Anda di halaman 1dari 22

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Buku merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi secara hukum oleh

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Buku tercipta atas

hasil kerja dan kreatifitas pengarang dan disebarluaskan melalui penerbit.

Sehingga buku merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi oleh Undang-

Undang Hak Cipta. Pemegang hak cipta akan merasa terlindungi dan terjamin

hak-haknya karena adanya peraturan pasti yang mengatur.

Pemegang hak cipta buku yang penulis bahas merupakan pihak pengarang

dan penerbit sekaligus, karena pihak pengarang dan penerbitlah yang

mendapatkan manfaat dari hak-hak yang telah diatur pada Undang-Undang

Nomor 24 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Memang beberapa kali ditemui ada

perbedaan hak yang diterima antara pihak pengarang dan penerbit yang satu

dengan yang lain, hal tersebut karena pihak pengarang dan penerbit melakukan

perjanjian tertentu terkait hak-hak yang didapat atau kewajiban-kewajiban tertentu

yang harus dilakukan. Namun pada kali ini, penulis memberi batasan bahwa

pemegang hak cipta buku merupakan pihak pengarang dan penerbit seperti pada

umumnya.

Walaupun peraturan hak cipta buku telah diatur pada Undang-Undang Nomor

24 tahun 2014 tentang Hak Cipta, namun pada prakteknya masih banyak

ditemukan pelanggaran-pelanggaran hak cipta buku. Pelanggaran hak cipta buku

pada umumnya seperti penggandaan buku melalui fotocopy, mencetak kembali

1
buku seperti terlihat asli atau “buku KW Super” demi kepentingan komersil.

Biasanya buku-buku bajakan tersebut dijual pada toko buku bajakan, bazar buku

murah dan tempat layanan fotocopy, namun sekarang dengan berkembangnya

ilmu pengetahuan dan teknologi, buku-buku bajakan telah dijual berupa e-

book/buku elektronik dan penjualan buku-buku bajakan sekarang merambah pada

Marketplace. Sehingga untuk melindungi hak-hak pemegang hak cipta buku

diperlukan kerja sama pemerintah dan masyarakat dalam hal ini pihak

Marketplace untuk menjunjung tinggi kesadaran akan pentingnya perlindungan

hak cipta.

1. PERAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI HAK-HAK

PEMEGANG HAK CIPTA BUKU

Pengertian Pemerintah secara luas merupakan gabungan dari legislatif,

eksekutif dan yudikatif. Legislatif merupakan pihak yang membuat undang-

undang, eksekutif merupakan pihak yang menjalankan undang-undang dan

yudikatif merupakan pihak yang mengadili. Pemerintah sebagai pihak yang

berkuasa memiliki kewajiban melindungi kepentingan-kepentingan hukum

rakyatnya. Pemerintah tentu berkewajiban melindungi secara hukum tanpa

memandang status sosial.

Perlindungan Hukum Preventif merupakan Perlindungan yang diberikan oleh

pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal

ini terdapat dalam peraturan perundang undangan dengan maksud untuk

mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-

batasan dalam melakukan sutu kewajiban. Perlindungan hukum represif

2
merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman

tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu

pelanggaran.

Perlindungan hukum terhadap hak cipta didasari pada dua alasan. Pertama,

karena dalam karya intelektual terdapat moral right yang mencerminkan tentang

kepribadian dari si pencipta. Kedua, karena faktor ekonomi atau commercial right

yang dikandung oleh karya intelektual itu. Faktor yang terakhir inilah yang

mendorong negara-negara di dunia untuk memberikan perlindungan hukum secara

penuh dan tegas terhadap karya intelektual 1. Sehingga demi keefektifan

perlindungan hukum kepada pemegang hak cipta, maka setiap elemen negara

diharapkan dapat bekerja dengan maksimal dalam perlindungan hukum ini.

A. Peran Preventif Pemerintah dalam Melindungi Hak-Hak Pemegang

Hak Cipta Buku

Sebenarnya dengan dibuatnya undang-undang hak cipta dalam hal ini

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2014 tentang Hak Cipta sudah menjadi langkah

kongkret pemerintah dalam hal melindungi hak-hak pemegang hak cipta. Tentu

dengan keberadaan undang-undang ini masyarakat lebih tau apa saja hak-hak

pemegang hak cipta, apa saja yang dibolehkan dan yang tidak dibolehkan dalam

menggunakan hak cipta orang lain dan mencegah terjadinya pelanggaran hak

cipta.

