadaan sarana prasarana atau pasilitas tempat layanan, kebersihan tempat layanan, Dan data khusus
memuat tentang banyaknya layanan yang diberikan kepada klien serta pengetahuan tentang adanya peraturan
Perundang-undangan yang mengatur mengenai kebidanan baik bidan yang berpraktek secara mandiri maupun
bidan yang berpraktek di pasilitas pelayanan kesehatan lainnya
Berdasarkan kepada hasil wawancara dengan bidan sebagai informan maupun sebagai partisipan,
menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam pelayanan terhadap klien atau pasien sudah memenuhi
standard dan kriteria pelayanan yang baik dan bersih serta telah melksanakan semua prosedur sesuai peraturan
perundang undangan.
Pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin secara konstitusional
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini merupakan tujuan nasional
bangsa Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu,
termasuk pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan dilakukan berbagai upaya
kesehatan, salah satunya dalam bentuk pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan bertujuan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, kelompok dan masyarakat. Pelayanan Kebidanan, yang merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan ditujukan khusus kepada perempuan, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah termasuk
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pelayanan Kebidanan harus diberikan secara
bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman.
Bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan berperan sebagai pemberi Pelayanan Kebidanan,
pengelola Pelayanan Kebidanan, penyuluh dan konselor bagi Klien, pendidik, pembimbing, dan fasilitator
klinik, penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan, serta peneliti. Pelayanan Kebidanan
yang diberikan oleh Bidan didasarkan pada pengetahuan dan kompetensi di bidang ilmu Kebidanan yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Klien.
Didalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan mcngatur mengenai pendidikan
Kebidanan, Registrasi dan izin praktik, Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri, Bidan Warga
Negara Asing, Praktik Kebidanan, hak dan kewajiban, Organisasi Profesi Bidan, pendayagunaan Bidan, serta
pembinaan dan pengawasan. Bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan agar dapat hidup
sejahtera lahir dan batin, sehingga mampu membangun masyarakat, bangsa, dan negara sebagaimana
diamanatkan dalam Undang¬Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Bahwa pelayanan

37
Seminar Nasional
Hasil Penenlitian dan Pengabdian pada Masyarakat V Tahun 2020
“Pengembangan Sumber Daya Menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM – Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-66-0

kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan, bayi, dan anak yang dilaksanakan oleh bidan secara
bertanggungjawab, akuntabel, bermutu, aman, dan berkesinambungan, masih dihadapkan pada kendala
profesionalitas, kompetensi, dan kewenangan; Bahwa pengaturan mengenai pelayanan kesehatan oleh bidan
maupun pengakuan terhadap profesi dan praktik kebidanan belum diatur secara komprehensif sebagaimana
profesi kesehatan lain, sehingga belum memberikan pelindungan dan kepastian hukum bagi bidan dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka dengan adanya Undang-Undang Nomor. 4
Tahun 2019 tentang Kebidanan ini profesi Bidan diatur dan telah mendapatkan kepastian hukumnya.
Bagi seorang bidan tidak hanya sekedar melakukan praktik tetapi juga dituntut mampu melakukan
pengawasan, perawatan serta memberi saran yang diperlukan oleh seorang perempuan selama masa hamil,
bersalin dan setelah melahirkan. Dalam prakteknya bidan harus memberikan informasi yang relevan tentang
layanan kebidanan. Kerjasama interprofessional harus ditingkatkan demi kepentingan pasien. Selain itu,
kualitas kelas antenatal, dukungan selama fase (Mustika Sofyan, 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa
Depan, 2006). Latensi, dan perawatan intrapartum juga perlu ditingkatkan. Usia lanjut juga harus menjadi
fokus dalam pelayanan kebidanan.
Bidan Sebagai Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Mattern, Elke : 2017). Menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pasal 11 menyatakan bahwa tenaga
kesehatan terdiri dari Tenaga medis; Tenaga psikologi klinis; Tenaga keperawatan; Tenaga kebidanan; Tenaga
kefarmasian; Tenaga kesehatan masyarakat; Tenaga gizi; Tenaga keterapian fisik; Tenaga keteknisian medis;
Tenaga medik biomedika; Tenaga kesehatan tradisional; Tenaga kesehatan lain. .
Bidan Sebagai Profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Disiapkan melalui pendidikan yang formal agar lulusannya dapat melaksanakan dan mengerjakan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara professional (Wila Candrawila Supriadi, : 2001)
2. Dalam menjalankan tugasnya, bidan memiliki alat yang dinamakan Standar Pelayanan Kebidanan, Kode
Etik dan Etika Kebidanan
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya
4. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
5. Memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai kebutuhan masyarakat
6. Memiliki wadah organisasi profesi
7. Memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat
8. Menjadikan bidan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama kehidupan
Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk
mewujudkan kesejahteraan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan
kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikannya
dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas,
bahagia dan sejahtera. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat.
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh Negara
serta 8 memperoleh kualifikasi dan diberi ijin untuk menjalankan praktik kebidanan. Menurut Permenkes
Nomor 28 Tahun 2017, praktik mandiri bidan yaitu tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan
kebidanan yang dilakukan oleh bidan secara perorangan. Istilah-istilah yang berkaitan dengan praktik mandiri
kebidanan Menurut Kepmenkes RI Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan :
1. Praktik Kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan / asuhan kebidanan
kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
3. Pelayanan Kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam
system pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
4. Ruang Lingkup Dalam Bidan Praktik Mandiri
a. Melaksanakan asuhan kebidanan yang meliputi penerapan fungsi dan tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang
kesehatan ibu masa hamil, persalinan, nifas, BBL dan KB.

38
Seminar Nasional
Hasil Penenlitian dan Pengabdian pada Masyarakat V Tahun 2020
“Pengembangan Sumber Daya Menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM – Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-66-0

b. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi
profesi. Standar profesi ini digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan tindakan kebidanan sesuai
rambu-rambu yang ditetapkan profesi dan kode etik profesinya.
c. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilaksanakan berdasarkan permintaan tertulis dari dokter.
Dapat disimpulkan bahwa praktik kebidanan, manajemen kebidanan, pelayanan kebidanan, dan ruang
lingkup kebidanan merupakan satu kesatuan dalam bidan praktik mandiri. Praktik kebidanan merupakan dasar
bagi bidan untuk memberika pelayanan dan diatur menggunakan manajeman kebidanan agar dapat
memecahkan suatu permasalahan yang ada dalam bidan praktik mandiri. Ruang lingkup kebidanan merupakan
batasan 10 bidan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan kewenangannya. Menurut Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan, ruang lingkup pelayanan kebidanan antara lain :
1. Melaksanakan asuhan kebidanan yang meliputi penerapan fungsi dan tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan
ibu masa hamil, persalinan, nifas, BBL dan KB.
2. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi
profesi. Standar profesi ini digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan tindakan kebidanan sesuai
rambu-rambu yang ditetapkan profesi dan kode etik profesinya.
3. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilaksanakan berdasarkan permintaan tertulis dari dokter.
4. Kewenangan Bidan → Untuk melaksanakan fungsi pemerintahan, kekuasaan dan kewenangan sangatlah
penting. Kata ”wewenang” memiliki arti : Hak dan kekuasaan untuk bertindak : kewenangan, Kekuasaan
membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain, Fungsi yang boleh
dilaksanakan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia : hlm72),
Sedangkan Soerjono Soekanto menguraikan kewenangan atau wewenang adalah suatu istilah yang
biasa digunakan dalam lapangan hukum publik. Namun sesungguhnya terdapat perbedaan diantara keduanya.
Kewenangan adalah apa yang disebut “kekuasaan formal”, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang
diberikan oleh Undang-Undang atau legislatif dari kekuasaan eksekutif atau administratif. Karenanya,
merupakan kekuasaan dari segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan atau
urusan pemerintahan tertentu yang bulat. Sedangkan wewenang hanya mengenai suatu bagian tertentu saja
dari kewenangan. Wewenang (authority) adalah hak untuk memberi perintah, dan kekuasaan untuk meminta
dipatuhi. (Soerjono Soekanto : 2003).
Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian tata negara dan hukum administrasi. Begitu
pentingnya kedudukan kewenangan ini, maka J.G. Steenbeek menyebutnya sebagai konsep inti dalam hukum
tata negara dan hukum administrasi. Kewenangan didalamnya terdapat hak dan kewajiban, menurut P.Nicolai
adalah kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu yaitu tindakan-tindakan yang dimaksudkan
untuk menimbulkan akibat hukum dan mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum tertentu.
Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tindak melakukan tindakan tertentu atau menuntut pihak
lain untuk melakukan tindakan tertentu sedangkan kewajiban memuat keharusan untuk melakukan tindakan
tertentu ( Ridwan HR, 2004). Bahwa pada setiap bidan yang akan menjaalankan praktik kebidanannya wajib
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang diberikan oleh konsil kepada bidan yang telah memenuhi
berbagai macam persyaratan sebagaimana maksud pasal 21 Undang Undang Nomor . 4 Tahun 2019 tentang
kebidanan, bahkan persyaratan dimaksud adalah sebagai berikut :
a. memiliki ijazah dari perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Kebidanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang¬ undangan;
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan
e. membuat pernyataan tertulis untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
Selanjutnya bagi bidan yang akan menjalankan praktiknya wajib memiliki izin praktik hal ini sejalan
dengan pasal 25 Undang Undang Nomor. 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan. Selanjutnya praktik kebidanan
dalam Undang Undang Nomor. 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan mengatur bagi bidan yang akan
melaksanakan praktik kebidanan dalam kenyataannya bisa dilakukan di tempat praktik mandiri dan di tempat
pelayanan kesehatan lainnya seperti halnya Pukesmas atau klinik-klinik kebidanan yang melayani praktik
kebidanan.
Begitu juga maksud dari Pasal 43 adalah sebagai berikut 1. Bahwa Bidan lulusan pendidikan diploma
tiga hanya dapat melakukan Praktik Kebidanan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2. Bidan lulusan pendidikan

