PENDAHULUAN
Metode termodinamika statistic pertama kali dikembangkan selama
bagian akhir dari abad terakhir, sebagian besar oleh Boltzmann di Jerman dan
gibbs di Amerika Serikat. Termodinamika statistic tidak seperti teori kinetic,
tidak terkonsentrasi pada itu sendiri dengan pertimbangan rinci hal-hal seperti
tumbukan antar molekul dengan satu sama lain atau dengan sebuah
permukaan. Sebaliknya, hal ini mengambil keuntungan dari fakta bahwa
molekul adalah properti yang sangat banyak dan rata-rata dari sejumlah besar
molekul dapat dihitung bahkan tanpa adanya informasi apapun mengenai
molekul tertentu.
Statistik Maxwell-Boltzmann sering digambarkan sebagai statistik
bagi partikel klasik yang terbedakan.Sistem partikel klasik terbedakan
merupakan sistem partikel yang konfigurasinya berbeda ketika dua atau lebih
partikel dipertukarkan. Dengan kata lain konfigurasi partikel A di dalam
keadaan 1 dan partikel B di dalam keadaan 2 berbeda dengan konfigurasi
ketika partikel B berada dalam keadaan 1 sedangkan partikel A dalam
keadaan 2.
Ketika gagasan di atas di implementasikan maka akan dihasilkan
distribusi (Boltzmann) biasa dalam berbagai tingkat energi. Pada statistik
Maxwell-Boltzmann dipandang enam dimensi dari pergerakan molekul yakni
tiga dimensi kedudukan dan tiga dimensi kecepatan.Ruang enam dimensi
seperti ini biasa disebut ruang fasa. Ruang fasa ini akan terbagi lagi ke dalam
volume kecil enam dimensi yang disebut sel. Molekul terbagi kedalam sel ini
dan terjadi distribusi molekul menurut sel. Distribusi jumlah molekul dalam
sel tanpa memandang molekul secara individu disebut status makro dari
sistem sedangkan penentuan molekul tertentu (secara individu) dalam tiap
status makro disebut status mikro dari sistem. Jumlah status mikro terhadap
status makro tertentu dinamakan probabilitas termodinamik.
Secara khusus, statistik Maxwell-Boltzmann berguna untuk mempelajari
berbagai sifat gas mampat. Beberapa kasus yang sering dijabarkan dengan
statistik Maxwell-Boltzmann adalah kecepatan dan energi rata-rataBab II
2. KOMPETENSI
2.1 Tujuan
2.2 Indikator
3. PEMBAHASAN
3.1 Statistika termodinamika Maxwell-Boltzmann
wj = gJ N1 ........................................................................................(4.46)
Contohnya jika level dipertimbangkan tiga tempat (gj =3) dan dua partikel a
dan b (Nj =2) , mungkin dari partikel-partikel seperti gambar apat melighat
perbedaan IV dan V dan VII,VII dan XI, adalah memperhitungkan untuk
menimbulkan yang membedakan keadaan mikro sejak partikel a dan b
diposisi yang berbeda. Dalam posisi urutan , perubahan huruf dalam keadaan
tertentu tidak bisa digantikam dari keadaan mikro untuk meninggalkan
beberapa partikel dikeadaan yang sama. Pada aturan I,II, dan III bisa sama
baiknya ditunjuk sebagai partikel ba,dari ab. Catatan jika partikel dibedakan
dan diwakili bukan oleh titik-titik, pengaturan IV dan V sesuai dengan
keadaan mikro yang sama. Jika disesuaikan menggunakan persamaan yang
sesuai dengan nilai nilainya, maka jumlah perbedaan aturan yaitu:
gJ N1 = 32=9....................................................................................................
(4.47)
Namum beberapa distribusi dari partikel di satu level kita memiliki datu
kepastian distribusi dibeberapa level, jumlah angka dari distribusi din
lingkup semua level dengan sebuah spesifikasi set dari partikel di lain level,
seperti persamaan (4.48)
Contoh yang lain, jika partikel b di gambar 4.7 diganti dengan partikel c dari
beberapa lain lalu dua partikel dilevel j aa a dan b dan c dari a dan b,
memiliki sembilan perbedaan aturan dari pertikel level ini. Pertanyaan :
distribusi level energy, denga jumlah paertikel N 1 , N2, N3, dan lainnya
diberbagai level .
N! N!
=
N 1 ! N 2! Π J ! N J !
………………………………………………………………(4.50)
Total angka dari distribusi yang berbeda, arau probability termodinamika W
M-B dari sebuah makrovone di M-bsttsistic adalah Sebuah produk dari
persamaan (4.49)
N=6,
U=6∈
Gambar 4.8 dapat dilihat ada sebelas kemungkinan keadaan makro dari enam
partikel pada Maxwell- Boltzmann Statistik . level energy depat dan mimiliki
degenerasi dari gj = 3 . Total enenrgi dari systerm adalah U=6€.
Probabilotyh dianmik theermometer keadaan akro di atas, dan rata-rata
jumlah level dari digram. Persamaan (4.49)
N!
Π j g j N ! Gj Nj
WM-B = = N! Π j .................................................................
ΠJ!NJ! NJ !
(4.50)
seperti gambar 4.8 dimakrostates dari sebuah persamaan dari enam partikel
M-B static. Lain partikel dibuat dengan penulisan ,titik-titik hanya angka Nj
dari level respective . gambar identic dengan angka tertinggi dari microstate
karena perbedaan level. Probability termodinamika dari persamaan (4.49) ,
dibagi deibawah kolom respon.
S = S1 + S2
Ω=Ω1 Ω 2 .............................................................................................(4.52)
∂ J (Ω1) dJ ( Ω1)
=
∂Ω 1 d Ω1
dJ ( Ω1)
= Ω2 J ' ¿)
d Ω1
dJ (Ω2)
= Ω1 J ' ¿ )
d Ω2
dJ (Ω1 ) dJ (Ω2 )
Ω1 = Ω2
d Ω1 d Ω2
dJ ( Ω❑)
Ω❑ = KB
d Ω❑
J(Ω) = K B ln Ω
S = K B lnΩ..........................................................................................(4.54)
Jadi, hanya fungsi Ω yang memenuhi kondisi supaya entropi adalah
bertambah, sedangkan peluang termodinamika yang perkaliannya adalah
logaritmik. Persamaan ini memberikan penghubung antara termodinamika
statistic dan klasik.Nilai numeric kosntanta proporsional K Bharus di pilih
sehingga nilai entropi klasik dan static akan sesuai. Kita akan membahasnya
R
padabagian 4-15 yaitu K Bakan berubah menjadi konstanta Boltz-man K =
Na
Dari sudut pandang statistic entropi sebagai system yang terdiri dan
jumlah yang sangat besar partikel sebanding dengan logaritma natural dari
jumlah keadaan makrostatiktersedia untuk system. Hanya tersedia Ω = 1 , ln
Ω = Ω. Dan entropi menjadi nol. Dan Ω lebih besar dari 1 dan entropi menjadi
lebih besaar dari nol. Dalam kondisi ini tidak mungkin untuk menentukan
kondisi unik masing-masing dari setiap partikel karena keadaan partikel
mungkin berbeda ketika system dalam keadaan makrostatik berbeda. Dengan
demikian system menjadi lebih teratur.
Interprestasi statisitik entropi ini menungkinkan wawasan tambahan
arti dari suhu nol mtlak,. Menurut pernyataan planck dari hokum ketiga
entropi system dalam keadaan setimbang internal mendekati nol . oleh Karena
itu system dalam keadaan setimbang internal harus sempurna ditwarkan nol
mutlak.
Apakah besar kn lain entrln Q memiliki sifat lain entropi ? berikut ini
diberikan beberapa jawaban kualitatif:
1. Jika ada aliran reversible pana d’Qr dalam system pada suhu T , entropi
system meningkat oleh Ds= d’Qr/T . Jika system pada volume konstan
sehingga barang dalam proses adalah no, peningkatan dU dalam energy
internal system d’Qr sama. Tapi untuk tingkat partikel yang tidak saling
mempengaruhi , nilai-nilai tingkat energy tergantung pada volume. Jika
energy dari peningkatan rangkaian , lebih dari tingkat energy yang lebih tinggi
menjadi tersedia untuk rangkaian partikel, dengan peningkatan yang sesuai
jumlah keadaan mikrostatik tersedia atau probabilitas Ω termodinamika. Oleh
karena itu kedua S dan ln Q meningkat ketika eneergi dari system meningkat.
2. Entropi dari penignkatan gas ideal dalam ekspansi bebas irreversible dari V 1
volume untuk sebuah V 2 volume. Tidak ada perubahan energy internal dalam
proses, dan tidak ada pekerjaaan yang dilakukan , tetapi tingakt energy
diizinkan menjadi lebih dekat jarak karena peningkatan volume. Maka,
keadaan mikrostatik menjadi lebih tersedia.
3. Dalam ekspansi adiabatic reversible dari gas ideal, entropi S tetapkonstan.
Jika jarak dari tingkat energy tidak berubah, penurunan energy internal akan
menghasilkan sejumlah kecil keadaan mikrostatik tersedia dengan sesuai
penurunan ln Ω. Hasilnya adalah bahwa ln Ω , seperti S tetap konstan .
d ' Qr
dS= ……………………………………………………….………
T
(4.55)
dU =∑ j Ń j ∈ j + ∑ j Ń j d ∈ j
……………………………………………………….…………(4.56)
Jika nilai-nilai dari tingkat energy adalah fungsi dari beberapa parameter X
yang luas , seperti Volume V maka.
d ∈j
d ∈ j= ………………………………………………………………………
dX
(4.57)
d ∈j
∑ j Ń j d ∈ j =[ ∑ j Ń j ∈ j ]d X ………………………………………
dX
(4.58)
Kita definisikan besar Y sebagai :
Y =−∑ j Ń j ∈ j ………………………………………….…………….(4.59)
Sehingga .
∑ j Ń j d ∈ j =−Y d X …………………………………………….……...(4.60)
Jika X adalah Volume dan Y adalah tekanan P dan
YdX = PdV
dU =∑ j∈ j d Ń j−Y d X …………………………………………...…..(4.61)
d U N =∑ j∈ j d Ń j −Y d X ……………………………………..……….(4.62)
dX= 0
d U N =∑ j∈ j d Ń j …………………………………………………..….(4.63)
Ketika X konstan :
d U N =T dS ………………………………………...………………….(4.64)
∑ j ∈ j d Ń j=TdS……………………………………………………………………………….(4.63)
dU N =∑ j ∈ j d Ń j +∑ j Ń j d ∈ j ………………………………………...(4.64)
dU =TdS−YdX……………………………………………………… (4.65)
Jika statistik tersebut diambil dari satu keadaan ke yang lain dengan
proses reversibel, maka
g Nj j
Ш k =N ! ∏
j Nj !
gN ' j j
Ш ' k =N ' ! ∏
j N ' j!
Gambar 4.12 (a) kemungkinan makrostatistik dari sebuah perakitan dari 6
partikel yang mematuhi MB satatistik ketika U =6 ε, (b) kemungkinan
makrostatistik ketika salah satu partikel akan dihapus dari level 2 dari oerakitan
bagian (a). probabilitas termodinamika setiap makrostatistik diberikan di bagian
bawah dan jumlah pendudukan rata-rata setiap tingkat dicetak disebelah kanan
diagram.
Kemudian
Ш 'k N ! g jN ' N jk jk
= ∏
Ш k N ! j gN j N ' jk
jk
Yang disederhanakan
Ш ' jk N rk
=
Ш jk N gr
И́ r Ω ' r
= (4.85)
N gr Ω '
Dan dengan prosedur yang sama dengan sebelumnya
И́ j∨N μ−ε j
=exp (4.86)
gj k B (T )
4. APLIKASI
Mari kita perhatikan sebuah ataom yang memiliki dua tingkat energy
(gambar2.a). Atom tersebut memancarkan spektrum gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang tertentu, sebut saja λo , akibat transisi elektron antar
tingkat energi atom tersebut. Jika atom dalam keadaan diam maka panjang
gelombang yang kita ukur adalah λo, persis sama dengan panjang gelombang yang
dipancarkan atom. Tetapi jika atom mendekati pengamat dengan laju vx maka panjang
gelombang yang dikur pengamat adalah λ = λo(1 - vx/c ). Dan sebaliknya, jika atom
menjauhi pengamat dengan laju vx maka panjang gelombang yang dikur pengamat
adalah λ =λo(1 + vx/c ). Sebagai ilustrasi, lihat Gbr. 3.a. Jika ada sejumlah atom yang
diam maka gelombang yang diukur pengamat merupakan jumlah gelombang yang
dipancarkan oleh semua atom. Panjang gelombang yang diterima dari semua atom
sama, yaitu λo . Yang dideteksi oleh pengamat hanyalah gelombang dengan panjang
λo tetapi memiliki intensitas tinggi. Akan tetapi jika atom yang memancarkan
gelombang bergerak secara acak maka komponen kecepatan ke arah pengamat, yaitu
vx juga acak. Akibatnya panjang gelombang yang diukur pengamat yang berasal dari
satu atom berbeda dengan yang diukur dari atom lainnya. Pengamat akan mengukur
gelombang yang memiliki panjang yang bervariasi dalam jangkauan tertentu. Ini
berakibat pada pelebaran garis spektrum yang diamati.
dengan I(λ0) adalah intensitas ketika λ = λ0 . I (λ0) tidak bergantung pada panjang
gelombang tetapi bergantung pada besaran lain seperti suhu gas dan massa atom gas.
Gambar 1.b Dalam medan magnet, momen magnetic hanya dapat mengambil salah
satu dari dua arah orientasi: searah atau berlawanan dari medan magnet
Kita akan menentukan berapa momen magnetik total yang dihasilkan oleh kumpulan
atom-atom tersebut. Kita mulai dengan menghitung energi yang dimiliki asing-
masing atom akibat interaksi momen magnetik dengan magnet luar. Interaksi antara
momen magnetic µ dengan medan magnet luar B memberikan tambahan energi pada
atom sebesar :
dengan θ adalah sudut antara momen dipol dengan medan listrik. Jika dipol searah
medan maka energi interaksinya adalah :
Dengan demikianlah,pencarian momen dipol total persis sama dengan saat kita
mencari momen magnetic total, hanya saja mengganti variable-veriabel yang ekivalen
sebagai berikut:
Dengan melakukan penggantian tersebut akhirnya kita dapatkan momen dipol rata-
rata atom menjadi :
5. LATIHAN
5.1 Contoh Soal
1. Dengan menggunakandΓ
=2πV(2m)3/2ǫ1/2dǫ, gj≡ dΓ/h3,
β =−1/kT,tentukanlahNMB (ǫ)dǫ.
5.2 Pembahasan
1. Dapat ditulis bahwa
2. . DariPersamaan(7.4)dan(7.5)dapatdituliskanbahwa
3. Dapatdituliskanbahwa
6. EVALUASI