Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teks Teks Hasil Observasi adalah materi bahasa Indonesia kelas X yang akan kita

pelajari kali ini. Disini kita akan membahas tentang pengertian, struktur, ciri, kaidah

kebahasaan, dan juga contoh Teks Hasil Observasi. Teks Hasil Observasi bisa kita dapatkan

ketika kita melakukan pengamatan terhadap alam, lingkungan, atau pun sekolah.

Pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai Teks Hasil Observasi di ajarkan di Kelas

X.IPA.1 MAN pada semester 1. Namun terdapat permasalah yang di alami siswa yaitu

permasalahan pada aspek kemampuan siswa dalam menguasai materi ini. Kemampuan siswa

pada Kelas X.IPA.1 MAN dalam menulis Teks Hasil Observasi masih sangat rendah.

Berangkat dari permasalahan tersebut, guru Bahasa Indonesia kemudian berupaya untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis Teks Hasil Observasi .

Salah satu cara yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis Teks Hasil

Observasi adalah menggunakan Cooperative Teaching and Learning Methode. Metode

tersebut adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok

kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan belajar.

Berdasarkan permasalahan dan solusi yang di paparkan di atas maka guru Bahasa

Indonesia yang di sini juga berperan sebagai peneliti melakukan penelitian yang berjudul

“Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Cooperative Teaching and Learning

Methode Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Teks Hasil Observasi

Pada Siswa Kelas X.IPA.1 MAN Tahun Pelajaran 2017/2018"


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas Mata pelajaran Bahasa Indonesia

tahun ajaran 2017/2018 ini adalah bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan

cooperative teaching and learning methode untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menulis Teks Hasil Observasi pada siswa Kelas X.IPA.1 MAN ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan cooperative teaching and learning methode

dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis Teks Hasil Observasi pada siswa

Kelas X.IPA.1 MAN .

1.4 Pembatasan Penelitian

Batasan penelitian dalam PTK yang berjudul “Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menggunakan Cooperative Teaching and Learning Methode Untuk Meningkatkan

Kemampuan Siswa Dalam Menulis Teks Hasil Observasi Pada Siswa Kelas X.IPA.1 MAN

Tahun Pelajaran 2017/2018” ini adalah:

1.4.1 Cooperative Teaching and Learning Methode

Yang dimaksud Cooperative Teaching and Learning Methode dalam penelitian

ini adalah menerapkan sebuah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi

belajar untuk mencapai tujuan belajar


1.4.2 Meningkatkan Kemampuan siswa dalam menulis Teks Hasil Observasi

Yang di maksud Meningkatakan Kemampuan siswa dalam menulis Teks Hasil

Observasi dalam penelitian ini adalah : upaya untuk meningkatkan kesanggupan atau

kecakapan dalam menghasilkan pikiran dengan menggali pengetahuan dan

pengalaman melalui bahasa tulis yang di uraikan dalam bentuk Teks Hasil Observasi.

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat berguna untuk berbagai pihak,

antara lain:

1. Hasil tindakan dapat dijadikanguru sebagai model pengembangan pembelajaran Bahasa

Indonesia yang berkualitas di masa mendatang oleh guru Bahasa Indonesia .

2. Laporan kegiatan tindakan kelas dapat dijadikan sekolah sebagai bahan perbandingan-

/contoh (benchmarking) bagi guru-guru lainnya untuk kemudian dijadikan bagian dari

program peningkatan kualitas pembelajaran di MAN

3. Publikasi hasil tindakan ini pada berbagai jurnal dapat dimanfaatkan oleh guru-guru

Bahasa Indonesia lain sebagai bahan perbandingan untuk memecahkan masalah

spesifik yang dihadapinya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat

SMA/SMK/MAN.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. COOPERATIVE TEACHING AND LEARNING METHODE

2.1.1. Pengertian Cooperative Teaching and Learning Methode

Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok

kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

mencapai tujuan belajar. Sedangkan menurut Bern dan Erickson (2001:5)

“Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran

yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di

mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar”.