39
Seminar Nasional
Hasil Penenlitian dan Pengabdian pada Masyarakat V Tahun 2020
“Pengembangan Sumber Daya Menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM – Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-66-0

profesi dapat melakukan Praktik Kebidanan di Tempat Praktik Mandiri Bidan dan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan lainnya. Dan 3. Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan hanya pada
1 (satu) Tempat Praktik Mandiri Bidan.
Didalam Pasal 44 untuk bidan lulusan pendidikan profesi yang menjalankan Praktik Kcbidanan di
Tempat Praktik Mandiri Bidan wajib memasang papan nama praktik. Sedangkan Ketentuan mengena1 papan
nama praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang¬-undangan. Bagi bidan yang tidak memasang papan nama praktik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa: teguran lisan; peringatan tertulis; denda administratif; dan/atau
pencabutan izin. Begitu juga untuk selanjutnya bagi bidan yang melaksanakan praktik mandiri menurut pasa
45 Undang Undang Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan bahwa bidan yang menjalankan Praktik
Kebidanan di Tempat Praktik Mandiri Bidan wajib melengkapi sarana dan prasarana pelayanan sesuai dengan
standar pelayanan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagi bidan yang tidak melengkapi sarana
dan prasarana pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif
Sebagaimana pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka praktik kebidanan baik itu yang secara
mandiri maupun praktik di layanan yang lainnya, dari mulai bidan harus memiliki STR dan SIPB, bahwa
praktik kebidanan harus sesuai dengan standar prosedur Operasionalnya yang telah diatur didalam Undang
Undang nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan, dan apabila praktik kebidanan dalam pelayananya tidak
berdasar kepada Undang Undang Kebidanan, maka bidan itu akan dikenakan sanksi sebagaimana telah
diungkapkan diatas dan diatur sesuai dengan pasal 44 dan pasal 45 Undang Undang Nomor 4 Tahun 2019
tersebut. Dari hasil wawancara dengan para bidan selaku informan atau partisipan yang ada di Kota
Tasikmalaya dengan jumlah 20 Orang, bahwa sebagian besar bidan telah mengetahui adanya Peraturan
Perundang undangan tentang kebidanan yaitu adanya Undang Undang nomor. 4 Tahun 2019, yang mana
dalam pelaksanaannya tempat praktik kebidanan telah dilengkapi dengan pasilitas-pasilitas praktik seperti
kursi tunggu, meja layanan serta tempat persalinan dan pasilitas lainnya, serta dalam pelaksanaan layanan
terhadap klien atau pasien sudah dilaksanakan sesuai standar Prosedur Operasional sebagaimana diatur dalam
Undang Undang tersebut.

KESIMPULAN

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan peneliti, maka penulis memberikan kesimpulan
sebagai berikut :
Bahwa berdasarkan kepada hasil penelitian dan hasil wawancara dengan bidan sebagai informan
maupun sebagai partisipan sejumlah 20 orang yang dijadikan sample, maka menunjukkan bahwa sebagian
besar partisipan dalam pelayanan terhadap klien atau pasien sudah memenuhi standard dan kriteria pelayanan
yang baik dan bersih serta telah melksanakan semua prosedur sesuai peraturan perundang undangan. Dan
apabila bidan dalam melaksanakan pelayanannya tidak sesuai atau tidak berdasar kepada peraturan perundang
undangan yang berlaku yaitu Undang Undang Nomor 4 Tahun 2019, maka bidan tersebut dapat dikenakan
sanksi baik itu sanksi Administratif maupun pencabutan izin operasionalnya

DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, Shinta Siswoyo, dkk. Konsep kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2010.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Pertama Edisi III, Jakarta : Balai Pustaka.
Mattern, Elke, (et.al), Experiences and wishes of women regarding systemic aspects of midwifery care in
Germany: a qualitative study with focus groups, BMC Pregnancy and Childbirth, pages 389, 2017
(diakses 16 November 2017).
Mustika Sofyan, 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan, Cetakan Kelima, Jakarta : PP IBI, 2006.
Ridwan HR, 2004, Hukum Administrasi Negara. Jakarta : UII Press,
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003
Astuti, Lestari Puji dkk. Peran dan Fungsi Bidan Dalam Pelaksanaan Informed Consent Pada
Kegawatdaruratan Obstetri di Puskesmas. Volume IX Nomor 2, 2017. (diakses 13 Agustus 2018).
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan

40
Seminar Nasional
Hasil Penenlitian dan Pengabdian pada Masyarakat V Tahun 2020
“Pengembangan Sumber Daya Menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM – Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-66-0

Peraturan Menteri Nomor 63/Menkes/Per/III/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar
Profesi Bidan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MENKES/SK/VIII/2007 Tentang Standar
Asuhan Kebidanan

41

Anda mungkin juga menyukai