Anda di halaman 1dari 13

 Sahabat-sahabat yang meriwayatkan Hadis

1. Abu Said Al-Khudri


Dia adalah Sa’ad bin Malik bin Sinan al-Khudri al-Anshari al-Khazraji.
Ayahnya mati syahid ketika perang Uhud dan tidak meninggalkan harta warisan
apapun kepadanya, sehingga Abu Sa’id harus menanggung perjuangan hidup dan
berbagai cobaan sejak kecil, namun hal itu tidak menghalanginya untuk menghadiri
majlis Nabi Saw. dan mempelajari hadits-hadits beliau dengan penuh semangat dan
antusias yang tinggi, sehingga dia memiliki tingkat keilmuan yang tidak dimiliki
orang-orang yang memiliki cobaan hidup seperti dirinya. Hasilnya, dia terhitung
sebagai orang sahabat rasul yang masyhur, mulia, dan banyak memiliki hadits serta
periwayatan.

Abu Sa’id al-Khudri Masih diberi umur panjang sepeninggalan Nabi Saw.
sekitar 64 tahun. Dengan kesempatan itu, dia menyebarkan dan mengajarkan hadits
kepada banyak orng sehingga banyak sekali periwayatan yang bersumber darinya,
bahkan melebihi seribu hadits. Para perawi haditsmenerima darinya sebanyak 1.170
hadits.Bukhari-Muslim bersepakat dalan 46 hadits, lalu oleh bukhari sendiri
sebanyak 16 hadits, dan oleh Muslim sebanyak 52 hadits.Diantara para sahabat dan
tabi’in yang meriwayatkan darinya adalah Jahir, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas,
Anas,Ibnu Umar, Ibnu Zubair. Sedangkan dari kalangan tabi’in-tabi’in adalah: Sa’id
bin Musayyah, Abu Salamah, Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah, Atha bin Yasar,
dan masih banyak yang lainnya.
Dia menyertai Nabi Saw. dalam 12 peperangan, yang pertama adalah perang
Khandaq karakternya merupakan seorang yang tes dlam kebenaran, tidak pernah
gentar menyampaikannya sekalipun yang ia hadapi adalah orang yang terpandang
dan memiliki kekuasaan.
Abu Sa’id wafat di Madinah tahun 74 H. Dalam usia lebih dari 80 tahun. Disana
ia banyak menyebarkan hadits dan mendapatkan apresiasi dari kalangan sahabat dan
tabi’in. Semoga Allah SWT. meridhoinya.

2. Jabir bin Abdullah


Dia adalah jabir bin Abdullah bin Amru Al-Anshori As-Salmi Ash-shahabi ibnu
Ash-Shahabi, salah seorang yang memiliki banyak periwayatan hadits dari
Rasulallah SAW.
Dia meriwayatkan banyak hadits dari nabi SAW. dan dari para sahabat, seperti
Abu Bakar, Umar dan Ali serta anak-anaknya juga meriwayatkan darinya,yaitu
Abdurrahman, Uqail, dan Muhammad. demikian juga para tabi’in banyak yang
meriwayatkan darinya, seperti sa’id bin Musayyab, ‘Amru bin Dinar, Hasan Al-
Bashri dan lain-lain.