Perlindungan yang diberikan oleh undang-undang hak cipta meliputi

melindungi hak moral dan hak ekonomi. Hak moral yang dimaksud diatur pada
1
H. OK. Saidin, Op. Cit. 111

3
pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang

berbunyi;

1. Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang

melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan


sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;
b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;
c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan
e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi
Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan
kehormatan diri atau reputasinya.

Sedangkan hak enonomi yang dimaksud diatur pada pasal 8 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang berbunyi; “Hak ekonomi

merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan

manfaat ekonomi atas Ciptaan.”

Dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ini tentu

lebih menjamin hak-hak atau kepentingan-kepentingan mengingat maraknya

berbagai pembajakan barang ciptaan. Dari pasal tersebut dijelaskan bahwa hak

pencipta atau pemegang hak cipta tidak hanya melindungi secara ekonomi namun

secara moral, maksudnya hasil kerja dan imajinasi pencipta juga dilindungi.

Pasal 54 UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta mengatakan bahwa untuk

mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui sarana berbasis

teknologi informasi, Pemerintah berwenang melakukan:

4
1. Pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten pelanggaran

Hak Cipta dan Hak Terkait;

2. Kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam maupun

luar negeri dalam pencegahan pembuatan dan penyebarluasan konten

pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait; dan

3. Pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan menggunakan media

apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait di tempat pertunjukan.

Dari pasal tersebut, pemerintah dapat mencegah pelanggaran hak cipta melalui

sarana berbasis teknologi informasi. Mengingat semakin majunya ilmu

pengetahuan dan teknologi tentu menambah peluang terjadinya pelanggaran hak

cipta melalui sarana berbasis teknologi informasi. Dalam pasal 54-56 dalam

Undang-undang hak cipta menjelaskan untuk mencegah pelanggaran hak cipta

dan hak terkait melalui sarana teknologi maka pemerintah berwenang melakukan

pengawasan terhadap pembuatan serta penyebarluasan konten.

Pelaporan pelanggaran hak cipta pada dasarnya merupak delik aduan, yang

artinya hanya pencipta atau pemegang hak cipta yang berhak melaporkan

pelanggaran hak cipta kepada pihak yang berwenang. Namun didalam pasal 55

ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta menyebutkan;

“Setiap Orang yang mengetahui pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait

melalui sistem elektronik untuk Penggunaan Secara Komersial dapat melaporkan

kepada Menteri.” Sehingga masyarakat juga memiliki peran untuk melaporkan

situs atau konten yang melanggar hak cipta kepada Menteri.

5
Sebagai upaya pelaksanaan pasal 54-56 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 Tentang Hak Cipta, pemerintah memberikan perlindungan hukum terhadap

hak cipta dengan membuat peraturan bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Nomor 14 Tahun 2015 dan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor

26 Tahun 2015 tentang pelaksanaan penutupan konten dan/atau Hak Akses

pengguna pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak terkait dalam sistem elektronik,

dalam hal ini adalah penutupan situs yang menyediakan buku-buku bajakan yang

siap diunduh kapan saja.

Permasalahan yang masih terjadi adalah masih banyaknya masyarakat yang

tidak mengerti atau paham mengenai HKI terutama hak cipta sehingga masih

banyak dari masyarakat yang masih melakukan pelanggaran hak cipta. Oleh

karena itu, pihak pemerintah dapat bekerja sama dengan berbagai pihak untuk

melakukan sosialisasi tentang urgensi/pentingnya perlindungan hak cipta.

Sosialisasi ini merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem pada

masyarakat dengan tujuan agar masyarakat umum mengetahui gambaran umum

tentang hak cipta, perlindungan hukum dan sanksi jika ada pelanggaran hak cipta

dan mengetahui bahwa setiap ciptaan terutama buku itu dilindungi secara hukum

serta menumbuhkan kesadaran arti pentingnya hak cipta.

Sosialisasi ini juga cukup bagus bagi pemerintah menyadarkan arti penting

hak cipta bagi lapisan masyarakat menengah kebawah. Karena lapisan masyarakat

menengah kebawah cenderung lebih sering melakukang tindak pelanggaran hak

cipta dan sebagai konsumen barang-barang bajakan. Sering ditemui bahwa

masyarakat menengah kebawah tidak tau apa saja bentuk-bentuk pelanggaran hak

6
cipta, hal seperti mem-fotocopy buku, membeli DVD bajakan, men-download film

di situs ilegal yang mana masyarakat menengah kebawah belum tentu tahu jika

hal itu merupakan bentuk pelanggaran hak cipta sehingga menimbulkan

pelanggaran secara terus menerus.

B. Peran Represif Pemerintah dalam Melindungi Hak-Hak Pemegang

Hak Cipta Buku

Upaya represif yang dilakukan pemerintah apabila terjadi pelanggaran hak

cipta telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta. Sanksi dari peraturan tersebut berupa sanksi perdata, pidana dan/atau

denda. Serta tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini

merupakan delik aduan.

Bagi pelaku pelanggaran hak cipta buku atau penjual buku bajakan akan

dikenai sanksi yang diatur pada pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta, karena para pelaku pelanggaran hak cipta buku telah

merampas hak-hak ekonomi pemegang hak cipta buku. Hak ekonomi yang

dimaksud diatur pada pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta yakni;

1. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8


memiliki hak ekonomi untuk melakukan:
a. penerbitan Ciptaan;
b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;
c. penerjemahan Ciptaan;
d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan;
e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

7
f. pertunjukan Ciptaan;
g. Pengumuman Ciptaan;
h. Komunikasi Ciptaan; dan
i. penyewaan Ciptaan.

Sedangkan sanksi sanksi yang diatur pada pasal 113 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta yakni;

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Serta didalam undang-undang ini juga mengatur tentang larangan bagi

penyedia tempat perdagangan. Tempat perdagangan merupakan tempat dimana

8
satu penjual atau lebih memperdagangkan barang dagangannya, dalam hal ini

barang yang dimaksud adalah barang bajakan.

Tempat perdagangan biasa identik dengan toko atau pasar, namun dengan

majunya ilmu tekonologi dan informasi maka tempat perdagangan sekarang

berkembang menjadi Marketplace. Marketplace secara konsep hampir sama

seperti pasar, yakni menyediakan lapak bagi penjual memperdagangkan barang

dagangannya. Tentu secara hukum, Marketplace merupakan tempat perdagangan

seperti yang dimaksud pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta.

Didalam pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

menyebutkan, “Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan

dan/atau penggandaan barang basil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait

di tempat perdagangan yang dikelolanya.” Serta sanksi bagi tempat perdagangan

yang melanggar diatur pada pasal 114 Didalam pasal 10 Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Pada pasal tersebut menyebutkan, “Setiap

Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan

sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang

hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang

dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana

denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”

Pasal 54 UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menjelaskan tentang upaya

pemerintah untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui

9
sarana berbasis teknologi informasi, lalu di pasal Pasal 54 UU No 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta menjelaskan tentang upaya represif bagi pelanggaran hak cipta

pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui sarana berbasis teknologi

informasi. Sebagai upaya pelaksanaan pasal 54-56 Undang-Undang Hak Cipta,

pemerintah membuat peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor

14 Tahun 2015 dan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 26 Tahun 2015

tentang pelaksanaan penutupan konten dan/atau Hak Akses pengguna pelanggaran

Hak Cipta dan/atau Hak terkait dalam sistem elektronik. Bagi situs penyedia

konten bajakan akan mengalami penutupan/pembatasan akses oleh peraturan ini.

Tentu peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 14 Tahun

2015 dan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 26 Tahun 2015 tentang

pelaksanaan penutupan konten dan/atau Hak Akses pengguna pelanggaran Hak

Cipta dan/atau Hak terkait dalam sistem elektronik belum tentu berlaku kepada

pihak ketiga yang menyediakan buku-buku bajakan seperti Marketplace, karena

Marketplace situs User Generated Content, artinya pengguna mengunggah secara

mandiri produk yang dijual. User generated content adalah konten berjenis

apapun yang diunggah konsumen secara sukarela ke internet. Sesuai namanya,

dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai konten buatan pengguna.2

Disini penjual berperan sebagai user aktif yang memulai proses promosi suatu

produk. Mulai dari membuat deskripsi produk, pengunggahan konten, hingga

penyebaran di Marketplace. Jadi, pola pemasaran yang disingkat juga dengan

UGC ini bisa dikatakan sebagai bentuk marketing yang orisinil dari penjual

2
https://qwords.com/blog/user-generated-content/ diakses tanggal 26 November 2020

10
langsung. Sehingga penjual secara langsung bertanggung jawab akan produk yang

mereka unggah atau jual di Marketplace.

Pada peraturan tersebut disebutkan pemerintah berhak menutup situs internet

yang menyebarkan atau menyediakan konten yang melanggar hak cipta.

Marketplace disini sebagai pihak yang menyediakan lapak bagi penjual, namun

penjuallah yang menjual barang-barang bajakan seperti buku bajakan, sehingga

menurut penulis Marketplace secara langsung tidak termasuk situs penyedia

barang/konten bajakan.

2. PERAN MARKETPLACE DALAM MELINDUNGI HAK-HAK

PEMEGANG HAK CIPTA BUKU

Marketplace adalah sebuah website atau aplikasi online yang memfasilitasi

proses jual beli dari berbagai toko. Marketplace memiliki konsep yang kurang

lebih sama dengan pasar tradisional. Marketplace pada dasarnya memberikan

lapak bagi penjual untuk menjual barang dagangannya dengan sentuhan yang

lebih modern.

Marketplace disini berperan sebagai pihak kegita yang mempertemukan

penjual dan pembeli. Marketplace hanya sebagai fasilitator, sedangkan barang-

barang yang dijual didalam Marketplace merupakan barang milik pihak penjual

yang menggunakan lapak yang disediakan Marketplace. Sehingga barang-barang

yang dijual tersebut bukanlah milik Marketplace.

Demi kepentingan umum, setiap Marketplace selalu memiliki term and

condition untuk ditaati bagi setiap pihak. Term and condition merupakan

11
peraturan yang dibuat pihak Marketplace sebagai upaya untuk menjamin

kepentingan bersama, menjalankan transaksi yang sehat dan melindungi hak-hak

berbagai pihak. Term and condition tersebut secara umum berisi kebijakan

Marketplace, fasilitas yang diberikan Marketplace, barang-barang yang dilarang

dijual didalam Marketplace dan lain-lain.

Gambar 3.1. Buku Bajakan yang dijual pada Marketplace Shopee

12
Gambar 3.2. . Buku Bajakan yang dijual pada Marketplace Tokopedia

Pada prakteknya, masih banyak ditemukan barang-barang yang dilarang

beredar oleh kebijakan Marketplace yang bersangkutan terutama barang-barang

bajakan. Barang-barang bajakan terutama buku cukup mudah ditemukan didalam

Marketplace, secara umum ciri-ciri buku bajakan yang dijual diberbagai

Marketplace cenderung sama yakni harga jual buku bajakan yang jauh lebih

murah ketimbang buku asli, menggunakan kertas dengan kualitas rendah pada

buku tersebut, bahkan penjual secara terang-terangan menjelaskan bahwa buku

tersebut merupakan buku replika atau buku palsu pada bagian deskripsi barang

didalam Marketplace. Sehingga untuk mengurangi tingkat pelanggaran hak cipta

buku didalam Marketplace, maka diperlukannya peran Marketplace secara

optimal untuk membuat iklim jual beli yang sehat tanpa merugikan pihak-pihak

lain.

A. Peran Preventif Marketlpace dalam Melindungi Hak-Hak Pemegang

Hak Cipta Buku

Pada dasarnya, dibuatnya term and condition merupakan sebuah upaya yang

dilakukan Marketplace untuk melindungi hak-hak pemegang hak cipta buku.

Term and condition merupakan peraturan yang dibuat oleh pihak Marketplace

sebagai upaya untuk menjamin kepentingan bersama, menjalankan transaksi yang

sehat dan melindungi hak-hak berbagai pihak.

Berkaitan dengan Term and condition, Marketplace juga memberikan

peraturan tentang barang-barang apa saja yang dilarang dijual di dalam

13
Marketplace. Barang-barang yang dilarang dijual dapat berupa narkotika, bahan

peledak, barang-barang yang berunsur vulgar/dewasa hingga barang-barang yang

melanggar hak cipta seperti barang tiruan, barang palsu atau barang yang masuk

kedalam kategori barang bajakan.

Term and condition yang dibuat marketplace selain berisi hak dan kewajiban

pengguna, berisi juga sanksi-sanksi. Ada banyak macam aturan yang memiliki

konsekuensi jika dilanggar. Sanksi-sanksi yang diberikan dapat berupa

penghapusan konten/produk, pembekuan akun secara sementara hingga

pemblokiran akun secara permanen, selain itu tidak menutup kemungkinan

mendapatkan sanksi berupa tuntutan/gugatan bagi pihak lain yang merasa

dirugikan.

Setiap Marketplace selalu mencantumkan term and condition yang membahas

tentang barang-barang yang dilarang atau dibatasi untuk dijual pada Marketplace

mereka. Salah satu barang tersebut ialah barang yang melanggar hak kekayaan

intelektual, seperti melanggar hak merek atau hak cipta orang lain. Dari peraturan

ini, Marketplace sudah memberikan ketentuan bahwa barang-barang yang

melanggar hak kekayaan intelektual dilarang untuk dijual dan secara langsung

telah melindungi hak-hak pemegang hak kekayaan intelektual salah satunya

pemegang hak cipta buku. Mengingat penjualan barang-barang bajakan termasuk

buku sudah menjadi hal yang sering terjadi di Indonesia, maka pihak Marketplace

sebagai pihak yang memfasilitasi penjual, ingin memberikan iklim jual beli yang

sehat dengan membuat peraturan barang-barang yang dilarang atau dibatasi untuk

dijual pada Marketplace.

14
Berbagai Marketplace telah mencantumkan term and condition yang

membahas bahwa barang-barang yang melanggar hak kekayaan intelektual,

seperti melanggar hak merek atau hak cipta orang lain masuk kedalam barang-

barang yang dilarang atau dibatasi untuk dijual pada Marketplace mereka.

Beberapa contoh Marketplace yang membahas hal tersebut ialah seperti

perusahaan Marketplace shopee, Tokopedia dan Bukalapak.

Pada term and condition Marketplace Shopee tentang “Barang Terkait Hak

Kekayaan Intelektual, Konten, dan Jasa” menyebutkan.

- (vii) Publikasi, buku, film, video dan/atau video game yang tidak

mematuhi hukum yang berlaku di negara tempat penjualan dan/atau

pengiriman;

- (viii) Barang-barang yang berpotensi melanggar: Barang-barang

termasuk tetapi tidak terbatas pada replika, barang palsu, dan tiruan

produk atau barang tanpa izin yang mungkin membahayakan pengguna,

melanggar hak cipta, merek dagang tertentu, atau hak kekayaan intelektual

lainnya milik pihak ketiga;3

Pada term and condition Marketplace Tokopedia bagian “ J. Jenis Barang dan

Jasa” nomor 7 menyebutkan; “Barang yang merupakan hasil pelanggaran Hak

Cipta, termasuk namun tidak terbatas dalam media berbentuk buku,

CD/DVD/VCD, informasi dan/atau dokumen elektronik, serta media lain yang

bertentangan dengan Undang-Undang Hak Cipta.”4. Dan pada term and condition

3
https://shopee.co.id/docs/3000 diakses tanggal 25 November 2020
4
https://www.tokopedia.com/terms diakses tanggal 25 November 2020

15
Bukalapak bagian “Barang Terlarang” nomor 13 menyebutkan, “Barang yang

melanggar hak kekayaan intelektual (HAKI) pihak lain”5

Pada dasarnya Marketplace merupakan pengelola tempat perdagangan seperti

yang tercantum pada pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta. Dengan dibuatnya term and condition oleh para pihak Marketplace

merupakan sebuah iktikad baik bagi Marketplace melindungi para pemegang hak

cipta.

Bagi Marketplace yang terbukti melanggar ketentuan pasal 10 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, maka akan ada sanksi yang

tercantum pada pasal 114 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta. Pada pasal tersebut menyebutkan, “Setiap Orang yang mengelola tempat

perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui

membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta

dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”

Marketplace memiliki fitur yang bernama word filter yang bisa berguna untuk

meminimalisir pelanggaran hak cipta. Penggunaan word filter biasanya digunakan

beberapa website untuk menyaring atau menyensor kata-kata tertentu agar tidak

muncul pada halaman website. Word filter ini seharusnya dapat menjadi cara

untuk mendeteksi pelanggaran hak cipta secara otomatis. Namun penulis menilai

5
https://www.bukalapak.com/terms#strict-terms diakses tanggal 25 November 2020

16
beberapa Marketplace terkenal belum memaksimalkan fitur ini umtuk mendeteksi

pelanggaran hak cipta.

Gambar 3.3. Hasil Pencarian Buku Bajakan dengan Kata Kunci “Buku Ori
KW” pada Marketplace Tokopedia.

Gambar 3.4. Hasil Pencarian Buku Bajakan dengan Kata Kunci “Buku Non
Ori” pada Marketplace Bukalapak.
Hasil gambar kedua diatas mengidentifikasikan bahwa pihak Marketplace

belum optimal memanfaatkan fitur words filter. Masih banyak buku-buku bajakan

17
yang dengan sangat mudah dicari pada Marketplace. Padahal jika fitur words

filter dioptimalkan dengan maksimal maka akan menjadi cara yang cukup efektif

untuk mendeteksi pelanggaran hak cipta secara otomatis. Dengan diaktifkannya

fitur ini, akan mempersulit penjual untuk memperdagangkan buku-buku bajakan

dan mempersulit pembeli untuk mencari buku-buku bajakan.

B. Peran Represif Marketlpace dalam Melindungi Hak-Hak Pemegang

Hak Cipta Buku

Seperti pada peraturan atau undang-undang pada umunya, didalam term and

condition yang dibuat Marketplace selalu menyertakan sanksi atau hukuman bagi

pihak yang melakukan pelanggaran. Sanksi yang diberikan biasanya berbeda

sesuai tingkat pelanggaran yang dilanggar.

Setiap sanksi-sanksi yang diberikan semua Marketplace hampir sama satu

sama lain. Mulai dari penghapusan barang dagangan, pembatasan akun sementara

hingga sanksi hukum oleh pihak Marketplace atau pihak lain yang dirugikan.

Sebagai salah satu Marketplace terbesar di Indonesia, sanksi yang diberikan oleh

perusahaan Marketplace Shopee yakni;

Pelanggaran terhadap kebijakan ini dapat mengakibatkan berbagai tindakan,

termasuk, dengan tidak terbatas pada, salah satu atau semua dari hal-hal berikut

ini:

a. Penghapusan daftar
b. Batasan diberlakukan pada hak Akun
c. Penangguhan dan pengakhiran akun
d. Tuntutan pidana

18
e. Tindakan perdata, termasuk dengan tidak terbatas pada klaim untuk
kerugian dan/atau ganti rugi sementara atau perintah ganti rugi oleh
pengadilan.6

Pelanggaran hak cipta termasuk salah satu jenis pelanggaran yang diatur

dalam term and condition semua Marketplace. Pelanggaran hak cipta yang

dilakukan oleh penjual didalam Marketplace akan mendapatkan sanksi oleh pihak

Marketplace hingga berpotensi mendapatkan tuntutan pidana dan/atau perdata

oleh pihak lain yang dirugikan.

Pada Marketplace Tokopedia, pelanggaran hak cipta termasuk pelanggaran

kategori II yang artinya kategori ini dikenakan pada para Pengguna yang diketahui

dan/atau diduga oleh Tokopedia telah menggunakan layanan situs/aplikasi untuk

melakukan tindakan-tindakan pelanggaran ketentuan situs yang telah dan/atau

dapat menimbulkan kerugian Tokopedia, pengguna maupun pihak ketiga lainnya.

Sanksi yang diberikan Tokopedia kepada pelanggaran hak cipta berupa

menurunkan atau menghapus konten, dan apabila pengguna melakukan

pelanggaran berulang, maka pihak Tokopedia berhak melakukan moderasi toko

dan/atau penutupan akun pengguna secara permanen.7 Sanksi ini hampir sama

dengan sanksi Marketplace lainnya seperti Shopee dan Bukalapak, namun hal ini

tidak menutup kemungkinan munculnya sanksi lain berupa tuntutan

pidana/perdata dari pemegang hak cipta yang merasa dirugikan.

Marketplace merupakan situs User Generated Content, pengguna mengunggah

secara mandiri produk yang dijual. User generated content adalah konten berjenis
6
https://shopee.co.id/docs/3001 diakses tanggal 25 November 2020
7
https://www.tokopedia.com/help/article/kebijakan-penalti-pengguna diakses tanggal 25
November 2020

19
apapun yang diunggah konsumen secara sukarela ke internet. Sesuai namanya,

dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai konten buatan pengguna.8

Disini penjual berperan sebagai user aktif yang memulai proses promosi suatu

produk. Mulai dari membuat deskripsi produk, pengunggahan konten, hingga

penyebaran di Marketplace. Jadi, pola pemasaran yang disingkat juga dengan

UGC ini bisa dikatakan sebagai bentuk marketing yang orisinil dari penjual

langsung. Sehingga penjual secara langsung bertanggung jawab akan produk yang

mereka unggah atau jual di Marketplace.

Sehingga untuk mengurai tingkat pelanggaran hak cipta oleh para penjual

pada Marketplace, pihak Marketplace membuat fitur pelaporan produk yang

melanggar hak kekayaan intelektual secara khusus. Fitur pelaporan produk yang

dilarang dijual pada dasarnya sudah ada, namun fitur tersebut cenderung lebih

digunakan untuk melaporkan produk yang dilarang beredar secara umum seperti

produk narkotika, produk yang berunsur vulgar/dewasa, produk yang berbahaya,

mahluk hidup dan lain-lain. Mengingat pelanggaran hak cipta merupakan suatu

delik aduan, maka pihak Marketplace membuat fitur khusus untuk

menindaklanjuti produk yang melanggar hak kekayaan intelektual melalui laman

khusus pelaporan pelanggaran hak kekayaan intelektual pada Marketplace.

8
https://qwords.com/blog/user-generated-content/ diakses tanggal 26 November 2020

20
Gambar 3.5. Fitur Pelaporan Produk Yang Melanggar Hak Kekayaan
Intelektual Pada Marketplace Bukalapak.
Fitur pelaporan produk yang melanggar hak kekayaan intelektual memiliki

perbedaan mendasar terhadap fitur pelaporan produk yang dilarang dijual. Karena

pelanggaran hak kekayaan intelektual atau hak cipta secara khususnya merupakan

delik aduan, maka pelaporan pelanggaran hak kekayaan intelektual melapor

menggunakan formulir online dengan melampirkan syarat-syarat administrasi

sebagai bukti kepemilikan hak yang dilanggar. Syarat-syarat yang dimaksud

seperti nama pemegang hak kekayaan intelektual, melampirkan nomor regristasi

merek/hak cipta, lampiran bukti sertifikat merek/hak cipta yang terdaftar di

Indonesia, bukti surat kuasa pemilik merek/hak cipta kepada pelapor dan

sebagainya. Syarat-syarat tersebut selain dikirim kepada pihak marketpalce, juga

akan dikirim kepada terduga pelanggar hak kekayaan intelektual guna untuk

penyampaian sanggahan dari terduga pelanggar.

21
Sanksi yang diberikan tidak hanya sebatas penghapusan konten/produk yang

dijual atau pemblokiran akun pelanggar, melainkan sanksi yang diberikan dapat

berupa tuntutan atau gugatan oleh pemegang hak cipta. Sehingga dengan fitur

tersebut, pemegang hak cipta dapat melaporkan produk yang diduga melanggar

hak mereka kepada pihak marketplace dan mengurangi tingkat pelanggaran hak

cipta.

22

Anda mungkin juga menyukai