Johnson, et al. (1994); Hamid Hasan (1996) memberikan pengertian “Belajar

kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang

memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan

belajar anggota lainnya dalam kelompok”. Mengambil engertian dari Suprijono, Agus

(2010:54) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi

semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru”.

Menurut slavin (Isjoni, 2011:15)  “In cooperative learning methods, students

work together in four member teams to master material initially presented by the

teacher”. Ini berarti bahwacooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah

suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok


kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik

lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk

kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.

2.1.2. Ciri-Ciri Cooperative Teaching and Learning Methode

Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan.

Menurut  Lie ( 2004 ):

1. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong

agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling

ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai

tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan

atau sumber, saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.

2. Interaksi tatap muka

Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka

akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman

sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya

dengan teman sebaya.

3. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.

Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi


pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru

kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang

memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya yang

dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan

pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk

kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian

kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara

individual.

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan.

Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran

dari guru juga siswa lainnya.

2.1.3.  Tujuan Cooperative Teaching and Learning Methode

1. Meningkatkan hasil belajar akademik

Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi

juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik.

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa menulis

konsep – konsep yang sulit.

2. Penerimaan terhadap keragaman

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar

belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas

bersama.
3. Pengembangan ketrampilan sosial

Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling

berinteraksi dengan teman yang lain.

2.1.4.   Perbedaan Cooperative Teaching and Learning Methode Dengan Pembelajaran

Tradisional

Tabel 2.1
Perbedaan Cooperative Teaching and Learning Methode Dengan Pembelajaran
Tradisional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional
Adanya saling ketergantungan positif, Guru sering membiarkan adanya
saling membantu dan saling siswa yang mendominasi
memberikan motivai sehingga ada kelompok atau menggantungkan
interaksi promotif. diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang
Akuntabilitas individual sering
mengukur penguasaan materi
diabaikan sehingga tugas- tugas
pelajaran tiap anggota kelompok.
sering diborong oleh salah seorang
Kelompok diberi umpan balik tentang
anggota kelompok, sedangkan
hasil belajar para anggotanya
anggota kelompok lainnya hanya
sehingga dapat saling mengetahui
‘enak-enak saja’ diatas
siapa yang memerlukan bantuan dan
keberhasilan temannya yang
siapa yang dapat memberikan
dianggap ‘ pemborong’.
bantuan.
Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dsb sehingga Kelompok belajar biasanya
dapat saling mengetahui siapa yang homogen
memerlukan bantuan dan siapa yang
dapat memberikan bantuan.
Pimpinan kelompok dipilih secara Pemimpin kelompok sering
demokratis atau bergilir untuk ditentukan oleh guru atau
kelompok dibiarkan untuk
memberikan pengalaman memimpin
memilih pemimpinnya dengan
bagi para anggota kelompok.
cara masing-masing.
Ketrampilan social yang diperlukan
dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan berkomu Ketrampilan sosial sering tidak
nikasi, mempercayai orang lain dan diajarkan secara langsung.
mengelola konflik secara langsung
diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung, guru terus melakukan Pemantauan melalui observasi dan
pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh
melakukan intervensi jika terjadi guru pada saat belajarkelompok
masalah dalam kerja sama antar sedang berlangsung.
anggota kelompok.
Guru sering tidak memperhatikan
Guru memperhatikan secara langsung
proses kelompok yang terjadi
proses kelompok yang terjadi dalam
dalam kelompok – kelompok
kelompok – kelompok belajar.
belajar.
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
Penekanan sering hanya pada
hubungan interpersonal (hubungan
penyelesaian tugas.
antar pribadi yang saling
menghargai).

2.1.5. Keuntungan Penggunaan Cooperative Teaching And Learning Methode

Keuntungan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :


1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social

2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi,

perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen.

5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau  egois.

6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

7. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling

membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.

8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai

perspektif.

2.2. KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS TEKS HASIL OBSERVASI

2.2.1. Pengertian Kemampuan siswa

kemampuan adalah tolak ukur keberhasilan peserta didik untuk mengingat

(recall) atau mengenal kembali terhadap materi-materi yang pernah dipelajari dan

disampaikan dalam ingatan (Winkel, 1996 : 245). Sedangkan yang dimaksud

dengan kemampuan membaca adalah tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta

didik dalam membaca secara baik dan benar (tartil) sesuai dengan kaidah ilmu

yang telah disampaikan oleh guru. Kemampuan membaca meliputi mengenal


huruf, mengenal tanda-tanda baca, melapalkan huruf dan memperbagus cara

membacanya (Robbani, 2004 : 4).

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar atau untuk mengetahui tingkat

kemampuan peserta didik, ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah

sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik. Namun demikian,

pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa

murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang

bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru

dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang

dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi

sebagai hasil belajar siswa, baik berdimensi cipta dan rasa maupun berdimensi

karsa (Syah, 2002 : 150).

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar atau ingin

mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menerima serta menulis materi,

maka guru dapat dilihat dari indikator-indikator (penunjuk adanya prestasi

tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang akan diukur. Dalam penelitian ini,

penulis akan memaparkan indikator yang terdapat pada ranah cipta (kognitif),

yang dikutip dari Syah dalam buku Psikologi Pendidikan.

1. Pengamatan, pada tahapan ini guru dapat membandingkan sekaligus

menghubungkan kemajuan-kemajuan siswa yang didapatnya selama mengajar.

2. Ingatan, guru dapat menguji siswa dengan memberikan pertanyaan yang

berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.


3. Penerapan, guru dapat pula meminta siswa untuk menguraikan sekaligus

meminta contoh yang benar berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.

4. Analisis dan sintesis, pada tahap ini guru dapat melihat tingkat kemampuan

siswa dalam mengklasifikasikan atau memilah-milih secara teliti dalam

mengerjakan tugas, kemudian dapat menguraikan/menjelaskannya secara baik

dan benar. Siswa juga mulai mencoba untuk menghubungkan dan

menyimpulkan setiap kesulitan yang dihadapi, sehingga dapat menjelaskan

kesulitan tersebut melalui materi yang sudah diperolehnya (Syah, 2002 : 151).

Semua jenis prestasi atau tingkat kemampuan siswa tersebut, dapat

dilakukan melalui tes lisan, tertulis, observasi, dan pemberian tugas. Guru juga

akan melakukan tes serupa untuk mengetahui tingkat kemampuan siswanya

sebelum, selama proses belajar dan sesudah belajar berlangsung. Hal ini penting

dilakukan untuk memotivasi siswa agar belajar lebih baik lagi, serta sebagai bahan

evaluasi bagi guru ketika proses belajar mengajar berlangsung.

2.2.2. Teks Hasil Observasi

1. Pengertian Teks Hasil Observasi

Teks Teks Hasil Observasi adalah teks yang memuat klasifikasi mengenai

jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Teks laporan bersifat global atau

universal. Teks laporan lebih menekankan pada pengelompokan berbagai hal ke

dalam jenis sesuai dengan ciri setiap jenis pada umumnya. Teks ini juga berkaitan

dengan hubungan antara sebuah kelas dan subkelas yang ada didalamnya.

2. Struktur Teks Teks Hasil Observasi


Struktur adalah bagian-bagian yang membangun sebuah teks menjadi sebuah

teks Teks Hasil Observasi, Secara umum, teks Teks Hasil Observasi memiliki 2

struktur, diantaranya yaitu.

a. Pernyataan umum (klasifikasi), merupakan semacam pembuka atau pengantar

tentang hal yang dilaporkan. Pada tahap pembukaan disampaikan bahwa benda-

benda di dunia dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria persamaan dan

perbedaan.

b. Anggota/aspek yang dilaporkan, merupakan bahasan atau rincian tentang

objek yang diamati.

Adapun struktur lainnya dari teks laporan ini adalah sebagai berikut.

a. Definisi Umum, adalah pembukaan yang berisi pengertian tentang sesuatu yang

dibahas didam teks.

b. Definisi Bagian, adalah bagian yang berisi ide pokok dari setiap paragraf

(penjelasan rinci).

c. Definisi Manfaat, bagian yang menjelaskan manfaat dari sesuatu yang

dilaporkan

d. Penutup, adalah bagian rincian akhir dari teks.