Ayahnya mati syahid dalam perang Uhud dan meninggalkan anak-anak


perempuan yang masih kecil serta utang dengan jumlah yang cukup besar. Hal inilah
yang membuat Jabir harus merasakan nasib hidup dengan kondisi ekonomi yaang
terbatas. Namun nabi SAW. senantiasa memperrhatikannya dengan kasih sayang dan
kemuliaan, sampai akhirnya, dia berhasil melunasi semua hutang-hutang.
Kesulitan hidup yang dialami Jabir tidak lantas membuatnya terhalang untuk
memperoleh ilmu dan hadis dari Nabi SAW. dia senantiasa ikut dalam setiap
peperangan bersama Nabi, dengan usianya yang masih muda, dan kesempatan hidup
yang diberi panjang umur, serta kesempatannya hidup semasa dengan para sahabat
senior membentuk potensi tersendiri baginya dalam memperbanyak pengetahuan
terhadap hadits Nabi dan meriwayatkannya, sampai-sampai ia memiliki halaqoh
tersendiri di masjid nabawi sebagai tempat orang menimba ilmu darinya.
Setelah Rasulallah SAW. wafat, Jabir masih hidup sekitar 64 tahun, kesempatan
itu ia pergunakan untuk menyebarkan hadits, sehingga hadits yang diriwayatkan
darinya berjumlah 1540 hadits. Bhukhari Muslim bersepakat dalam 60 hadits.
Bukhori meriwayatkannya sendiri sebanyak 26 hadits, dam Muslim
meriwayatkannya sendiri sebanyak 116 hadits.
Diantara kedudukan yang mulia adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Bukhari Muslim, ia berkata: Rasulallah SAW. telah bersabda kepada kami pada hari
peristiwa hudaibiyah: “ kalian pada hari ini merupakan penduduk bumi terbaik pada
peristiwa itu jumlah kami seluruhnya adalah 1400 orang. Jabir berkata: “Kalau
sekiranya aku bisa melihat pada hari ini, niscaya aku perlihatkan kepada kalian
dimana tempat pohon itu.”Dia berkata demikian karena matanya buta pada
penghujung usianya. Menurut salah satu pendapat dia wafat pada tahun 78 H.
3. Anas Bin Malik
Dia adalah Anas bin Malik bin an-Nadhar al-Anshari al- Khazraji an-Najjali,
pembantu Rasulallah SAW dikemudian hari, dia tinggal di Bashrah. Ibunya, Ummu
Sulaim membawanya kepada rasulallah SAW. Pada saat beliau tiba di madinah.
Ibunya berkata: “Wahai Rasulallah, anak kecil ini siap untuk mengabdi kepada mu”,
lantas Nabi SAW. menerimanya.

Anas tinggal di rumah Nabi dan dia banyak menyaksikan apa yang tidak pernah
dilihat oleh orang lain. Dia banyaka mengetahui kondisi Nasbi SAW. dan perbuatan
apa saja yang beliau lakukan. Sepeningal Nabi SAW. dia masih hidup selama 83
tahun. Waktu yang sedemikian panjang mendukungnya untuk banyak mempelajari
hadis dari Nabi SAW. dari para sahabat beliau serta menyebarluaskannya kepada
banyak orang.
Setelah di Madiah dia menetap di Bashrah, diasalah dia melakukan periwayatan
hadis. Dari bimbingannya bermunculan banyak para imam hadis dari kalangan
tabi’in seperti al-Hasan, Ibnu Sirin, Humaid ath-Thawil, Tsabit al- Banani, dan lain-
lain.
Hadis yang diriwayatkan dari Anas berjumlah 1286 hadis. Bukhori-Muslim
sepakat pada 168 hadis. Bukhari meriwayatkan sendiri sebanyak 83 hadis dan
Muslim sebanyak 71 hadis.
Di dalam kitabnya, at-Tarikh, Bukhari meriwayatkan dari Qatadah, bahwasanya
ketika Anas wafat, Mawriq berkata: “ Hari ini separuh ilmu telah pergi”., lalu
dikatakan kepadanya: “Bagaimana bisa demikian?, ia menjawab: “sebab, selama ini
jika ada orang yang memperturutkan hawa nafsunya menyelisihi kami dalam satu
hadis, maka kami akan katakan padanya ‘kemarilah ikut kami menemui orang yang
mendengarnya langsung dari Nabi SAW. (Anas).”
Anas wafat di luar kota Bashrah, sekitar 1,5 mil. Lalu dimakamkan disuatu
tempat yang kemudian yang dikenal denga Qashr Anas. Menurut pendapat jumhur
yang shahih, dia wafat pada tahun 93 H.

4. Aisyah Ummul Mukminin


Dia adalah Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq salah seorang istri Nabi SAW.
lahir pada tahun kedua kenabian. di dalam riwayat yang shahih, Nabi SAW.
menikahinya pada saat ia berusia 6 tahun, lalu dia tinggal serumah dengan Nabi pada
saat usianya 9 tahun tepatnya pada bulan Syawal tahun pertama hijriyah. Namun, ada
yang berpendapat pada tahun kedua hijriyah sepulangnya beliau dari Perang Badar.

Pernikahannya dengan Rasulallah SAW., kebersamaan hidup bersama beliau,


kecerdasan yang dimilikinya serta antusias yang tinggi terhadap hukum-hukum
agama telah menggembleng dirinya siap meriwayatkan hadis-hadis Rasulallah dan
ilmu-ilmu al-Qur’an. Sehingga dia menjadi rujukan hukum di bidang agama pada
saat terjadi silang pendapat diantara kaum muslimin. Jadi tidak aneh jir ka para
sahabat senior banyak yang belajr darinya, sebagaimana Umar bin al-Khathab
meminta hadis darinya karena dialah yang senantiasa bersama Rasulallah SAW.
sepeninggal Nabi SAW., Aisyah masih dianugerahi usia hidup sampai 39 tahun,
waktu yang cukup lama bagi kaum muslimin untuk menimba lautan ilmu darinya.
Tidak disangsikan, bahwa Aisyah menjadi salah seorang yang banyak
meriwayatkan hadis dari Rasulallah SAW. darinya diriwayatkan sebanyal 2210
hadis. Bukhari-Mulim bersepakat dalam 174 hadis. Bukhori sendiri meriwayatkan 54
hadis, dan Muslim sebanyak 68 hadis.
Masruq berkata: “ Aku melihat sendiri para sahabat senior bertanya kepadanya
mengenai permasalah Faraidh.” Aisyah wafat pada tahun 57 H.

5. Abdullah Bin Abbas


Dia adalah Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib, putra dari paman
Rasulallah SAW. lahir 3 tahun sebelum hijriyah. Ketika Rasulallah SAW. wafat, dia
masih berusia 13 tahun.

Di dalam riwayat yang shahih disebutkan bahwa Nabi SAW. mendekap


Abdullah seraya mengucapkan do’a : “Ya Allah, ajarkan kepadanya hikmah.”
Berkat kekerabatan Ibnu Abbas dengan Nabi SAW. dan usianya yang masih
belia, membuat dia banyak berinteraksi dengan Nabi SAW. dan mriwayatkan
darinya. Ditambah lagi dengan kecenderungan alaminya yang sangat antusias
terhadap ilmu dan hadis sehingga membuat Nabi SAW. memberikan perhatian lebih
dan mendo’akannya. Semua penunjang potensi ini tampak jelas pada diri sahabat
muda yang mulia ini, diapun menjadi seorang yang dijuluki Turjuman al-Qur’an dan
hibr al-Ummah (tinta umat, karena ketinggian ilmunya), serta terhitung sebagai salah
seorang yang memiliki banyak periwayatan hadis Nabi SAW.
Setelah Nabi SAW. wafat, ibnu Abbas masih dikaruniai usia yang panjang yaitu
58 tahun. Kurun waktu yang cukup lama tersebut menjadikan dia dapat mengambil
banyak hadis dari para sahabat senoir dan yunior.
Ad-Darimi meriwayatkan di dalam musnad-nya, dari Abdullah bin Abbas dia
berkata: “ Ketika Rasulallah SAW. telah wafat, aku berkata kepada seseorang lelaki
dari kalangan Anshar, ‘Ayo ikut bersamaku kita bertnya kepada para sahabat Nabi
SAW. sesungguhnya mereka pada hari ini masih banyak jumlahnya, ‘Lelaki Anshar
itu menjawab: ‘Betapa mengagumkan dirimu, bukankah justru orang-orang yang
butuh untuk menemuimu’. Ibnu Abbas berkata, ‘Lantas aku pergi meninggalkan
orang itu, dan aku pergi bertanya kepada para sahabat. Jika aku mendengar sebuah
hadis dari salah seorang sahabat, aku segera memastikan hadis itu kepadanya, aku
datang ke pintu rumahnya aku menutupi muka ku dengan sorban untuk menagngkal
angin yang meniupkan angin, lalu dia keluar dan melihat ku, lalu berkata: “Wahai
putra paman Rasulallah SAW., apa yang membuatmu datang kemari?, bukankah kau
bisa mengutus seseorang sehingga pula yang akan kepadamu. “Ibnu Abbas berkata:
“Tidak, justru aku yang lebih berhak mendatangimu untuk bertanya mengenai
sebuah hadis kepadamu.” Ternyata lelaki Anshar itu tadi diberi usia yang panjang,
sehingga dia masih sempat menyaksikan orang-ornag berkumpul di dalam majelisku
dan menimba ilmu kepada ku. Lelaki itu pun berkata, ‘Pemuda ini jauh lebih pandai
dariku.’ “
Dari atsar ini, anda dapat menyimpulkan betapa cerdasnya Ibnu Abbas dan
semangatnya dalam mengumpulkan dan mengajarkan hadis, sehingga semua orang
berkumpul menghadiri majelis ilmunya dan mendengarkan hadis-hadis yang
disampaikannya. Bahkan, Umar bin Khatab yang dikenal takala hebat kecerdasan,
kepandaian, dan ijtihadnya, tatkala menemui suatu kendala dalam menentukan suatu
utusan dia berkata kepada Ibnu Abbas, “Sungguh kami telah menemui satu kendala
yang cukup berarti, maka engkaulah yang dapat memberikan solusinya.” Lantas
Umar menerima pandangan yang diberikan Ibnu Abbas.
Ibnu Abbas unggul dalam berbagai bidang, dia pakar di bidang fiqh, hadis,
takwil, hisab, faraidh, dan bahasa Arab. Sehingga setiap hari ia memiliki jadwal
pengajaran khusus, misalnya satu hari dia khusus mengajar fiqh, satu hari khusus
mengajar takwil, satu hari khusus mengajar al-Maghazi, dan satu hari khusus sejarah
hari-hari penting Arab.
Orang-orang berkata; “Tidak seorang alimpun duduk di majelisnya melainkan
akan tertunduk dihadapannya. Dan tidak seorangpun yang bertanya kepadanya
melainkan pertanyan itu akan berbuah ilmu baginya.”
Thawus berkata, aku pernah ditanya: “Mengapa kau selalu menghadiri
pembelajaran dari anak ini dan meninggalkan para senior lainnya dari kalangan
sahabat Rasulallah SAW.?, aku menjawab: “Karena sesungguhnya melihat ada tujuh
puluh orang dari sahabat Rasulallah SAW., .jika mereka menemui suatu kendala
pada suatu perkara, mereka akan merujuk kepada perkatan Ibnu Abbas.”
Singkat kata, Ibnu Abbas adalah pakar dalam berbagai bidang ilmu dan hadis.
Darinya diriwayatkan sebanyak 1660 hadis. Bukhori-Muslim bersepakat pada 95
hadis. Sendiri Bukhori meriwayatkannya sebanyak 120, dan Muslim sebanyak 49
hadis.
Ali bin Abi Thalib menugaskannya sebagai Gubernur di Bashrah, lalu dia
melepaskan jabatan itu sebelum terbunuhnya Ali, dan setelah itu ia kembali ke Hijaz.
Di Mekkah, dia menghabiskan masa tuanya dengan memberikan pelajaran kepada
orang-orang wafat di Thaif pada tahun 68 Hijriyyah.

6. Abdullah Bin Umar Bin Al-Khaththab


Abdullah sudah masuk Islam sejak usia belia, dan dia turut pergi berhijrah
bersama ayahnya, bahkan ada pendapat yang mengatakan ia berangkat hijrah ke
Madinah sebelum ayahnya. Dia mengikuti perang Khandaq dan peperangan-
peperangan setelahnya bersama Rasulallaj SAW. sepeninggal Rasul, dia masih
mengikuti Perang Yarmuk, dan pembukaan air serta Afrika. Dia adalah sosok yang
sangat komitmen dalam mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW.

Dia meriwayatkam hadis dari Nabi SAW., juga dari ayahnya dan pamannya
(Zaid),dan dari saudarinya (Hafshah), Abu Bakar, Utsman, Ali, Bilal, Zaod bin
Tsabit, Shuhaib, Ibnu Mas’ud, Aisyah, Rafi’ bin Khadij, dan lain-lain.
Lalu yang meriwayatkan darinya juga cukup banyak, dari kalangan para sahabat
adalah Abdullah bin Abbas, Jabir, al-Aghar, al-Muzni, dan lain-lain. Sedangkan dari
kalangan tabi’in adalah keempat putranya, yaitu Bilal, Hmazah, Slim, Abdullah,
serta maulanya Nafi, Aslam Mawla Umar, Zaid dan Khalid, keduanya adalah putra
Aslam, dan putra urwah bin Zubair dan lain-lain.
Zubair bin Bakar berkata: “Ibnu Umarsenantiasa menghapalkan apa yang ia
dengar dari Rasulallah SAW. jika dia tidak sempat hadir maka dia senantiasa
bertanya kepada mereka yang hadir mengenai perbuatan atau perkataan yang
disampaikan oleh Rasulallah SAW.“
Al-Baihaqi meriwayatkan di dalam kitab Al-Madkhal, dari Az-Zuhri, ia berkata:
“Tidak ada yang menyamai pandangan Ibnu Umar, sesungguhnya 60 tahun dia hidup
sepeninggal Rasulallah SAW., selama itu pula dia tidak pernah menyembunyikan
apa yang pernah dilakukan oleh Rasul ataupun oleh para sahabat beiau.”
Dari Malik ia berkata: “Ibnu Umar hidup sselama 60 tahun setelah
meninggalnya Rasulallah SAW., dalam kurun waktu tersebut banyak sekali delegasi
kaum yang datang menimba ilmu kepadanya.”
Ayahnya menjauhkan Ibnu Umar dari urusan kekhalifahan, dia hanya meminta
pandangan darinya sebagai salah satu pandangan yang biasa dikemukakan dalam
suasana musyawarah, sehingga dia terhindar dari segala fitnah dan konflik yang
terjadi di antara para sahabat, dan ia hanya fokus pada keilmuan dan peribadatan.
Abdullah bin Umar terhitung sebagai salah seorang sahabat yang banyak
memiliki periwayatan hadis, hal itu di dukung oleh beberapa faktor:

a. Keislamannya yang lebih awal disaat usianya masih belia. Keaktifannya


mengikuti majelis-majelis Nabi SAW. rajin mengikuti perintah ajaran Nabi.
Selalu bertanya mengenai apa yang diucapkan ataupun dilakukan oleh Rasulallah
jika ia sedang tidak sempat hadir di mejelis beliau. Semua itu menjadi indikasi
bagaimana antusiasnya yang tinggi terhadap ilmU dan hadis Nabi SAW.
b. Hubungannya dengan Nabi SAW. mwlalui jalur perbesanan, saudarinya
(Hafshah) merupakan istri Nabi SAW., sehingga menjadi mudah baginya untuk
berinteraksi dengn beliau di berbagai waktu dan kesempatan.
c. Sikap juhudnya yang tinggi terhadap keduniawiaan dan kekuasaan. Dia
menghindari konflik dan peperangan yang terjadi diantara sahabat, sehingga hal
ini memberikan kesempatan baaginya untuk fokus pada hadis, mencari dan
menyebarluaskannya.
Berdasarkan hal inilah, maka Abdullah bin Umar termasuk salah seorang yang
mmiliki banyak hadis dari Nabi SAW., darinya diriwayatkan sebanyak 1630 hadis.
Bukhari-Muslim bersepakat dalam 170 hadis, sementara Bukhari meriwayat sendiri
sebanyak 81 hadis, Muslim sebanyak 31 hadis, dan sisanya diriwayatkan oleh para
perawi lain. Dia tutup usia dalam umur 87 tahun.

7. Abdullah Bin Amru Bim Al-Ash


Dia adalah Abu Muhammad Abdullah bin Amru bin al-Ash al-Qurasyi al-
Sahmi. Dia masuk Islam sebelum ayahnya. Seorang yang sangat bersungguh-
sungguh dalam beribadah, banyak membaca al-Qur’an dan meriwayatkan hadis
rasulallah SAW.
Imam al-Bukhari meriwayatkan di dalam kitabu al-Ilm, bahwa Abbu Hurairah
teelah berkata: “Tidak seorang pun yang melampui diriku dalam hal banyak
meriwayatkan gadis dari Rasulallah SAW. Kecuali Abdullah bin Amru,
sesungguhnya dia menulis (hadis) dan aku tidak menulis.”
Dikatakan, bawa Abdullah bin Amru menulis segala yang dia dengar dari Nabi
SAW., lalu para sahabat melarangnya melakukan hal itu, mereka berkata,
“sesungguhnya Nabi SAW. bersabda dalam beberapa kondisi, mungkin sedang
marah atau mungkin sedang ridha, maka janganlah kau menulis setiap apa yang kau
dengar dari beliau.” Maka dia bertanya kepada Nabi SAW. mengenai hal itu, dan
beliau bersabda: “Tulislah, demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya,
tidaklah keluar daei kedua bibirku melainkan kebenaraan.”
Diriwayatkan dari Aisyah r,a., ia berkata kepada Urwah bin Zubair: “Wahai
keponakanku, telah sampai kepadaku berita bahwa Abdullah bin Amru melakukan
perjalanan bersama kita dalam ibadah haji ini, maka temui dia dan tanyakan
kepadanya sesungguhnya dia telah membawa hadis yang sangat banyak dari Nabi
SAW.”
Ibnu Sa’ad meriwayatkan darri Mujahid, ia berkata: “Aku melijat ada sebuah
lembaran itu kepadanya, dia berkata: “Ini adalah Shadiqah, di dalamnya merupakan
apa-apa yang aku dengar dari Rasul SAW. tanpa ada perantara seorang pun.”
Masih dari riwayat Ibnu Sa’ad, dari Abdullah bin Amrru, dia bekata: “ Aku telah
memunta izin kepada Nabi SAW, untuk menulis apa yang aku dengar dari beliau,
lalu beliau mengizinkanku, maka aku pun menulisnya.” Abdullah menamakan
lembaran yang ia gunakan untuk menulis hadis Nabi dengan nama ash-shadiqah.”
Dari sini anda dapat melihat, bahwa Abdillah bin Amru memiliki potensi dalam
meriwayatkan hadis yang sangat banyak yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dia
termasuk prang yang pertama masuk Islam, dia banyak menghafal hadis, lalu
menuliskam hadis-hadis tersebut, sampai dia berkata: “Aku telah menghafal seribu
matsal (perumpamaan) yang disampaikan oleh Nabi SAW.”
8. Abdullah Bin Mas’ud
Dia adalah Abu Abdurrahman bin Mas’ud, nasabnya berakhir pada Hudzail bin
Madrikah bin Ilyas. Ibunya bernama Ummu Abdin binti Abdud bin Sawa’ bin
Hudzail, ibunya kuga masuk islam dan pergi berhijrah.
Abdullah bin Mas’ud masuk Islam sejak awal, yaitu ketika Sa’id bin Zaid masuk
Islam dan sebelum Islamnya Umar bin AL-Khaththab. Diriwayatkan, bahwa dia
mengatakan: “Engkau lihat sendiri bahwa aku adalah orang keenam yang mwnjadi
Muslim di muka bumi ini.”
Dia juga turut berijrah ke Habasyah, kemudian kw Madinah. Selain itu, ia
turutserta dalam Perang Badar, Uhud. Khandaq, Bai’at Ridhwan dan beberapa
peperangan lainya. Dialah yang berhasil menewaskan Abu Jahal pada Perang Badar.
Dia pun turut serta menikuti Perang Yarmuk. Dialah yang senantiasa merawat sandal
Rasulallah SAW., memakaikan sandal itu apabila beliau berdiri hendak berjalan, jika
beliau melepaskannya maka Ibnu Mas’ud yang membawanya. Dia banyak bersama
dengan Rasulallah dan berkhidmat kepada beliau.
Di dalam Kittab Shahih Bukhari-Muslim disebutkan, bahwa Abu Musa al-
Asy’ari mengatakan: “aku dan saudaraku datang dari Yaman, dan kami menetap
beberapa waktu disana. Selama kami menetap tidaklah kami melihat melainkan Ibnu
Mas’ud dan ibunya sudah seperti ahli bait Rasul SAW. lantaran kami melihat mereka
kerap berada di dalam rumah Rasul dan senantiasa menyertai beliau.”
Karena usia keislamannya yang seja awal, dan banyak berada di sisi Nabi SAW.,
serta antusiasnya yang tinggi menimba ilmu dari beliau, maka dia terhitung sebagai
salah seorang sahabat senior yang mulia, ahli fiqih,ahli Al-Qur’an,hadis dan fatwa,
sampai-sampai RasulallahSAW. memberikan kesaksian mengenai kematangannya di
bidang al-Quran dam ilmu-ilmunya,sebagaimana tertulis didalam shahih Bukhari dan
Muslim: “Ambilah oleh kalian al-Qur’an darri empat orang;dari Abdullah, Salim
Mawla, Abu Hudzaifah, Mu’adz, Ubay bin Ka’ab.
Ibnu Mas’ud berkata, sebagai wujud ungkap syukur atas nikmat ilmu yang
dimilikinya: “Demu dzat yang Tiada Tuhan selain Dia, tidak ada satu surat pun di
ddalam Kitabullah melainkan aku mengetahui dimana ia diturunkan. Dan tidak ada
satu ayat pun melainkan akau mengetahui tentang apa ia diturunkan. Jika aku
mengetahui ada seseorang yang lebih mengetahui daripada aku perihal kitabullah dan
dia masih bisa aku jangkau dengan kendaraan unta, niscaya aku akan datang
menemuinya.”
Para sahabat senior mengakui reputasinya di bidang keilmuan, Umar bin Khatab
pernah menulis surat kepada penduduk Kufah, “Aku mengutus Ammar sebagai
gubernur kalian, Abdullah bin Mas’ud sebagai guru dan menteri, keduanya adalah
orang pilihan dari kalangan sahabat Rasulallah SAW. keduanya mengikuti perang
Badar, maka bersuri tauladanlah kepada mereka, dan aku lebih mengutamakan
Abdullah untuk kalian daripada diriku sendiri. “Umar adalah Umar, dia adalah sosok
yang diberikan karunia keberanian oleh Allah dalam menegakan kebenaran baik di
lisan dan hatinya. Bahkan pandangannya pernah senada dengan ayat al-Qur’an yang
diturunkan, namun dengan segala kelebihan yang dimilikinya ia tetap bersedia
mengakui kelebihan yang dimiliki oleh orang lain.
Abu Darda mengatakan ketika Ibnu Mas’ud wafat: “Tidak ada lagi orang seperti
dia setelah kepergiannya.”
Banyak sekali yang meriwayatkan hadis dari Ibnu Mas’ud dari kalangan para
sahabat adalah Abu Musa al-Asy’ari, Imran bin Hubain, Ibnu Abbas, Ibnu Umar,
Jabir, Anas, Ibnu Zubair, Abu Sa’id al-Khudri, Abu Hurairah, Abu Rafi’ dan lain-
lain. Sedangkan dari kalangan tabi’in adalah Alqamah, Abu Wail, al-Aswad, Masruq,
Ubaidah, Qais bin Abi Hazim, dari para tabi’in senior lainnya.
Periwayatan Ibnu Mas’ud: dari Ibnu Ma’ud diriwayatkan sebanyak 848 hadis
Bukhari-Muslim bersepakat pada 64 hadis. Bukhari meriwayatkannyatkannya sendiri
sebanyak 21 hadis, dan Muslim sebanyak 35 hadis.
Sebenarnya kita sangat mengharapkan ada banyak hadis dari periwayatan Ibnu
Mas’ud, karena dia adalah seorang sahabat yang termasuk paling awal masuk islam
dan dekat engan Nabi SAW. artinya: dia sangat berpotensi memiliki banyak hadis
dimana dia menyaksikan semua perjalanan hidup dan dekat dengan Nabi SAW.
antusias mendengarkan hadis, kuat hapalannya, zuhud terhadap urusan keduniaan,
suka menuntut ilmu, namun dia tidak memang tidak diberi umur panjang setelah
wafatnya nabi, sehingga dia tidak memiliki waktu yang lama untuk menyampaikan
segala hais yang ada padanya seperti yang dilakukan oleh Abu Hurairah.
Ibnu Mas’ud wafat di Kufah, ada yang mengatakan wafatnya di Madinah, pada
tahun 32 Hijriyyah dalam usia lebih dari 60 tahun.
 Perbedaan tingkatan para sahabat dalam meriwayatkan Hadis

