PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus pembajakan semakin hari semakin banyak ditemui saat ini, mulai dari
definisi pembajakan buku yang biasa tercantum di setiap buku, yaitu upaya
memperbanyak buku dengan cara dicetak, difotocopy atau cara lain tanpa
mendapat izin tertulis dari penerbit buku terkait. Maka akan banyak ditemukan
pihak yang disebut pembajak walaupun mereka tidak sadar akan hal itu
Pelanggaran hak cipta terhadap buku merupakan praktek yang sudah lama
terjadi Indonesia. Mulai dari memfotokopi buku tanpa izin penulis hingga
menggandakan dan menjual kembali buku. Jika dulu praktek jual beli buku
bajakan hanya dapat ditemui di pasar buku, sekarang praktek tersebut sudah
1
Buku-buku bajakan yang dijual dalam marketplace sebenarnya cukup mudah
dikenali. Biasanya harga yang dijual akan lebih murah dengan harga buku asli,
kertas yang dipakai menggunakan kertas dengan kualitas lebih rendah, banyak
menyebutkan dalam deskripsi barang yang dia jual sebagai buku replika atau buku
tiruan. Bahkan ada juga penjual dalam marketplace yang menjual buku dalam
bentuk softcopy atau e-book, yang mana tentu buku-buku seperti itu dipertanyakan
keaslihannya.
terkait barang-barang apa saja yang boleh dijual dalam marketplace mereka.
Sebagai contoh, didalam kebijakan yang dibuat perusahaan Shopee dengan nama
(vii) Publikasi, buku, film, video dan/atau video game yang tidak mematuhi
tetapi tidak terbatas pada replika, barang palsu, dan tiruan produk atau barang
merek dagang tertentu, atau hak kekayaan intelektual lainnya milik pihak
ketiga;1
1
https://shopee.co.id/docs/3000 diakses tanggal 18 November 2020
2
Selain itu, pihak perusahaan marketplace juga memberikan sanksi bagi pelaku
undang tersebut memiliki unsur delik aduan terhadap pelanggaran hak cipta,
sehingga yang berhak melaporkan jika ada pelanggaran hak cipta ialah pemegang
hak cipta.
dan pemberian sistem perlindungan hukum yang sesuai dengan adanya pengakuan
terhadap hak dan pemberian sistem perlindungan hukum yang sesuai dengan
2
https://www.tokopedia.com/help/article/kebijakan-penalti-pengguna diakses tanggal 18
November 2020
3
Dewi Rahayu, Perlindungan Hukum Bagi Penerbit Sebagai Pemegang Hak Cipta Atas Pembajakan
Buku Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2010, hal. 4
3
terutama dalam bentuk pembajakan karya cipta yang tentu melawan hukum
macam pihak. Diketahui negara rugi sekitar 20 triliun dari produk bajakan,
kerugian di bidang musik senilai 8,4 triliun. Di bidang piranti lunak (software),
Namun korban terparah dari pembajakan yakni para pencipta dan pekerja seni
kepentingan pemegang hak cipta itu sendiri, juga secara tidak langsung
Jika kita simpulkan, sekilas pelanggaran hak cipta terhadap buku merupakan
praktek yang tidak digubris dari beberapa pihak. Dalam praktek di lapangan tentu
kita jarang melihat ada razia buku-buku bajakan oleh aparat penegak hukum,
tidak mengawasi terhadap penyebaran produk buku bajakan yang dijual didalam
marketplace tersebut, hal ini diperkuat dengan mudahnya mencari buku bajakan
baik berupa buku fisik atau buku elektronik serta minimnya tindakan tegas dari
maketplace disini juga sebagai pelaku pelanggaran hak cipta, karena pihak
4
https://www.voaindonesia.com/a/rugi-20-triliun-pemerintah-perangi-produk-
bajakan/5077678.html diakses tanggal 18 Agustus 2020
5
Adi Sumarto Harsono, Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta, Akademi Pressindo, Jakarta.
1990. Hal. 24.
4
marketplace dinilai sebagai pengelola tempat perdagangan buku-buku bajakan
Pihak penjual dan marketplace disini yang memiliki peran sebagai pelaku
pelanggaran hak cipta yang berbeda. Penjual sebagai pihak pembajak buku—
buku, Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Hak Cipta menyebutkan, “Setiap Orang
yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan
barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan
hukum, maka ancaman yang diberikan terdapat pada pasal 144 Undang-Undang
Hak Cipta yakni, “Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam
dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait
rupiah).”
manambah daftar pelanggaran hak cipta atas buku oleh pihak-pihak tertentu tanpa
ada tindakan tegas oleh pihak marketplace. Hal tersebut tentu semakin merugikan
para pencipta beserta pihak penerbit secara materiil atau tidak diterimanya hak-
5
hak ekonomi dan kerugian imateriil yaitu berupa menurunnya gairah-gairah,
berkualitas.6 Tindakan tegas dari pihak marketplace kepada para penjual buku
bajakan tentu bisa menjadi solusi kongrit untuk menurunkan tingkat pelanggaran
hak cipta buku, namun pihak marketplace seakan menutup mata atau tidak
hukum bagi pemegang hak cipta buku, maka dalam hal ini penulis akan mengkaji
hak cipta buku yaitu dengan judul skripsi: Perlindungan Hukum Terhadap
B. Rumusan Masalah
buku?
cipta buku?
C. Tujuan Penelitian
6
Dewi Rahayu, Op.Cit., 6.
6
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
D. Manfaat Penelitian
E. Kerangka Pemikiran
1. Tinjauan Pustaka
Awal mula dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori
hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, aristoteles
dan Zeno. Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber
dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak
7
dapat dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral
adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia
kepentingan tersebut.8
kepentingan dan hak pihak tertentu secara komprehensif. Di samping itu, hukum
memiliki kekuatan memaksa yang diakui secara resmi di dalam negara, sehingga
institusi lainnya seperti perlindungan ekonomi atau politik misalnya, yang bersifat
temporer atau sementara.9 Hal ini membuat perlindungan hukum sebagai tameng
7
Satjipro Rahardjo, Ilmu Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 53
8
Ibid., 53.
9
Wahyu Sasongko, Ketentuan – Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Skripsi,
Fakultas Hukum Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2007, hal. 30-31
8
mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas
lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh
masyarakat.10
Perlindugan hukum juga dapat diartikan sebagai tindakan atau upaya untuk
sebagai manusia.11
10
Satjipro Rahardjo, Op.Cit., 54
11
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum),Tesis, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004, hal. 3
12
Ibid., 55
9
Definisi Hak Kekayaan Intelektual bagi beberapa ahli memiliki perbedaan,
namun tidak menghilangkan maksud dan tujuan HKI itu sendiri. Beberapa ahli
seseorang atau badan hukum atas penemuan atau penciptaan karya intelektual
mereka dengan memberikan hak-hak khusus bagi mereka, baik yang bersifat
b. Menurut pendapat Bambang Kesowo, HAKI adalah hak atas kekayaan yang
c. Menurut Adrian Sutedi HAKI adalah hak atau wewenang atau kekuasaan
untuk berbuat sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut dan hak tersebut
d. Menurut Marzuki, HKI adalah suatu hak yang timbul dari karya intelektual
e. Menurut Djumhana dan Djubaedillah, HKI merupakan hak yang berasal dari
13
http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-haki-hak-atas-kekayaan-intelektual.
Diakses pada 19 Agustus 2020
10
dari kemampuan tersebut misalnya dalam bidang teknologi, ilmu
Hak Kekayaan Intelektual merupakan suatu hak yang timbul akibat adanya
diterapkan dalam kehidupan manusia. Hukum HKI adalah hukum yang mengatur
kemanfaatan manusia secara luas. HKI memiliki lingkup yang luas dimana
didalamnya tercakup karya-karya kreatif di bidang hak cipta (Copyright) dan hak-
hak terkait serta Hak Milik Industri (Industrial Property). Bentuk-bentuk HKI
Information).14
dijelmakan dalam bentuk Ciptaan atau Penemuan. Pada ide tersebut melekat
11
tersebut dapat dialihkan pemanfaatan atau penggunaannya kepada pihak lain,
sehingga pihak lain itu memperoleh manfaat dari Hak Kekayan Intelektual
tersebut. Hak pemanfaatan ini atau penggunaan ini disebut hak yang diperoleh
Hak Kekayaan Intelektual selalu dikaitkan dengan tiga elemen yaitu adanya
sebuah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum, hak tersebut berkaitan dengan
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia. Tentu hal ini dapat merangsang
pengakuan terhadap hak dan pemberian sistem perlindungan hukum yang sesuai.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta adalah hak
adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang
15
Nur Istain, Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Buku Karya Ilmiah Yang Digandakan
Secara Ilegal, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, Magelang, 2017, hal. 10
16
Tomi Suryo Utomo, 2011, Hak Kekayaan Intelektual di Era Global, Graha Ilmu, Yogyakarta,
hlm. 2.
12
dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan,
atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata. Hak Cipta merupakan salah
satu jenis Hak Kekayaan Intelektual, namun Hak Cipta berbeda secara mencolok
dari Hak Kekayaan Intelektual lainnya seperti paten yang memberikan hak
monopoli atas penggunaan invensi karena Hak Cipta bukan merupakan hak
monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain
yang melakukannya.
Hak cipta telah memberikan kewenangan yang besar bagi para pencipta.
Sesuai dengan pengertian Hak Kekayaan Intelektual (HKI), hak cipta dapat
diartikan sebagai hak milik yang melekat pada karya-karya cipta di bidang
kesusasteraan, seni, dan ilmu pengetahuan seperti karya tulis, karya musik,
lukisan, patung dan sebagainya. Pada hakikatnya, hak cipta adalah hak yang
dimiliki pencipta untuk mengeksploitasi dengan berbagai cara karya cipta yang
dihasilkan.17 Atau dengan kata lain, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin
suatu ciptaan" atau hak untuk menikmati suatu karya. Hak cipta juga sekaligus
mencegah pemanfaatan secara tidak sah atas suatu ciptaan. Mengingat hak
eksklusif itu mengandung nilai ekonomis yang tidak semua orang bisa
membayarnya, maka untuk adilnya hak eksklusif dalam hak cipta memiliki masa
17
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta dan Lembaga Manajemen Kolektif,
PT. Alumni Bandung, Bandung, 2011, hal. 74-75.
18
Harris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) Hak Cipta,
Paten, Merek dan Seluk- beluknya, Erlangga, 2008, hal.21
13
Hak cipta sebagai hak eksklusif membawa satu kepastian hukum bagi
perlindungan hukum terhadap pemanfaatan hak cipta secara tidak sah atau tanpa
izin pencipta. Hak Eksklusif terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Menurut
pasal 8 UU No. 28 Tahun 2014, “Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.”
dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri
Pencipta untuk:
modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau
reputasinya.”
Dalam penerapannya, Hak Cipta juga mengenal prinsip Fair Dealing atau Fair
use adalah pembatasan yang beralasan mengenai penggunaan karya cipta tanpa
ijin pencipta, seperti : mengutip buku untuk membuat sebuah karya ilmiah atau
menggunakan bagian dari buku tersebut untuk mengajar di kelas oleh seorang
pengajar. Fair use juga didefinisikan sebagai prinsip hak cipta berdasarkan
kepercayaan bahwa public berhak menggunakan secara bebas porsi materi karya
14
cipta untuk tujuan komentar dan kritik. Berdasarkan definisi tersebut, fair use
adalah doktrin atau prinsip yang memperbolehkan pihak lain untuk menggunakan
kreasi hak cipta tertentu untuk kepentingan atau tujuan yang spesifik.
tentang hak cipta. Pada dasarnya fair use mengatur tentang pembatasan atas
penggandaan karya cipta. Dimana dalam pasal tesebut sudah terdapat konsep Fair
Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait secara seluruh atau sebagian yang
peradilan;
atau
15
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif
disebutkan bahwa hak cipta adalah hak eksklusif; diartikan sebagai hak
eksklusif karena hak cipta hanya diberikan kepada pencipta atau pemilik/
pemegang hak, dan orang lain tidak dapat memanfaatkannya atau dilarang
menggunakannya kecuali atas izin pencipta selaku pemilik hak, atau orang
cipta yang bukan pencipta ini hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif
Seperti yang telah dijelaskan bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif yang
turut memanfaatkan ciptaan seseorang. Secara umum, hak cipta atas suatu
Seperti halnya bentuk-bentuk benda bergerak lainnya, hak cipta juga dapat
Pengalihan dalam hak cipta ini dikenal dengan dua macam cara, yaitu:
Bandung, 2010, hal 14-15.
16
a. ‘transfer’: merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan
perjanjian lisensi.
sumber segala informasi ilmu pengetahuan yang kita inginkan serta mudah
disimpan dan dibawa-bawa. Buku dapat diartikan sebagai tulisan atau cetakan
dalam sehelai kertas atau dalam bentuk material lain yang dijadikan satu
pinggiran/dijilid sehingga bisa dibuka pada bagian mana saja. Kebanyakan buku-
merupakan salah satu perwujudan karya ciptaan tulis. Buku merupakan salah satu
komponen penting bagi kemajuan bangsa. Namun demikian, Indonesia belum bisa
hukum kepada pencipta buku (dan pihak penerbit) masih sangat buruk. Hal ini
20
Aryani Nauli Hasibuan, Perlindungan Hak Cipta Atas Karya Derivatif Dalam Prakteknya: Studi
Kasus Buku Ensikopedia Al Quran: Al-Maushuah Al-Quraniyah Al-Muyassarah, Tesis
Universitas Indonesia Program Pascasarjana Fakultas Hukum Program Kekhususan Hukum
Ekonomi, Jakarta, 2011, hal. 92
17
bisa dibuktikan dengan masih banyaknya pelanggaran-pelanggaran hak cipta yang
Buku merupakan sesuatu yang diperlukan bagi setiap bangsa untuk bersaing
dengan negara-negara lain. Melihat dari disisi tersebut, buku berfungsi sebagai
menumbuhkan budaya baca. Jumlah dan kualitasnya perlu terus ditingkatkan serta
disebarkan merata di seluruh tanah air dengan harga yang terjangkau oleh seluruh
dan jaminan perlindungan Hak Cipta. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan
cipta buku.
dari memfotokopi buku lalu menjualnya, mencetak ulang buku lalu menjualnya
dengan harga jauh lebih murah dari buku orisinil, menyalin buku dalam bentuk
buku elektronik dan menjualnya. Jika dulu pelanggaran hanya sebatas praktek jual
cangkupan yang lebih luas yaitu jual beli buku bajakan melalui marketplace.
proses jual beli dari berbagai toko. Marketplace memiliki konsep yang kurang
18
penyebaran buku-buku bajakan dan membuat peluang bagi penjual buku bajakan
Buku sebagai karya cipta juga harus dilindungi secara hukum agar terhindar
dari pelanggaran. Perlindungan ini telah diatur dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-
Undang Hak Cipta. Dengan demikian maka setiap orang yang menggunakan
ciptaan orang lain yang telah diakui hak ciptanya secara tidak sah adalah
pelanggaran.
mencegah terjadinya pelanggaran hak kekayaan intelektual oleh orang yang tidak
berhak, jika terjadi pelanggaran, maka pelanggar tersebut harus diproses secara
hukum, dan bila terbukti melakukan pelanggaran, maka akan dijatuhi hukuman
ciptaan diumumkan, hal ini tercantum dalam Pasal 59 ayat (1) yang berbunyi:
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
2. Kerangka Konsep
Pembajakan buku bukan hal baru di Indonesia. Masalah ini menambah stigma
buruk Indonesia terhadap buku. Jika dunia mengenal negara Indonesia sebagai
22
Anserpla Sepria, Tinjauan Yuridis Terhadap Penggandaan Buku Karya Hartono Menurut
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi Kasus Usaha Foto Copy Perdana
19
salah satu negara dengan minat baca rendah di dunia, maka hal ini diperparah
marketplace sebagai wadah bagi penjual untuk menjual berbagai barang/jasa tentu
dimanfaatkan bagi pelaku pembajakan untuk menjual buku bajakan. Hal ini
belum bisa dibilang baik. Razia buku bajakan cukup jarang dilakukan oleh aparat
penegak hukum, selain itu di sektor marketplace, pihak marketplace juga tidak
Cipta tanpa dibarengi dengan peran penegak hukum dan masyarkat, penegakan
hukum terhadap pelanggaran hak cipta buku tidaklah efektif. Para penegak hukum
20
Dan untuk pihak marketplace diharapkan lebih memperhatikan barang-barang
yang diperjualbelikan oleh penjual dan mengambil tindakan tegas jika mengetahui
yang baik saja, tetapi juga dipengaruhi oleh tindakan tegas aparat penegak hukum
dan kesadaran hukum masyarakat. Oleh karena itu, peran aparat penegak hukum
Dengan demikian, hak-hak pencipta (dan penerbit) lebih terjamin dan rasa
F. Metode Penelitian
penelitian kepustakaan, seperti yang dijelaskan oleh Prof. Dr. Soerjono Soekanto
dan Sri Mamudji, yang menegaskan : “Penelitian hukum yang dilakukan dengan
cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka, dapat dinamakan
penelitian hukum sosiologis atau empiris yang terutama meneliti data primer)”23
23
Soerjono Sockanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta Rajawali Press, 1966 hlm, 10
24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, hlm 10
21
c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi dan horizontal
d. Perbandingan hukum
e. Sejarah hukum
1. Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan diri pada asas hukum, dan didukung
bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus dan ensiklopedi,25 serta
Adapun yang menjadi teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah
22
3. Teknik Analisis Data
menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
G. Sistemtika Penulisan
Penelitian ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari 4 (empat) bab,
yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Pembahasan, Bab IV
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
marketplace.
23
Bab ini memaparkan hasil penelitian tentang perlindungan Hukum bagi pemegang
hak cipta buku terhadap pembajakan buku melalui marketplace dan peran
buku.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dari penyusunan skripsi yang meliputi
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2015, 4 1). Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual. Diambil kembali dari
Pengertian Pakar: http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-haki-
hak-atas-kekayaan-intelektual
Anonim. (2018, 12 3). Apa Itu Marketplace. Diambil kembali dari Dewaweb:
https://www.dewaweb.com/blog/apa-itu-marketplace/
Harsono, A. S. (1990). Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta. Jakarta: Akademi
Pressindo.
Hasibuan, A. N. (2011). Perlindungan Hak Cipta Atas Karya Derivatif Dalam Prakteknya:
Studi Kasus Buku Ensikopedia Al Quran: Al-Maushuah Al-Quraniyah Al-
Muyassarah, Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Program Kekhususan Hukum Ekonomi.
Istain, N. (2017). Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Buku Karya Ilmiah Yang
Digandakan Secara Ilegal. Magelang: Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah.
Rahayu, D. (2010). Perlindungan Hukum Bagi Penerbit Sebagai Pemegang Hak Cipta
Atas Pembajakan Buku Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta, Skripsi. Surakarta: Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah.
Sepria, A. (2018). Tinjauan Yuridis Terhadap Penggandaan Buku Karya Hartono Menurut
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi Kasus Usaha
Foto Copy Perdana Di Jalan Buluh Cina Kecamatan Tampan Pekanbaru), Skripsi.
Pekanbaru: Universitas Islam Negerisultan Syarif Kasim.
25
Setiono. (2004). Rule of Law (Supremasi Hukum), Tesis. Surakarta: Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Shopee. (2020, Oktober 19). Kebijakan Barang yang Dilarang dan Dibatasi. Diambil
kembali dari Shopee: https://shopee.co.id/docs/3000
Sitanggang, H. M. (2008). Mengenal HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) Hak Cipta, Paten,
Merek dan Seluk- beluknya. Jakarta: Erlangga.
Tokopedia. (2020). Kebijakan Penalti Pengguna. Diambil kembali dari Tokopedia Care:
https://www.tokopedia.com/help/article/kebijakan-penalti-pengguna
Tuasikal, R. (2019, 9 10). Rugi 20 Triliun, Pemerintah Perangi Produk Bajakan. Diambil
kembali dari VOA Indonesia: https://www.voaindonesia.com/a/rugi-20-triliun-
pemerintah-perangi-produk-bajakan/5077678.html
Utomo, T. S. (2011). Hak Kekayaan Intelektual di Era Global. Yogyakarta: Graha Ilmu.
26