Anda di halaman 1dari 37

PRESENTASI KASUS

VERTIGO

Nur Intan Hasanah Assagaf 1102015172


Chintya Rizki Amelia 1102015157
Wahyu Ramadhan 1102015246
Laras Oktaviani 1102015118
Rianty Fadiah 1102014226
Siti Khodijah Mulya Sari Rifki 1102015226
Gufta Safira Aliya Alif 1102015087
Firza Oktaviani F. Mahmud 1102015081
Prima Indah Fitrihani 1102015177
Rizky Alif Ahmad Damiri 1102015205

Pembimbing :
Dr. Bardan, Sp.S

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


RSUD KABUPATEN BEKASI
APRIL 2019
BAB I
PENDAHULUAN

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh


dengan lingkungan sekitarnya. Keseimbangan pada manusia diatur oleh input
yang bersifat kontinu dari sistem vestibular, propioseptif, dan visual impuls dari
ketiga sistem ini akan mengalami proses integrasi dan modulasi di batang otak,
serebelum, dan serebral.
merupakan keluhan neurologis terbanyak kedua setelah nyeri kepala yang
membawa pasien datang ke fasilitas kesehatan. Vertigo merupakan bagian dari
gangguan keseimbangan (dizzines) bersama dengan presinkop dan disekuilibrium.
Vertigo dapat disebabkan oleh proses fisiologis (misalnya vertigo saat berada di
“komidi putar”, mabuk perjalanan, adanya gangguan visual) atau oleh karena lesi
patologis (misalnya lesi pada labirin atau nukleus nervus vestibularis). Keduanya
akan menghasilkan gejala dan tandaa yang hampir serupa meskipun memiliki
dasar patomekanisme yang berbeda.
PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 57 tahun
Alamat : Kp. Keramat Rt.018/006, Kedungwaringin,
Kedung Waringin, Bekasi
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Agama : Islam
Status perkawinan : Sudah menikah
Tanggal masuk : 15 April 2019 Pukul 04.15 WIB
Tanggal pemeriksaan : 18 April 2019 Pukul 14.00 WIB

II. ANAMNESIS (Auto dan Allo anamnesis)


Keluhan utama : Pusing berputar

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUD Kab. Bekasi dengan keluhan pusing berputar
hilang timbul memberat 1hari SMRS. Pasien mengeluh pusing semakin
memberat saat membuka mata dan saat merubah posisi kepala. Mual (+),
Muntah (+) sejak 1 hari yang lalu dengan konsistensi cair, Nyeri perut (-),
Batuk (+) sejak 1 minggu yang lalu tanpa disertai demam, Tidak terdapat
adanya gangguan pendengaran serta tidak ada riwayat cairan keluar dari
telinga.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Keluarga mengatakan pasien pernah dirawat diRS. Cibitung Medika
dengan diagnosis Gastritis 1 bulan yang lalu. Riwayat DM (+), Hipertensi (-),
Riwayat penyakit jantung (-), riwayat penyakit paru (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak ada dikeluarganya yang
mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

Riwayat Sosial Ekonomi dan Pribadi :


Pasien kurang mampu, sehingga menggunakan BPJS

Resume Anamnesis :
Perempuan datang ke IGD RSUD Kab. Bekasi dengan keluhan pusing
berputar disertai mual dan muntah berulang.

III. PEMERIKSAAN FISIK (Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 18 April


2019 pukul 14.00)
Status Pasien
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran (GCS) : Composmentis ( E4M6V5 )
 Tanda vital : Tekanan darah : 94/73 mmHg
Nadi : 111x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,9 C
 Kepala : Normocephal
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, ptosis -/-
Pupil bulat, Isokor, reflex cahaya langsung +/+,
reflex cahaya tidak langsung +/+,
Nystagmus (+) Horizontal
 Leher : Pembesaran KGB (-) , kaku kuduk (-)
 Thoraks : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan.
 Cor : BJ I-II regular, Gallop (-), Murmur (-)
 Pulmo : Rh (-/-), Wh (-/-)
 Abdomen : Datar, simetris, nyeri tekan - , bising usus +
 Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
Status Neurologis

 Pupil

Kanan Kiri
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tak langsung + +

 Tanda Rangsang Meningeal

Kaku kuduk -
Kanan Kiri
Brudzinski I - -
Laseque >70° >70°
Kernig >135° >135°
Brudzinski II - -

 Saraf Kranial

Kanan Kiri
N. I (olfactorius) Tidak dilakukan
N. II(opticus)
 RCL + +
 Visus
 Lapang Pandang
 Pemeriksaan fundus
 Warna
N. III (oculomotorius)
 Ptosis - -
 Refleks cahaya tidak + +
langsung
 M. Rectus Superior + +
 M. Rectus Inferior
 M. Oblikus Inferior + +
 M. Rectus Medial + +
 Akomodasi + +

