Anda di halaman 1dari 19

1.

PENDAHULUAN
Metode termodinamika statistic pertama kali dikembangkan selama
bagian akhir dari abad terakhir, sebagian besar oleh Boltzmann di Jerman dan
gibbs di Amerika Serikat. Termodinamika statistic tidak seperti teori kinetic,
tidak terkonsentrasi pada itu sendiri dengan pertimbangan rinci hal-hal seperti
tumbukan antar molekul dengan satu sama lain atau dengan sebuah
permukaan. Sebaliknya, hal ini mengambil keuntungan dari fakta bahwa
molekul adalah properti yang sangat banyak dan rata-rata dari sejumlah besar
molekul dapat dihitung bahkan tanpa adanya informasi apapun mengenai
molekul tertentu.
Statistik Maxwell-Boltzmann sering digambarkan sebagai statistik
bagi partikel klasik yang terbedakan.Sistem partikel klasik terbedakan
merupakan sistem partikel yang konfigurasinya berbeda ketika dua atau lebih
partikel dipertukarkan. Dengan kata lain konfigurasi partikel A di dalam
keadaan 1 dan partikel B di dalam keadaan 2 berbeda dengan konfigurasi
ketika partikel B berada dalam keadaan 1 sedangkan partikel A dalam
keadaan 2.
Ketika gagasan di atas di implementasikan maka akan dihasilkan
distribusi (Boltzmann) biasa dalam berbagai tingkat energi. Pada statistik
Maxwell-Boltzmann dipandang enam dimensi dari pergerakan molekul yakni
tiga dimensi kedudukan dan tiga dimensi kecepatan.Ruang enam dimensi
seperti ini biasa disebut ruang fasa. Ruang fasa ini akan terbagi lagi ke dalam
volume kecil enam dimensi yang disebut sel. Molekul terbagi kedalam sel ini
dan terjadi distribusi molekul menurut sel. Distribusi jumlah molekul dalam
sel tanpa memandang molekul secara individu disebut status makro dari
sistem sedangkan penentuan molekul tertentu (secara individu) dalam tiap
status makro disebut status mikro dari sistem. Jumlah status mikro terhadap
status makro tertentu dinamakan probabilitas termodinamik.
Secara khusus, statistik Maxwell-Boltzmann berguna untuk mempelajari
berbagai sifat gas mampat. Beberapa kasus yang sering dijabarkan dengan
statistik Maxwell-Boltzmann adalah kecepatan dan energi rata-rataBab II

2. KOMPETENSI

2.1 Tujuan

1.Memformulasikan statistic Maxwell-Boltzman


2.Mengiterprestasikan statistic entropi
3.Menjelaskan fungsi distribusi Maxwell dan Parrtisi
4.Mengetahui aplikasi dari statistic Maxwll Boltzman
5.Mengerjakan soal-soal dengan statistic maxwell-boltzman

2.2 Indikator

1. Mahasiswa dapat menggunakan memformulasikan statistic Maxwell-


Boltzman
2. Mahasiswa dapat mengiterprestasikan statistic entropi
3. Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi distribusi Maxwell dan Partisi
4. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi dari statistic Maxwll Boltzman
5. Mahasiswa dapat mengerjakan soal-soal dengan statistic maxwell-
boltzman

3. PEMBAHASAN
3.1 Statistika termodinamika Maxwell-Boltzmann

Maxwell boltzmann ststic disebut juga dengan M-B static, partikel


dalam satu bentuk dibedakan, tapi di B-E static tidak ada pembatasan jumlah
partikel selagi dalam batasan keadaan energi yang sama. Kita dapat
mempertimbangakan pratikan danri N partikel dan spesifikasi keadaan makro
dari jumlah N1,N2,.....,Nj,.... Regrenerasi tingkatan masing-masing g1, g2,,...... gj.....
Namun partikel yang terbedakan ,dua aturan yang beda jika sebuah
tingkatan yang sama. Aturan pada pertikel yang mana di tingkat a,b, dan c
adalaah sama dari satu yang mana partikel a,b,dan c dari p,q,dan r.
Pertimbangan pada level pertama j, melingkupi tempat dan beberapa
spesifikasi dari partikel Nj . Partikel pertrama mungkin menempati satu
tempat gj . Tapi karena tidak ada pembatasan jumlah partikel dari satu
tempat , partikel kedua bisa selalu di tempat satu lokasi g j, membuat a total
dari gj2 mungkin dilokasi dari partikel pertama kedua. Namun ada Nj partikel
ditingkatanya , jumlah dari kepastian distribusi ditingkatnya adalah:

wj = gJ N1 ........................................................................................(4.46)

Contohnya jika level dipertimbangkan tiga tempat (gj =3) dan dua partikel a
dan b (Nj =2) , mungkin dari partikel-partikel seperti gambar apat melighat
perbedaan IV dan V dan VII,VII dan XI, adalah memperhitungkan untuk
menimbulkan yang membedakan keadaan mikro sejak partikel a dan b
diposisi yang berbeda. Dalam posisi urutan , perubahan huruf dalam keadaan
tertentu tidak bisa digantikam dari keadaan mikro untuk meninggalkan
beberapa partikel dikeadaan yang sama. Pada aturan I,II, dan III bisa sama
baiknya ditunjuk sebagai partikel ba,dari ab. Catatan jika partikel dibedakan
dan diwakili bukan oleh titik-titik, pengaturan IV dan V sesuai dengan
keadaan mikro yang sama. Jika disesuaikan menggunakan persamaan yang
sesuai dengan nilai nilainya, maka jumlah perbedaan aturan yaitu:

gJ N1 = 32=9....................................................................................................
(4.47)

Namum beberapa distribusi dari partikel di satu level kita memiliki datu
kepastian distribusi dibeberapa level, jumlah angka dari distribusi din
lingkup semua level dengan sebuah spesifikasi set dari partikel di lain level,
seperti persamaan (4.48)

Π j ω j = Π jgjNj ................................................................................. (4.48)

Tapi Π j ω j tidak sama dengan WK sering I di lain statistic sebuah perubahan


partikel antar level-level, akan selalu berada di keadaan mikro .

Contoh yang lain, jika partikel b di gambar 4.7 diganti dengan partikel c dari
beberapa lain lalu dua partikel dilevel j aa a dan b dan c dari a dan b,
memiliki sembilan perbedaan aturan dari pertikel level ini. Pertanyaan :
distribusi level energy, denga jumlah paertikel N 1 , N2, N3, dan lainnya
diberbagai level .

Imajinasinya N ditulis untuk memiliki partikel yang ditulis dalam semua


urutan yang mungkin ada. Jika memp[unyai tampilan itu dan N! Urutannya.
Seperti N1 dibebrapa urutan partikel level 1 , dan selanjutnya . Selanjutnya
diluar N! Urutan yang mungkin , akan ada sebuah angka dari beberapa
penulisan di N1 pertama yang mana dakan N1!. Disama situasi kita harus
selalu divede dari N2!, N3! Dan lainya. Lalu jumlah angaka dari beberapa
tempat yang mana N partikel bisa didistribusikan di level tengah , dengan N 1
partikel di level 1 dan N2 partikel di level 2 , san selanjutnya seperti
persamaan (4.49)

N! N!
=
N 1 ! N 2! Π J ! N J !
………………………………………………………………(4.50)
Total angka dari distribusi yang berbeda, arau probability termodinamika W
M-B dari sebuah makrovone di M-bsttsistic adalah Sebuah produk dari

persamaan (4.49)

N=6,

U=6∈

Gambar 4.8 dapat dilihat ada sebelas kemungkinan keadaan makro dari enam
partikel pada Maxwell- Boltzmann Statistik . level energy depat dan mimiliki
degenerasi dari gj = 3 . Total enenrgi dari systerm adalah U=6€.
Probabilotyh dianmik theermometer keadaan akro di atas, dan rata-rata
jumlah level dari digram. Persamaan (4.49)

N!
Π j g j N ! Gj Nj
WM-B = = N! Π j .................................................................
ΠJ!NJ! NJ !
(4.50)

seperti gambar 4.8 dimakrostates dari sebuah persamaan dari enam partikel
M-B static. Lain partikel dibuat dengan penulisan ,titik-titik hanya angka Nj
dari level respective . gambar identic dengan angka tertinggi dari microstate
karena perbedaan level. Probability termodinamika dari persamaan (4.49) ,
dibagi deibawah kolom respon.

3.2 Interpretasi Statistika pada Entropi

Pada bagian ini kita memperoleh hubungan variable termodinamik


sebuah sistem dengan jumlah penempatan rata-rata dari level-level energinya
dan mulai bertanya apa sajakah sifat-sifat sebuah model statistic dari sebuah
sistem dapat diasosiasikan dengan entropinya. Untuk dua keadaan setimbang
sebuah sistem PVT terbuka di mana suhu, tekanan, dan potensial kimia adalah
sama namun energy, volume, dan jumlah partikel berbeda, prinsip
termodinamik menunjukan pada hasil bahwa perbedaan entropi antara
keadaan-keadaan diberikan oleh

T∆S = ∆U + P∆V – μ∆N...................................................................(4.51)

Dari sudut pandang statistic, perubahan energy sebuah asembli, yang


volume dan jumlah hasil partikel-partikel dalam jumlah keseluruhan
kemungkinan keadaan mikro dalam sistem mungkin ada.Sebagai contoh, jika
energy U sistem dalam gambar 11-4 di tingkatkan dari 6 ϵ ke 7 ϵ, jumlah
kemugnkinan keadaanmikro meningkat dari 1532 ke 2340 dan jumlah
penempatan rata-rata tiap perubahan level.

Bagaimanapun, entropi adalah sebuahsifat yang luas dan entropi total


S dari dua sistem yang bebas adalah jumlah S1 dan S2 dari sistem masing-
masing.

S = S1 + S2

Dengan kata lain, jikaΩ1 dan Ω2 adalah probabilitas termdinamik


sistem dan karena untuk tiap keadaan mikro dari salah satu sistem lainnya
mungkin salah satunya dari kemungkinan keadaan mikro, jumlah
Ω kemungkinan keadaan mikro dari 2 sistem adalah produk dari Ω1 dan Ω2

Ω=Ω1 Ω 2 .............................................................................................(4.52)

Hal ini mengikuti bahwa entropi tidak dapat diproposionalkan dengan


sederhana pada peluang termodinamik dan untuk menemukan bentuk
hubungan fungsional antara S dan Ω sehingga kondisi di atas dipenuhi.kita
mengasumsikan bahwa S adalah suatu fungsi yang tidak di ketahui untuk Ω1
katakan S = J (Ω). Kemudiankarena S = S1 + S2 dan Ω=Ω1 Ω 2

J(Ω1) + (Ω2)= J (Ω1 Ω2)......................................................................(4.53)

Sekarang kita mengambil derivative parsial kedua sisi persamaan


diatas, pertama sehubungan denganΩ1denganΩ2 konstan dan hubungan Ω2
dengan Ω1jugakonstan. KarenaJ(Ω1) adalahfungsidariΩ1saja, maka derivative
parsialnya berhubungan denganΩ1sama dengan total derivatifnya

∂ J (Ω1) dJ ( Ω1)
=
∂Ω 1 d Ω1

Derivative parsial dari J (Ω2) sehubungan denganΩ1 = 0, karenaΩ2


konstan.

Pada sisi kanan, derivative parsialdari J(Ω1 Ω2) , karenaΩ1sama dengan


derivative total dari J(Ω1 Ω2) dengan hubungan pada argumennyaΩ1 Ω2, dikali
dengan derivative parsial dan argumennya yang berhubunganpadaΩ1, yang
benar-benarkonstan adalahΩ2. Kemudian jika kita mewakili denganJ’(Ω1 Ω2)
derivative dari j(Ω1 Ω2)dengan hubungan pada argumennya, kita memperoleh :

dJ ( Ω1)
= Ω2 J ' ¿)
d Ω1

Dalam cara yang sama

dJ (Ω2)
= Ω1 J ' ¿ )
d Ω2

Hal itu sesuai dari persamaan ini bahwa

dJ (Ω1 ) dJ (Ω2 )
Ω1 = Ω2
d Ω1 d Ω2

Dan karenaΩ1 dan Ω2bebas, maka persamaan di atas dapa tdipenuhi


jika tiap sisi sama dengan konstan K B. Dan kemudian untuk setiap sistem yang
berubah-ubah

dJ ( Ω❑)
Ω❑ = KB
d Ω❑

J(Ω) = K B ln Ω

Dan karenanya, maka :

S = K B lnΩ..........................................................................................(4.54)
Jadi, hanya fungsi Ω yang memenuhi kondisi supaya entropi adalah
bertambah, sedangkan peluang termodinamika yang perkaliannya adalah
logaritmik. Persamaan ini memberikan penghubung antara termodinamika
statistic dan klasik.Nilai numeric kosntanta proporsional K Bharus di pilih
sehingga nilai entropi klasik dan static akan sesuai. Kita akan membahasnya
R
padabagian 4-15 yaitu K Bakan berubah menjadi konstanta Boltz-man K =
Na

Dari sudut pandang statistic entropi sebagai system yang terdiri dan
jumlah yang sangat besar partikel sebanding dengan logaritma natural dari
jumlah keadaan makrostatiktersedia untuk system. Hanya tersedia Ω = 1 , ln
Ω = Ω. Dan entropi menjadi nol. Dan Ω lebih besar dari 1 dan entropi menjadi
lebih besaar dari nol. Dalam kondisi ini tidak mungkin untuk menentukan
kondisi unik masing-masing dari setiap partikel karena keadaan partikel
mungkin berbeda ketika system dalam keadaan makrostatik berbeda. Dengan
demikian system menjadi lebih teratur.
Interprestasi statisitik entropi ini menungkinkan wawasan tambahan
arti dari suhu nol mtlak,. Menurut pernyataan planck dari hokum ketiga
entropi system dalam keadaan setimbang internal mendekati nol . oleh Karena
itu system dalam keadaan setimbang internal harus sempurna ditwarkan nol
mutlak.

Apakah besar kn lain entrln Q memiliki sifat lain entropi ? berikut ini
diberikan beberapa jawaban kualitatif:

1. Jika ada aliran reversible pana d’Qr dalam system pada suhu T , entropi
system meningkat oleh Ds= d’Qr/T . Jika system pada volume konstan
sehingga barang dalam proses adalah no, peningkatan dU dalam energy
internal system d’Qr sama. Tapi untuk tingkat partikel yang tidak saling
mempengaruhi , nilai-nilai tingkat energy tergantung pada volume. Jika
energy dari peningkatan rangkaian , lebih dari tingkat energy yang lebih tinggi
menjadi tersedia untuk rangkaian partikel, dengan peningkatan yang sesuai
jumlah keadaan mikrostatik tersedia atau probabilitas Ω termodinamika. Oleh
karena itu kedua S dan ln Q meningkat ketika eneergi dari system meningkat.
2. Entropi dari penignkatan gas ideal dalam ekspansi bebas irreversible dari V 1
volume untuk sebuah V 2 volume. Tidak ada perubahan energy internal dalam
proses, dan tidak ada pekerjaaan yang dilakukan , tetapi tingakt energy
diizinkan menjadi lebih dekat jarak karena peningkatan volume. Maka,
keadaan mikrostatik menjadi lebih tersedia.
3. Dalam ekspansi adiabatic reversible dari gas ideal, entropi S tetapkonstan.
Jika jarak dari tingkat energy tidak berubah, penurunan energy internal akan
menghasilkan sejumlah kecil keadaan mikrostatik tersedia dengan sesuai
penurunan ln Ω. Hasilnya adalah bahwa ln Ω , seperti S tetap konstan .

Perubahan 1 didefinisikan dalam termodinamika oleh relaasi seprti persamaan


(4.54)

d ' Qr
dS= ……………………………………………………….………
T
(4.55)

Memiliki mitra statistic dalam logaritamandari Ω probabilitas termodinamika


majelis jumlah yang sangat besar partikel. Jadi jika S = kB ln Ω , perbedaan
entropi antara dua kondisi tetangga rangkaian adalah dS=kB d (ln Ω) .

U diberikan oleh ∑ j ε j Ń j , maka perbedaan energy antara kondisi


selanjutnya :

dU =∑ j Ń j ∈ j + ∑ j Ń j d ∈ j
……………………………………………………….…………(4.56)

Artinya , perbedaan hasil energy sebagian dari perbedaan d Ń j dalam jumlah


bilangan rata-rata, dan sebagian dari perbedaan d ε j di tingkat energy .

Jika nilai-nilai dari tingkat energy adalah fungsi dari beberapa parameter X
yang luas , seperti Volume V maka.

d ∈j
d ∈ j= ………………………………………………………………………
dX
(4.57)

d ∈j
∑ j Ń j d ∈ j =[ ∑ j Ń j ∈ j ]d X ………………………………………
dX
(4.58)
Kita definisikan besar Y sebagai :

Y =−∑ j Ń j ∈ j ………………………………………….…………….(4.59)

Sehingga .

∑ j Ń j d ∈ j =−Y d X …………………………………………….……...(4.60)
Jika X adalah Volume dan Y adalah tekanan P dan

YdX = PdV

dU =∑ j∈ j d Ń j−Y d X …………………………………………...…..(4.61)

d U N =∑ j∈ j d Ń j −Y d X ……………………………………..……….(4.62)

dX= 0

d U N =∑ j∈ j d Ń j …………………………………………………..….(4.63)

Ketika X konstan :

d U N =T dS ………………………………………...………………….(4.64)

∑ j ∈ j d Ń j=TdS……………………………………………………………………………….(4.63)

Sehingga persamaan menjadi:

dU N =∑ j ∈ j d Ń j +∑ j Ń j d ∈ j ………………………………………...(4.64)

Jika statistik dari persamaan (4.60) dan persamaan (4.63) hukum


termodinamika untuk sistem tertutup adalah

dU =TdS−YdX……………………………………………………… (4.65)

Jika statistik tersebut diambil dari satu keadaan ke yang lain dengan
proses reversibel, maka

TdS=d ' Qrdan YdX=d ' W r

dU =d ' Q r−d ' W r…………………………………………………… (4.66)

Berarti,∑ j ∈ j d Ń j=d ' Q r dan ∑ j Ń j d ∈ j=−d ' W r ………………… (4.67)


Diasumsikan bahwa jumlah ∑ j ∈ j d Ń j sama dengan aliran panas d ' Q
ke dalam sistem dan jumlah ∑ j Ń j d ∈ j sama dengan negative dari usaha
−d ' W . Kasus ini hanya untuk proses reversible dan dapat diidentifikasi
jumlah pada persamaan (4.54) dengan aliran panas dan usaha.

3.3 Fungsi Distribusi Maxwell-Boltzmann

Fungsi distribusi pada statistic MB diturunkan dengan cara yang sama


seperti dalam statistic BE dan FD. Seperti gambar

Bagian (a) dimana


titik-titik mewakili jumlah pendudukan perakitan N=6 dan energi partikel
U =6 ε. Bagian (b) menunjukkan kemungkinan keadaan makrostatistik dari
perakitan N ' =N −1=5 partikel, dalam perakitan ini tingkat 2 telah dipilih untuk
tingkat sembarang sehingga U ' =U −2 ε=4 ε . Satu-satunya yang mungkin
mikrostatistik perakitan prima adalah dimana tingkat 2 ditempati dalam perakitan
unprima. Dalam setiap pasangan keadaan makrostatistik yang sesuai, nomor
pekerjaan sama disemua tingkatan kecuali level 2 dan di tingkat 2
N ' 2 k =N ' 2 k −1

Probabilitas termodinamika keadaan makrostatistik sesuai dalam unprima dan


prima rakitan adalah

g Nj j
Ш k =N ! ∏
j Nj !

gN ' j j
Ш ' k =N ' ! ∏
j N ' j!
Gambar 4.12 (a) kemungkinan makrostatistik dari sebuah perakitan dari 6
partikel yang mematuhi MB satatistik ketika U =6 ε, (b) kemungkinan
makrostatistik ketika salah satu partikel akan dihapus dari level 2 dari oerakitan
bagian (a). probabilitas termodinamika setiap makrostatistik diberikan di bagian
bawah dan jumlah pendudukan rata-rata setiap tingkat dicetak disebelah kanan
diagram.

Kemudian

Ш 'k N ! g jN ' N jk jk

= ∏
Ш k N ! j gN j N ' jk
jk

Yang disederhanakan

Ш ' jk N rk
=
Ш jk N gr

Dengan menjumlahkan semua keadaan makrostatistik, didapat

И́ r Ω ' r
= (4.85)
N gr Ω '
Dan dengan prosedur yang sama dengan sebelumnya

И́ j∨N μ−ε j
=exp (4.86)
gj k B (T )

Persamaan (4.86) ini merupakan distribusi Boltzmann sambungan. Berbeda dai


fungsi statistik klasik yang disebut “koreksi” fungsi distribusi Boltzmann, bahwa
pembilang di sebelah kiri adalah jumlah pecahan rata-rata partikel ditingkat j,
sehingga sisi kiri adalah jumlah pecahan partikel pernegara dalam tingkat manapun.

4. APLIKASI

A.   Pelebaran Spektrum Akibat Efek Doppler


Setelah menurunkan beberapa jenis fungsi distribusi untuk system klasik
maupun kuantum sekarang kita akan melihat beberapa aplikasi fungsi distribusi
tersebut. Pada bab ini kita akan melihat beberapa aplikasi fungsi dirtsibusi Maxwell-
Boltzmann. Pembahasan tersebut diharapkan akan memberikan petunjuk yang berarti
kepada para mahasiswa dalam menerapkan fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann
dalam beberapa bidang fisika.
Efek Doppler dijumpai pada gelombang bunyi maupun gelombang
elektromagnetik. Salah satu pesan dari efek ini adalah jika sumber gelombang
mendekati pengamat maka panjang gelombang yang dikur oleh pengamat lebih kecil
daripada apabila sumber diam terhadap pengamat. Sebaliknya, jika sumber
gelombang menjauhi pengamat maka panjang gelombang yang diukur pengamat
lebih besar daripada apabila sumber diam terhadap pengamat. Peristiwa ini dapat
dilustrasikan pada Gambar 1.a.
Gambar 1.a Jika sumber mendekati pengamat maka panjang gelombang yang diukur
pengamat lebih pendek daripada yang dikeluarkan sumber. Sebaliknya, jika sumber
menjauhi pengamat maka panjang gelombang yang dikur pengamat lebih panjang
daripada yang dikeluarkan sumber

Khusus untuk gelombang gelombang elektromagnetik, panjang gelombang


yang dikur oleh pengamat yang diam yang dihasilkan oleh sumber sumber bergerak
dengan kecepatan  vx terhadap pengamat adalah :

dengan λ panjang gelombang yang dikur pengamat, λ o adalah panjang


gelombang yang dikur jika sumber gelombang diam terhadap pengamat, dan c adalah
kecepatan cahaya. Kita definisikan tanda kecepatan yaitu vx > 0  jika sumber
mendekati pengamat dan  vx < 0  jika sumber menjauhi pengamat. Dalam astronomi,
efek Dopler digunakan untuk mengukur kecepatan bitnag-bintang. Berdasarkan
pergeseran panjang gelombang yang dipancarkan bintang-bintang tersebut maka
kecepatan relatif bintang terhadap bumi dapat diprediksi menggunakan persamaan
(2.a)

Gambar 2.a Atom memancarkan gelombang elektromagnetik ketika terjadi transisi


electron antara tingkat energi 

Mari kita perhatikan sebuah ataom yang memiliki dua tingkat energy
(gambar2.a). Atom tersebut memancarkan spektrum gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang tertentu, sebut saja λo , akibat transisi elektron antar
tingkat energi atom tersebut. Jika atom dalam keadaan diam maka panjang
gelombang yang kita ukur adalah λo, persis sama dengan panjang gelombang yang
dipancarkan atom. Tetapi jika atom mendekati pengamat dengan laju vx maka panjang
gelombang yang dikur pengamat adalah  λ = λo(1 - vx/c ). Dan sebaliknya, jika atom
menjauhi pengamat dengan laju vx maka panjang gelombang yang dikur pengamat
adalah λ =λo(1 + vx/c ). Sebagai ilustrasi, lihat Gbr. 3.a.  Jika ada sejumlah atom yang
diam maka gelombang yang diukur pengamat merupakan jumlah gelombang yang
dipancarkan oleh semua atom. Panjang gelombang yang diterima dari semua atom
sama, yaitu λo . Yang dideteksi oleh pengamat hanyalah gelombang dengan panjang
λo tetapi memiliki intensitas tinggi. Akan tetapi jika atom yang memancarkan
gelombang bergerak secara acak maka komponen kecepatan ke arah pengamat, yaitu
vx juga acak. Akibatnya panjang gelombang yang diukur pengamat yang berasal dari
satu atom berbeda dengan yang diukur dari atom lainnya. Pengamat akan mengukur
gelombang yang memiliki panjang yang bervariasi dalam jangkauan tertentu. Ini
berakibat pada pelebaran garis spektrum yang diamati.

Gambar 3.a Pengamat menangkap panjang gelombang yang berbeda-beda


bergantung pada gerak relative antara atom terhadap pengamat

Selanjutnya kita akan menentukan distribusi intensitas spektrum pada


berbagai panjang gelombang. Kecepatan atom gas pemancar spectrum memenuhi
fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann karena merupakan partikel klasik. Jumlah atom
gas yang memiliki komponen kecepatan antara vx sampai vx+dvx adalah :
Untuk mendapatkan fungsi intensitas maka kita harus mentrasformasi variable
kecepatan  vx  ke dalam variable panjang gelombang  λ dengan menggunakan
persamaan Doppler. Apabila transformasi tersebut dilakukan maka n(vx)dvx menjadi
sebanding dengan I(λ)d λ yang menyatakan intensitas gelombang yang memiliki
panjang antara λ sampai λ+dλ. Dengan demikian kita peroleh : 

Dari persaman diatas kita dapatkan:

Substitusi kedua persamaan diatas, maka akan diperoleh :

Yang selanjutnya bisa ditulis dalam bentuk lebih sederhana sebagai :

dengan I(λ0) adalah intensitas ketika λ = λ0 . I (λ0) tidak bergantung pada panjang
gelombang tetapi bergantung pada besaran lain seperti suhu gas dan massa atom gas.

  B.   Atom Magnetik Dalam Medan Magnet


Selanjutnya kita akan bahas suatu assembli yang mengandung kumpulan atom
yang memiliki momen magnet. Di dalam assembli tersebut kita berikan edan
magnetic B. Untuk mempermudah kita assumsikan beberapa sifat berikut ini:
1. Tidak ada interaksi antar atom. Interaksi hanya terjadi antara atom dengan
medan magnet luar yang diberikan. Ini adalah penyederhanaan yang cukup
drastik karena sebenarnya antara momen magnetic ada interaksi.
2. Momen magnetik atom hanya bisa mengambil salah satu dari dua arah
orientasi, yaitu searah medan magnet atau berlawanan arah medan magnet.
Ilustrasi dari asumsi tersebut tampak pada Gambar 1.b

Gambar 1.b Dalam medan magnet, momen magnetic  hanya dapat mengambil salah
satu dari dua arah orientasi: searah atau berlawanan dari medan magnet
Kita akan menentukan berapa momen magnetik total yang dihasilkan oleh kumpulan
atom-atom tersebut. Kita mulai dengan menghitung energi yang dimiliki asing-
masing atom akibat interaksi momen magnetik dengan magnet luar. Interaksi antara
momen magnetic µ dengan medan  magnet luar B memberikan tambahan energi pada
atom sebesar :

     C.  Dipol Listrik


Fenomena yang mirip dengan atom magnetik dijumpai pula pada assembli
momen dipol listrik. Misalkan kita memiliki sejumlah atom atau molekul sejenis yang
masing-masing memiliki momen dipol P . Di dalam assembli tersebut kita berikan
Medan listrk E . Kita ingin mencari beberapa momen dipol rata-rata yang dimiliki
atom/molekul. Untuk kemudahan kita mengansumsikanbeberapa sifat berikut
i) Tidak ada interaksi antra sesama dipol. Interaksi hanya terjadi antra dipol dengan
medan listrik luar.
ii) Tiap dipol hanya boleh mengambil salah satu dari dua arah orinetasi, yaitu searah
medan listrik dan berlawanan arah dengan arah medan listrik
Energi interaksi antara dipol dengan medan listrik adalah :

dengan  θ adalah sudut antara momen dipol dengan medan listrik. Jika dipol searah
medan maka energi interaksinya adalah :

dan jika berlawanan medan maka energi interkasinya adalah :

Dengan demikianlah,pencarian momen dipol total persis sama dengan saat kita
mencari momen magnetic total, hanya saja mengganti variable-veriabel yang ekivalen
sebagai berikut:

Dengan melakukan penggantian tersebut akhirnya kita dapatkan momen dipol rata-
rata atom menjadi :

5. LATIHAN
5.1 Contoh Soal
1. Dengan menggunakandΓ
=2πV(2m)3/2ǫ1/2dǫ, gj≡ dΓ/h3,
β =−1/kT,tentukanlahNMB (ǫ)dǫ.

2. Bila diketahui bahwa bentuk distribusi Maxwell-Boltzman dalam


bentuk diferensial secara lengkap adalah
Tentukanlah nilai α dari Persamaan

3. Tunjukkanbahwa∫ N M B( ǫ)d ǫ=N


0

5.2 Pembahasan
1. Dapat ditulis bahwa

2. . DariPersamaan(7.4)dan(7.5)dapatdituliskanbahwa

3. Dapatdituliskanbahwa
6. EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai