VERTIGO
Pembimbing :
Dr. Bardan, Sp.S
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 57 tahun
Alamat : Kp. Keramat Rt.018/006, Kedungwaringin,
Kedung Waringin, Bekasi
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Agama : Islam
Status perkawinan : Sudah menikah
Tanggal masuk : 15 April 2019 Pukul 04.15 WIB
Tanggal pemeriksaan : 18 April 2019 Pukul 14.00 WIB
Resume Anamnesis :
Perempuan datang ke IGD RSUD Kab. Bekasi dengan keluhan pusing
berputar disertai mual dan muntah berulang.
Pupil
Kanan Kiri
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tak langsung + +
Kaku kuduk -
Kanan Kiri
Brudzinski I - -
Laseque >70° >70°
Kernig >135° >135°
Brudzinski II - -
Saraf Kranial
Kanan Kiri
N. I (olfactorius) Tidak dilakukan
N. II(opticus)
RCL + +
Visus
Lapang Pandang
Pemeriksaan fundus
Warna
N. III (oculomotorius)
Ptosis - -
Refleks cahaya tidak + +
langsung
M. Rectus Superior + +
M. Rectus Inferior
M. Oblikus Inferior + +
M. Rectus Medial + +
Akomodasi + +
N. IV (troklearis)
M. Obliquus Superior + +
N. V (trigeminus)
Mengunyah +
Sensibilitas wajah
Reflek kornea
N. VI (abdusen)
M. rectus lateral + +
N. VII (facialis)
Mencucurkan bibir Simetris
Kerut dahi Simetris
Tersenyum Simentris
Perasa lidah Normal
Angkat alis Simetris
N.VIII (Vestibulocochlearis)
Daya Pendengaran Baik
Fungsi vestibularis Tidak dapat dilakukan
N. IX (glossofaringeus)
Posisi uvula Normal Normal
Pengecapan 1/3 posterior Normal Normal
lidah
N. X (vagus)
Menelan Baik
Berbicara Baik
N. XI (asesorius)
Menoleh Normal Normal
Mengangkat bahu Normal Normal
N. XII (hipoglosus)
Menjulurkan lidah Normal
Fasikulasi -
Atrofi lidah -
Motorik
Kanan Kiri
Kekuatan
Ekstremitas atas 5555 5555
Ekstremitas bawah 5555 5555
Refleks fisiologis
Biceps + +
Triceps + +
Brachioradialis + +
Patella + +
Refleks patologis
Hoffman - -
Tromner - -
Babinski - -
Chaddok - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schiffer - -
Gonda - -
Romberg
Disdiadokokinesis
Tes finger to nose Tidak dapat dilakukan
Heel to knee
Rebound phenomen
MCV 82 fL 80 – 96
MCH 29 pg/mL 28 – 33
MCHC 36 g/dL 33 – 36
HITUNG JENIS
Neutrofil 57 % 50 – 70
Limfosit 25 % 20 – 40
Monosit 11 % 2–9
Laju Endap
11.5 mm/jam < 10
Darah (LED)
KIMIA KLINIK
Natrium 133 mmol/L 135 – 145
Kalium 42.9 mmol/L 3.5 – 4.5
Klorida (Cl) 95 mmol/L 96 – 106
SGOT (AST) 16 U/L < 38
SGPT (ALT) 6 U/L < 41
Glukosa
202 mg/dL 80 – 170
Sewaktu
Ureum 8 mg/dL 13 – 43
Kreatinin 0.7 mg/Dl 0.67 – 1.17
eGFR 104.8 mL/min/1.73 >60
m^2
V. RESUME
Seorang perempuan Ny. K berusia 57tahun datang ke IGD RSUD Kab.
Bekasi dengan keluhan pusing berputar disertai mual dan muntah 1 hari
SMRS. Pasien memiliki riwayat penyakit gastritis dan DM. Pasien
menyangkal adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung maupun penyakit
paru. Dari pemeriksaan fisik status generalis tidak ditemukan adanya kelainan
yang berarti selain didapatkan nystagmus horizontal (+). Pemeriksaan status
neurologis dalam batas normal tetapi untuk pemeriksaan keseimbangan dan
koordinasi tidak dapat dilakukan karna pasien mengeluh semakin pusing jika
berpindah posisi. Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Gula
Darah Sewaktu (GDS) tinggi serta elektrolit yang rendah.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Pusing berputar Mual (+) , Muntah (+)
Diagnosis Topis : Kanalis Semisirkularis Horizontal
Diagnosis Etiologis : Gangguan pendengaran et causa BPPV
VIII. PENATALAKSANAAN
1. IVFD Asering 20tpm
2. Inj. Ranitidine 50mg
3. Inj. Ondansetron 4mg
4. Flunarizine 10mg
5. Betahistine 24mg
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yang berarti berputar, dan “igo”
yang berarti kondisi. Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari
tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat
sekelilingnya terasa berputar (vertigo objektif) atau badan yang berputar (vertigo
subjektif). Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan
sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti
berjungkir balik.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan penelitian Brandt dkk yang dilakukan secara
multiregional, prevalensi kasus sindrom vertigo terbanyak adalah benign
paroxysmal positioning vertigo (BPPV) yang termasuk dalam kelompok vertigo
perifer , sementara vertigo vestibular sentral menempati urutan ketiga ( 12,2 %).
Vertigo merupakan gejala dengan etiologi yang beragam, sehingga seorang dokter
harus mencari etiologi berdasarkan anamesis dan pemeriksaan klinis yang teliti.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sesuai dengan etiologi yang dicurigai.
Adanya perbedaan definisi dan konsep dari vertigo menyebabkan adanya
variasi frekuensi etiologi vertigo. Studi yang meneliti mengenai gejala vertigo
pada 14.790 subyek mendapatkan benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)
sebagai etiologi terbanyak. Pada penelitian retrospektif yang lain, dari 4000
kunjungan ke unit gawat darurat neurologi didapatkan dizziness ( 12 % )
merupakan keluhan ketiga terbanyak setelah nyeri kepala ( 21 % ) dan stroke ( 13
% ) .
Pada kasus kegawatdaruratan neurologi, kemampuan untuk dapat mendiagnosis
vertigo sentral dan perifer menjadi penting karena berkaitan dengan tata laksana
dan prognosis.
2.3 ETIOLOGI
Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain
akibat kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan
mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di
telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam
saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.5
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Penyebab umum dari vertigo:6
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis
di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal
positional vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis,
penyakit maniere, peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
4. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
5. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic
attack ) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai
ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke
korteks.
Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo.
Penyebab vertigo serta lokasi lesi :7
Labirin, telinga dalam
a. vertigo posisional paroksisimal benigna
b. pasca trauma
c. penyakit menierre
d. labirinitis (viral, bakteri)
e. toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
f. oklusi peredaran darah di labirin
g. fistula labirin
Saraf otak ke VIII
a. neuritis iskemik (misalnya pada DM)
b. infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
c. neuritis vestibular
d. neuroma akustikus
e. tumor lain di sudut serebelo-pontin
Telinga luar dan tengah
a. Otitis media
b. Tumor
Penyebab vertigo central ialah
Supratentorial
a. Trauma
b. Epilepsi
Infratentorial
Insufisiensi vertebrobasiler
Obat – obatan
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus
dan hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,
antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung
platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin;
sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik.
Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid,
asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat
bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak
dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat
penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan
keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo
2.5 KLASIFIKASI
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak,
serebelum atau otak) atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).
1. Fisiologik
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi
dari sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan
somatosensorik berfungsi baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara
lain :
a. Mabuk gerakan (motion sickness)
Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar
(visual surround) berlawanan dengan gerakan tubuh yang
sebenarnya. Mabuk gerakan akan sangat bila sekitar individu
bergerak searah dengan gerakan badan. Keadaan yang
memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau
membaca waktu mobil bergerak.
b. Mabuk ruang angkasa (space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa
berat (weightlessness). Pada keadaan ini terdapat suatu
gangguan dari keseimbangan antara kanalis semisirkularis
dan otolit.
c. Vertigo ketinggian (height vertigo)
Adalah suatu instabilitas subjektif dari keseimbangan
postural dan lokomotor oleh karena induksi visual, disertai
rasa takut jatuh, dan gejala-gejala vegetatif.