3. Ciri Teks Teks Hasil Observasi

Teks Teks Hasil Observasi setidaknya memiliki 3 ciri, diantaranya yaitu

sebagai berikut.

a. Bersifat umum (global dan universal).

b. Menekankan pada pengelompokan berbagai hal ke dalam jenis sesuai dengan

ciri setiap jenis pada umumnya


c. Berkaitan dengan berhubungan berjenjang antara sebuah kelas dan subkelas

yang ada didalamnya.

4. Kaidah Kebahasaan Teks Teks Hasil Observasi

Berikut akan saya jelaskan ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan dati teks

Teks Hasil Observasi. Teks Teks Hasil Observasi memiliki ciri kebahasaan yang

diantaranya mengandung frasa, konjungsi, verba, nomina, kalimat kompleks dan

simplek, dan juga lainnya. Untuk lebih jelasnya simaklah penjelasannya dibawah

ini.

a. Menggunakan konjungsi; dan,tetapi.

b. Mengandung kata kerja (verba).

c. Mengandung kalimat simpleks ( kalimat yang terdiri dari satu verba).

d. Menggunakan kalimat kompleks (kalimat yang terdiri dari dua atau lebih

verba).

e. Mengandung kata benda (nomina).

f. Menggunakan Persamaan kata (sinonim).

g. Mengandung lawan kata (antonim).

h. Menggunakan frasa (kelompok kata).

i. Menggunakan berbagai istilah.

5. Tujuan Teks Teks Hasil Observasi


Teks Teks Hasil Observasi, setidaknya memiliki 5 tujuan. Tujuan dari teks

tersebut diantaranya sebagai berikut.

 Mengatasi suatu masalah,

 Mengambil suatu keputusan yang lebih efektif.

 Mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah.

 Mengadakan pengawasan dan perbaikan.

 Menemukan teknik–teknik baru.

6. Contoh Teks Teks Hasil Observasi

Berikut ini akan saya berikan contoh teks Teks Hasil Observasi yang berjudul

"Sekolah" lengkap dengan strukturnya.

Sekolah

Pernyataan Umum

Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan

anak dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial

maupun agamanya. Di sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak

pendidikan, kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari

lingkungan dan kondisi rumah tangga yang berbeda.

Anggota / Aspek yang Dilaporkan

Seorang pengajar adalah merupakan figur dan tokoh yang menjadi panutan

anak-anak dalam mengambil semua nilai dan pemikiran memilah antara yang baik

dengan yang buruk. Karena anak-anak memandang, guru adalah sosok yang
disanjung, didengar, dan ditiru, sehingga pengaruh guru sangat besar terhadap

kepribadian dan pemikiran anak. Oleh sebab itu, seorang pengajar harus membekali

diri dengan ilmu dîn (agama) yang Shahîh sesuai dengan pemahaman Salafush-

Shalih dan akhlak yang mulia, serta rasa sayang kepada anak didik.

Anggota / Aspek yang Dilaporkan

McDonald mengemukakan sebagai berikut “Sekolah adalah lingkungan yang

khusus untuk mengubah tingkah laku secara menetap dalam hubungan dengan

seluruh perkembangan pribadinya sebagai masyarakat.”

Anggota / Aspek yang Dilaporkan

Seorang pendidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian

seorang anak. pendidik yang memberikan pandangan hidup yang keliru terhadap

anak akan memberikan dampak atau pengaruh buruk terhadap perkembangan

kepribadian anak tersebut.

2.3. HIPOTESIS PENELITIAN

1. Adanya hasil positif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan cooperative

teaching and learning methode untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis

Teks Hasil Observasi pada siswa Kelas X.IPA.1 MAN.

2.4. KERANGKA PENELITIAN

Masalah Tindakan Tujuan


Rendahnya kemampuan Di terapkannya model Meningkatnya

siswa dalam menulis pembelajaran kemampuan siswa

teks hasil observasi Cooperative Teaching dalam menulis teks


and Learning Methode hasil observasi di kelas

di kelas X.IPA.1 X.IPA.1 MAN

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Kelas X.IPA.1 MAN terletak di Jl. .... Kota Solo .

