Anda di halaman 1dari 3

Nama : Khelana Ramadhan

No Absen : 17
Kelas : XI IPS 1

Alhamdulillahi rabbil alamin wabihi nasta’in waala umuriddunya waddin


wassalatu wassalamu ala asrofil ambiya’i wal mursalin waala alihi
wasohbihi ajma’in ama ba’du
Bismillahirahmanirahim
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang Meridhdoi dan memberi nikmat
pada kita semua sehingga kita semua bisa bertatap muka dalam melaksanakan
ibadah shalat jumat pada hari ini
Pada khutbah Jumat kali ini, saya akan membahas tentang hal sudah sering
diajarkan namun sulit untuk di praktikan yakni SABAR
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Jumah Rahimakumullah
Suatu hari Imam al-Bukhari, ulama hadis terkenal. Saat itu agendanya adalah
bertandang ke Asqalan untuk bertemu dengan salah satu ulama di sana, seorang
perawi hadis bernama Adam bin Abi Iyas.
Sampai di tengah jalan, bekal yang dibawa oleh al-Bukhari habis. Ia tidak tahu
harus minta tolong kepada siapa. Waktu makan pun tiba. Perutnya keroncongan
minta diperhatikan. Namun apa daya, kehabisan bekal membuat al-Bukhari tidak
memedulikan bunyi perutnya.
Al-Bukhari tetap saja melangkah, menempuh perjalanan agar segera sampai ke
daerah yang ingin ia datangi. Namun, perut tetaplah perut. Ia adalah makhluk
Allah yang juga harus diperhatikan agar al-Bukhari sampai ke Asyqalan dengan
selamat.
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Jumah Rahimakumullah
Perawi hadis sahih yang terpercaya ini melihat tumbuhan-tumbuhan yang ada di
sekelilingnya. Ia sadar bahwa bagaimanapun ia harus mengisi perutnya. Mata al-
Bukhari tertuju pada tumbuhan yang ada di hadapannya, yaitu rumput-rumput
yang tumbuh di sekitar jalan yang ia lewati. Awalnya ia ragu untuk memakannya,
namun perutnya sudah ‘berteriak’ menyetujui apapun yang masuk ke dalam
lambungnya. Al-Bukhari pun mengambil rumput itu dan memakannya.
Situasi seperti ini berulang beberapa hari. Imam Ibnu Hajar al-Asyqalani dalam
muqaddimah Fathul Bari yang ia beri judul Hadyus Sari menjelaskan bahwa
peristiwa itu berulang hingga tiga hari. Imam al-Bukhari bingung harus meminta
tolong kepada siapa lagi. Karena tidak ada yang dimintai tolong, ia pun bersabar.
Ia berdoa kepada Allah SWT agar diberikan pertolongan. Selama tiga hari itu pula
ia tidak berani meminta pertolongan siapapun kecuali Allah dan dalam waktu tiga
hari itu pula ia tidak menemukan seseorang yang membantunya.
Pada hari keempat, sepertinya doanya dikabulkan oleh Allah SWT. Kesabarannya
menunggu doanya dikabulkan oleh Allah membuahkan hasil. Pada hari keempat
itu, ia didatangi seorang yang tak dikenal memberikan seikat bungkusan yang
berisi beberapa dinar. Ia mencoba mengamati si dermawan itu, namun
memorinya buntu. Ia sama sekali tidak mengenal orang itu.
Telinganya samar-samar mendengar perkataan orang asing tersebut,
“Sedekahkanlah beberapa dirham ini untuk diri kamu sendiri.”
Al-Bukhari sangat bersyukur sekali Allah SWT telah menolongnya melalui
dermawan yang tak ia kenali itu. Ia pun melanjutkan perjalanannya dengan bekal
penuh. Ia tak perlu lagi mencabuti rumput di penggir jalan untuk ia makan. Kisah
ini khatib kutip dari kitab karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah yang berjudul
Shafahat min Shabril Ulama.
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Jumah Rahimakumullah
Kisah al-Bukhari yang telah al-faqir ceritakan tadi bisa kita ambil banyak
kesimpulan dan hikmah untuk kita pelajari bersama. Pertama, kita harus ingat
bahwa dalam hidup pasti ada ujian. Allah SWT sudah menyatakan hal itu dalam
Surat al-Baqarah ayat 155.
ّ ٰ ‫ت َو َب ِّش ِر ال‬
١٥٥ – ‫ص ِب ِري َْن‬ َّ ‫س َو‬
ِ ۗ ‫الث َم ٰر‬ ِ ُ‫ال َوااْل َ ْنف‬
ِ ‫ص م َِّن ااْل َم َْو‬
ٍ ‫َولَ َن ْبلُ َو َّن ُك ْم ِب َشيْ ٍء م َِّن ْال َخ ْوفِ َو ْالج ُْو ِع َو َن ْق‬
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang sabar.”
Para nabi mendapatkan ujian yang begitu berat agar mendapatkan predikatnya.
Kita perlu ujian, bersaing dengan banyak orang sebelum mendapatkan predikat
juara. Begitulah hakekat hidup, tak pernah lepas dari ujian.
Kedua, ujian itu pasti terjadi sebelum kita menapaki tangga kesuksesan. Dalam
kasus al-Bukhari tadi, kita melihat bahwa Allah SWT mengujinya, apakah dengan
kehabisan bekal itu dia masih tetap melanjutkan perjalanannya atau malah
pulang. Namun ternyata al-Bukhari lebih memilih untuk melanjutkan perjalanan,
ia bersabar dengan keadaan yang seadanya. Namun akhirnya kesabaran itu
berbuah manis.
Sungguh benar firman Allah dalam surat al-Baqarah tadi, wa basyyiris shabirin,
berilah kabar gembira bagi orang-orang yang mau bersabar.
Dalam masa-masa pandemi seperti sekarang, kita dituntut untuk bersabar dan
tetap berusaha seperti kisah al-Bukhari tadi. Bagi yang dirumahkan, diberhentikan
dari pekerjaanya, atau tidak mendapatkan penghasilan sama sekali, begitu juga
dengan para dokter dan tenaga medis, dan juga masyarakat umum, marilah kita
bersabar, seraya tetap berusaha dan berdoa kepada Allah SWT.
Bagi yang masih sehat, mari lah kita bersabar untuk tidak keluar rumah, tidak
berkerumun, dan mematuhi protokol kesehatan, demi menurunkan gelombang
penularan virus Covid-19 ini.
Tanamkan kepada diri kita bahwa masa-masa susah seperti sekarang ini adalah
jalan Allah SWT untuk menguji kita. Kita akan semangat maju atau malah mundur
dari gelanggang pertarungan. Siapa tahu bahwa dengan terus majunya kita, Allah
telah menyiapkan penghargaan yang terbaik buat kita. Allah sedang menguji kita,
apakah kita layak mendapatkan penghargaan-Nya. Wallahu a’lam.
Marilah kita yakinkan hati kita dengan tetap bersabar, berusaha dan berdoa. Jika
kita telah melakukan itu semua, percayalah bahwa janji Allah SWT itu nyata.
Demikianlah khutbah singkat yang bisa saya sampaikan, Mohon maaf bila mana
ada kekurangan dan kesalahan, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai