OLEH :
Nama : Poltak Romario Siboro
Npm : E1J017134
Kelompok (Shift) : Selasa, 10.00-12.00 (WIB)
Kelas : BD
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktek lapang dan penulisan laporan ini adalah:
1. Untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang cara menentukan
bahan tanam dan melakukan perbanyakan / budidayanya, untuk setiap jenis
pangan alternatif.
2. Mendeskripsikan pembuatan donat dari Uwi
BAB II
METODE DAN PELAKSANAAN
Praktikum ini dilakukan pada bulan September s/d November 2019.
Penelitian dilakukan di Muara bangkahulu, Bengkulu dengan ketinggian 10 m
dpl.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
cangkul, cablak, 100 kg urea ha-1, 100 kg SP36 ha-1, dan 100 kg KCl ha-1 dan
pupuk kandang.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1. Uwi
Persiapan Lahan
Lahan disiapkan dengan membuat guludan diatas lahan praktikum
seluas 2x3m, dengan tinggi 50cm dengan panjang 3 m yang berjarak
75 cm antar pucuk guludannya. Kemudian lapangan percobaan diberi
pupuk kandang sebagai pupuk dasar dalam alur dengan dosis 10
ton/ha.
Penanaman
Setelah guludan selesai, langkah berikutnya membuat lubang tanam
pada tengah guludan berjarak 40 cm antar tanaman.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pemberian ajir, pemupukan,
penyiraman, dan pengendalian hama dan penyakit. Pada umur 3
minggu setelah tanam, tanaman diajir dengan kayu sepanjang 3 m
yang dipasang saling-silang dan diikat dengan tali. Pemupukan
dilakukan dengan dosis setara 100 kg urea ha -1, 100 kg SP36 ha-1, dan
100 kg KCl ha-1. Separuh dosis urea dan seluruh SP36 dan KCl
diberikan pada saat tanam, dan sisa urea diberikan pada 8 mst.
Penyiraman dilakukan setiap pagi hari hingga mencapai kapasitas
lapang. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara preventif
setiap tiga minggu sekali dengan menggunakan campuran insektisida
dan fungisida dengan takaran 2 mL dan 2 g L-1.
3.2.2. Kacang Bogor
Persiapan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan cara penggemburandengan
menggunakan alat cangkul.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara yaitu benih ditanam pada setiap
lobang tanam. Kemudian ditutup lagi dengan tanah.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari, pagi dan sore hari. Pemupukan
dilakukan pada saat penyulaman, pupuk yang diberikan yaitu pupuk
NPK.
3.2.3. Sorgum
Persiapan lahan
Tanah diolah sedalam 15 – 20 cm untuk menggemburkan tanah,
memperbaiki drainase, mendorong aktivitas mikroba tanah sekaligus
mematikan gulma.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara ditugal sedalam 5 cm. Jarak tanam
yang dianjurkan adalah 75 cm x 25 cm dengan 2 tanaman per lubang.
Setelah benih ditanam, ditutup dengan abu sekam atau tanah.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari, pagi dan sore hari. Pemupukan
dilakukan 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 7 - 10 hari setelah
tanam (hst) dengan dosis 300 kg ponska/ha. Pemupukan kedua
dilakukan pada saat tanaman berumur 30 – 35 hst dengan dosis 250 kg
urea/ha. Pupuk diberikan dalam lubang/larikan + 15 cm di samping
tanaman. Penyiangan dilakukan sebanyak dua kali,yaitu pada umur 21
dan 45 hst. Penyiangan dilakukan dengan cangkul atau alat penyiang
mekanis. Adapun pemberian air dilakukan dengan menyesuaikan
kondisi hujan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. Uwi
4.1.3. Sorgum
4.2 Pembahasan
4.2.1. Uwi
Kingdom : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : liliopsida
Ordo : Dioscoreales
Famili :Dioscoreaceae
Genus :Dioscorea
Spesies :Dioscorea alata
Uwi (Dioscorea spp.) adalah tanaman pangan pokok berpati yang sangat
penting dalam pertanian tropika dan sub tropika karena tanaman ini
menunjukkan siklus pertumbuhan yang kuat(Afidin dkk, 2014). Uwi
memiliki potensi sangat besar sebagai pangan alternatif sumber karbohidrat.
Beragam spesies dalam famili ini secara tadisional telah biasa digunakan
sebagai bahan pangan. Setiap 100 g umbi dioscorea mengandung berkisar
antara 320 – 470 kalori dan 2,0 g – 2.7 g protein (French, 2006).
Umbi uwi dapat digunakan sebagai makanan pokok karena memiliki
kandungan karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Umbi tanaman uwi
diketahui mengandung chitinase dan lectins yang berperan sebagai protein
pertahanan. Keduanya merupakan protein yang dapat berfungsi sebagai
fungisida dan insektisida. Bahkan lectin dikenal sebagai anti serangga, anti
mikroba, dan racun bagi mamalia. Pada spesies tertentu, aktivitas chitinase
dapat mencapai 10% dari total protein tersimpan (Gaidamashvili et al.,
2004).
Budidaya Uwi
Budidaya tanaman uwi cukup mudah dan tidak memerlukan perawatan
khusus, namun bila dilakukan dengan budidaya yang tepat, tentu akan
menambahkan keuntungan bagi petani karena akan menghasilkan umbi
yang besar-besar. Tanaman uwi dapat ditanam secara tumpang sari ataupun
secara monokultur. Masyarakat Papua Nugini biasa menanamnya secara
bergilir(FlachdanRumawas.1996).
Bibit dapat diperoleh dari biji, serta umbi yang berada di tanah. tanaman
baru sering tidak memiliki sifat yang sama dengan induknya dan jumlah
umbi per satuan luasnya sedikit (Deptan 2002). Menurut Bimantoro (1981),
bibit yang baik adalah umbi yang sedang tidak tumbuh (dormant) yang
digali pada musim kemarau pada saat bagian-bagian tanaman di atas tanah
sudah kering dan mati. Masa dormansi umbi berkisar antara 2–4 bulan
setelah panen, tetapi dapat dipatahkan dengan ethylene chlorohydrin (Flach
dan Rumawas 1996).
Pemeliharaan uwi sangat ringan dan ekonomis, pemeliharaan khusus
dapat dikatakan tidak ada. Umbi yang besar dapat diusahakan dengan
membiarkan satu tunas saja yang tumbuh terus. Tanaman juga diusahakan
memanjat dengan cara merambatkan pada tiang-tiang bambu atau pada
pohon-pohon di dekat tempat tumbuhnya. Menurut Purnomo et al. (2012a),
masyarakat di sekitar hutan Wonosadi, Gunung Kidul, Yogyakarta lebih
memilih tanaman Lamtoro (Lechaena glauca L.) sebagai inang belitan yang
spesifik agar mendapatkan hasil umbi yang paling baik. Hal ini dikarenakan
tanaman inang tersebut tajuknya tidak terlalu tinggi dan mudah bergerak
oleh angin sehingga tajuk tanaman uwi dapat ikut serta. Tanah juga perlu
dibumbun agar umbinya tidak tersembul keluar dari permukaan tanah. Umbi
yang tersembul keluar permukaan tanah dapat menyebabkan rasa pahit.
Panen uwi tergantung dari jenis dan kebutuhannya. Ciri-ciri tanaman uwi
yang dapat dipanen ditandai dengan daun-daunnya yang menguning
kemudian rontok dan pohonnya mulai mengering. Waktu yang paling baik
untuk memanen adalah pada musim kemarau (Bimantoro 1981). hasil umbi
yang tinggi dan kualitas umbi yang baik dihasilkan dari umbi yang dipanen
ketika sulur tanaman kering. Lebih lanjut Manu et al. (2013) melaporkan
umbi uwi yang dipanen pada umur 9 bulan memiliki bahan kering dan pati
yang tinggi dibandingkan dengan uwi yang dipanen pada umur 5 dan 7
bulan.
4.2.2 Sorgum
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Sorghum
Spesies : Sorghum bicolor
Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) adalah tanaman serbaguna yang
dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku
industri. Sorgum memiliki kandungan nutrisi yang baik, bahkan kandungan
protein dan nutrisi penting sorgum lebih tinggi dibandingkan dengan beras.
Menurut Leder (2004), kandungan karbohidrat biji sorgum relatif sama
dengan beras, bahkan kadar protein, kalsium, besi, dan posfor lebih tinggi.
Kandungan protein dan mineral yang tinggi ini menunjukkan kelayakan
sorgum sebagai bahan pangan, khususnya bagi masyarakat pedesaan di
lahan marjinal. Kandungan protein pada sorgum lebih tinggi dari jagung dan
hampir sama dengan gandum, namun protein sorgum bebas glutein.
Pada praktikum ini ditemukan kendala pada saat penanaman, pada
penanaman pertama tanamn sorgum tidak tumbuh sama sekali karena pada
saat bibit telah ditaman tanaman kekurangan sumber air yang cukup serta
benih dimakan semut. Kemudian saya melakukan penyulaman sehingga
seminggu kemudian tanaman sorgum yang ditanam sudah mulai tumbuh.
Dari beberapa jurnal yang saya baca bahwa tanaman sorgum ini tetap
dapat tumbuh walaupun dalam keadaan miskin air, akan tetapi pada saat
saya melakuka pratikum pada penanaman pertama itu hasil tanaman sorgum
kami yang tumbuh dapat dikatakan 0%, kemudian setelah kami melakukan
penyulaman dan ada sedikit bantuan air hujan setelah penyulaman barulah
taman sorgum kami seminggu kemudian sudah mulai tumbuh dan hingga
akhir waktu pratikum tanaman sorgum kami tumbuh sebanyak 92%.
Tanaman sorgum tidak hanya kaya serat sorgum juga mengandung
antioksidan, nutrisi seperti vitamin B, vitamin E, zat besi dan sebagainya.
Selain itu tanaman sorgum juga dapat dijadikan berbagai olahan seperti
mengelolah tepung sorgum menjadi kue “cup cake sorgum kukus coklat”
dan selain tanaman sorgum ini dapat dijadikan berbagai macam bentuk
olahan dia juga mempunyai kandungan karhohidrat yang baik selain jagung
dan padi. Serta cara mengelolahnyapun tidak rumit. Selain itu tanaman
sorgum ini juga mempunyai manfaat di bidang kesehatan yaitu seperti
dapat menyehatkan jantung.
Dalam pembudidayaan praktikum pangan alternatif ini tidak terlalu di
temukan atau mendapat kendala yang berat karena pembudidayaan tanaman
hanya dalam sekala kecil sehingga ganguan yang terjadi dapat dengan
mudah di tanggulangi.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini ialah
Setelah di lakukan nya budidaya tanman pangan alternatif uwi dan sorgum
maka dapat di tarik kesimpulan bahwa dalam pembudidayaan tanaman
sorgum dan uwi tidak terlalu sulit, serta pemeliharaan tanaman terbilang
mudah, pengendalian opt pada tanaman dapat di lakukan secara manual,
tanpa menguunakan pestisida kimia, pembudidayaan tanaman pangan
alternatif dapat tumbuh dengan baik tanpa ada gangguan opt jika kita
melkukan pengamatan secara bertahap.
5.2. Saran
Adapun saran dari praktikum kali ini ialah sebaiknya jurusan menyediakan
petakan bagi praktikan, dan harapan untuk praktikum lapangan selanjutnya
agara dapat di lakukan secara bersama dan serentak bersama praktikan ynag
lain, sehingga dapat lebih mebuka pemikiran dan bertukar pikiran terhadap
serangan opt pada tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2004 Statistik Indonesia 2003. Biro Pusat Statistik, Jakarta. 610p.
Bimantoro R. 1981. Uwi (Dioscorea spp.) bahan pangan non-beras yang belum
diolah. Bul. Kebun Raya 5(1): 7–18.
http://repository.upnyk.ac.id/id/eprint/6244. Diakses 22 November 2013.
Deptan. 2002. Sekilas pengenalan dan budidaya talas, garut, ganyong, gembili,
ubi kelapa, gadung, iles-iles, dan suweg. Direktorat Kacangkacangan dan
Umbi-umbian, Jakarta. hlm. 53– 57.
Fahmi, A. dan S.S. Antarlina. 2007. Ubi alabio sumber pangan baru dari lahan
rawa. Sinar Tani, 24 Januari 2007.
Flach, M., and F. Rumawas. 1996. Plant resources of South-East Asia No 9,
Plants yielding non-seed carbohydrates, Bogor. pp. 85–97.
French, B.R. 2006. Food plants of Papua New Guinea. A compendium. Revised
edition. Privately published as an electronic book in pdf format. 38 West
St., Burnie. Tasmania 7320 . Australia. Email: bfrench@vision.net.au
Gaidamashvili, M.,Y. Ohizumi, S. Iijima, T. Takayama, T. Ogawa, and K.
Muramoto. 2004. Characterization of the Yam Tuber Storage Proteins
from Dioscorea batatas Exhibiting Unique Lectin Activities. JBC Papers
in Press. Published on March 26, 2004 as Manuscript M402139200
Hoeman, S. 2008. Prospek dan potensi sorgum sebagai bahan baku
biotanol.http://www.bsl0online/energy.
Purnomo, B.S. Daryono, Rugayah, I. Sumardi. 2012a. Studi Etnobotani
Dioscorea spp. (Dioscoreaceae) dan kearifan budaya lokal masyarakat di
sekitar hutan Wonosadi Gunung Kidul Yogyakarta. J. Natur Indonesia
14(3): 191–198.
LAMPIRAN
Tanaman Uwi
Tanaman sorgum