Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ‘ULUMUL QUR’AN

“NUZULUL QUR’AN”

Makalah ini di susun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester, mata


kuliah ‘Ulumul Qur’an.

Di Susun Oleh:

Yunita Purnama Sari

Dosen Pembimbing:

Ruaedah S. Th. I, M.A.

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

Jl. Ir H. Juanda No.70, Pisangan, Kec. Ciputat Timur, Kota


Tangerang Selatan, Banten 15419

2020
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur ke-hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang
telah diberikan kepada kita semua. Tak lupa sholawat serta salam kita haturkan
kepada manusia yang memiliki akhlak mulia, sebagai panutan bagi umatnya, yang
membawa umat dari zaman jahiliyah hingga zaman penuh berkah seperti saat ini.

Dengan segala keterbatasan ruang dan waktu, atas izin-Nyalah saya dapat
menyusun makalah ini untuk memenuhi Ujian Tengah Semester. Di dalamnya
terdapat pemaparan seputar “Nuzul Al-Qur’an” yang mencangkup pengertian
nuzul al-qur’an, perdebatan ulama seputar makna nuzul, proses nuzul al-qur’an
serta ayat yang mendasarinya, hikmah nuzul al-qur’an secara berangsur-angsur
dan perbedaan nuzul al-qur’an dengan kitab samawi lainnya. Saya ucapkan
terimakasih kepada rekan-rekan yang selalu menyemangati saya dalam pembuatan
makalah ini. Dan kepada Ibu Ruaedah, S.Th.I,M.A selaku dosen ‘Ulumul Qur’an
yang telah membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan makalah ini.
Semoga segala kebaikan yang diberikan terbalas dengan balasan yang setimpal.
Amiin, amiin yaa rabba al-‘alamiin.

Jakarta, 07 November 2020

Penulis

(Yunita Purnama Sari)

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1

1.3 Tujuan................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2

2.1 Pengertian Nuzul Al-Qur’an dan Perdebatan Ulama Seputar Maknanya


................................................................................................................. 2

2.2 Proses Nuzul Al-Qur’an serta Ayat yang Mendasarinya.................. 8

2.3. Hikmah Nuzul Al-Qur’an secara Berangsur-angsur........................ 10

2.4 Perbedaan Nuzul Al-Qur’an dengan Kitab Samawi Lainnya........... 12

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 15

3.1 Simpulan............................................................................................ 15

3.2 Saran.................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an. Didalamnya


banyak sekali pelajaran-pelajaran yang sangat berharga bagi umat manusia
khususnya umat islam di dunia. Diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia agar manusia berada dalam jalan yang benar.

Terkait dengan diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat


islam, maka umat islam dianjurkan untuk memahami isi yang terkandung
didalamnya, sebagai bekal dunia dan akhirat. Dengan hal tersebut maka umat
islam diharapkan dapat menambah wawasan atau pemahaman mengenai Al-
Qur’an serta lebih mencintainya. Dan harus berupaya semaksimal mungkin dalam
menjaga kebenaran Al-Qur’an.

Kesimpulan dari pemaparan diatas yakni pentingnya untuk mengetahui


definisi, proses, hikmah diturunkannya Al-Qur’an serta perbedaan turunnya Al-
Qur’an dengan kitab samawi yang lainnya. Pernyataan ini muncul merupakan
suatu yang wajar untuk memperdalam ilmu setiap umat muslim. Oleh karnanya
saya akan memaparkan hal tersebut dalam bentuk makalah agar mudah diserap
dan dipahami oleh pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Nuzul Al-Qur’an dan perdebatan makna Nuzul Al-
Qur’an menurut para ulama?
2. Bagaimana proses Nuzul Al-Qur’an secara berangsur-angsur?
3. Apakah hikmah Nuzul Al-Qur’an secara berangsur-angsur?
4. Apakah perbedaan Nuzul Al-Qur’an dengan kitab samawi lainnya?

1.3 Tujuan

1. Untuk menyelesaikan Ujian Tengah semester


Agar mengetauhi tentang turunnya Al-Qur’an

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nuzul Al-Qur’an dan Perdebatan Ulama Seputar Maknanya

A. Pengertian Nuzul Al-Qur’an


Secara etimologis, ‫( ان زول‬turun) berarti ‫( األوي هباحللول يف مك ان‬menempati

suatu tempat); orang Arab mengatakan ‫( ن زول األم ري املدينة‬Pangeran itu bertempat

tinggal di kota). Dalam bentuk muta’addi ‫( اإلنزال‬menurunkan) berarti ‫إحالل الغري يف‬

‫( مك ان وإوىءه به‬menempatkan sesuatu pada suatu tempat), seperti dalam firman

Allah SWT: َ ‫خْي ُر الْ ُمْن ِزلِنْي‬ َ ْ‫ب أَنْ ِزلْيِن ُمْن َزالً ُمبَ َار ًك ا َون‬
َ ‫ت‬ ِّ ‫قل َر‬
ْ ‫( َو‬Dan berdoalah: “Ya tuhanku,
tempatkanlah aku pada tempat yang di berkati, dan engkau sebaik-baik Yang
memberi tempat.” Q.S. Al-mu’minun 23:29).1
Dalam arti lain ‫النزول‬adalah ‫( احندار الشيء من علو اىل سفل‬meluncurnya sesuatu

dari atas ke bawah), seperti dalam kalimat ‫( ن زل فالن من اجلبل‬fulan tuun dari

gunung). Dalam bentuk muta’addi ‫( اإلنزال‬menurunkan) berarti ‫حتريك السيء من علو اىل‬

‫( س فل‬mendorong sesuatu dari atas ke bawah), seperti dalam firman Allah SWT:

‫الس َم ِاء َم اء‬


َّ ‫( َوأَْن َز َل ِم َن‬dan Dia menurukan air (hujan) dari langit.Q.S. Al-Baqoroh
2:22).2
Pengertian etimologis di atas bersifat tempat (makaniyah) dan fisik
(jismiyah) sehingga tidak tepat untuk turunnya Al-Qur’an, karena Al-Qur’an yang
diturunkan bukan sesuatu yang bersifat jismiyah sehingga memerlukan tempat
atau turun dari atas ke bawah. Jadi Nuzul Al-Qur’an haruslah dipahami secara

majazi (metaforis), ukan hakiki, yaitu ‫( اإلظه ار‬menampakan) atau ‫اإلعالم‬

1
Prof.Dr.H. Yunahar Ilyas,Lc., M.A.,Kuliah Ulumul Quran. hlm. 33 sebagaimana dikutip dalam
buku Muhammad ‘Abd al-Azhim az-Zarqani,Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an(Beirut: Dar ‘Ihya
al-kutub al-‘Arabiyah,t.t), jld I, hlm.34
2
Prof. Dr. Yunahar Ilyas,Lc., M.A., Kuliah Ulumul Quran.hlm.33 sebagaimana dikutip alam buku
Az-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an..., I:34

2
(memberitahukan) atau ‫( اإلفهام‬memahamkan).3 Dengan pemahaman secara me

taforis tersebut Nuzul A-Qur’an berarti proses penampakan, pemberitahuan dan


pemahamanAl-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.
Secara terminologis yang dimaksud dengan nuzul 4Al- Qur’an adalah cara
dan fase turunnya Al-Qur’an dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Seperti di sebutkan dalam kitab-kitab Ulum Al- Qur’an bahwa sebelum
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Al-Qur’an terlebih dahulu diturunkan
Allah SWT kelauh mahfuzh. Kemudian dari lauh mahfuzh diturunkan ke baitul
‘Izzah di langit dunia. Barulah dari baitul ‘Izzah itu Al-Qur’an diturunkan melalui
perntaraan malaikat jibril AS secara berangsur-angsur 5
B. Perdebatan ulama seputar makna Nuzul

Pembahasan Nuzul Al-Qur’an termasuk dalam pembahasan utama dalam


ulumul qur’an, karena mengetahui nuzul Al-Qur’an merupakan dasar keyakinan
seseorang atas kebearan Al-Qur’an itu semdiri. Kalau tidak demikian, bagaimana
mungkin seseorang merelaksasikan keyakinannya terhadap sesuatu tanpa didasari
pengetahuan sumber turunnya sesuatu itu? Untuk itu pembahasan ini dianggap
oleh para ulama sebagai batu fondasi bagi ’Ulumul Qur’an selanjutnya.

 ُ ‫ اِحْنِ طَ ا‬turun dari


Menurut ar-Raghib: ‫ ال نزول‬arti dasarnya ialah ِّ‫ط ِم ْن عُلُو‬

atas,Seperti perkataan seseorang ‫ َنَز َل َع ْن َدابَتِه‬artinya ‫ط َر ِحلُهُ فِْي ِه‬