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 12 September 2017 sampai dengan 28 Oktober

2017 , dengan perincian kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3.1

Waktu Dan Kegiatan Penelitian

WAKTU KEGIATAN
12 September 2017 Mencari refrensi untuk rencana penelitian
13 September 2017 Berkomunikasi dengan kepala sekolah dan wali Kelas
X.IPA.1
15 September 2017 Interview beberapa siswa Kelas X.IPA.1
18 – 20 September Mencari data : nilai siswa pada pelajaran bahasa indonesia
2017
21 September 2017 Menambah sumber refrensi untuk menyusun proposal
penelitian
22 September 2017 Menyusun Instrument penelitian
23 September 2017 Pelaksanaan penelitian pra siklus
24 Januari- 7 Oktober Pelaksanaan penelitian siklus 1
2017
8-23 September 2017 Mengolah data hasil penelitian siklus 1
11 – 22 Oktober 2017 Pelaksanaan penelitian siklus 2
23-27 Oktober 2017 Mengolah data hasil penelitian siklus 2
28 Oktober 2017 Menyusun hasil penelitian

3.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini meliputi subjek kajian yang mendapat tindakan, yakni materi

pokok “Menulis Teks Hasil Observasi ”, yang disajikan pada Kelas X.IPA.1 semester ganjil.

Subjek yang mendapat tindakan adalah siswa Kelas X.IPA.1 MAN Tahun Ajaran

2017/2018 yang berjumlah 28 siswa.

Tabel 3.2
Data Subjek Penelitian

3.3 Prosedur Penelitian


Penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Mulyasa

mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan

dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik

(2009 : 10). Sedangkan Mc. Niff mengemukakan bahwa hakekat penelitian tindakan kelas

adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya

dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar (dalam Wijaya,

2009 : 8). Selanjutnya Wijaya mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan,

melaksanakan, merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Dalam

penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengikuti desain model-model yang dijelskan pada

model-model PTK seperti, yaitu: Model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis Kemmis &

Mc Taggart, Model Hopkins, dan Model MC Kerinan. Langkah-langkah pelaksanaan PTK

sesuai dengan model PTK yang dipilih

Adapun langkah-langkah dari desain prosedur PTK di atas sebagai berikut :

1.      Perencanaan

Pada tahab perencanaan ini guru merencanakan hal-hal yang akan diajarkan serta

permasalahan yang ada, dan cara pemecahannya Adapun hal-hal yang dilakukan dalam pada

tahab perencanaan antara lain: (1) Guru melakukan analisis standar isi untuk mengetahui

standar kompetensi dan kompetensi dasar (2) Penyusunan program pembelajaran sesuai

dengan Kompetensi Dasar (3) menentukan tempat atau lingkungan sebagai sumber belajar,

serta menentukan waktu yang dibutuhkan (4) membentuk kelompok belajar (5) Peneliti

menyusun skenario pembelajaran (6) Peneliti mengundang nara sumber jika dibutuhkan (7)
Peneliti membuat lembar kerja siswa sesuai dengan Kompetensi Dasar (8) Menyiapkan alat

penilain untuk proses pembelajaran dan sejauh mana pemahaman siswa setelah melakuakan

pembelajaran di luar kelas terhadap objek langsung.

2.      Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru atau

peneliti sebagai upaya perbaikan atau perubahan yang diinginkan (Suyanto, 1997 : 16).

Peran peneliti pada pelaksanakan tindakan yaitu ikut terlibat dalam proses pembelajaran

yang telah direncanakan yaitu sesuai judul yang di angkat

3.      Observasi (Pengamatan)

Observasi sebagai alat pengumpulan data yang sistematis artinya teknik observasi

secara pencatatannya dilakukan untuk menafsirkan secara ilmiah (Suharsimi Arikunto,

1998 : 132). Pada tahap observasi ini guru merekam kegiatan siswa untuk mendapatkan

data-data dari hasil pembelajaran, agar peneliti atau guru mendapatkan hasil yang valid,

memilih teman sejawat atau guru lain sebagai observer terhadap tindakan yang dilakukan

peneliti sesuai dengan pedoman atau lembar observasi yang telah disiapkan.