N. IV (troklearis)
 M. Obliquus Superior + +
N. V (trigeminus)
 Mengunyah +
 Sensibilitas wajah
 Reflek kornea
N. VI (abdusen)
 M. rectus lateral + +
N. VII (facialis)
 Mencucurkan bibir Simetris
 Kerut dahi Simetris
 Tersenyum Simentris
 Perasa lidah Normal
 Angkat alis Simetris
N.VIII (Vestibulocochlearis)
 Daya Pendengaran Baik
 Fungsi vestibularis Tidak dapat dilakukan
N. IX (glossofaringeus)
 Posisi uvula Normal Normal
 Pengecapan 1/3 posterior Normal Normal
lidah
N. X (vagus)
 Menelan Baik
 Berbicara Baik
N. XI (asesorius)
 Menoleh Normal Normal
 Mengangkat bahu Normal Normal
N. XII (hipoglosus)
 Menjulurkan lidah Normal
 Fasikulasi -
 Atrofi lidah -
 Motorik

Kanan Kiri
Kekuatan
 Ekstremitas atas 5555 5555
 Ekstremitas bawah 5555 5555
Refleks fisiologis
 Biceps + +
 Triceps + +
 Brachioradialis + +
 Patella + +
Refleks patologis
 Hoffman - -
 Tromner - -
 Babinski - -
 Chaddok - -
 Oppenheim - -
 Gordon - -
 Schiffer - -
 Gonda - -

 Keseimbangan dan Koordinasi

Romberg
Disdiadokokinesis
Tes finger to nose Tidak dapat dilakukan
Heel to knee
Rebound phenomen

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium :
LAB RESULT UNIT NORMAL
DARAH LENGKAP

Hemoglobin 13.6 g/dL 13.0 – 18.0

Hematokrit 38 % 40.0 – 54.0

Eritrosit 4.67 10^6/Ul 4.60 – 6.20

MCV 82 fL 80 – 96

MCH 29 pg/mL 28 – 33

MCHC 36 g/dL 33 – 36

Trombosit 459 10^3/uL 150 – 450

Leukosit 9.0 10^3/uL 5.0 – 10.0

HITUNG JENIS

Basofil 0 % 0.0 – 1.0

Eosinofil 7 % 1.0 – 6.0

Neutrofil 57 % 50 – 70

Limfosit 25 % 20 – 40

Monosit 11 % 2–9
Laju Endap
11.5 mm/jam < 10
Darah (LED)
KIMIA KLINIK
Natrium 133 mmol/L 135 – 145
Kalium 42.9 mmol/L 3.5 – 4.5
Klorida (Cl) 95 mmol/L 96 – 106
SGOT (AST) 16 U/L < 38
SGPT (ALT) 6 U/L < 41
Glukosa
202 mg/dL 80 – 170
Sewaktu
Ureum 8 mg/dL 13 – 43
Kreatinin 0.7 mg/Dl 0.67 – 1.17
eGFR 104.8 mL/min/1.73 >60
m^2

V. RESUME
Seorang perempuan Ny. K berusia 57tahun datang ke IGD RSUD Kab.
Bekasi dengan keluhan pusing berputar disertai mual dan muntah 1 hari
SMRS. Pasien memiliki riwayat penyakit gastritis dan DM. Pasien
menyangkal adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung maupun penyakit
paru. Dari pemeriksaan fisik status generalis tidak ditemukan adanya kelainan
yang berarti selain didapatkan nystagmus horizontal (+). Pemeriksaan status
neurologis dalam batas normal tetapi untuk pemeriksaan keseimbangan dan
koordinasi tidak dapat dilakukan karna pasien mengeluh semakin pusing jika
berpindah posisi. Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Gula
Darah Sewaktu (GDS) tinggi serta elektrolit yang rendah.

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Pusing berputar Mual (+) , Muntah (+)
Diagnosis Topis : Kanalis Semisirkularis Horizontal
Diagnosis Etiologis : Gangguan pendengaran et causa BPPV

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
2. Neuritis vestibular
3. Labirintis
4. Penyakit Meniere
5. Vertigo vestibular sentral

VIII. PENATALAKSANAAN
1. IVFD Asering 20tpm
2. Inj. Ranitidine 50mg
3. Inj. Ondansetron 4mg
4. Flunarizine 10mg
5. Betahistine 24mg

IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yang berarti berputar, dan “igo”
yang berarti kondisi. Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari
tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat
sekelilingnya terasa berputar (vertigo objektif) atau badan yang berputar (vertigo
subjektif). Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan
sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti
berjungkir balik.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan penelitian Brandt dkk yang dilakukan secara
multiregional, prevalensi kasus sindrom vertigo terbanyak adalah benign
paroxysmal positioning vertigo (BPPV) yang termasuk dalam kelompok vertigo
perifer , sementara vertigo vestibular sentral menempati urutan ketiga ( 12,2 %).
Vertigo merupakan gejala dengan etiologi yang beragam, sehingga seorang dokter
harus mencari etiologi berdasarkan anamesis dan pemeriksaan klinis yang teliti.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sesuai dengan etiologi yang dicurigai. 
Adanya perbedaan definisi dan konsep dari vertigo menyebabkan adanya
variasi frekuensi etiologi vertigo. Studi yang meneliti mengenai gejala vertigo
pada 14.790 subyek mendapatkan benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)
sebagai etiologi terbanyak. Pada penelitian retrospektif yang lain, dari 4000
kunjungan ke unit gawat darurat neurologi didapatkan dizziness ( 12 % )
merupakan keluhan ketiga terbanyak setelah nyeri kepala ( 21 % ) dan stroke ( 13
% ) . 
Pada kasus kegawatdaruratan neurologi, kemampuan untuk dapat mendiagnosis
vertigo sentral dan perifer menjadi penting karena berkaitan dengan tata laksana
dan prognosis.
2.3 ETIOLOGI
Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain
akibat kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan
mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di
telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam
saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.5
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Penyebab umum dari vertigo:6
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis
di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal
positional vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis,
penyakit maniere, peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
4. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
5. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic
attack ) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai
ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke
korteks.
Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo.
Penyebab vertigo serta lokasi lesi :7
 Labirin, telinga dalam
a. vertigo posisional paroksisimal benigna
b. pasca trauma
c. penyakit menierre
d. labirinitis (viral, bakteri)
e. toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
f. oklusi peredaran darah di labirin
g. fistula labirin
 Saraf otak ke VIII
a. neuritis iskemik (misalnya pada DM)
b. infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
c. neuritis vestibular
d. neuroma akustikus
e. tumor lain di sudut serebelo-pontin
 Telinga luar dan tengah
a. Otitis media
b. Tumor
Penyebab vertigo central ialah
 Supratentorial
a. Trauma
b. Epilepsi
 Infratentorial
Insufisiensi vertebrobasiler

Obat – obatan
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus
dan hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,
antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung
platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin;
sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik.
Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid,
asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat
bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak
dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat
penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan
keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo

2.4 FAKTOR RISIKO

Konsumsi kopi, alkohol, merokok, dan aktivitas fisik tidak dikaitkan


dengan vertigo. Vertigo lebih sering didapatkan pada perempuan daripada laki-
laki sehubungan dengan semua jenis vertigo kecuali untuk vertigo berputar dan
vertigo yang tidak spesifik. Lebih lanjut, semua tipe vertigo secara bermakna
dikaitkan dengan peningkatan stres seperti yang ditunjukkan oleh skor TICS yang
tinggi kecuali vertigo yang tidak spesifik. Juga, pasien dengan nyeri otot di daerah
leher dan bahu dilaporkan secara signifikan lebih sering menderita semua jenis
vertigo kecuali untuk vertigo yang tidak ditentukan.

2.5 KLASIFIKASI
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak,
serebelum atau otak) atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).
1. Fisiologik
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi
dari sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan
somatosensorik berfungsi baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara
lain :
a. Mabuk gerakan (motion sickness)
Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar
(visual surround) berlawanan dengan gerakan tubuh yang
sebenarnya. Mabuk gerakan akan sangat bila sekitar individu
bergerak searah dengan gerakan badan. Keadaan yang
memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau
membaca waktu mobil bergerak.
b. Mabuk ruang angkasa (space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa
berat (weightlessness). Pada keadaan ini terdapat suatu
gangguan dari keseimbangan antara kanalis semisirkularis
dan otolit.
c. Vertigo ketinggian (height vertigo)
Adalah suatu instabilitas subjektif dari keseimbangan
postural dan lokomotor oleh karena induksi visual, disertai
rasa takut jatuh, dan gejala-gejala vegetatif.
2. Patologik :
a. Sentral
b. Perifer 7

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :


a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang otak atau cerebellum
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis
vestibulocochlear (N. VIII).
c. Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah, gula
darah yang rendah, atau gangguan metabolic karena pengobatan atau
infeksi sistemik. 2

Vertigo Perifer
Terdapat tiga jenis vertigo perifer yang paling sering dialami yaitu :
1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
BPPV terjadi saat otokonia, suatu kalsium karbonat yang terbentuk
di makula utrikulus, terlepas dan masuk kedalam kanalis semisirkularis.
Hal ini yang menyebabkan sensasi berputar ketika terjadi perubahan posisi
kepala. Lokasi tersering BPPV ialah pada kanalis semisirkularis posterior,
yaitu kanal yang paling dipengaruhi oleh perbedaan gravitasi. Lepasnya
otokonia juga cukup sering terjadi pada kanalis semisirkularis horizonal.

2. Ménière’s disease
Penyakit meniere merupakan penyakit multifaktorial yang menyebabkan
kelainan di telinga dalam dan bermanifestasi sebagai sindrom vertigo
episodik disertai dengan gangguan pendengaran fluktuatif. Terdapat
beberapa pendapat yaitu patofisiologi penyakit meniere ialah teori hidrops
endolimfatik.

