Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.

2 Nopember 2017: 97-108


eISSN: 2528 0805 ; pISSN: 1410 7791

Efek Suplementasi Ampas Tahu dan Mineral Zn-Cu Organik terhadap


Pertambahan Bobot Badan pada Penggemukan Sapi Bali yang Diberi
(Pakan Rumput Rawa (Hyampeacne amplexicaules Rudge Ness))
(Effect of Supplementation of Tofu Waste and organic
mineral of Zn-Cu on Weight Gain in Bali Cattle fed
with Hyampeacne amplexicaules Rudge Ness)

Afzalani Afzalani*, Endri Musnandar, dan Raguati Raguati


Fakultas Peternakan Universitas Jambi Kampus Mandalo
Darat KM 15 Jambi 36361
*email: afzalani@unja.ac.id
Hp. 08127302383

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki performa pertumbuhan ternak sapi Bali yang
dipeliharaan oleh peternak melalui suplementasi limbah tahu dan mineral Zn-Cu organik. Ternak
yang digunakan sebanyak 12 ekor sapi Bali jantan muda umur 1.5 tahun dengan kisaran berat badan
120 - 130 kg. Pakan yang diberikan yaitu berupa hijauan rumput rawa yang diberikan secara tidak
terbatas sesuai dengan kebiasaan peternak. Sedangkan ampas tahu diberikan sebanyak 1% dari berat
badan. Mineral organik berupa Zn dan Cu diberikan sebanyak 1% atau 2% dari BK ampas tahu yang
diberikan. Percobaan in vivo dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
empat perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan terdiri dari : R0 = Rumput rawa + 0% Ampas Tahu
(AT) + 0% Zn-Cu Organik; R1 = Rumpu Rawa + 1% AT/kg BB Sapi + 0% Zn-Cu Organik R2 =
Rumput rawa + 1% AT/kg BB sapi + 1% Zn-Cu Organik/kg BK AT; R2 = Rumput rawa + 1% AT/kg
BB sapi + 2% Zn-Cu Organik/kg BK AT. Peubah yang diamati yaitu konsumsi bahan kering rnasum,
pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan ransum. Analisis ragam dilakukan untuk
melihat pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati, dilanjtkan denganuji jarak berganda
Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi AT dan Zn-Cu organik pada taraf 2%
(R3) cenderung menghasilkan pertambahan bobot badan harian tertinggi (0,51 kg), konsumsi bahan
kering (6,99 kg) dan efisiensi penggunaan pakan (7.92%).
Kata kunci : Ampas tahu, mineral organik, sapi Bali dan rumput rawa

Abstract

The aim of the current study was to evaluate the effects supplementation of tafu waste and Zn-Cu
Organic on daily gain performance in fattening bali cattle fed Swamp Grass (Hyampeacne amplexicaules
Rudge Ness). Twelve Bali Cattle of similar age 1.5 years with initial body weight of 120-130 kg were
used in a Completely Randomized Block Design (CRBD) for 90 d. The treatment consisted of: R0 =
Swamp grass + 0% Tofu waste (AT) + 0% Zn-Cu Organic; R1 = Swamp Race + 1% AT / kg BWof Beef
+ 0% Organic Zn-Cu R2 = Swamp Grass + 1% AT / kg BW of Beef + 1% Zn-Cu Organic / kg DM AT;
R2 = Swamp grass + 1% AT / kg BW of Beef + 2% Zn-Cu Organic / kg DM AT. Statistical analysis
was carry out using SPSS program, version 17.0. Differences between treatments in dry matter intake,
daily body weight again and feed efficiency were evaluated by Univariate ANOVA. Differences
among means were tested using Duncan’s Multiple range tests. The obtained result showed that
supplementation Tofu waste and Zn-Cu organic at level of 2% (R3) was tended to higest of daily
body weight again (0.51 kg/d), dry matter intake (6.99 kg/d) and feed efficiency (7.92%).
Keywords: mineral organic, tofu waste, Bali cattle, swamp grass

97
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 97-108
eISSN: 2528 0805 ; pISSN: 1410 7791

Pendahuluan kasar 12%, dan lemak 3 – 5% (Abidin,


2002). Namun demikian rendahnya
Sapi Bali merupakan keturunan nilai hayati hijauan menyebabkan
langsung dari banteng liar (Bos kebutuhan nutrien untuk mencapai
sondaicus) yang telah mengalami tingkat pertumbuhan yang optimum
domestikasi dan diternakkan secara sulit untuk dicapai.
murni di Pulau Bali. Ternak sapi ini Di provinsi Jambi, ternak sapi
kemudian menyebar ke Pulau Lombok bali menjadi andalan untuk men-
dan Pulau Timor, bahkan kini telah supalai kebutuhan daging bagi
tersebar di sebagian besar wilayah masyarakat dan sangat disukai oleh
Indonesia (Bandini, 1997). Jika Dilihit peternak untuk dipelihara. Hampir
dari habitatnya, sapi Bali tergolong 70% dari populasi ternak ruminasia
peragut (browsing), namun pada besar (sapi dan kerbau) adalah berupa
umumnya peternak menganggapnya sapi bali. Hal ini disebabkan karena
sebagai perumput. Sehingga basis sapi bali memiliki sifat unggul
pakannya sebagian besar diberi terutama mampu hidup dengan
rumput, sehingga tidak jarang pemberian pakan seadanya. Namun
berdampak negatif terhadap demikian, potensi genetik sapi bali
pertumbuhannya. tidak akan muncul secara optimal jika
Konsekuensi logis dari diberikan hijauan saja.
pemberian pakan berbasis rumput Di NTT menurut Belli dkk.
adalah nilai cernanya relatif rendah (2008) berat badan lahir anak sapi bali
sebagai akibat serat kasarnya tinggi, rata-rata 16,0 kg dengan variasi 11,4
sehingga tidak mampu memenuhi sampai dengan 21,5 kg. Berat sapih
kebutuhan mikroba rumen dan hewan berkisar antara 50 – 75 kg; untuk sapi
inang akan nutrien. Kecernaan nutrien jantan sebesar 75 – 87,6 kg dan betina
pakan secara in vivo pada ternak sebesar 72 – 77,9 kg. Berat umur
ruminansia ditentukan oleh kan- setahun berkisar antara 99,2-129,7 kg
dungan serat kasar pakan (faktor dimana sapi betina sebesar 121-133 kg
eksternal) dan aktivitas mikroba dan jantan sebesar 133-146 kg. Berat
rumen (faktor internal), terutama dewasa berkisar antara 211-303 kg
bakteri dan interaksi dari kedua faktor untuk ternak betina dan 337-494 kg
tersebut. Menurut Orskov dan Ryle untuk ternak jantan (Talib et al., 2003).
(1990) pada kondisi rumen tertentu, Pertambahan berat badan ternak sapi
bakteri belum mampu mencerna Bali dengan pakan yang baik dapat
pakan yang berserat kasar tinggi mencapai 0,7 kg/hari bahkan
secara maksimal. mencapai 1 kg/hari untuk jantan
Sebagai ternak potong, dewasa dan 0,3 - 0,4 kg/hari pada
pertumbuhan sapi Bali tergantung betina dewasa (Siregar 1996).
pada kualitas nutrien yang Usaha penggemukan ternak
terkandung pada tiap bahan pakan sapi bali yang dilakukan peternak
yang dimakan.Pada umumnya, pada sentra penggemukan di Jambi
kebutuhan nutrien bagi ternak sapi seperti di daerah Tangkit, Muara
adalah energi berkisar 60 – 70% “Total Kumpeh dan Kasang Pudak pada
Digestible Nutrien” (TDN), protein umumnya memberi pakan ternaknya

98
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 97-108
eISSN: 2528 0805 ; pISSN: 1410 7791

hanya mengandalkan rumput, yakni esensial seperti Zn dan Cu. Seng (Zn),
jenis rumput rawa yasng didominasi berperan dalam berbagai fungsi enzim
jenis rumput kumpai(Hyampeacne yang ada hubungannya dengan
amplexicaulis Rudge Ness). Rumput ini metabolisme karbohidrat, degradasi,
memiliki habitat hidupnya di daerah sintesis protein dan asam nukleat
rawa-rawa pasang surut dan memiliki (NRC, 1976; Tillman, dkk.,1989).
kandungan nutrisi BK 30.78%, PK Sementara itu Cu peranannya sangat
13.20%, LK 3.65%, SK 29.36%BETN, penting baik terhadap proses
47.99%Abu, 5.80% (Afzalani, dkk. fermentasi rumen, maupun dalam
2005). Hasil pengamatan laju proses sintesis hemoglobin yang
degradasi BK rumput kumpai lebih selanjutnya akan berpengaruh
rendah dibandingkan dengan rumput terhadap pertumbuhan ternak.
raja (King grass). Rendahnya laju (Hartati, dkk. 2009).
degradasi BK rumput kumpai Pemberian mineral dalam
disebabkan karena tingginya bentuk organik dapat meningkatkan
komponen serat (Afzalani dan Haroen, ketersediaannya sehingga dapat lebih
2000). Dari hasil pengamatan di tinggi diserap dalam tubuh ternak
lapangan, laju pertumbuhan pada (Muhtarudin, 2003; Muhtarudin dan
penggemukan sapi bali di sentra- Widodo, 2003). Mineral dalam bentuk
sentra penggemukan relatif lambat chelates dapat lebih tersedia diserap
dimana dengan rata-rata bobot awal dalam proses pencernaan. Agensia
100-120 kg, rata-rata bobot badan pada chelating dapat berupa karbohidrat,
saat dipanen mencapai 180-220 kg lipid, asam amino, fosfat, dan vitamin.
selama periode 6-8 bulan pengge- Dalam proses pencernaan chelates
mukan,.dengan tingkat pertumbuhan dalam ransum memfasilitasi
rata-rata harian mencapai 0.4 kg. menembus dinding sel usus. Secara
Rataan pertambahan bobot badan ini teoritis, chelates meningkatkan
masih rendah dari potensi genetik sapi penyerapan mineral.
bali yang dapat mencapai 0.7 – 1 kg Potensi bahan yang dapat
per hari jika diberi pakan yang baik digunakan sebagai suplemen pakan
(Siregar 1996). dan agensia chalating yang cukup
Untuk mencapai tingkat banyak tersedia adalah berupa ampas
pertumbuhan yang optimal, maka tahu. Ampas tahu merupakan limbah
diperlukan langkah strategis untuk yang dihasilkan dari pabrik
mencapainya antara lain dengan pengolahan tahu dan belum banyak
teknologi suplementasi pakan yang dimanfaatkan sebagai bahan pakan,
menyediakan sumber N (protein) dan banyak dibuang sebagai limbah serta
kerangka karbon (C) sebagai sumber harganya relatif sangat murah.
energi yang diperlukan untuk fungsi Oleh karena itu, upaya
fisiologis ternak dan mikrob rumen pendeketan integrasi pemberian pakan
(Leng,, dkk. 1991). berupa ampas tahu dan pemberian
Kecukupan karbohidrat sebagai mineral organik dapat dilakukan
sumber energi (kerangka C) dan dengan memanfaatkan potensi bahan
protein sebagai sumber N, ternak pakan lokal yang tersedia. Melalui
ruminansia masih membutuhkan zat upaya ini laju pertumbuhan ternak
makanan lain yakni mineral mikro sapi bali penggemukan dapat

99
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 97-108
eISSN: 2528 0805 ; pISSN: 1410 7791

meningkat, periode pemeliharaan


dapat lebih singkat serta kapasitas Proses Pembutan Zn-Cu Organik
ternak yang dipelihara dapat Prosedur pembuatan mineral
ditingkatkan. Peningkatan kapasitas organik dilakukan berdasarkan
ternak yang dipeliharaa pada akhirnya petunjuk Hartati, dkk., (2009). Produksi
akan dapat meningkatkan tambahan mineral organik dilakukan dengan
pendapatan bagi petani. Disisi lain hal memanfaatkan bahan pakan lokal
positif yang juga memiliki potensi berupa ampas tahu sebagai carrier.
ekonomi adalah ketersediaan kotoran Proses pembuatan dilakukan sebagai
ternak yang dapat digunakan sebagai berikut : 1) Timbang sebanyak 600 g
sumber pupuk organik bagi sayuran ampas tahu dan masukkan kekantong
dan buah-buahan. plastik tahan panas dicampurkan
dengan larutan mineral ZnSO4 dan
Materi Dan Metode CuSO4 dengan konsentrasi larutan
menggunakan 3000 ppm untuk Zn dan
Materi 500 ppm Cu masing-masing 200 ml. 2)
Ternak yang digunakan Ampas tahu bermineral tersebut
sebanyak 12 ekor sapi Bali jantan dikukus selama ±1 jam, sesudah 1 jam
muda umur 1.5 tahun dengan kisaran diangkat, ditiriskan dan disimpan
berat badan 120 - 130 kg. Kandang dalam wadah plastik. 3) Setelah dingin
individual sebanyak 12 unit yang taburkan 0,5 gram ragi tempe
dilengkapi dengan tempat makan dan komersial di atasnya, wadah
air minum. Pakan yang diberikan dibungkus kertas dan diinkubasikan
yaitu berupa hijauan rumput rawa selama 3 hari. 4) Pada hari ke empat
(Hyampeacne amplexicaules Rudge mineral organik siap dipanen lalu
Ness) yang diberikan secara tidak dijemur di bawah sinar matahari ± 2
terbatas sesuai dengan kebiasaan hari, setelah kering bahan digiling dan
peternak. Sedangkan ampas tahu siap untuk digunakan dalam ransum.
diberikan sebanyak 1% dari berat
badan. Mineral organik berupa Zn dan Pelaksanaan penelitian
Cu diberiakan sebanyak 1%, 2%, dari Pada awal masa penelitian
BK ampas tahu yang diberikan. Air ternak ditimbang untuk mengetahui
minum diberikan ad libitum. Peralatan berat badan awal dari ternak tersebut.
yang digunakan dalam penelitian ini Setelah penelitian berjalan, setiap 2
antara lain adalah : Ember, sekop, minggu sekali dilakukan penim-
sapu, timbangan elektrik, timbangan bangan bobot badan guna mengetahui
gantung, timbangan duduk, kantong pertambahan bobot badan sapi.
kresek dan karung. Penimbangan sapi Pemberian pakan dilakukan
menggunakan timbangan salter mulai pada pagi hari, diawali dengan
dengan kepekaan 0,5 kg artinya pemberian mineral organik yang telah
timbangan ini dapat menimbang dicampur dengan ampas tahu sampai
benda yang beratnya minimal ≥ 0,5 kg habis, setelah itu diikuti dengan
dan daya tolerannya 1000 kg. pemberian hijauan. Pemberian ampas
Timbangan konsentrat menggunakan tahu yang dicampur mineral
timbangan duduk dengan kepekaan dilakukan 2 kali sehari yakni pagi
0,05 dan daya toleran 5 kg. sekitar jam 8.00 Wib dan sore pada
pukul 16.00 wib. Hijauan berbasis

100
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 97-108
eISSN: 2528 0805 ; pISSN: 1410 7791

rumput rawa diberikan setelah Kabupaten Muaro Jambi dengan


pemberian ampas tahu yang dicampur pemeliharaan secara intensif berbasis
mineral organik. pakan hijauan rumput rawa.
Sebelum pemberian pakan, Pemberian hijauan dilakukan secara
semua pakan ditimbang berdasarkan cut and carry.
kebutuhan dari masing-masing ternak, Sebelum awal masa
serta sisa pakan yang ada pada tempat penyesuaian terlebih dahulu kandang
makan dilakukan penimbangan pada dibersihkan dan disemprotkan des-
keesokan harinya untuk memperoleh infektan guna mencegah pertumbuhan
data konsumsi pakan. mikroorganisme pathogen selama
penelitian berlangsung. Sebelum
Rancangan penelitian digunakan sebagai objek penelitian
Percobaan in vivo dilaksanakan semua tenak diberi obat cacing
menggunakan Rancangan Acak albentak berupa bolus sebanyak 1.5
Kelompok dengan empat perlakuan bolus sesuai rekomendasi
dan tiga ulangan. Perlakuan yang pemberiannya.
diberikan dalam penelitian ini terdiri Pada saat penelitian dimulai,
dari : ternak-ternak sapi tersebut diberikan
R0 = Rumput rawa + 0% Ampas ampas tahu sebagai suplemen pakan.
Tahu (AT) + 0% Zn-Cu Organik Terlihat bahwa tidak sulit untuk
R1 = Rumpu Rawa + 1% AT/kg memperkenalkan ampas tahu pada
BB Sapi + 0% Zn-Cu Organik sapi bali yang digunakan dalam
R2 = Rumput rawa + 1% AT/kg penelitian, selama 3 hari semua ampas
BB sapi + 1% Zn-Cu Organik/kg BK tahu yang diberikan sudah habis
AT terkonsumsi tanpa ada penolakan dari
R3 = Rumput rawa + 1% AT/kg sapi, seperti tercantum pada gambar 1.
BB sapi + 2% Zn-Cu Organik/kg BK Kondisi sapi secara umum pada saat
AT dimulainya penelitian sampai akhir
Analisis statistik dilakukan penelitian memperlihat kondisi yang
menggunakan program SPSS versi cukup baik. Respon ternak terhadap
17.0. perlakuan yang diberikan cukup
positif, dan ternak sapi terlihat cukup
Peubah yang diukur sehat.
Peubah yang diukur dalam
penelitian ini terdiri dari : Konsumsi Konsumsi
Bahan Kering Ransum, Pertambahan Pengukuran konsumsi BK
Bobot Badan Ternak, Efisiensi ransum ransum diperlukan untuk mengetahui
seberapa besar palatabilitas ransum
Hasil Dan Pembahasan yang diuji pada ternak sapi bali. Hasil
pengukuran konsumsi BK ransum
Keadaan umum ternak sapi penelitian tercantum pada Gambar 1.
penelitian Dari Gambar 1 diatas terlihat
Sapi yang digunakan dalam bahwa konsumsi BK ransum yang
penelitian ini adalah sapi Bali jantan diperoleh dalam penelitian ini berkisar
muda yang dipelihara peternak di 4.89 – 6.99 kg/ekor/hari. Hasil analisis
Desa Tangkit Kecamatan Sei Gelam ragam menunjukkan bahwa konsumsi

101
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 97-108
eISSN: 2528 0805 ; pISSN: 1410 7791

BK ransum pada ternak sapi bali Hal ini wajar terjadi mengingat
dipengaruhi (P<0.05) oleh perlakuan perlakuan R0 ternak sapi bali hanya
suplementasi ampas tahu (AT) dan mengkonsumsi hijauan rumput rawa
mineral Zn-Cu organik. Perlakuan R1, saja tanpa mendapat suplementasi AT
R2, R3 lebih tinggi (P<0.05) maupun meneral Zn-Cu organik.
dibandingkan R0. Sementara itu antara Tingginya konsumsi BK ransum
R1, R2 dan R3 tidak nyata (P>0.05).

kg/ekor/hari
9
6.99a
8
6.97a 6.97a
7
6 4.89b
5
4
3
2
1
0
R0 R1 R2 R3

Perlakuan Suplementasi AT dan Mineral Zn-Cu Organik

Gambar.1. Rataan Konsumsi BK (kg/ekor/hari)


rumen yang semakin tinggi. Rowe
perlakuan R1, R2, dan R3 dkk. (1980) laju pengosongan isi
menunjukkan bahwa ternak sapi bali rumen semakin cepat pada ternak sapi
mendapatkan tambahan pasokan (Zebu x Holstein) yang mendapat
nutrien yang berasal dari AT. suplementasi molases dan ubi kayu
Hasil pengukuran konsumsi (cassava root). Peningkatan ini terjadi
BK hijauan pada ternak sapi bali yang karena meningkatnya sintesis mikroba
mendapatkan suplementasi AT dan di rumen secara linier dengan model
mineral organik cenderung mening- persamaan Y = 4.29 + 0.27 X dengan R2
katkan jumlah konsumsi BK hijauan = 0.62. Hartati., dkk. (2009)
yang dikonsumsi dengan rataan menyatakan bahwa 40-80% dari
peningkatan sebesar 5.23%. Pening- kebutuhan asam amino bagi ternak
katan konsumsi BK hijauan menun- berasal dari mikroba. Oleh sebab itu,
jukkan bahwa ada proses perbaikan peningkatan populasi mikroba
pencernaan BK hijauan oleh mikroba terutama bakteri selulolitik didalam
di rumen. Peningkatan kecernaan oleh rumen menjadi sangat esensial bagi
mikroba di rumen menyebabkan laju ternak ruminansia karena enzim yang
aliran partikel pakan dari rumen ke dihasilkan oleh bakteri tersebut sangat
usus halus semakin meningkat yang berperan dalam mencerna serat pada
diikuti juga oleh laju pengosongan isi pakan berkualitas rendah.

102
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 97-108
eISSN: 2528 0805 ; pISSN: 1410 7791

sampai dewasa (Soeparno, 1991).