2. Patologik :
a. Sentral
b. Perifer 7
Vertigo Perifer
Terdapat tiga jenis vertigo perifer yang paling sering dialami yaitu :
1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
BPPV terjadi saat otokonia, suatu kalsium karbonat yang terbentuk
di makula utrikulus, terlepas dan masuk kedalam kanalis semisirkularis.
Hal ini yang menyebabkan sensasi berputar ketika terjadi perubahan posisi
kepala. Lokasi tersering BPPV ialah pada kanalis semisirkularis posterior,
yaitu kanal yang paling dipengaruhi oleh perbedaan gravitasi. Lepasnya
otokonia juga cukup sering terjadi pada kanalis semisirkularis horizonal.
2. Ménière’s disease
Penyakit meniere merupakan penyakit multifaktorial yang menyebabkan
kelainan di telinga dalam dan bermanifestasi sebagai sindrom vertigo
episodik disertai dengan gangguan pendengaran fluktuatif. Terdapat
beberapa pendapat yaitu patofisiologi penyakit meniere ialah teori hidrops
endolimfatik.
3. Neuritis Vestibular
Neuritis Vestibular merupakan kondisi inflamasi pada nervus
vestibularis yang kemungkinan disebabkan oleh nervus virus. Diawali
dengan gejala prodromal infeksi menyerupai viral-like illness. Pasien
dengan neuritis vestibular umunya mengeluh vertigo yang timbul
mendadak, berlangsung beberapa hari, disertai gejala otonom, tanpa
gejala koklear (gangguan pendengaran). Keluhan vertigo akan membaik
secara bertahap dalam hitungan hari hingga minggu, dengan demikian
gangguan keseimbangan dapat bertahan selama beberapa bulan setelah
gejala akut vertigo menghilang.
4. Labirintis
Merupakan proses inflamasi yang melibatkan organ vestibular dan koklea,
dapat terjadi unilateral atau bilateral. Terdapat gangguan pendengaran.
Serupa dengan neuritis penyakit ini didahului dengan infeksi virus, dapat
juga bakteri.
Vertigo Sentral
Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan vertigo sentral :
1. Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode rekuren dari
suatu vertigo dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan pasien
terjadi beberapa detik sampai beberapa menit. Lebih sering pada usia tua dan
pada paien yang memiliki factor resiko cerebrovascular disease. Sering
juga berhungan dengan gejala visual meliputi inkoordinasi, jatuh, dan
lemah. Pemeriksaan diantara gejala biasanya normal. 9
2. Tumor Intrakranial
Tumor intracranial jarang member manifestasi klinik vertigo dikarenakan
kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada waktu untuk
kompensasi sentral. Gejala yang lebih sering adalah penurunan
pendengaran atau gejala neurologis . Tumor pada fossa posterior yang
melibatkan ventrikel keempat atau Chiari malformation sering tidak
terdeteksi di CT scan dan butuh MRI untuk diagnosis. Multipel sklerosis
pada batang otak akan ditandai dengan vertigo akut dan nistagmus walaupun
biasanya didaptkan riwayat gejala neurologia yang lain dan jarang vertigo
tanpa gejala neurologia lainnya. 8
2.6 PATOFISIOLOGI
Berdasarkan lokasi lesi, maka vertigo dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Vertigo perifer, dengan lokasi lesi pada telinga dalam dan nervus vestibularis.
2. Vertigo sentral, dengan lokasi lesi pada batang otak, serebelum, dan serebrum.
Jaras yang berperan pada refleks vestibulookular (vestibuloocular reflex/VOR)
memegang peranan sangat penting pada vertigo sentral. Jaras ini dimulai dari
labirin, kemudian menuju ke nukleus vestibularis, nukleus N III, IV, VI, pusat
integrasi di pons dan mesensefalon (nukleus interstitial Cajal dan rostral
interstitial medial longitudinal fasciculus/riMLF), serta serebelum. Pusat integrasi
di pons dan serebelum berperan pada gerakan mata horizontal, sedangkan pusat
integrasi di mesensefalon berperan pada gerakan mata vertikal. Impuls dari batang
otak akan diteruskan melalui dua jaras, yakni jaras asendens dan jaras desendens.
Jaras asendens ialah jaras yang menuju korteks parietotemporal melalui talamus
posterolateral, sedangkan jaras desendens menuju ke medula spinalis melalui
traktus vestibulospinal lateral dan medial. Sebagai tambahan, jaras desendens ini
mengatur postur tubuh. Lesi pada jaras-jaras tersebut akan menyebabkan vertigo
sentral. Oleh karena itu, pemeriksaan VOR memegang peranan penting untuk
membedakan lesi sentral dan perifer.
Vertigo Vestibular Perifer
Sistem vestibular secara umum dibagi menjadi komponen perifer dan
sentral. Kompone perifer terdiri dari kanalis semisirkularis (posterior, horizontal,
anterior) dan organ otolit (sakulus dan utrikulus) bilateral. Kanalis semisirkularis
mendeteksi gerakan berputar, sedangkan utrikulus dan sakulus berespons terhadap
akselerasi linear dan gravitasi. Organ vestibular berada dalam aktivitas tonik
simetris, bila tereksitasi akan menstimulasi sistem vestibular sentral. Pada keadaan
normal, sistem saraf pusat memberikan respons terhadap setiap perbedaan
aktivitas dari kedua kompleks nukleus vestibular. Dalam keadaan statis (tidak ada
pergerakan kepala), aktivitas neural pada kedua nukleus vestibular simetris. Bila
kepala digerakkan, terjadi aktivitas asimetris pada nukleus vestibular, yang
diinterpretasikan oleh sistem saraf pusat sebagai gerakan kepala. Adanya proses
patologis juga akan diinterpretasikan sebagai aktivitas asimetris oleh sistem saraf
pusat.
2.7 GEJALA KLINIS
Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala
primer, sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh
gangguan pada sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia,
ataksia, dan gejala pendengaran. Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputar.
Vertigo dapat horizontal, vertical atau rotasi. Vertigo horizontal merupa tipe yang
paling sering, disebabkan oleh disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan
dengan nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi pergerakan dari sisi yang
berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi, jika
sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya
berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau
ke atas. Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang ditemukan. Jika
sementara biasnaya disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan oleh
sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus.
Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan
sebagai sensais didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi
apparatus otolitik pada telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit
Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan
kepala. Pasien dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua
matanya. Sedangkan pasien dengan unilateral vestibular loss akan mengeluh
dunia seakan berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami
gangguan.
Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasanya universal pada pasien
dengan vertigo otologik dan sentral.
Gejala pendengaran biasanya berupa tinnitus, pengurangan pendengaran
atau distorsi dan sensasi penuh di telinga.
Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan
sensivitas visual.
Gejala nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak
terlalu memiliki makna pada penggunaan biasanya. Jarang digunakan pada pasien
dengan disfungsi telinga namun sering digunakan pada pasien vertigo yang
berhubungan dengan problem medik.
Faktor Pencetus
Immunosuppression
(e.g.,
immunosuppressive
medications,
advanced age, Perilymphatic fistula
stress)
Changes in ear
pressure, head
trauma, loud noises
Gejala Penyerta
Tinnitus Migraine
Diagnosis banding vertigo sentral juga dapat dinilai berdasarkan lamanya keluhan
vertigo.
2.9 TATALAKSANA
VERTIGO CENTRAL
Pada prinsipnya, tata laksana vertigo vestibular sentral dibagi menjadi:
1. Terapi kausal : sesuai dengan etiologi
2. Terapi simtomatik : Betahistin, Flunarizine, Cinnarizine
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat
meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk
mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan
di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.
Obat antagonis kalsium Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular
mengandung banyak terowongan kalsium.
Antihistamin
Cinnarizine
3. Vestibular rehabilitation therapy (VRT) : Cawthorne cooksey exercises
VERTIGO PERIFER
Tata Laksana Simtomatik
Tata Laksana Medikamentosa
Pemberian obat – obatan simtomatik untuk mengobat gejala dizziness, mual dan
muntah pada vertigo meliputi golongan antikolinergik, antihistamin, dan
benzodiazepin.
Obat – obatan antivertigo hanya diindikasikan untuk:
a. Gejala vertigo vestibular perifer atau sentral akut (max 3 hari)
b. Profilaksis mual dan muntah dalam tindakan liberatory maneuver pada
BPPV
c. Profilaksis mabuk perjalanan
d. Sebagai terapi pada vertigo posisional sentral dengan mual