ًّ ‫ َح‬turun dari

ِ
kendaraannya. Diantaranya: َ ْ‫ب اَنْ ِزلْيِن ُمْن َزالً ُمبَ َار ًك ا َوأَن‬
َ ‫ت َخْي ُر الْ ُمْن َزلنْي‬ ِّ ‫َوقُ ْل َر‬
berdoalah: “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati,
dan Engkaulah adalah sebaik-baik Yang memberi tempat.” Maksudnya:
Allah menurunkan nikmat-Nya kepada makhluk, baik nikmat itu secara
langsungseperti turun Al-Qur’an atau sarana yang mendukung nikmat itu,
seperti besi dan pakaian. 6
 Menurut al-Zarqani: kata Nuzul diartikan pindahnya sesuatu dari atas ke
bawah. Pengertian ini lebih tepat digunakan untuk sesuatu benda. Jadi
3
Prof.Dr.H. Yunahar Ilyas,Lc., M.A.,Kuliah Ulumul Quran. hlm. 33 sebagaimana dikutip dalam
buku Az-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an..., I:34; Abdul Djalal, Ulumul Qur’an
(Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm: 48

4
Istilah nuzul Al-Qur’an tidak di cetak miring karena sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia.
5
Prof.Dr.H. Yunahar Ilyas,Lc., M.A.,Kuliah Ulumul Quran. hlm. 34
6
Dr. Zainal Arifin, M.A. Pengantar ‘Ulumul Qur’an. Hlm:11

3
penggunaan kata Nuzul Al-qur’an dimaksudkan pengertian yang majazi
(ungkapan yang tidak harus dipahami secara harfiah). Beliau menegaskan
bahwa nuzuol Al-Qur’an adalah pemberitahuan (l’lam) mengenai Al-
Qur’an dari segala segi dan aspek-aspeknya. Dan pendapat ini merupakan
kesepakatan para ulama ahlussunah.
 Menurut Ibnu Taimiyyah: Nuzul Al-Qur’an berarti turun-Nya, tanpa harus
memelingkan makna lafadz nuzul dari maknanya yang hakiki ke makanya
yang majazi(metafor).
 Imam al-Ashfahani mengatakan di dalam awal pembukaan tafsirnya
bahwa para ulama ahlussunah waljamaah sepakat bahwa kalam Allah itu
diturunkan , dan mereka berbeda pendapat tentang makna “al-inzal”.
Sebagian ulama mengatakan bahwa “al-inzal” artinya “idzharal-qira’ah”
yaitu: menampakkan bacaan, sebagian yang lain berkata bahwa maknanya
adalah sesungguhnya Allah telah menyampaikan kalam-Nya kepada Jibril,
dan jibril berada di langit di tempat yang tinggi, dan Allah mengajarkan
qira’ah (cara membaca) kepadanya, kemudian Jibril menyampaikannya di
bumi (kepada Muhammad saw.), dan dia turun di suatu tempat.
 Imam al-Qutub ar-Razi berkata di dalam kedua hasyiyah tafsir al-
Kasysyaf, “Al-inzal secara bahasa berarti ‘al-iiwaa’ yang artinya
menempatkan, juga berarti menggerakkan sesuatu dari atas ke bawah.
Kedua makna ini tidak ada dan tidak terwujud dalam ucapan. Ia
dipergunakan pada makna majazi (bukan hakiki), maka barangsiapa
berkata bahwa Al-Qur’an itu adalah makna (suatu nilai) yang ada
(melekat) pada Dzat Allah SWT maka diturunkannya Al-Qur’an itu
mewujudkan kata-kata dan huruf-huruf yang menunjukkan makna dan
ditetapkannya di Lauh Mahfudz, dan siapa yang mengatakan bahwa Al-
Qur’an itu adalah al-alfadz (lafadz-lafadz yang diucapkan) maka
diturunkannya semata-mata dan menetapkannya di Lauh Mahfudz. Makna
ini sesuai dengan suatu pemahaman bahwa Al-Qur’an itu manqul
(diambil) dari dua makna yang keduanya secara bahasa.Mungkin yang
dimaksud ‘diturunkannya Al-Qur’an’ adalah ditetapkannya di langit dunia
setelah ditetapkan di Lauh Mahfudz, dan ini sesuai dengan makna yang
kedua, dan yang dimaksud dengan ‘diturunkannya kitab-kitab pada rasul-
rasul’ adalah bahwa malaikat Jibril telah menerima kitab-kitab itu dari
4
Allah secara ruhani atau telah menghafalkannya dari Lauh Mahfudz,
kemudian Jibil turun (ke bumi) dengan membawa kitab-kitab itu kemudian
menyampaikannya kepada para rasul.
 Ulama lainnya mengatakan bahwa pengertian ‘Al-Qur’an diturunkan
kepada Nabi saw.’ itu ada tiga pendapat sebagai berikut:
 Bahwa itu maksudnya lafadz dan maknanya, dan sesungguhnya Jibril
telah menghafal Al-Qur’an dari Lauh Mahfudz, kemudian turun (ke
bumi) dengan membawa Al-Qur’an.
 Sesungguhnyam Jibril turun membawa Al-Qur’an dengan
maknamaknanya secara khusus, dan sesungguhnya Nabi saw. Telah
mengetahui makna-makna itu dan mengungkapkannya dengan bahasa
Arab. Pendapat ini berpegang pada dalil firman Allah SWT: ‘Nazala bihii
ar-ruuhul amiin ‘alaa qalbika’ (QS. asy-Syu’ara: 193-194).
 Pendapat yang ketiga mengatakan bahwa Jibril telah menyampaikan
AlQur’an ini kepada Nabi saw. secara makna dan dia mengungkapkan
lafadz-lafadznya dengan bahasa Arab, dan sesungguhnya ahlus sama’
(penduduk langit/malaikat) itu membaca Al-Qur’an dengan bahasa Arab,
kemudian Jibril membawa turun Al-Qur’an juga dengan bahasa Arab.
Imam Baihaqi berkata tentang makna firman Allah SWT: ‘innaa
anzalnaahu fii lailatil qadr’, bahwa maknanya adalah (wallaahu a’lam),
‘Sesungguhnya Kami (Allah) telah memperdengarkan kepada malaikat
(Jibril) dan memahamkan Al-Qur’an itu kepadanya serta menurunkannya
sesuai dengan apa yang ia dengarkan. Dengan demikian maka Jibril telah
membawa Al-Qur’an itu dari tempat yang tertinggi ke tempat yang
terendah.’ Abu Syaamah berkata, ‘Makna seperti ini berlaku pada seluruh
kata al-inzal yang disandarkan pada Al-Qur’an atau pada sesuatu dari Al-
Qur’an yang diperlukan oleh ahlusunah yang meyakini keazalian Al-
Qur’an (kalam Allah yang qadim), dan Al-Qur‘an adalah sifat yang
melekat pada Dzat Allah SWT.’”
 Ibnu Mardawaih mengeluarkan sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud (marfu’),
“Apabila Allah berbicara dengan wahyu maka penghuni langit (malaikat)
mendengarkan bunyi keras seperti bunyi rantai yang dipukulkan pada
lonceng, sehingga mereka terkejut dan melihat bahwa itu merupakan