Pertambahan bobot badan Menurut Pane (1991) pertumbuhan
Pertumbuhan ternak sapi dapat biasanya dimulai perlahan-lahan
dilihat melalui penimbangan pertam- kemudian mulai berlangsung lebih
bahan berat badan atau perubahan cepat dan akhirnya perlahan-lahan
yang terjadi pada ukuran tubuh. lagi atau sama sekali berhenti sehingga
Proses pertumbuhan ternak sapi membentuk kurva pertumbuhan yang
merupakan hasil dari pertumbuhan berbentuk sigmoid. Fakor yang
bagian-bagian tubuh yang berbeda- mempengaruhi pertumbuhan pada
beda, diawali oleh dengan pertum- ternak sapi adalah , jenis sapi, jenis
buhan rangka, otot-otot dan terakhir kelamin, umur, kualitas pakan, teknik
lemak, dimana pertumbuhan otot pengolahan pakan,serta manajemen
berlangsung pada umur 1,5 tahun pemberian pakan. Hasil pengukuran
sampai pada umur 2,5 tahun (Santosa, efek suplementasi ampas tahu dan
1995). mineral Zn-Cu organik tercantum
Proses pertumbuhan pada pada Gambar 2.
ternak sapi dimulai sejak awal
terjadinya pembuahan sampai dengan
pedet itu lahir, dilanjutkan hingga

kg/e/hr
0,6 0.51a

0,5 0.39b
0.34c
0,4

0,3
0.23d
0,2

0,1

0
R0 R1 R2 R3
Perlakuan Suplementasi AT dan Mineral Zn-Cu Organik

Gambar.2. Rataan Pertambahan Bobot Badan (kg/ekor/hari)


Rataan pertambahn bobot menghasil pertambahan bobot badan
badan yang diperoleh dalam yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini
penelitian ini berkisar antara 0.23 – sejalan dengan yang dilaporkan
0.51 kg/ekor/hari. Hasil analisis Hartatik dkk. (2009) dimana terjadi
ragam menunjukkan bahwa peningkatan pertamabahn bobot
suplementasi ampas tahu dan mineral badan yang lebih tinggi pada sapi bali
Zn-Cu organik berpengaruh (P<0.05) betina bunting yang diberi mineral
terhadap pertumbuhan sapi bali jantan ZnSO4 sebanyak 150 mg/kg BK pakan
muda. Sapi bali yang mendapat padat gizi yang mengandung minyak
kombinasi suplementasi Ampas tahu lemuru 1.5% dari BK konsentrat, yakni
dengan mineral organik cenderung sebesar 0.44 kg/ekor/hari.

103
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 97-108
eISSN: 2528 0805 ; pISSN: 1410 7791

Kombinasi suplementasi AT berpengaruh signifikan terhadap


dengan mineral Zn-Cu organik peningkatan proses fermentasi dalam
sebanyak 2% dari BK ampas tahu rumen dan kecernaan in vitro ransum
dalam penelitian ini mengasilkan berbasis standing hay rumput kume
pertambahan bobot badan sapi bali amoniasi. Sementara itu Chaerani
tertinggi yakni 0.51 kg per hari. Hal ini (2004) melakukan penelitian tentang
menunjukkan bahwa ada perbaikan mineral organik berupa ransum
pertambahan bobot badan sapi bali suplemen yang mengandung ikatan
yang mendapat suplementasi mineral AT dengan Zn dan Cu. Suplementasi
Zn-Cu organik. Zn menghasilkan taraf konsumsi BK,
Rojas dkk., (1995) menyatakan PK dan energi dapat dicerna per ekor
bahwa bioavalabilitas mineral organik yang lebih tinggi daripada
ternyata lebih tinggi dibandingkan suplementasi mineral lainnya.
dengan mineral an organik. Mineral 3.4.Efisiensi ransum
organik ternyata lebih mudah Pengukuran nilai efisiensi
terinkoporasi ke dalam sel mikroba di penggunaan ransum dilakukan untuk
rumen, akibatnya pertumbuhan melihat gambaran nilai manfaat
mikroba rumen menjadi labih baik. ransum yang dikonsumsi untuk
Selanjutnya Tanuwiria (2004) menya- dikonversikan menjadi pertumbuhan
takan bahwa ketersediaan hayati bobot badan ternak. Rataa nilai
dalam bentuk Cu-proteinat (bentuk efisiensi ransum pada sapi bali yang
organik) lebih tinggi dibandingkan mendapatkan suplementasi ampas
dengan CuSO4 (bentuk anorganik) tahu dan kombinasi ampas tahu
bagi anak sapi. Selanjutnya hasil dengan mineral Zn-Cu organik dapat
penelitian Hartati, dkk. (2009) dilihat pada Gambar 3.
menunjukkan bahwa kombinasi
ZnSO4 dan Zn-Cu Isoleusinat

%
9
7,92
8
7
6 5,65
4,71 4,77
5
4
3
2
1
0
R0 R1 R2 R3
Perlakuan Suplementasi AT dan Mineral Zn-Cu Organik
Gambar.3. Rataan Efisiensi Penggunaan Ransum (%)

104
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 97-108
eISSN: 2528 0805 ; pISSN: 1410 7791

Hasil analisis ragam Berdasarkan hasil penelitian ini


meperlihatkan bahwa nilai efisiensi dapat disimpulkan sebabgai berikut
penggunaan ransum tidak nyata bahwa Suplementasi AT dan mineral
(P>0.05) dipengaruhi oleh perlakuan organik dapat meningkatkan kon-
suplementasi AT dan kombinasi AT sumsi BK, Pertumbuhan sapi Bali
dengan mineral Zn-Cu organik. jantan muda yang mendapat pakan
Namun demikian suplementasi AT dasar rumput rawa. Suplementasi
dan kombinasi AT dan mineral kombinasi AT dan mineral organik
organik cenderung dapat memper- sebanyak 2% dari BK AT meng-
baiki nilai efisiensi penggunaan hasilkan pertumbuhan sapi bali jantan
ransum. Pada dasarnya efisiensi muda yang lebih baik dari perlakuan
penggunaan ransum merupakan lainnya.
perbandingan antara pertambahan
bobot badan dengan besarnya jumlah Ucapan Terima Kasih
BK ransum yang dikonsumsi.
Sehingga besarnya konsumsi BK Terima kasih disampaikan
ransum dalam batas tertentu jika kepada bapak Rektor, Dekan Fakultas
diikuti dengan peningkatan bobot Peternakan Universitas Jambi dan
badan yang lebih besar membuat Ketua Lembaga Penelitian Universitas
ransum tersebut lebih efisien. Jambi yang telah mendukung
Nilai efisiensi penggunaan pendanaan penelitian ini melalui dana
ransum sangat ditentukan oleh BOPT Universitas Jambi.
kualitas ransum, kecernaan ransum
serta faktor genetik dari ternak. Daftar Pustaka
Church (1999) menyatakan bahwa
konsumsi pakan pada ternak Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi
ruminansia dipengaruhi oleh pala- Potong. Agro Media Pustaka,
tabilitas pakan, daya cerna, waktu Jakarta.
retensi pakan dalam rumen, ukuran
tubuh ternak, jenis kelamin, status Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan
fisiologis ternak dan lingkungan Ternak Umum. Penerbit.
diantaranya yang sangat berperan Gramedia. Jakarta.
adalah nutrisi. Meskipun ternak
ruminansia memiliki kapasitas rumen Bamualim, A. 1988. Prinsip-Prinsip
yang besar, akan tetapi jumlah pakan Dalam Pemberian Makanan
yang dikonsumsi masih dibatasi oleh Ternak Sapi Bali. Dalam :
laju kecernaan dan sisa makanan yang Prinsip-Prinsip dan Metode
dapat dikeluarkan dari saluran Penelitian Peternakan. Kum-
pencernaan (Tillman, dkk., 1989). pulan Materi Kursus (11-12
Semakin baiknya kualitas pakan akan Januari 1988). Balai Penelitian
menyebabkan semakin baik pula Ternak. Lili-Kupang.
efisiensi penggunannya oleh ternak
(Nursjamsiah, 1994). Bandini, Y. 1997. Sapi Bali. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Kesimpulan
Bandini, Y. 1999. Sapi Bali. Penebar
Swadaya, Jakarta.

105
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 97-108
eISSN: 2528 0805 ; pISSN: 1410 7791

Kume (andropogon timorensis)


Belli HLL, Jelantik IGN, Holtz W. 2008. Amoniase. Laporan Penelitian
Improving Calf Performance by Fundamental Fakultas Peter-
Supplementation in Bali Cattle nakan, UNDANA, Kupang.
Grazing Communal Pastures in
West Timor, Indonesia Proc Leng, R. A. J. J. Davis, G. Bremner and
Aust Soc Anim Prod Vol. 27. M. W. Thomas Sewska. 1991.
Recycling of agricultural and
Gasper. 1990. Buku Pintar Peternakan. Agro-Industrial by Product and
Penerbit Gramedia Widiasarana Waste for Animal Feed and
Indonesia. Jakarta. Environmental Sanitation.
Material for the Short Course,
Hartati, E. 1998. Suplementasi Minyak Denpasar.
Lemuru dan Seng ke dalam
Ransum yang Mengandung Lubis, D. A. 1963. Ilmu Makanan
Silase Pod Kakao dan Urea Ternak. Cetakan kedua. PT.
untuk memacu Pertumbuhan Pembangunan. Jakarta.
Sapi Holstein Jantan. Disertasi
Program Sarjana IPB, Bogor. Mc. Donald. P, RA. Edwards and J. F.
D. Greendhalgh. 1988. Animal
______dan N. G. F. Katipana. 2006. Nutrien 4th edition. Logman
Sifat Fisik, Nilai Gizi dan Sorentific and Techmical, New
Kecernaan In Vitro York. Underwood, E. J. Trace
Standinghaylage Rumput Kume Mineral in Human and Animal
Hasil Fermentasi menggunakan Nutrition. 4th. New York.
Gula Lontar dan Feses Ayam. Acamedic Press.
Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan NRC. 1976. Nutrient Requiremenst of
Veteriner 2006. Hal: 885-890. Beef Cattle National. Academy
of Science, Washinton, DC.
______, N. G. F. Katipana dan A. Saleh.
2007. Manfaat Pakan Padat Gizi Nursjamsiah. 1994. Efek campuran
yang Mengandung Minyak rumput gajah, dedak jagung
Lemuru dan Seng untuk dan konsentrat komersial
Perbaikan Mutu Fetus Sapi Bali terhadap performans sapi PO.
pada Akhir Kebuntingan. Skripsi. Fakultas Peternakan,
Laporan Penelitian Hibah Universitas Padjajaran,
Bersaing. FAPET UNDANA, Bandung.
Kupang.
Pane, I. 1991. Produktivitas dan
______, A. Saleh dan E. D. Sulistidjo. Breeding Sapi Bali. Pros.
2009. Optimalisasi Proses Seminar Nasional Sapi Bali. 2-3
Fermentasi Rumen dan September 1991. Fakultas
Pertumbuhan Sapi Bali melalui Peternakan Universitas Hasa-
Suplementasi Zn-Cu Isoleusinat nuddin. Ujung Pandang.
dan ZnSO4 pada Ransum
Berbasis Standinghay Rumput

106
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 97-108
eISSN: 2528 0805 ; pISSN: 1410 7791

Parakksi, A. 1999. Ilmu Gizi dan dan Fenilpropionat terhadap


Makanan Ternak Monogastrik. Performans Bakteri Selulotik
Diklat FAPET IPB. Bogor. Cocci dan Batang dalam
mencerna Serat Hijauan Pakan.
Payne, W.J.A. and Rollinson, D.H.L. J. Ilmu Ternak dan Vet., 5 (2):
1973. Bali Cattle. World Anim. 92-99.
Rev. 7, 13-21
Thalib, C., K. Entwistle, A. Siregar,. S.
Rowe, J.B. F. Bordas dan T.R. Preston. Budiarti-Turner, and D. Lisday.
1980. Protein synthesis in the 2003. Survey of Population and
rumen of bulls given different Production Dynamics of Bali
levels of molasses and cassava Cattle and Existing Breeding
root. J. Tropi Anim Prod. 5 (1) ; Program in Indonesia.
57-62. Proceeding of an ACIAR
Workshop on “ Strategies to
Tanuwiria, U. H. 2004. Efek Improve Bali Cattle in Eastern
Suplementasi Zn-Cu Proteinat Indonesia”. Denpasar, Bali.
dalam Ransum terhadap
Fermentabilitas dan Kecernaan Tillman, A. D, H. Hartadi, S.
In-Vitro. Jurnal Ilmu Ternak. 4 Reksohardiprodjo, S. Prawiro-
(1): 7-12. kusumo. S. Lebdosoekojo. 1989.
Ilmu Makanan Ternak Dasar.
Thalib, A., B. Haryanto, S. Kompiang, Fakultas Peternakan Universitas
I. W. Mathius, dan A. Ainin. Gadjah Mada, Yogyakarta.
2000. Pengaruh Mikromineral

107
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 97-108
eISSN: 2528 0805 ; pISSN: 1410 7791

98

Anda mungkin juga menyukai