Anda di halaman 1dari 5

B.

Pengertian Konstitusi
Konstitusi atau undang-undang dasar dalam suatu negara
merupakan hukum dasar dari segala peraturan hukum yang berlaku di
negara tersebut.
Secara etimologis,istilah”konstitusi”berasal dari bahasa latin
constituo atau constitum.dalam bahasa Prancis constituere,bahasa
Belanda constutie,dan bahasa inggris constitution.Dalam kehidupan
sehari-hari,kita telah biasa menerjemahkan constitution dalam bahasa
Indonesia yaitu,undang-undang dasar.1
Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat aturan dan
prinsip-prinsip entitas politik dan hukum,istilah ini merujuk secara
khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip
dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentuk
struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara
pada umumnya.Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh
hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu
1

keseluruhan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang


mengatur secara mengikat mengenai cara penyelenggaraan suatu
pemerintahan.Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan
keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara.sistem itu berupa
kumpulan peraturan yang membentuk,mengatur atau memenuhi
negara.
Peraturan perundang-undangan tersebut ada yang tertulis
sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis
yang berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara.Dengan
demikian,pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk

1
Simanjuntak,Pendikan kewarganegaraan(Jakarta:Grasindo,2007),hal.34.
pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak
tertulis.
C.Sistem ketatanegaraan indonesia
Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut UUD 1945 adalah sebagai
berikut:
1. Bentuk Negara adalah kesatuan
2. Bentuk pemerintahan adalah republik.
3. Sistem pemerintahan adalah presidensial.
4. Sistem politik adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat.
a. Bentuk Negara Kesatuan
Undang-undang dasar 1945 menetapkan bahwa bentuk susunan
Negara Indonesia adalah kesatuan bukan serikat atau federal. Dasar
penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan “ Negara indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik”.
b. Bentuk Pemerintahan Republik
UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk pemerintah Indonesia adalah
republic bukan monarki atau kerajaan. Yang tertuang dalam pasal 1
ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “Negara Indonesia ialah Negara
kesatuan,yang berbentuk”republik”.Berdasarkan pasal tersebut dapat
diketahui bahwa “ kesatuan” adalah bentuk Negara, sedang
“republik”adalah bentuk pemerintah.
c. Sistem Pemerintahan Presidensial
Berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial. Secara teoritis, sistem pemerintahan dibagi
dalam dua klasifikasi besar, yaitu sistem pemerintahan parlementer
dan sistem pemerintahan presidensial.
d. Sistem politik demokrasi
Sistem politik yang dianut negara Indonesia adalah sistem politik
demokrasi hal ini secara jelas dinyatakan dalam pasal 1 ayat (2) UUD
NRI 1945 bahwa”kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”.hakikat demokrasi itu sendiri adalah
kekuasaan dalam negara berada ditangan rakyat.2
D.Tujuan konstitusi
 Memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik.
 Melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri.
 Memberikan batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan tugasnya.
Kedudukan konstitusi dalam suatu negara dapat dibedakan pada dua
aspek:
1) aspek hukum mempunyai derajat tertinggi dari semua aturan
hukum.
2) Aspek moral adalah norma kolektif dapat senantiasa mengontrol
konstitusi, contoh sistem yang melegalisir apartheid yang
bertentangan dengan moral dengan sendirinya akan menjadi
sorotan masyarakat. 3
2
E.Nilai konstitusi
Menurut Karl lowenstein, sebagaimana dikutip oleh Moh Kusnardi dan
Harmaily Ibrahim, nilai konstitusi dibedakan menjadi 3 (tiga,) yaitu:
22
Winarno,pendidikan kewarganegaraan(Rawamangun:PT BUMI AKSARA,2019)hal.70-77.
3
Minto Rahayu, pendidikan kewarganegaraan dan perjuangan menghidupi jati diri
bangsa(Jakarta:grasindo.,2007),hal.90-92.
1. Nilai normatif
2. Nilai nominal
3. Nilai semantik

Menurut Karl loewenstein,pembagian ini bertujuan untuk


melihat bagaimana konstitusi dalam praktik
ketatanegaraan. Adapun pengertiannya antara lain yaitu:
Pertama, nilai normatif dari konstitusi diartikan apabila
suatu konstitusi terdapat hubungan proporsional antara
konsep ideal (das sollen) dan praktik (das sein),dimana
konstitusi dijalankan selaras antara konsep dan praktik
sesuai cita-cita konstitusi itu sendiri. Kedua, nilai nominal
dari konstitusi diartikan apabila dalam praktik
ketatanegaraan, konstitusi digunakan hanya sebagian saja
sedangkan sebagian yang lain tidak digunakan. Misalnya
saja dalam praktik pengambilan kebijakan oleh penguasa
yang tidak selalu disandarkan pada konstitusi, tetapi
melalui keyakinan subjektif penguasa meski kadang-
kadang terhadap hal ini secara teoritis, hukum
membolehkannya. Akan tetapi,pada prinsipnya konstitusi
harus menjadi rujukan utama dalam praktik
penyelenggaraan negara. Ketiga,nilai semantik dari
konstitusi diartikan apabila konstitusi meski secara hukum
berlaku, namun dalam kenyataannya hanya sekedar
pemberi bentuk untuk melaksanakan kekuasaan negara.
Dalam hal ini,konstitusi dengan nilai semantik
diperlakukan atau dihargai karena kalimat-kalimat
pemanis atau dalam istilah jimly Asshiddiqie sebagai”gincu
gincu ketatanegaraan”.kebiasaan ini lazim terjadi di semua
negara apalagi manakala suatu negara tertentu masih”
belajar dewasa”dalam bernegara dan juga bisa saja tidak
ditemukan instrumen konstitusional dalam menilai
kebijakan kebijakan negara.4
3

34
Sakti Ramdhon Syah R,Dasar-Dasar Hukum Tata Negara(Makassar:CV.Social Politic
Genius,2019)hal.90-91.

Anda mungkin juga menyukai