5
bagian dari persoalan kiamat.” Hadits ini aslinya ada di dalam kitab
Shahih.
 (malaikat lainnya) bertanya, ‘Apa yang dikatakan oleh Rabb kita?’ Jibril
menjawab, ‘Kebenaran,’ maka selesailah Jibril sesuai dengan perintah.”
 Aku (Imam Suyuthi) berpendapat: dalil yang memperkuat bahwa Jibril itu
menerima Al-Qur’an secara simaa’an (dengan mendengar langsung)
adalah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Thabrani dari hadits Nawwas
bin Sam’an, sebagai hadits marfu’ sebagai berikut: “Apabila Allah
berbicara dengan wahyu maka langit bergetar dengan keras karena takut
kepada Allah, dan apabila penduduk langit (malaikat) itu mendengar
kalam Allah maka mereka pingsan dan tunduk untuk bersujud. Pertama
kali dari mereka yang mengangkat kepalanya adalah Jibril, kemudian
Allah membacakan wahyu kepadanya sesuai dengan yang diinginkan,
hingga selesailah ketika sampai pada malaikat Jibril atas malaikat yang
lainnya. Setiap dia melewati langit maka penduduknya Disebutkan di
dalam tafsir Ali bin Sahal an-Naisaburi bahwa ada sekelompok dari ulama
mengatakan, “Al-Qur’an itu diturunkan secara sekaligus pada malam
lailatil qadr dari Lauh Mahfudz ke sebuah tempat yang diberi nama
‘Baitul‘izzah’, kemudian Jibril menjaganya, dan penduduk langit
(malaikat) pingsan karena kehebatan (kewibawaan) kalam Allah.
 Ibnu Abi Hatim mengeluarkan sebuah riwayat dari ‘Uqail, dari azZuhri:
sesungguhnya ia pernah ditanya tentang wahyu, maka ia berkata, “Wahyu
adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah kepada seorang nabi,
kemudian Allah menetapkan wahyu itu dalam hatinya sehingga ia
berbicara dengan wahyu itu dan menulisnya, dan itu adalah kalam
Allah.Di antara wahyu ada yang tidak disampaikan secara lafadznya dan
tidak ditulis untuk seseorang, tidak pula diperintahkan untuk menulisnya,
akan tetapi Nabi menceritakannya pada manusia dan menjelaskan pada
mereka bahwa Allah telah memerintahkan kepadanya untuk menjelaskan
dan menyampaikan kepada mereka.”
 Imam al-Juwaini mengatakan bahwa kalam Allah yang diturunkan itu ada
dua macam:
 Allah berfirman kepada Jibril, “Katakan kepada Nabi (Muhammad) yang
kamu diutus kepadanya, ‘Sesungguhnya Allah berfirman: Lakukan ini
6
dan itu, dan Dia memerintahkan (kepadamu) untuk melakukan ini dan
itu.’” Maka Jibril memahami apa yang difirmankan oleh Allah
kepadanya, kemudian dia turun menemui Nabi dan berkata kepadanya
apa yang difirmankan oleh Tuhannya, tetapi ungkapan itu tidak seperti
ungkapan (aslinya). Ini seperti perkataan seorang raja kepada orang yang
ia percaya, “Katakan kepada fulan, ‘Raja telah berkata kepadamu:
bersungguh-sungguhlah dalam berkhidmah dan kumpulkan tentaramu
untuk berperang.’” Apabila utusan raja tadi berkata, “Raja telah berkata,
‘Janganlah kamu main-main dalam berkhidmah kepadaku dan janganlah
kamu membiarkan para prajurit berceraiberai, perintahkan kepada
mereka agar berperang,’” maka perkataan seperti ini tidak termasuk
berbohong atau main-main dalam menyampaikan suatu misi.

 Allah berfirman kepada Jibril, “Bacakanlah kitab (Al-Qur’an) ini pada


Nabi.” Maka Jibril turun dengan membawa kalimat dari Allah SWT
tanpa diubah, seperti seorang raja yang menulis surat dan
menyerahkannya kepada sekretaris, dan berkata, “Bacakanlah surat itu
pada si Fulan,” maka (sekretaris itu melakukan tugas tersebut) tanpa
mengubah satu kalimat atau satu huruf pun dari surat itu. Saya (Imam
Suyuthi) berpendapat: Al-Qur’an merupakan bagian atau macam yang
kedua, dan bagian atau macam yang kedua adalah Sunah, sebagaimana
disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Jibril itu turun dengan
membawa Sunah sebagaimana juga membawa Al-Qur’an. Karena itu,
boleh meriwayatkan hadits dengan maknanya, karena Jibril
menyampaikannya dengan makna, sementara tidak boleh membaca
dengan makna, karena Jibril menyampaikan dengan lafadznya dan tidak
diperkenankan kepadanya untuk mewahyukan dengan makna. Sebagai
rahasia dari itu adalah bahwa maksud dan tujuan dari Al-Qur’an
(diturunkan dengan lafadz aslinya) adalah karena dengan melafadzkan
AlQur’an maka hal itu bernilai ibadah sekaligus mukjizat, sehingga tidak
ada seorang pun mampu untuk mendatangkan satu lafadz yang menyamai
AlQur’an. Sesungguhnya pada setiap huruf dari Al-Qur’an terdapat
maknamakna yang tak dapat dihitung banyaknya, sehingga tidak ada

7
seorang pun yang dapat mendatangkan penggantinya sebagaimana yang
dimuat di dalamnya. Merupakan suatu keringanan bagi umat karena apa
yang diturunkan kepada mereka itu ada dua macam: pertama, mereka
meriwayatkan dengan lafadznya sebagaimana diwahyukan sesuai dengan
lafadz itu (yaitu Al-Qur’an), dan yang kedua, mereka meriwayatkan
dengan makna, karena seandainya semuanya harus diriwayatkan dengan
lafadznya maka akan berat bagi mereka, atau seandainya harus dengan
maknanya saja maka tidak akan aman (terhindar) dari perubahan dan
penyimpangan.Karena itu, renungkanlah, dan saya pernah melihat ada
perkataan ulama salaf yang menguatkan pendapat Al-Juwaini.

2.2 Proses Al-Qur’an dan Ayat Yang Mendasarinya

Al-qur’an diturunkan dalam tempo - menurut suatu riwayat – 22 tahun 2


bulan 22 hari, yaitu mulai dari malam 17 ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nab,
sampai 19 Dzulhijjah Haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran nabi atau tahun 10H

Proses turunnya Al-qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui tiga


tahapan, yaitu berikut ini:

Tahap pertama, Al-qur’an turun sekaligus dari allah ke lauh al- mahfuzh,
yaitu suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan
kepastian Allah. Proses ini di isyaratkan dalam:

ٍ ‫ىِف لَو ٍح حَّمْ ُف‬. ‫بل هو ُقرءا ٌن جَّمِ ي ٌد‬


. ‫وظ‬ ْ َ ْ َُ ْ َ

Artinya:

“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia. yang
(tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh”. (Q.S. Al-Buruj [85] : 21-22)

Diisyaratkan pula oleh firman Allah:

.‫سهُٓۥ إِاَّل ٱلْ ُمطَ َّه ُرو َن‬


ُّ َ‫ اَّل مَي‬. ‫ اَّل مَيَ ُّسهُٓۥ إِاَّل ٱلْ ُمطَ َّه ُرو َن‬. ‫ون‬ ٍ َ‫ ىِف كِٰت‬. ٌ‫إِنَّهۥُ لَ ُقرءا ٌن َك ِرمي‬
ٍ ُ‫ب َّمكْن‬
َْ

8
Artinya:

“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. pada


kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh). tidak menyentuhnya kecuali orang-
orang yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil 'alamiin”. (Q.S. Al- Waqi’ah [56] :
77-80).

Tahap kedua, Al-Qur’an diturunkan dari lauh-al-mahfuzh ke baiy al-izzah


(tempat yang berada di langit kedua). Proses kedua ini diisyaratkan Allah dalam:

.‫َنزلْٰنَهُ ىِف لَْيلَ ِة ٱلْ َق ْد ِر‬


َ ‫إِنَّآ أ‬

Artinya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”.


(Q.S. Al-Qadar [97] : 1)

Juga diisyaratkan dalamAl-Qur’an surat Ad-Dukhan [44] ayat 3:

ِِ ِ ٍ ٍ ‫إِنَّآ أ ىِف‬
َ ‫َنزلْٰنَهُ لَْيلَة ُّمرَٰب َ َكة ۚ إنَّا ُكنَّا ُمنذر‬
‫ين‬ َ

Artinya:

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi


dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”. (Q.S. Ad-Dukhan
[44]:3).

Tahap ketiga, Al-Qur’an diturunkan dari bait al-izzah ke dalm hati nabi
dengan jalan berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat,
dua ayat, dan kadang-kadang satu surat. Mengenai proses turun dalam tahap
ketiga diisyaratkan dalam:

ٍ ِِ ‫نذ ِر‬
ٍ ِ‫ان َعرىِب ٍّ ُّمب‬
‫ني‬ ِ ِ ِ ِ‫علَى َقْلب‬. ‫ٱلروح ٱأْل َِمني‬ ِِ
َ ‫ بل َس‬.‫ين‬
َ ‫ك لتَ ُكو َن م َن ٱلْ ُم‬
َ ٰ َ ُ ُ ُّ ‫َنَز َل به‬

Artinya:

9
“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu. menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberi peringatan. dengan bahasa Arab yang jelas”. (Q.S. As-Syu’ara [26] :
193-195)

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui malaikat


jibril, tidak secara langsung melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Sering
pula wahyu turun untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan
kpada nabi atau membenarkan tindakan Nabi SAW. Banyak pula ayat atau surat
yang diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau kejadian tertentu.7

2.3 Hikmah Nuzul Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur

Dalam kenyataan tersebut terkandung hikmah dan faedah yang besar,


sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an itu sendiri:

‫ت بِِهۦ ُف َؤ َاد َك ۖ َو َر َّت ْل ٰنَهُ َت ْرتِياًل‬ ِ ِ‫وقَ َال ٱلَّ ِذين َك َفروا۟ لَواَل نُِّز َل علَي ِه ٱلْ ُقرءا ُن لَةً ٰو ِح َدةً ۚ َك َٰذل‬
َ ِّ‫ك لنُثَب‬
َ َ ْ‫َ ْ ْ َ مُج‬ ْ ُ َ َ

Artinya:

“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak


diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat
hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar)”.
(Q.s. Al-Furqan [25] : 32).

Di samping hikmah yang telah diisyaratkan ayat di atas, masih banyak


hikmah yang terkandung dalam hal diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-
angsur, antara lain berikut ini.

1. Memantapkan Hati Nabi

Ketika menyampaikan dakwah, nabi kerap kali berhadapan dengan para


penentang maka turunnya wahyu yang berangsur- angsur itu merupakan dorongan
tersindiri bagi Nabi untuk terus menyampaikan dakwah. Hl ini diisyaratkan oleh
firman Allah:

7
Prof. Dr, h. Rosihon Anwar, M.Ag. pengantar ulumul hadis. Hlm:46

10
‫ت بِِهۦ ُف َؤ َاد َك ۖ َو َر َّت ْل ٰنَهُ َت ْرتِياًل‬ ِ ِ‫وقَ َال ٱلَّ ِذين َك َفروا۟ لَواَل نُِّز َل علَي ِه ٱلْ ُقرءا ُن لَةً ٰو ِح َدةً ۚ َك َٰذل‬
َ ِّ‫ك لنُثَب‬
َ َ ْ‫َ ْ ْ َ مُج‬ ْ ُ َ َ

Artinya:

“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak


diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat
hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar)”.
(Q.s. Al-Furqan [25] : 32).

2. Menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an Nabi kerap


kali berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan sulit yang dilontarkan orang-
orang musyrik dengan tujuan melemahkan Nabi. Turunnya wahyu yang
berangsur-angsur itu tidak asaja menjawab pertanyaan itu, bahkan menentang
mereka untuk membuat sesuatu yang serupa dengan Al-Qur’an. Ketika mereka
tidak mampu memenuhi tantangan itu, hal itu sekaligus merupakan salah satu
mukjizat Al-Qur’an.

3. Memudahkan untuk dihafal dan difahami

Nabi Muhammad SAW. Sangat merindukan turunnya wahyu. Saking


rindunya, suatu ketika beliau mengikuti bacaan wahyu yang disampaikan Jibril
sebelum wahyu itu selesai dibacakannya.

Oleh karna itu Allah berfirman:

‫ب ِز ْدىِن ِع ْل ًما‬ ِ ِ
ِّ ‫ك َو ْحيُهُۥ ۖ َوقُل َّر‬ َ ‫ك ٱحْلَ ُّق ۗ َواَل َت ْع َج ْل بِٱلْ ُق ْرءَ ِان من َقْب ِل أَن يُ ْق‬
َ ‫ض ٰىٓ إِلَْي‬ ُ ‫َفَت َٰعلَى ٱللَّهُ ٱلْ َمل‬

Artinya:

“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah


kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan". (Q.S. Thaha [20] : 114).

Firmannya lagi:

11
ٓ‫ج َل بِِۦه‬ ِ َ‫اَل حُت ِّر ْك بِِۦه لِسان‬
َ ‫ك لَت ْع‬
َ َ َ

Artinya:

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena


hendak cepat-cepat (menguasai)nya”. (Q.S. Al-Qiyamah [75] : 16-17).

Di lain pihak, Al-Qur’an pertama kali turun di tenga-tengah masyarakat


arab yang ummi, yakni yang tidak memiliki pengetahuan tenteng bacaan dan
tulisan. Turunnya wahyu secara berangsur-angsur memudahkan mereka untuk
memahamidan menghapalkanya.

4. mengikuti setiap kejadian (yang karenanya ayat-ayat Al-Qur’an turun) dan


melakukan penahapan dalam penetapan aqidah yang benar, hukum-hukum
syaria’at, dan akhlak mulia. Hikmah ini diisyaratkan oleh firman Allah:

ٍ ‫َّاس علَ ٰى مك‬


‫ْث َو َنَّزلْٰنَهُ تَن ِزياًل‬ ِ
ُ َ ِ ‫َو ُق ْرءَانًا َفَر ْق ٰنَهُ لَت ْقَرأَهُۥ َعلَى ٱلن‬

Artinya:

“Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar


kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian”.(Q.S. Al- Isra [17] :106)

5. membuktikan dengan pasti bahwa Al-Qur’an turun dari Allah yang Maha
bijaksana.

Walaupun Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur dalam tempo 22 tahun


2 bulan 22 hari, terdapat keserasian diantara satu bagian dengan bagian Al-Qur’an
lainnya. Hal ini tentunya hanya dapat dilakukan Allah yang maha bijaksana.8

2.4 Perbedaan Nuzul Al-Qur’an dan Kitab Samawi Lainnya

1. Al-Qur’an telah berbicara tentang turunnya kitab-kitab samawi itu


dengan menggunakan bahasa kaum yang dituju.

8
Prof. Dr, h. Rosihon Anwar, M.Ag. pengantar ulumul hadis. Hlm: 48

12
Dalam ayat Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 4 menjelaskan hanya rasul
yang bersangkutanlah yang bertugas menjelaskan hal-hal yang diturunkan
kepadanya, tanpa melibatkan kaumnya sama sekali. Adapun tentang Al-Qur’an
dan kondisi diturunkannya,tuhan yang mahaperkasa dan mahatinggi berfirman,

ِ ‫ٱلذ ْكَر لِتَُبنِّي َ لِلن‬


‫َّاس َما نُِّز َل إِلَْي ِه ْم َولَ َعلَّ ُه ْم َيَت َف َّك ُرو َن‬ ِّ ‫ك‬َ ‫َنزلْنَآ إِلَْي‬
َ ‫ٱلزبُِر ۗ َوأ‬
ِ َ‫بِٱلْبِّي ٰن‬
ُّ ‫ت َو‬ َ

...Dan kami turunkan kepadamu az-zikr agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.(Q.S. An-Nahl:44)

Dari ayat itu dapat kita tarik simpulan. pertama,Allah SWT menamakan
Al-Qur’an dengan Az-Zikr yang mengandung pesan bagaimana seharusnya
manusia berinteraksi dengannya, yait hendaknya mereka meneliti, memikirkan,
dan mengingat-ingat.

Kedua,Allah SWT menutup ayat dengan anak kalimat “supaya mereka


memikirkan” yang menyingkapkan arti tersembunyi dalam kata Zikr

Ketiga, dalam firman yang ditunjukan kepada nabi-Nya yang mulia, “agar
kamu memerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka” terdapat isyarat yang menunjukan umat islam juga di tuntut untuk
mengemban misi islam yang suci ini. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi SAW. 9
Demi umat manusia dan kebaikan mereka,”...yang telah diturunkan kepada
mereka.” Dengan demikian, mereka ikut memiliki Az-Zikr yang diturunkan
kepada nabi.

2. Kitab Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur sedangkan kitab


samawi diturunkan sekaligus

Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT, “Dan orang-orang


kafir berkata,’Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?
Demikinlah,agar kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan kami
membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar). Dan,
mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa)sesuatu yang
9
Abdul Karim Al- Khatib. Islam Menjawab Tuduhan Kesalahan Penilaian terhadap Islam. Hlm: 41

13
aneh,melainkan kai datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling
baik.” (Al-Furqan :32-33).

Diriwayatkan bahwa orang-orang kafir baik yahudi maupun orang-orang


musyrik mencela rasulallah SAW karena Al-Qur’an diturunkan secara terpisah-
pisah dan meraka mengusulkan agar Al-Qur’an diturunkan dalam satu kali.
Kemudian Allah SWT menurunkan kedua ayat ini demi menjawab permintaan
mereka. Jawaban ini memperlihatkan dua masalah penting. Yakni Al-Qur’an
diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulallah SAW dan kitab-kitab
samawi sebelumnya diturunkan dalam satu kali.hal itu telah masyhur dikalanagan
jumhur ulama hingga menjadi ijma’.10

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

10
Syaikh Dr. Iyad Kamil Ibrahim. Fikih Tadarruj. Hlm:199

14
Nuzulul Qur’an adalah proses turunnya firman dari Allah SWT melalui
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat, pedoman
danpetunjuk kepada hambanya. Yang terdiri dari 30 juz 6666 ayat dan 114 surat,
yang diturunkan secara berangsur-angsur dan bertahap selama 22 tahun 2 bulan 22
hari. Adapun tahapannya yaitu: 1.) Al-Qur’an diturunkan atau ditempatkan di
Lauh Mahfudz, 2.) Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudz ke baitul ‘Izzah di
sama’ al-dunya ( langit dunia), 3.) Al-Qur’an turun di bait Al-‘Izzah di langit
dunia landsung kepada nabi muhammad SAW.
Dalam penurunan Al-Qur’an yang dilakukan secara berangsur-angsur
memiliki banyak manfaat baik bagi pribadi nabi Muhammad SAW, bagi sahabat
dan sahabat dan masyarakat saat masa Al-Qur’an maupun bagi masyarakat setelah
Al-Qur’an. Pada fase penurunannya pun tentu berbeda dengan kitab samawi yang
lainnya, Al- Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dan dengan bahasa arab
yang mudah dipahami sedangkan kitab samawi yang lainnya diturunkan secara
sekaligus dan dengan bahasa kaum itu sendiri.

3.2 Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini saya persembahkan. Harapan
saya dengan adanya tulisan ini bisa menjadikan umat muslim lebih mengenali Al-
Qur’an, dan bisa menambah kecintaan mereka terhadap Al-Qur’an, khususnya
pada pelajaran ‘Ulumul Qur’an nanti mereka bisa lebih menikmatinya dengan
nyaman karena telah berkenalan dengan AL-Qur’an .
Dengan kesempurnaan makalah ini kritik dan saran sangat saya harapakan
dari para pembaca.apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini, saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, rosihon.2009. Pengatar Ulumul Qur’an. Bandung: CV Pustaka Setia.
Ilyas, Yunahar. 2014. Kuliah Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Itqan Publishing.
Arifin, Zainal. 2018. Pengantar Ulumul Qur’an. Medan:Duta Azhar.
15
Cahyono, Salim Rusydi.2004. Islam Menjawab Tuduhan Kesalahan Penilaian
terhadap Islam.Solo: Tiga Serangkai.

16

Anda mungkin juga menyukai