Para sahabat memiliki perhatian besar dalam menghapal hadis, namun dalam hal
itu memiliki perbedaan terkait banyak dan sedikitnya hadis yang diriwayatkan. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang sudah kita ketahui dari biografi
masing-masing sahabat di atas, adapun beberapa faktor yang umum adalah
sebagaimana berikut ini:
Pertama: Kesibukan dalam urusan kekhilafahaan dan peperangan telah
menyulitkan banyak para sahabat untuk fokus menjaa hadis an meriwayatkannya,
sebaaimana yang terjadi pada keempat khalifah; Abu bakar, Umar, Utsman, Ali, dan
juga Thalhah dan Zubair, sebaliknya cukup banyak juga dari kalangan para sahabat
yang memiliki kesemptan untuk menjaga dan menyampaikan hadis sebagaimana
yang terjadi pada Abu Hurairah, Aisyah, Ibnu Umar, dan lain-lain.
Kedua: Lamanya masa persahabatan dengan Nabi SAW. dan intensitas
kebersamaan dengan beliau, baik dalam perjalanan maupun tidak. Serta panjangnya
usia sahabat setelah wafat Nabi, telah menjadi faktor bagi mereka untuk menjaga
hadis dan meriwayatkannya sebagaimana yang terjadi pada Ibnu Mas’ud, Abu
Hurairah, Jabir bin Abdullah, Anas, Ibnu Umar, dan lain-lain. Hal inilah yang
menyebabkan minimny atau tidak adanya periwayatan dari para sahabat yang sudah
meninggal pada masa kenabian atau tidak lama setelah masaa kenabian.
Sebagaimana minimnya periwayatan dari para sahabatyang intensitas kebersamaan
dengan Nabi SAW. agak kurang.
Ketiga: bermunculannya peristiwa-peristiwa baru yang dinamis dan
membutuhkan penjelasan hukum-hukum, telah menjadi faktor banyaknya
periwayatan, penyampaian, dan kajian-kajian hhadis, supaya dapat menjadi dasar
hukum syari’at terkait berbagai peristiwa baru yang bermunculan, yang sebelumnya
belum pernah ada pada masa kenabian, maupun masa Khalifah. Oleh karena itulah,
para sahabat bersegera dalam menyampaikan sunah-sunah Nabi yang ada pad
mereka untuk dipelajari dan diketahui banyak orang.
Keempat: Terjadinya berbagai fitnah dan pendustaan terhadap hadis Nabi yang
dilancarkan oleh sebagian kelompok-kelompok, seperti Syi’ah dan Khawarij, dimana
mereka banyak membuat hadis-hadis palsu, sehingga hal ini menjadi faktor untuk
memperketat periwayatan hadis dan standarisasi perawi yang akan dijadikan sumber
hadis. Dari sinilah bermula minimnya periwayatan hadis dari Ali r.a, sehingga para
ahli hadis akhirnya banyak bersandar kepada hadis-hadis yang berasal dari murid-
murid Ibnu Mas’ud, seperti Ubaidah as-Salmani, Syuraih, Abu Wail, dan lain-lain,
atau bersandar kepada periwayatan ahli bait yang kuat dan terpercaya.
Kelima: Jumlah pengikut atau murid, serta geliat aktifitas mereka turut
mempengaruhi kuantitas periwayatan dari sahabat. Contohnya adalah Utsman bin
Affan, tidak banyak hadis-hadis yang bersumber darinya yang sampai kepada kita
lantaran dia tidak memiliki banyak murid, sebab dia sibuk berfokus pada dinamika
urusan kekhilafahan dan peperangan, serta pembukuan al-Qur’an.
Keenam: kekuatan hapalan dan pencatatan hadis, merupakan dua faktor yang
sangat mendukung banyaknya periwayatan. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada
Abu Hurairah dan Abdullah bin Amru bin Al-Ash.
Ketujuh: Memfokuskan diri hanya kepada aktifitas peribadatan dan kerap
menghindar dari meriwayatkan hadis yang lafadznya tidak di dengar langsung dari
Rasulallah SAW. telah menjadikan banyak dari kalangan para sahabat enggan untuk
meriwayatkan hadis, atau meminimalisir periwayatannya, sekalipun mereka tetap
bersandar dalam penyampaian hadis kepada banyaknya para sahabat Rasul yang
memfokuskan diri pada periwayatan dan penyampaian hadis.
Kedelapan: Jalur periwayatan yang bersambung kepada seorang sahabat yang
merupakan perawi hadis dinilai lemah (dhaif),sehingga para imam hadis yang
berkonsentrasi pada hadis-hadis shahih meninggalkan rantai periwayatan yang lemah
tersebut. seperti yang terjadi pada Abu Ubaidah bin Jarrah yang memiliki gelar
Amiru hadzihi al-Ummah, sanad periwayataan yang bersambung kepadanya banyak
tidak shahih,sehingga hadis-hadisnya tidak tercantum di dalam shahih Bukhori dan
shahih Muslim’.
 Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis

Yang paling banyak meriwayatkan hadis dari kalangan para sahabat adalah Abu
Hurairah, kemudian Abdullah bin Umar bin Khatab, Anas bin Malik, Ibnu Abbas,
Jabir bin Abdullah, Abu Sa’id al-Khudri, Aisyah Ummul Mukninin. Mereka adalah
para sahabat yang memiliki periwayatan lebih di atas seribu hadis, selain mereka
tidak ada lagi.
Imam Muhammad bin Assa’ad mengatakan, di dalam kitab at-Thabaqot,
“Muhammad bin Umar al-Aslami mengatakan, ‘penyebab yang membuat
minimmnya periwayatan hadis dari kebanyakan para sahabat senior adalah
dikarenakan mereka wafat sebelum kebutuhan periwayatan itu muncul sedangkan
terkait dengan Umar dan Ali, mengapa cukup banyak riwayat yang bersumber dari
mereka adalah disebabkan keduanya merupakan pemimpin yang banyak dihadapkan
paa pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab, dan keputusan-keputusan yang harus
ditetapkan diantara orang banyak. Sesungguhnya sahabat Rasulallah SAW. adalah
imam yang patut menjadi panutan dan dipelihara segala sesuatu yang pernah mereka
lakukan dan fatwakan, sebab mereka telah mendengarkan langsung dari Nabi dan
melaksanakan sunah-sunah beliau.
Adapun para sahabat senior yang hadisnya sedikit diriwayatkan, seperti Abu
Bakar,

Anda mungkin juga menyukai