4.      Refleksi

Refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan, berdasarkan data yang telah berkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna untuk

menyempurnakan tindakan berikutnya. Pada tahap refleksi ini guru dan observer berupa

teman atau guru sejawat mengadakan diskusi untuk menganalisis sekala sikap dari hasil pre

test dan post test yang dilakukan siswa, dari hasil pengamatan kinerja siswa dan guru serta

keaktifan siswa dalam pembelajaran


Hasil dari refleksi ini oleh guru dijadikan acuan untuk mengadakan perbaikan-

perbaikan, dan selanjutnya direncanakan kembali pada pelaksanaan siklus II. Apabila pada

Siklus I prestasi belajar siswa belum mencapai target, yang telah ditentukan, maka penelitian

belum bisa dikatakan berhasil, sehingga peneliti harus melanjutkan ke siklus II., apabila

pada siklus II prestasi belajar siswa sudah mengalami peningkatan dengan menggunakan

langkah-langkah yang benar sesuai dengan target yang telah direncanakan maka penelitian

baru dikatakan berhasil.

3.3.1 Prosedur Penelitian Pra Siklus

3.3.1.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti merencanakan kegiatan yang akan

dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK), adapun kegiatan yang akan

dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut :

 Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

 Membuat lembar pengamatan

 Menyiapkan lembar kerja siswa

 Membuat alat evaluasi

3.3.1.2Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Pra Siklus dilaksanakan selama 2 x 40 menit Pelaksanaan

pra siklus berdasarkan RPP terlampir.

3.3.1.3Pengamatan

Pada pengamatan, penelitian sebagai guru pengajar melakukan tindakan

yaitu pembelajaran Teks Hasil Observasi . Pengamatan di lakukan oleh guru


Bahasa Indonesia yang disini berperan sebagai peneliti. Dengan

menggunakan lembar pengamatan untuk mengamati hasil peningkatan

kemampuan siswa dalam menulis Teks Hasil Observasi melalui penerapan

Cooperative Teaching and Learning Methode pada siswa Kelas X.IPA.1

MAN tahun ajaran 2017/2018.( format lembar pengamatan terlampir )

3.2.1.4 Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti mengevaluasi hasil tindakan yang telah

dilaksanakan pada tahap pra siklus, kemudian bila perlu merevisi tindakan

sebelumnya untuk dilaksanakan pada tahap berikutnya.

3.3.2Prosedur Penelitian Pada Siklus I

3.3.2.1 Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merumuskan dan mempersiapkan: rencana

jadwal pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan pembelajaran,

materi/bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, lembar tugas siswa,

lembar penilaian hasil belajar, instrumen lembar observasi, dan

mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka analisis data.

3.2.2.2Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan selama 4 x 40 menit ( 2 x

pertemuan ). Pelaksanaan siklus 1 berdasarkan RPP terlampir.

Pelaksanaan tindakan pada dasarnya disesuaikan dengan setting

tindakan yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran


(RPP). Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan

langkah-langkah pembelajaran pada pola dan tahapan pembelajaran dengan

tehnik pengamatan objek secara langsung sesuai dengan RPP terlampir.

3.2.2.3 Pengamatan

Saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan terhadap

perilaku siswa. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sikap dan perilaku

siswa terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam menulis Teks Hasil

Observasi melalui Cooperative Teaching and Learning Methode .

Pelaksanaan pengamatan mulai awal pembelajaran ketika guru melakukan

apersepsi sampai akhir pembelajaran.( format pengamatan terlampir )

3.2.2.4 Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi

yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat

diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan

tujuan yang diharapkan.

3.3.3 Prosedur Penelitian Siklus II

Berdasarkan refleksi pada siklus I, diadakan kegiatan-kegiatan untuk

memperbaiki rencana dan tindakan yang telah dilakukan. Langkah-langkah kegiatan

pada siklus II pada dasarnya sama seperti langkah-langkah pada siklus I, tetapi ada

beberapa perbedaan kegiatan pembelajaran pada siklus II.

3.3.3.1Perencanaan
Sebagai tindak lanjut siklus I, dalam siklus II dilakukan perbaikan.

Peneliti yang dalam hal ini adalah guru Bahasa Indonesia mencari kekurangan

dan kelebihan pada peningkatan kemampuan siswa dalam menulis Teks Hasil

Observasi melalui Cooperative Teaching and Learning Methode pada siklus I.

Kelebihan yang ada pada siklus I dipertahankan pada siklus II, sedangkan

kekurangannya diperbaiki. Penulis juga menyiapkan lembar observasi untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam menulis Teks Hasil Observasi setelah di

terapkan pembelajaran dengan Cooperative Teaching and Learning Methode .

3.3.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan selama 2 x 40 menit ( 2 x pertemuan )

Proses tindakan pada siklus II dengan melaksanakan proses pembelajaran

berdasarkan pada pengalaman hasil dari siklus I. Dalam tahap ini peneliti

melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan Tindakan pada siklus I.

3.3.3.3 Pengamatan

Adapun yang diamati pada siklus II sama seperti siklus I, meliputi: hasil

tes dan non tes ( pengamatan dan tugas siswa). Pedoman pengamatan pada

siklus II memperhatikan instrumen serta kriteria yang sesuai dengan materi

pembelajaran yang di sampaikan.

3.3.3.4 Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi

yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat

diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus

II dengan tujuan yang diharapkan.


3.4. Tahap Analisis Akhir

Analisis akhir tindakan dilakukan oleh peneliti untuk menghasilkan rekomendasi

desain pembelajaran topik kajian Teks Hasil Observasi menggunakan Cooperative

Teaching and Learning Methode , dengan menganalisis kemampuan siswa dalam menulis

Teks Hasil Observasi menggunakan hasil pengamatan terhadap aktifitas dan hasil belajar

siswa. Teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dianalisis dengan statistik deskriptif

evaluatif secara langsung terhadap RPP yang telah disusun.

b. Hasil observasi aktivitas belajar siswa. Keaktifan siswa dalam melaksanakan KBM.

c. Hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan kriteria ketuntasan belajar yang

ditetapkan oleh sekolah, yakni siswa dinyatakan tuntas belajar secara individu bila

telah memperoleh skor 68 dan ketuntasan klasikal tercapai bila di kelas tersebut

terdapat 85% siswa tuntas belajar.

d. Pendeskripsian tiap-tiap aktivitas baik secara kuantitatif maupun kualitatif disesuaikan

dengan kegiatan siswa, serta respon yang diberikan. yang disajikan dalam bentuk tabel-

tabel dan grafik.

Hasil analisis selanjutnya digunakan sebagai bahan penyusunan laporan tindakan kelas

yang telah dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo


Alfabeta. Hamalik, Oemar. 1982. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Albert, B., Johnson, dkk. 2002. Molecular biology of the3 cell. New York: Garland
science.
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000) h. 2
Ibid, h.3
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007). h. 4
Ibid. h.15
………., Media Pembelajaran, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003).
h. 17
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), h.27
………., Media Pembelajaran, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003).
h. 22
Arief S. Sadiman, et al. Media Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
hal. 84
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hal.74
Drs. Sugiyanto. Modul PLPG
Isjoni. (2011). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
ALFABETA
Komalasari, Kokom. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung:
PT Refika Aditama
Madya, Suwarsih. 2009. Teori dan PraktikPenelitian Tindakan, Action
Research.Yogyakarta: Alfabeta.
Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:
Persada. Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta.
Ritonga, Parlaungan, 2010. Bahasa Indonesia Praktis, Medan : Bartong Jaya
Suprijono, Agus. 2006 . Cooperative Learning ( Teori & Aplikasi PAIKEM ).
Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Tarigan, henry gutur. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
FKSS-IKIP.
Widia Nur Jannah,dkk.-Ed.1, Cet.1- Yogyakarta: Deepublish. 2017

Anda mungkin juga menyukai