3. Neuritis Vestibular
Neuritis Vestibular merupakan kondisi inflamasi pada nervus
vestibularis yang kemungkinan disebabkan oleh nervus virus. Diawali
dengan gejala prodromal infeksi menyerupai viral-like illness. Pasien
dengan neuritis vestibular umunya mengeluh vertigo yang timbul
mendadak, berlangsung beberapa hari, disertai gejala otonom, tanpa
gejala koklear (gangguan pendengaran). Keluhan vertigo akan membaik
secara bertahap dalam hitungan hari hingga minggu, dengan demikian
gangguan keseimbangan dapat bertahan selama beberapa bulan setelah
gejala akut vertigo menghilang.
4. Labirintis
Merupakan proses inflamasi yang melibatkan organ vestibular dan koklea,
dapat terjadi unilateral atau bilateral. Terdapat gangguan pendengaran.
Serupa dengan neuritis penyakit ini didahului dengan infeksi virus, dapat
juga bakteri.
Vertigo Sentral
Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan vertigo sentral :
1. Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode rekuren dari
suatu vertigo dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan pasien
terjadi beberapa detik sampai beberapa menit. Lebih sering pada usia tua dan
pada paien yang memiliki factor resiko cerebrovascular disease. Sering
juga berhungan dengan gejala visual meliputi inkoordinasi, jatuh, dan
lemah. Pemeriksaan diantara gejala biasanya normal. 9
2. Tumor Intrakranial
Tumor intracranial jarang member manifestasi klinik vertigo dikarenakan
kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada waktu untuk
kompensasi sentral. Gejala yang lebih sering adalah penurunan
pendengaran atau gejala neurologis . Tumor pada fossa posterior yang
melibatkan ventrikel keempat atau Chiari malformation sering tidak
terdeteksi di CT scan dan butuh MRI untuk diagnosis. Multipel sklerosis
pada batang otak akan ditandai dengan vertigo akut dan nistagmus walaupun
biasanya didaptkan riwayat gejala neurologia yang lain dan jarang vertigo
tanpa gejala neurologia lainnya. 8

Tabel 1. Perbedaan Vertigo Perifer Dan Vertigo Sentral 7


Ciri-ciri Vertigo Perifer Vertigo Sentral
Lesi Sistem vestibular (telinga Sistem vertebrobasiler dan
dalam, saraf perifer) gangguan vaskular (otak,
batang otak, serebelum)
Penyebab Vertigo posisional iskemik batang otak,
paroksismal vertebrobasiler
jinak (BPPV), penyakit insufisiensi, neoplasma,
maniere, migren basiler
neuronitis vestibuler,
labirintis,
neuroma akustik, trauma
Gejala gangguan SSP Tidak ada Diantaranya :diplopia,
parestesi,
gangguan sensibilitas
dan fungsi
motorik, disartria,
gangguan serebelar
Masa laten 3-40 detik Tidak ada
Habituasi Ya Tidak
Intensitas vertigo Berat Ringan
Telinga berdenging dan Kadang-kadang Tidak ada
atau tuli
Nistagmus spontan + -

2.6 PATOFISIOLOGI
Berdasarkan lokasi lesi, maka vertigo dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Vertigo perifer, dengan lokasi lesi pada telinga dalam dan nervus vestibularis.
2. Vertigo sentral, dengan lokasi lesi pada batang otak, serebelum, dan serebrum.
Jaras yang berperan pada refleks vestibulookular (vestibuloocular reflex/VOR)
memegang peranan sangat penting pada vertigo sentral. Jaras ini dimulai dari
labirin, kemudian menuju ke nukleus vestibularis, nukleus N III, IV, VI, pusat
integrasi di pons dan mesensefalon (nukleus interstitial Cajal dan rostral
interstitial medial longitudinal fasciculus/riMLF), serta serebelum. Pusat integrasi
di pons dan serebelum berperan pada gerakan mata horizontal, sedangkan pusat
integrasi di mesensefalon berperan pada gerakan mata vertikal. Impuls dari batang
otak akan diteruskan melalui dua jaras, yakni jaras asendens dan jaras desendens.
Jaras asendens ialah jaras yang menuju korteks parietotemporal melalui talamus
posterolateral, sedangkan jaras desendens menuju ke medula spinalis melalui
traktus vestibulospinal lateral dan medial. Sebagai tambahan, jaras desendens ini
mengatur postur tubuh. Lesi pada jaras-jaras tersebut akan menyebabkan vertigo
sentral. Oleh karena itu, pemeriksaan VOR memegang peranan penting untuk
membedakan lesi sentral dan perifer.
Vertigo Vestibular Perifer
Sistem vestibular secara umum dibagi menjadi komponen perifer dan
sentral. Kompone perifer terdiri dari kanalis semisirkularis (posterior, horizontal,
anterior) dan organ otolit (sakulus dan utrikulus) bilateral. Kanalis semisirkularis
mendeteksi gerakan berputar, sedangkan utrikulus dan sakulus berespons terhadap
akselerasi linear dan gravitasi. Organ vestibular berada dalam aktivitas tonik
simetris, bila tereksitasi akan menstimulasi sistem vestibular sentral. Pada keadaan
normal, sistem saraf pusat memberikan respons terhadap setiap perbedaan
aktivitas dari kedua kompleks nukleus vestibular. Dalam keadaan statis (tidak ada
pergerakan kepala), aktivitas neural pada kedua nukleus vestibular simetris. Bila
kepala digerakkan, terjadi aktivitas asimetris pada nukleus vestibular, yang
diinterpretasikan oleh sistem saraf pusat sebagai gerakan kepala. Adanya proses
patologis juga akan diinterpretasikan sebagai aktivitas asimetris oleh sistem saraf
pusat.
2.7 GEJALA KLINIS
Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala
primer, sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh
gangguan pada sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia,
ataksia, dan gejala pendengaran. Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputar.
Vertigo dapat horizontal, vertical atau rotasi. Vertigo horizontal merupa tipe yang
paling sering, disebabkan oleh disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan
dengan nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi pergerakan dari sisi yang
berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi, jika
sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya
berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau
ke atas. Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang ditemukan. Jika
sementara biasnaya disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan oleh
sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus.
Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan
sebagai sensais didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi
apparatus otolitik pada telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit
Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan
kepala. Pasien dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua
matanya. Sedangkan pasien dengan unilateral vestibular loss akan mengeluh
dunia seakan berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami
gangguan.
Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasanya universal pada pasien
dengan vertigo otologik dan sentral.
Gejala pendengaran biasanya berupa tinnitus, pengurangan pendengaran
atau distorsi dan sensasi penuh di telinga.
Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan
sensivitas visual.
Gejala nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak
terlalu memiliki makna pada penggunaan biasanya. Jarang digunakan pada pasien
dengan disfungsi telinga namun sering digunakan pada pasien vertigo yang
berhubungan dengan problem medik.

Dalam menegakkan diagnosis vertigo maka harus dibedakan secara klinis


antara vertigo sentral dan perifer (Tabel 1).
Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral
Gejala vertigo Berat Ringan

Mual dan muntah Berat Ringan


Gangguan Sering Jarang
pendengaran

Defisit neurologis - Sering


Nistagmus Unidireksional, Bidireksional,
Horizontal vertikal, rotatoar
Head impulse test Positif Negatif

Kompensasi Cepat Lambat

Vertigo merupakan gejala subyektif yang dikeluhkan oleh pasien,


sedangkan gejala obyektif yang dapat ditemukan adalah nistagmus, sehingga pada
kasus vertigo maka pemeriksaan nistagmus memegang peranan penting pula
untuk menentukan lokasi lesi. Pada vertigo sentral, nistagmus yang dapat
ditemukan adalah nistagmus bidireksional, vertikal, dan rotatoar. Nistagmus
sentral dapat berupa downbeat atau upbeat nystagmus.
Pada fase akut vertigo dimana gambaran defisit neurologi tidak ditemukan
maka dianjurkan untuk melakukan tiga pemeriksaan yang disebut HINTS, yaitu:
1. Head impulse test
2. Nistagmus
3. Test of skew
Pada vertigo sentral maka akan didapatkan head impulse test negatif (tidak
ada sakadik), terdapat nistagmus bidireksional, dan test of skew positif.
Pada vertigo perifer dibagi menjadi:
1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) : gejala utama meliputi
pusing berputar berdurasi singkat (beberapa detik), intensitas berat, dan
disertai mual dan muntah. Keluhan ini dipicu oleh perubahan posis kepala
relatif terhadap gravitasi, seperti berbaring, bangun dari tidur, berguling,
membungkuk, dan posisi kepala menengadah dalam waktu yang cukup
lama. Pada pemeriksaan Dix-Hallpike didapatkan upward-beating
nystagmus dan nistgamus torsional pada BPPV kanalis sermikularis
posterior. Sedangkan pada BPPV kanalis sermikularis horizontal
dilakukan dengan head-roll test atau log-roll test, dimana akan
menimbulkan nistagmus horizontal.
2. Neuritis Vestibular dan Labirintitis : vertigo vestibular persisten dengan
osilopsia, nistagmus horizontal spontan yang makin nyata saat melirik ke
sisi telinga yang sehat, gangguan gait dan kecenderungan jatuh ke sisi
telinga yang sakit, mual dan muntah, adanya gangguan fungsi kanalis
semisirkularis horizontal dapat dilakukan dengan head-impulse test. Pada
labirintitis didapatkan adanya gangguan pendengaran. Neuritis vestibular
dan labirintitis didahului dengan proses infeksi virus, namun dapat juga
disebabkan oleh bakteri.
3. Penyakit Meniere : ditandai dengan trias gejala, yaitu vertigo, tinitus, dan
gangguan pendengaran. Gejala klinis penyakit meniere dibagi ke dalam
dua tahap, yaitu (1) tahap fluktuasi, yaitu gangguan pendengaran masih
mengalami perbaikan setelah serangan, lalu diikuti dengan (2) tahap
neural, yakni gangguan pendengaran bersifat menetap dan makin
memberat.

Suatu informasi penting yang didapatkan dari anamnesis dapat digunakan


untuk membedakan perifer atau sentral meliputi:
 Karekteristk dizziness
Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah
sensasi berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht
headness, atau hanya suatu perasaan yang berbeda (kebingungan).
 Keparahan
Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute
vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam
beberapa hari kedepan. Pada Ménière’s disease, pada awalnya keparahan
biasanya meningkat dan kemudian berkurang setelahnya. Sedangakan
pasien mengeluh vertigo ynag menetap dan konstan mungkin memilki
penyebab psikologis.
 Onset dan durasi vertigo
Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan,
semakin lama durasi vertigo maka kemungkinan kea rah vertigo sentral
menjadi lebih besar. Vertigo perifer umumnya memilki onset akut
dibandingkan vertigo sentral kecuali pada cerebrovascular attack.
Perbedaan onset dan durasi maisng-masing penyebab vertigo dapat dilihat
pada tabel 2.
Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada
vertigo sentral yang berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral
biasanya menyebabkan tanda neurologis tambahan selain vertigonya,
menyebabkan ketidakseimbnagan yang parah, nystagmus murni vertical,
horizontal atau torsional dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada
objek.

Tabel 2. Perbedaan Durasi gejala untuk berbagai Penyebab verigo


Durasi episode Kemungkinan Diagnosis
Beberapa detik Peripheral cause: unilateral loss of vestibular
function; late stages of acute vestibular
neuronitis

Detik sampai menit Benign paroxysmal positional vertigo;


perilymphatic fistula

Beberapa menit sampai satu Posterior transient ischemic attack;


jam perilymphatic fistula

Beberapa jam Ménière’s disease; perilymphatic fistula from


trauma or surgery; migraine; acoustic neuroma

Beberapa hari Early acute vestibular neuronitis*; stroke;


migraine; multiple sclerosis

Beberapa minggu Psychogenic

 Faktor Pencetus

Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada


vertigo vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi,
penyebab yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru
pada saluran pernapasan atas kemungkinan berhubungan dengan acute
vestibular neutritis atau acute labyrhinti. Faktor yang mencetuskan
migraine dapat menyebabkan vertigo jika pasien vertigo bersamaan
dengan migraine. Vertigo dapat disebabkan oleh fistula perilimfatik
Fistula perimfatik dapat disebabkn oleh trauma baik langsung ataupun
barotraumas, mengejan. Bersin atau gerakan yang mengakibatkan telinga
ke bawah akan memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistula
perilimfatik. Adanya fenomena Tullio’s (nistagmus dan vertigo yang
disebabkan suara bising pada frekuensi tertentu) mengarah kepada
penyebab perifer.
 Stess psikis yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan tentang
stress psikologis atau psikiatri terutama pada pasien yang pada anamsesis
tidak cocok dengan penyebab fisik vertigo manapun.

Tabel 3. Perbandingan Faktor Pencetus dari masing-masing penyebab


Vertigo
Faktor pencetus Kemungkinan diagnosis
Perubahan posisi Acute labyrinthitis; benign positional paroxysmal
kepala vertigo; cerebellopontine
angle tumor; multiple sclerosis; perilymphatic fistula

Spontaneous Acute vestibular neuronitis; cerebrovascular


episodes disease (stroke or transient ischemic
(i.e., no consistent attack); Ménière’s disease; migraine;
provoking factors) multiple sclerosis

Recent upper Acute vestibular neuronitis


respiratory viral
illness
Psychiatric or psychological causes; migraine
Stress Herpes zoster oticus

Immunosuppression
(e.g.,
immunosuppressive
medications,
advanced age, Perilymphatic fistula
stress)
Changes in ear
pressure, head
trauma, loud noises

 Gejala Penyerta

Gejala penyerta berupa penurunan pendnegaran, nyeri, mual,


muntah dan gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis
peneybab vertigo. Kebanyakan penyebab vertigo dengan gangguan
pendengaran berasal dari perifer, kecuali pada penyakit serebrovaskular
yang mengenai arteri auditorius interna atau arteri anterior inferior
cebellar. Nyeri yang menyertai vertigo dapat terjadi bersamaan dengan
infeksi akut telinga tengah, penyakit invasive pada tulang temporal, atau
iritasi meningeal. Vertigo sering bersamaan dengan muntah dan mual pada
acute vestibular neuronitis dan pada meniere disease yang parah dan
BPPV.
Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala
neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan
pendengaran, parestesia, penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan lain
pada fungsi sensori dan motoris lebih mengarahkan diagnosis ke vertigo
sentral misalnya penyakit cererovascular, neoplasma, atau multiple
sklerosis. Pasien denga migraine biasanya merasakan gejala lain yang
berhubungan dengan migraine misalnya sakit kepala yang tipikal
(throbbing, unilateral, kadnag disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan
fonofobia. 21-35 persen pasien dengan migraine mengeluhkan vertigo. 3

Tabel 4. Gejala penyerta untuk berbagai penyebab vertigo


Gejala Kemungikanan diagnosis
Sensasi penuh di Acoustic neuroma; Ménière’s disease
telinga
Nyeri telinga atau Acoustic neuroma; acute middle ear disease
mastoid (e.g., otitis media, herpes zoster oticus)

Kelemahan wajah Acoustic neuroma; herpes zoster oticus

Temuan deficit Cerebellopontine angle tumor; cerebrovascular


neurologis fokal disease; multiple sclerosis (especially findings
not explained by single neurologic lesion)
Sakit kepala
Acoustic neuroma; migraine
Tuli
Ménière’s disease; perilymphatic fistula;
acoustic neuroma; cholesteatoma; otosclerosis;
transient ischemic attack or stroke involving
anterior inferior cerebellar artery; herpes zoster
Imbalans oticus

Nistagmus Acute vestibular neuronitis (usually moderate);


cerebellopontine angle tumor (usually severe)
Fonofobia,fotofobia Peripheral or central vertigo

Tinnitus Migraine

Acute labyrinthitis; acoustic neuroma; Ménière’s


disease

2.8 DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Etiologi tersering dari vertigo sentral adalah stroke (infark dan
hemoragik), tumor, multipel sklerosis, migren vestibular, dan penyakit
degeneratif. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan pencitraan sesuai dengan
kecurigaan etiologi.  Anamnesis merupakan kunci utama untuk membedakan
vertigo sentral dan perifer. Pokok-pokok yang perlu digali meliputi onset dan
durasi vertigo, faktor pencetus atau memperberat, dan gejala lain yang menyertai,
khususnya defisit neurologis dan gangguan pendengaran. 
Diagnosis banding pada penyakit Ménière di antaranya ialah migren
basilar. Adanya gangguan vaskular kanalis auditorik internal yang terjadi pada
migren basilar dapat menimbulkan gejala mirip dengan penyakit Ménière.
Diagnosis banding lain ialah labirintitis dan penyakit autoimun lain yang
menyerang telinga dalam. Diagnosis penyakit Ménière ditegakkan berdasarkan
anamnesis gejala khas penyakit Ménière dan adanya defisit neurologis melalui
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang pada tahap awal gejala dan di luar
serangan umumnya akan memberikan hasil yang normal.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
o Pemeriksaan audiometri, pada penyakit Ménière biasanya akan ditemukan
adanya tuli sensorineural nada rendah 
o Elektrokokleografi 
o Brainstem auditory evoked potentials (BAEP)

Diagnosis banding vertigo sentral juga dapat dinilai berdasarkan lamanya keluhan
vertigo. 

2.9 TATALAKSANA
VERTIGO CENTRAL
Pada prinsipnya, tata laksana vertigo vestibular sentral dibagi menjadi:
1. Terapi kausal : sesuai dengan etiologi
2. Terapi simtomatik : Betahistin, Flunarizine, Cinnarizine
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat
meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk
mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan
di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.
Obat antagonis kalsium Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular
mengandung banyak terowongan kalsium.
Antihistamin
Cinnarizine
3. Vestibular rehabilitation therapy (VRT) : Cawthorne cooksey exercises

 Terapi medikamentosa yang dapat dilakukan pada nistagmus sentral


adalah :
1. Upbeat Nystagmus
a. Baklofen : 5-10mg, 3 kali sehari
b. 4-aminopiridin 10mg, 3 kali sehari
2. Downbeat Nystagmus
a. 4-aminopiridin 10mg, 3 kali sehari
b. 3,4-diaminopiridin 10 – 20mg, 3 kali sehari
c. Baklofen 5-10mg, 3 kali sehari
d. Klonazepam 0,5mg, 3 kali sehari
e. Gabapentin 300mg, 3 kali sehari

VERTIGO PERIFER
Tata Laksana Simtomatik
Tata Laksana Medikamentosa
Pemberian obat – obatan simtomatik untuk mengobat gejala dizziness, mual dan
muntah pada vertigo meliputi golongan antikolinergik, antihistamin, dan
benzodiazepin.
Obat – obatan antivertigo hanya diindikasikan untuk:
a. Gejala vertigo vestibular perifer atau sentral akut (max 3 hari)
b. Profilaksis mual dan muntah dalam tindakan liberatory maneuver pada
BPPV
c. Profilaksis mabuk perjalanan
d. Sebagai terapi pada vertigo posisional sentral dengan mual

Obat – obatan tersebut tidak direkomendasikan untuk pemberian jangka panjang


karena akan mengganggu mekanisme kompensasi sentral pada gangguan
vestibular perifer, bahkan dapat menyebabkan adiksi obat.
 Penyakit Meniere
Berdasarkan studi, betahistin dapat menurunkan frekuensi dan
keparahan serangan pada penyakit Meniere. Dosis awal yang dapat
digunakan ialah 16mg, 3 kali sehari, dititrasi bertahap hingga dosis 72-
144mg/hari
Diuretik juga dapat ditambahkan sebagai tata laksana Meniere,
dengan hipotesis untuk mengurangi hidrops endolimfatik. Steroid, per oral
atau intratimpani juga dapat dikatakan dapat mengendalikan gejala vertigo
pada penyakit meniere.
Modalitas farmakologik terakhir yang dapat dikerjakan ialah ablasi
telinga dalam dengan aminoglikosida intratimpani.
Tata Laksana Non-Medikamentosa
1. Terapi Reposisi Kanalit
 Manuver Epley merupakan tindakan yang efektif untuk pasien dengan
BPPV kanalis semisirkularis posterior. Keberhasilan terapi
dilaporkan 80% pada satu kali terapi dan 92% pada pengulangan.
Manuver Epley dilakukan untuk mengmbalikan otokonia dari kanalis
semisirkularis posterior kembali ke utrikulus untuk kemudian
diresorpsi kembali. Setiap posisi dipertahankan selama minimal 30
detik.
Langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Manuver Dix-Hallpike
b. Bila positif, pertahankan 30 detik
c. Putar kepala 90 derajat ke arah berlawanan, pertahankan 30 detik
d. Putar kepala 90 derajat ke arah bawah (wajah menghadap ke
lantai),pertahankan 30 detik
e. Pasien kembali ke posisi duduk
 Manuver Semont juga dapat digunakan sebagai terapi reposisi kanalit
pada BPPV kanal sirkular posterior.
Manuver ini dikerjakan dengan cara:
a. Pasien duduk ditepi tempat tidur
b. Memutar kepala pasien sebanyak 45 derajat ke sisi telinga sehat
c. Tubuh pasien diputar 90 derajat ke sisi telinga yang sakit, tetap
berbaring selama 1 menit
d. Secara cepat diikuti posisi tubuh 180 derajat ke sisi telinga yang
sehat, dan tetap berbaring selama 1 menit
2. Terapi reposisi kanalit pada BPPV kanalis semisirkularis horizontal
Manuver yang dapat dilakukan pada kasus BPPV pada kanalis
semisirkularis horizontal dengan nistagmus geotropik adalah rotasi
berbecue (manuver Lempert). Manuver ini dikerjakan dengan rotasi 90
derajat ke arah telinga yang sakit lalu ke arah telinga yang sehat. Gerakan
ini akan menyebabkan debris otokonia bermigrasi dan keluar dari kanalis
semisirkularis horizonal, lalu masuk ke utrikulus
3. Latihan Mandiri di rumah
Latihan Brandt-Daroff dapat dikerjakan sendiri oleh pasien apabila gejala
tidak membaik dengan manuver Epley. Langkah – langkah latihan ini
adalah:
a. Latihan dilakukan dengan kedua mata terbuka
b. Pasien duduk tegak ditepi tempat tidur, dengan kaki tergantung
c. Kepala diarahkan 45 derajat kekiri, lalu baringkan tubuh dengan
cepat ke arah kanan, pertahankan posisi selama 30 detik.
d. Duduk kembali seperti posisi awal selama 30 detik
e. Kepala kembali diarahkan 45 derajat ke kanan, lalu beringkan
tubuh dengan cepat ke arah kiri, pertahankan posisi selama 30
detik.
f. Pasien duduk kembali
g. Latihan ini dilakukan 3set/hari, masing-masing 5 siklus ke kiri dan
kekanan selama 2 minggu
2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi vertigo adalah masalah vertigo pada seseorang yang terjadi akibat dari
masalah lain. Sehingga vertigo adalah bukan penyakit utama namun hanya berupa
gejala yang terasa pada kepala seseorang seperti berputar dan
mual yang mana sebenarnya vertigo itu terjadi bila ada penyebabnya. 
Berdasarkan skenario komplikasi yang dapat dialami pasien adalah :
a.Mual 
b.Muntah
c.Pusing
d.Pandangan berputar
e.lemas
f.tidak napsu makan
g.Kurang bertenaga
2.11 PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis untuk BPPV adalah baik. Namun BPPV sering terjadi
berulang.
BAB III
DISKUSI KASUS

Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien menderita Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV).
a. Anamnesis
Dari anamnesis data yang menunjang adalah adanya keluhan pusing
berputar ketika berpindah posisi dan disertai mual dan muntah.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksan fisik yang menunjang yaitu nystagmus horizontal (+), namun
pemeriksaan fisik lainnya seperti pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi tidak
dapat dilakukan karena pasien mengeluh semakin pusing saat berpindah posisi.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu laboratorium darah
didapatkan Gula Darah Sewaktu (GDS) tinggi serta elektrolit yang rendah akibat
pasien terus muntah.
d. Tatalaksana
Tatalaksana utama yang diberikan pada pasien adalah Flunarizine 10mg
dan Betahistine 24mg untuk mengurangi gejala vertigo serta dilakukan fisioterapi.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis yang dilakukan didapatkan adanya keluhanan


pusing berputar dan memberat pada saat pasien berubah posisi dan pada
pemeriksaan fisik nystagmus horizontal (+) sehingga pasien didiagnosis
sementara dengan Benign Paroxymal Positional Vertigo

Anda mungkin juga menyukai