Anda di halaman 1dari 5

Teori Atom Rutherford

Pada tahun 1911, Rutherford melakukan eksperimen penembakan sinar alfa terhadap
sebuah sasaran sebuah lempeng emas yang amat tipis. Peralatan yang digunakan meliputi sumber
radioaktif pemancar sinar alpha, keping tipis emas, detektor alpha. Sumber radioaktif
memancarkan sinar alpha. Setelah melalui kolimator sinar alpha akan terarah ke keping tipis
emas. Kemudian detektor berupa layar sintilator ditempatkan di sekeliling keeping emas untuk
mengetahui keberadaan sinar alpha yang terhambur. Hasil pengamatannya sangat mengejutkan,
karena ternyata sinar alpha terdeteksi di berbagai tempat, tidak hanya persis pada arah sinar
datang (Maria, 2018)

Rangkaian alat pada eksperimen hamburan sinar alfa

Ditunjukkannya ada sebagian kecil sinar alfa dipantulkan dan dibelokkan serta sebagian
besar diteruskan. Setelah mengkaji lagi fenomena refleksi dari Geiger dan Marsden (pada tahun
yang sama), Rutherford mencoba menerangkan fakta-fakta itu, yakni apabila sebagian besar
sinar diteruskan, artinya sebagian besar atom-atom terdiri dari ruang kosong. Ada sebagian sinar
yang dipantulkan, ini berarti di dalam atom terdapat bagian yang rapat dan padat. Sedangkan
sinar dibelokkan, artinya sinar alfa melewati bagian dari lempeng logam yang bermuatan positif
dan dibelokan arahnya, karena tertolak muatan yang sama (Farida, 2009).
Pemahaman pokok teori atom Rutherford adalah:

a. Atom terdiri dari inti atom (nucleus) dan dikelilingi elektron yang bermuatan negatif.
b. Muatan positif (massa atom) terkonsentrasi di dalam inti atom
c. Terdapat elektron di luar inti yang sama banyak dengan satuan muatan positif yang ada di
dalam inti. Atom secara keseluruhan adalah bersifat netral.

Atom nuklir Rutherford menyiratkan keberadaan partikel dasar bermuatan positif suatu
materi dalam inti atom. Rutherford sendiri menemukan partikel ini, dinamakan proton, pada
tahun 1919 dalam kajian yang melibatkan penghamburan partikel α oleh atom nitrogen di udara.
Proton dibebaskan akibat tumbukan antara partikel α dan inti atom nitrogen. Pada saat yang
hampir sama, Rutherford memprediksi keberadaan partikel dasar tak bermuatan di dalam inti.
(Petrucci, 2011).

Kelebihan Teori Atom Rutherford:


 Dapat menjelaskan bentuk lintasan elektron yang mengelilingi inti atom
 Behasil mengemukakan keberadaan inti atom. Atom mempunyai inti yang bermuatan
positif dan elektron mengelilinginya diruang hampa. (Syukri. 1999)

Kelemahan Teori Atom Rutherford:

 Teori atom Rutherford mengandung kelemahan yang mendasar karena tidak sesuai
dengan hukum mekanika klasik yang menyatakan bahwa partikel bermuatan yang
bergerak akan mengalami perlambatan pada sepanjang lintasan geraknya karena terjadi
pemancaran energi dalam bentuk radiasi. Fenomena perlambatan ini akan secara bertahap
mengurangi energi kinetik elektron dalam mengelilingi inti atom sehingga suatu saat
energi kinetik akan sama dengan nol dan elektron akan tertarik ke dalam inti (Hiskia dan
Tupamahu, 2001).
 Teori Rutherford tidak dapat menjelaskan mengapa spektrum atom merupakan spektrum
garis dan bukan spektrum kontinyu. Sesuai dengan teori mekanika klasik di atas,
spektrum atom seharusnya merupakan spektrum kontinyu sebab pelepasan radiasi yang
menyertai perlambatan gerak elektron berlangsung secara kontinyu (Farida, 2009).
Teori Atom Niels Bohr

Fisikawan asal Denmark dan peraih Nobel fisika tahun 1922 bernama Niels Bohr berusaha
melakukan serangkaian percobaan dan analisis untuk menyempurnakan kekurangan dari teori
atom Rutherford. Model atom ini yang bertitik tolak dari model atom nuklir Rutherford dan teori
kuantum Planck didasarkan atas anggapan sebagai berikut:

1. Elektron bergerak mengelilingi inti atom dalam lintasan atau orbit yang berbentuk
lingkaran.
2. Lintasan yang diperlukan adalah lintasan dimana momentum sudut electron merupakan
kelipatan dari h/2 dengan h adalah tetapan Planck. Lintasan ini disebut “lintasan
kuantum”
3. Karena momentum sudut electron (massa = m) yang bergerak dengan kecepatan v dalam
lintasan dengan jari-jari r adalah m v r maka,
h
mvr=n (n = 1, 2, 3, …)

4. Bila electron bergerak dalam salah satu lintasan kuantumnya, maka electron tidak akan
memancarkan energy. Electron dalam lintasan ini berada dalam keadaan stasioner atau
dalam tingkat energi tertentu.
5. Bila elektron pindah dari tingkat energi E1 ke tingkat energi E2 yang lebih rendah, maka
akan terjadi radiasi energi sebanyak,
E1 – E2 = h v

dengan v = frekuensi radiasi. Bila E2 lebih besar dari E1 maka electron akan
mengadsorbsi energi radiasi (Maria, 2018).

Model atom yang diajukan oleh Niels Bohr menyerupai peredaran planet dalam mengitari
pusat tata surya. Hasil percobaan Bohr adalah elektron-elektron mengelilingi inti atom yang
terdiri dari proton dan neutron pada lintasan lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau
tingkat energi (Ramadan, 2018).
Model Atom Niels Bohr

Selanjutnya elektron tersebut dapat berpindah dari satu kulit ke kulit yang lain disertai
pemancaran atau penyerapan sejumlah energi tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:

 Perpindahan ke kulit lebih luar (tingkat energi lebih tinggi) disertai penyerapan energy.
 Perpindahan ke kulit lebih dalam (tingkat energi lebih rendah) disertai pelepasan energi

Kelebihan Teori Atom Bohr


 Dapat menerangkan garis spectrum emisi dan absorpsi dari atom hidrogen. Cahaya akan
diserap atau dipancarkan pada frekuensi tertentu yang khas sebagai akibat perpindahan
electron dari satu orbit ke orbit yang lain (Hiskia dan Tupamahu, 2001).
Kelemahan Teori Atom Bohr
 Hanya cocok digunakan untuk atom hidrogen yang memiliki satu electron. Namun, tidak
mampu menjelaskan spectrum dari atom berelektron banyak (Maria, 2018)
 Tidak dapat menjelaskan efek Zeeman, yaitu spectrum atom yang lebih rumit jika atom
ditempatkan pada medan magnet.

NEUTRON
Neutron adalah partikel dasar yang tidak memiliki muatan (netral) atau tidak bermuatan
listrik dan memiliki massa bebas 1839 kali massa electron (1,6929 x 10 -27 kg). Neutron
ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932 melalui percobaan dengan menembaki atom
berilium dengan sinar alfa.
Daftar Pustaka

Farida, Ida. 2009. Analisis Sejarah Perkembangan Model Atom Berdasarkan Paradigma Kuhn.
Paper. Bandung : UIN Sunan Gunung Djati.

Hiskia Achmad dan M.S Tupamahu. 2001. Struktur Atom, Struktur Molekul, & Sistem
Periodik. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Maria Melani Ika Susanti. 2018. Pendalaman Materi Fisika : Modul Teori Atom. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Petrucci, Ralph H, dkk. 2011. Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid I.
Erlangga. Jakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai