1795 6597 2 PB
1795 6597 2 PB
http://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomila
Agriekonomika Volume 6, Nomor 1, 2017
1
Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor
2
Fakultas Mipa Universitas Pakuan Bogor
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kebutuhan pangan, sesuai dengan
pertambahan jumah penduduk. Kebutuhan pangan di Indonesia hampir dapat dipenuhi
semua, dari potensi domestik, kecuali untuk komoditas pangan asal daging impor dan
kedelai yang masih mengalami defisit, sedangkan untuk beras, jagung, kacang maupun
ubi, telor, daging ayam, dan susu mengalami surplus yang tinggi. Tujuan tulisan ini untuk
mengetahui petumbuhan ekonomi dan kebutuhan pangan di Indonesia. Pemerintah
dapat mempertahankan dan berupaya terus memacu pembangunan ketahanan pangan,
melalui program yang benar-benar mampu memperkokoh untuk ketahanan pangan,
sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tingkat pendapatan rumah
tangga dapat mencerminkan menjadi salah satu ukuran kemampuan dalam mengakses
konsumsi pangan yang dibutuhkan beserta keragamannya. Pertumbuhan komoditi
pangan yang paling tinggi setiap tahun adalah komoditi beras, sedangkan kontribusi
daging sapi dalam memenuhi kebutuhan protein hewani menduduki urutan yang kedua
setelah daging unggas.
ABSTRACT
Growth effect economic on food requirements, accordance with increasing the sheer
the number residents. Food needs can be met in Indonesia, almost all, of the domestic
potential, except for the origin of food commodities imported meat and soybeans are still
in deficit, while for rice, corn, beans and potatoes, eggs, chicken, and milk have a surplus
high. The purpose of this article to find out of economic and food needs in Indonesia, so
it can be overcome by the provision of agricultural origin and livestuc food as needed.
Government may seek to retain and continue to spur the development of food security,
through a program that is really able to strengthen food security, as well as to improve
the welfare of the community. Household income levels can be one measure reflects the
ability to access food consumption is required along with diversity. The growth of most
food commodities are higher every year is rice, while the contribution of beef in meeting
the needs of animal protein ranks second after the poultry. The achievement of food
security needs to be focused on the realization of food security and food technology
development, is expected to facilitate the program of post-harvest and agro-processing,
effectively, and to support government policy, more attention to the problem Indonesia of
food in security.
Keywords: Economic Growth, Food in Indonesia
Corresponding author : © 2017 Universitas Trunojoyo Madura
Address : Jl. Raya Pajajaran Kav E-59 Bogor
p-ISSN 2301-9948 | e-ISSN 2407-6260
Email : s.rusdiana20@gmail.com
Phone : 081282010532
Agriekonomika, 6(1) 2017: 12-25 | 13
ing sapi dalam memenuhi kebutuhan pro- kesejahteraan masyarakat. Menurut Hu-
tein hewani menduduki urutan yang kedua sodo (2001), bahwa untuk itu setidaknya
setelah daging unggas. Berdasarkan data ada lima masalah mendasar yang men-
dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan He- jadi alasan penting menentukan arah pem-
wan tahun (2008), bahwa Indonesia hanya bangunan ketahanan pangan 2013, yaitu:
mampu memproduksi 70% dari kebutuhan pertama, pangan adalah bagian dari basik
daging sapi nasional, dimana 30% kebutu- human need yang tidak ada substitusinya,
han lainnya dipenuhi melalui impor dalam kedua jumlah penduduk yang masih tinggi,
bentuk sapi bakalan untuk penggemukan, disadari atau tidak, mendorong terjadinya
daging beku, jeroan, yang didominasi oleh peningkatan kebutuhan terhadap pangan
hati dan jantung beku. (growing demand).
Menurut Rusono (2015), ke depan Keberhasilan pembangunan ke-
konsumsi daging sapi akan terus mening- tahanan pangan sangat ditentukan tidak
kat karena pertumbuhan jumlah penduduk, hanya oleh performa salah satu sek-
kenaikan pendapatan riil per kapita/tahun. tor saja tetapi juga oleh sektor lainnya.
Berdasarkan hasil proyeksi Bappenas ter- Tingkat pendapatan rumah tangga dapat
hadap permintaan dan penawaran sapi/ mencerminkan menjadi salah satu ukuran
kerbau di indoensia tahun 2013-2020 kemampuan dalam mengakses konsumsi
pemerintah perlu meningkatkan populasi pangan yang dibutuhkan beserta ker-
dasar sapi indukan dalam negeri dengan agamannya. Menurut Haryono dan Isral
melakukan impor sapi indukan sejak tahun (2011), bahwa diperlukan strategi peman-
2015-2017 sebanyak 500 ribu ekor/tahun tapan ketahanan pangan yang berkaitan
dan tahun 2018-2020 sebanyak sejuta erat dengan upaya peningkatan pendapa-
ekor/tahun sehingga diharapkan pada ta- tan rumah tangga, urplus produksi beras
hun 2020 tingkat swasembada daging sapi sebanyak 10 juta ton tahun 2014 dihara-
dapat meningkat menjadi 95%. Peningka- pkan dapat tercapai. Pemerintah harus
tan produksi daging sapi terkendala oleh mendorong masyarakat untuk memahami
lambatnya pertumbuhan populasi sapi po- dan memaknai, pentingnya ketahanan
tong sebagai akibat dari usaha pembiakan pangan dalam pembangunan ekonomi na-
sapi yang dinilai kurang menguntungkan sional, meskipun pemerintah kerap meng-
secara komersial. Makin sempitnya pa- klaim Indonesia telah berhasil mencapai
dang peggembalaan yang menjadi anda- swasembada pada beberapa komoditas
lan usaha pembiakan diwilayah timur Indo- pangan tertentu, namun harus diakui pen-
nesia dan semakin sulitnya pengendalian capaian swasembada belum mantap ka-
pemotongan sapi betina produktif. rena amat riskan digoyang krisis ekonomi
Untuk mewujudkan peningkatan (Fariz, 2012).
produksi daging sapi pada 2015 dengan Menurut Swastika (2004), bahwa
anggrana APBN-P pemerintah melakukan ketahanan pangan harus ditempatkan se-
penambahan anggaran sebesar 1.500 mil- bagai aktor utama pembangunan pertanian
yar pada Direktorat Jenderal Peternakan yang akan menyelamatkan dari krisis pan-
dan Kesehatan Hewan yang dalokasikan gan di masa mendatang. Menggaris bawa-
untuk Gerakan Birahi, Inseminasi Buatan hi, bahwa untuk mewujudkan ketahanan
(IB) dan Transfer Embrio serta penamba- pangan dilakukan pengembangan sumber
han sapi indukan dan sapi bibit dengan daya manusia yang meliputi pendidikan,
jumlah sapi sebanyak 30.000 ekor dan pelatihan di bidang pangan, penyebar-
sapi bibit sebanyak 1.200 ekor (Rusmono luasan ilmu pengetahuan dan teknologi di
2015). Pemerintah dapat mempertahan bidang pangan dan penyuluhan pangan
dan berupaya terus memacu pembangu- (Fagi, dkk., 2002).Tujuan tulisan ini adalah
nan ketahanan pangan, melalui program untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
yang dapat memperkokoh ketahanan dan kebutuhan pangan di Indonesia, yang
pangan dan sekaligus meningkatkan setiap tahunnya selalu meningkat.
Agriekonomika, 6(1) 2017: 12-25 | 15
pangan. Ketersediaan, akses, dan peny- paian dan pengembangan diversifikasi dan
erapan pangan merupakan sub sistem kemandirian pangan diperlukan: strategi
yang harus dipenuhi secara utuh, salah penyediaan teknologi dan informasi yang
satu subsistem tersebut tidak dipenuhi sesuai, perangkat kebijakan operasional
maka suatu negara belum dapat dikata- yang memadai, dan berfungsinya berbagai
kan mempunyai ketahanan pangan yang lembaga pendukung, seperti penelitian,
baik, walaupun pangan tersedia cukup di penyuluhan, dan pemasaran. Disamping
tingkat nasional dan regional, tetapi jika itu, Hal penting lainnya yang diperlukan
akses individu untuk memenuhi kebutuhan adalah terjalinnya koordinasi antar instansi
pangannya tidak merata, maka ketahanan terkait, karena secara konstitusional bu-
pangan masih dikatakan rapuh. Menurut kan hanya tugas Kementerian Pertanian.
Handewi, dkk., (2010), bahwa program Hal ini mengindikasikan bahwa implemen-
ketahanan pangan dalam perkembangan tasi strategi operasional pencapaian dan
pada dasarnya terdapat empat pilar yaitu, pengembangan diversifikasi pangan men-
aspek ketersediaan (food availibility), as- yangkut deregulasi terkait selain pertanian,
pek stabilitas ketersediaan atau pasokan yaitu industri/perdagangan, investasi di bi-
(access of supplies), dan aspek keterjang- dang sarana/prasana, dan lain-lain (Eliza-
kauan (access to utilization), keempat pilar beth, 2011).
tersebut mengindikasikan bahwa pangan Kebutuhan masyarakat dikarena-
harus tersedia dalam jumlah yang cukup, kan daya beli yang rendah, dapat mem-
baik di musim panen maupun paceklik. pengaruhi tidak terpenuhinya status gizi
Menurut Elizabeth (2007), pen- masyarakat, berdampak pada tingkat
dukung utama terlaksananya strategi produktivitas masyarakat Indonesia yang
dalam pencapaian diversifikasi dan ke- rendah. Namun, selain jumlah yang rawan
mandirian pangan diperlukan pula perang- pangan maih besar, juga banyak anak-
kat kebijakan yang memadai, teknologi dan anak yang meninggal sebelum mencapai
informasi yang dibutuhkan, difungsikannya usia dewasa. Suryana (2004), penda-
lembaga pendukung lainnya seperti peny- patnya banyak orang dewasa tidak per-
uluhan dan pemasaran. Sistem ketahanan nah mencapai potensi yang dimilikinya,
pangan juga merupakan satu kesatuan dan banyak Negara yang stagnan dalam
dapat mendukung oleh adanya berbagai proses pembangunan untuk mengangkat
input sumberdaya alam, kelembagaan, kesejahteraan rakyatnya. Untuk itu segera
budaya, dan teknologi. Proses hasil dan dibentuk beberapa program utama dalam
berjalan dengan efisien adanya partisipasi membangun ketahan pangan di antaranya
masyarakat dan fasilitasi pemerintah atau adalah untuk meningkatkan komoditas
lembaga, penyuluh dalam mendukung pangan unggulan, mutu, jumlah dan diver-
kebutuhan pangan. Kegiatan diversifika- sifikasi tanaman pangan. Program keta-
si ditujukan untuk meningkatkan produksi hanan pangan yang sangat dihawatirkan
pangan pokok alternatif selain beras, pe- kekurangan pangan terjadi bagi penduduk
nurunan konsumsi beras dan peningkatan Indonesia yang semakin meningkat, dan
konsumsi pangan pokok alternatif yang pelaksanaan program harus jelas dan tepat
berimbang dan bergizi serta berbasis pada sasaran. Namun demikian apabila diamati
pangan lokal. tetapi mengubah pola kon- dari indikator makro kesejahteraan rakyat,
sumsi, sehingga masyarakat akan meng- masih menunjukkan masalah pangan atau
onsumsi lebih banyak jenis pangan deng- gizi kurang dan menjadi momok bagi seba-
an gizi yang cukup, berimbang, dan aman. gian besar masyarakat, khususnya yang
Diversifikasi pangan akan berjalan berpenghasilan rendah (Suryana, 2004).
lancar bila dipadukan dengan pengem-
bangan agroindustri berbahan produk has-
il pertanian domestik (lokal) yang dibangun
di perdesaan. Lebih mempercepat penca-
18 | Supardi Rusdiana dan Aries Maesya, Pertumbuhan Ekonomi & Kebutuhan Pangan Indonesia
daging, ketahanan pangan sangat men- mun jumlahnya cenderung selalu menurun,
dukung secara nyata kegiatan peningka- terkecuali di wilayah berbasis perkebunan
tan pendapatan in situ (income generating kelapa sawit dan tebu tingkat konsumsi be-
activity in situ), peningkatan pendapatan ras cenderung meningkat. Meningkatnya
in situ bertujuan meningkatan pendapa- konsumsi beras di wilayah basis tebu dii-
tan masyarakat melalui kegiatan pertanian kuti dengan menurunnya konsumsi jag-
berbasis sumber daya lokal, sehingga keg- ung yang diduga kerena tergesernya pola
iatan peningkatan pendapatan ini dipusat- makan beras+jagung ke beras, konsumsi
kan pada daerah asal dengan memanfaat- energi dan protein cenderung menurun.
kan sumber daya lokal setempat. Secara agregat pola konsumsi pangan ru-
mahtangga contoh cenderung menurun,
Pengeluaran Pangan Untuk Konsumsi yang ditunjukkan tidak tercapainya ke-
Menurut Susilowati, dkk., (2012), bahwa cukupan energi dan rendahnya skor PPH
selama periode 2009-2012 pengeluaran (masih lebih rendah dibanding rata-rata
total rumah tangga secara nominal men- wilayah perdesaan secara nasional).
ingkat 50%, sedangkan secara riil setara Konsumsi protein per kapita se-
kg beras rata-rata hanya meningkat 17%. hari untuk daging pada tahun 2011 sebe-
Secara agregat pangsa pengeluaran pan- sar 2,75 gram, meningkat sebesar 7,84%
gan cenderung menurun, namun masih dibandingkan konsumsi tahun 2010 sebe-
tergolong cukup tinggi, (rataan sebesar sar 2,55 gram. Konsumsi protein per kapita
60% total pengeluaran). Pangsa pengelu- sehari untuk telur dan susu sebesar 3,25
aran karbohidrat cenderung menurun yang gram, atau menurun sebesar 0,61 persen
diimbangi dengan meningkatnya pangsa dibandingkan konsumsi tahun 2010 sebe-
pengeluaran untuk protein hewani. Peran sar 3,27 gram. Konsumsi kalori dan pro-
dan fungsi lembaga pangan seperti kelom- tein per kapita per hari dipengaruhi oleh
pok tani, UKM, koperasi perlu direvital- pengeluaran per kapita, pengeluaran per
isasi dan restrukturisasi untuk mendukung kapita sebulan untuk konsumsi pada ta-
pembangunan kemandirian pangan, kemi- hun 2011 sebesar Rp 593.664, yang digu-
traan antara lembaga perlu didorong untuk nakan untuk konsumsi makanan sebesar
tumbuhnya usaha dalam bidang pangan. Rp 293.556 (49,45%) dan konsumsi bukan
Pangsa pengeluaran untuk tembakau makanan sebesar Rp 300.108 (50,55%).
juga cenderung meningkat. Sedangkan Dari pengeluaran untuk makanan sebe-
pangsa pengeluaran non pangan terbesar sar Rp 293.556 tersebut, pengeluaran un-
untuk pendidikan dan nilainya cenderung tuk konsumsi daging sebesar Rp 10.972
meningkat. Pengembangan sumber daya (3,74%). Sementara pengeluaran un-
manusia (SDM), melalui pemebrdayaan tuk konsumsi telur dan susu sebesar Rp
kelompok petnai melalui usaha industri, 17.106 (5,83%) (Statistik Pertanian, 2013).
sehingga kebutuhan pangan secara na-
sional akan terpebuhi dengan baik. Meningkatkan Produksi Melalui Divers-
Untuk meningkatkan efektifitas dan fikasi
efisiensi industrialisasi dan model kelom- Diversifikasi ditujukan untuk meningkat-
pok industri meliputi serangkaian program kan produksi pangan pokok alternatif se-
yang dapat diimplementasikan ke seluruh lain beras, penurunan konsumsi beras dan
stok holder yang berkepentingan, dapat peningkatan konsumsi pangan pokok al-
digunakan terjadap kepentingan bersama. ternatif yang berimbang dan bergizi serta
Konsumsi pangan pokok masih bertumpu berbasis pada pangan lokal. Wahyuni dan
pada beras, beras merupakan pangan Indraningsih (2003), berpendapat bahwa
pokok utama masyarakat Indonesia se- diversifikasi dilakukan dengan memperce-
hingga pemerintah selalu menempatkan pat implementasi teknologi pasca panen
beras sebagai komoditas yang selalu ter- dan pengolahan pangan lokal yang telah
sedia dan cukup (Syahril, dkk., 2015). Na- diteliti ke dalam industry, baik industri hasil
Agriekonomika, 6(1) 2017: 12-25 | 21
pertanian maupun industri hasil peterna- diharapkan dapat bermanfaat untuk mem-
kan yang bersama-sama dapat meningkat- perkuat ketahanan pangan dalam waktu
kan kecukupan pangan untuk kebutuhan jangka panjang, diantaranya: (a) mening-
masyarakat secara nasional Revitalisasi/ katkan nilai tambah dari komoditi lokal; (b)
restrukturisasi industri pasca panen dan menyediakan komoditi lokal yang memiliki
pengolahan pangan diarahkan pada pene- potensi secara komersial; (c) mendorong
kanan kehilangan hasil dan penurunan pengembangan desa melalui kegiatan
mutu karena teknologi penanganan pas- peningkatan pendapatan berdasar padap-
ca panen yang kurang baik, pencegahan ertanian lokal; (d) mendukung ketahanan
bahan dari kerusakan dan 3) pengolahan pangan dalam jangka panjang; (e) mem-
bahan baku menjadi bahan setengah jadi berikan solusi terhadap permasalahan
dan produk pangan. pengangguran dan kemiskinan terutama
Permodelan kerjasama dimana pada masyarakat pedesaan.
dalam penerapannya memerlukan inte- Pengembangan teknologi dari ska-
grasi dari berbagai pihak, diantaranya la industri, diperlukan adanya kerjasama
melibatkan sejumlah besar kelompok dengan industri pangan, kerjasama dapat
petani di beberapa wilayah sekaligus mer- memberikan manfaat kepada pihak petani.
ancang untuk penambahan hasil produksi Petani dapat meningkatkan pendapatan
pertanian. Kegiatan yang dilakukan oleh melalui produk yang dihasilkan sehingga
lembaga penyuluhan yang menangani dapat dijual kepada puhak konmsumen
pemberdayaan petani di pedesaan seka- atau industri yang dapat mengolah bahan,
ligus melibatkan integrasi proses hulu-hilir melalui kegiatan bersama dapat menin-
rantai produksi makanan dari hasil perta- gkatkan kesejahteraan petani (Sutrisno
nian (Yusdja, 2004). Teknologi berperan dan Edris, 2008). Penanaman tanaman
penting di dalam penginovasian produk lokal berdasar pada sistem bercocok tan-
sehingga dapat memiliki nilai tambah un- am yang baik (good agriculture practices),
tuk kebutuhan pertanian dan peternakan mengusahakan lahan kosong untuk di-
serta dapat meningkatkan efektifitas dan gunakan pagar dapat menghasilkan ko-
efisiensi usaha permodalan. Beberapa moditas lokal sehingga dapat memenuhi
hasil produk pangan dapat di proses se- standar kualitas yang baik, mengkoordi-
cara komersial, dapat dijual ke pasaran, nasi fasilitas dan program inventarisasi
dengan memperhitungkan semua biaya yang berotasi kepada tanaman dan super-
produksi sampai hasil, keamanan produk visi petani, pentingnya bekerjasama den-
pangan yang dihasilkan oleh para petani. gan pihak akademisi untuk meningkatkan
Melalui diversifikasi pangan dan kegiatan produktivitas, untuk meningkatkan kontri-
peningkatan peningkatan pendapatan ber- busi petani di dalam program pengemban-
basis sumberdaya lokal diharapkan dapat gan industri.
memperkuat ketahanan pangan di Indone-
sia dalam waktu jangka panjang PERSIAPAN PEMENUHAN PANGAN
Kebutuhan konsumen pangan ter- Usaha Tanaman Pangan dan Ternak Ru-
penuhi, tentunya harus memenuhi kualitas minansia
dan standar yang diterapkan oleh industri Salah suatu cara untuk mendapatkan keun-
serta pengembangan dan penerapan ope- tungan yang berlipat, diantaranya adalah
rasi prosedur standar dari pabrik, lembaga usaha ternak ruminansia besar dan kecil
akademisi (a) memfasilitasi pengemban- yang dipadukan dengan tanaman pangan,
gan dari teknologi penanaman dan produk sehingga akan mendapatkan hasil produk-
berbasis lokal yang memiliki potensi si yang optimal, disamping keuntungan
pasar; (b) merekomendasikan pemeca- petani. Menurut Sudjana (2005), bahwa
han masalah di dalam pengembangan in- peningkatan populasi ternak ruminansia
dustri. Kegiatan peningkatan pendapatan dan perbanyakan lahan pertanian disamp-
melalui pengembangan kelompok industri ing dapat menciptakan lapanagan kerja
22 | Supardi Rusdiana dan Aries Maesya, Pertumbuhan Ekonomi & Kebutuhan Pangan Indonesia
Tabel 1
Komoditas Tanaman Pangandan Produksi Pada Tahun 2011 Di Indonesia
No. Jenis tanaman Luas panen (ha) Produktivitas (ha) Produksi ton
1 Padi 12.883.576 49.99 64.398.890
2. Jagung 4 160 659 42,37 17 629 748
3. Kedelai 722 791 13,48 974 512
4 Kacang Tanah 622 616 12,49 777 888
5 Kacang Hijau 288 206 10,91 314 486
6 Ubi Kayu 1 175 666 187,46 22 039 145
7 Ubi Jalar 183 874 111,92 2 057 913
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 dalam Rosganda 2012
bagi petani dipedesaan, dan terpenuhinya menunjukkan trend meningkat dalam ku-
kebutuhan masyarakat akan pangan. Hal run waktu satu tahun, dapat dilihat dengan
ini tidak menghernkan dalam beberapa da- menggunakan rata-rata komoditi konsumsi
sawarsa terkahir populasi ternak ruminan- dan hasil produksi oleh petani di pedesaan.
sia dan luas lahan cenderung sedikit atau Indonesia setiap tahun mempunyai
berkurang, yang terkait dengan kenyataan dua musim yaitu musim hujan dan kema-
bahwa ,petani ternak memiliki ternak han- rau di mana hasil pertanian tersebut selalu
ya sebagai usaha sampingan, dan lahan mengalami hasil produksi berfluktuasi atau
pertanian banyak digunakan sebagai pe- tidak signifikan. Rata-rata pertumbuhan
mukiman. Untuk itu usaha ternak ruminan- komoditi pangan, paling tinggi selama satu
sia segera didorong kearah usaha bersifat tahun terakhir ini adalah komoditi padi, di-
komersial, kemduan penggunaan lahan susul oleh komoditi jagung (Wahyuni dan
pertanian dimanfaatkan secara efektif dan Indraningsih, 2003). Komoditi tersebut
efisien. mengalami pertumbuhan produksi tidak
tepat dikarenakan agrosistem di Indone-
Hasil Tanaman Pangan sia tidak stabil, sedangkan komoditi yang
Persiapan dalam pemenuhan kebutuhan pertumbuhannya paling rendah dalam ku-
panagn di Indonesia, dengan menyedia- run waktu yang sama adalah komoditi ubi
kan pangan asal hewani dan asal nabati, jalar, komoditi dan produksi dari tanaman
untuk kepentingan masyarakat. Keterse- pangan di Indonesia terlihat pada Tabel 1.
diaan pangan terutama beras, jagung,
daging, telur dan susu, merupakan salah Hasil Ternak Ruminansia
satu indikator terpenting dari ketahanan Beberapa tahun terakhir ini, ternak rumi-
pangan, suatu wilayah dimana jumlah nansia besar dan kecil menunjukkan ada
penduduk padat, merupakan salah satu perkembangan yang cukup signifikan, art-
proporsi yang berperan sangat vital dalam inya populasi ternak ruminansia sedikit da-
menjaga ketersediaan pangan nasional. pat memenuhi pangan ahasl hewani, dan
Kondisi dapat terlihat dari tingkat produk- cukup menggembirakan, salah satunya
tivitas masing-masing komoditi, cenderung adalah ternak domba setiap tahun ber-
Tabel 2
Populasi Ternak Ruminansia 5 (Lima) Tahun Terakhir Tahun 2013
Tabel 3
Pangsa Produksi Daging Utama di Indonesia
Tahun Sapi dan kerbau Kambing dan Unggas Babi
domba
ribu ton (%) ribu ton (%) ribu ton (%) ribu ton (%)
2007 381,3 18,4 120,5 5,8 1.340,3 64,8 225,9 10,9
2008 431,5 20,2 113,0 5,3 1.380,5 64,6 209,8 9,8
2009 443,9 20,1 128,1 5,8 1.430,4 64,9 200,1 9,1
2010 472,4 20,0 113,7 4,8 1.565,6 66,2 212,0 9,0
Sumber: Ditjen PKH, 2011
tambah, sekitar 12,7 juta ekor. Pada tahun moditas tertentu setiap tahunnya men-
2009-2013 ternak domba ada oeningkatan galami kenaikan dan ada juga yang men-
yang sigifikan, diperkirakan pada tahun galami penurunan Tabel 3.
2013 sedikit menurun sekitar 12,6 juta
ekor, turun sekiar 0,4%, (Statistik Perta- SIMPULAN
nian, 2013). Populasi ternak domba di In- Kebijakan pembangunan nasional dalam
donesia sekitar 12.768.241 ekor, populasi rangka mewujudkan kedaulatan pangan
ternak ruminansia terlihat pada Tabel 2. dapat diarahkan pada peningkatan produk-
Tabel 1, menujukkan bahwa popu- si pangan asal daging sapi dan tanamanm
lasi domba pada tahun 2010-2012 men- pangan beras. Tingkat pendapatan rumah
galami peningkatan sekitar 2.1%, cukup tangga dapat mencerminkan salah satu
signifikan (Statistik Pertanian, 2013), ukuran kemampuan masyarakat dalam
peningkatan populasi ternak damba, konsumsi pangan yang dibutuhkan beser-
terhadap kebutuhan daging agar dapat ta keragamannya. Pertumbuhan komoditi
terpenuhi, maka peternak melakukan pangan yang paling tinggi setiap tahun
usahanya dengan cara penggemukkan. adalah komoditi beras disusul komoditas
Menurut Ilham (2006), bahwa kebutu- jagung. Kontribusi daging sapi dalam me-
han daging yang setipa tahun mening- menuhi kebutuhan protein hewani men-
kat, diharapkan dengan adanya program duduki urutan yang kedua setelah daging
swasembada daging sapi dan kerbau, unggas. Kondisi dapat terlihat dari tingkat
dapat terpenuhi dengan diversifikasi usa- produktivitas masing-masing komoditi,
ha tanaman pangan dan ternak. Menurut cenderung menunjukkan trend mening-
Rusdiana dkk. (2014) bahwa, produk hasil kat dalam kurun waktu satu tahun, dapat
dalam negeri dan berasal dari hasil perta- dilihat dengan menggunakan rata-rata ko-
nian maupun hasil peternakan dapat ber- moditi konsumsi dan hasil produksi oleh
saing dengan produk luar inegeri, impor, petani di pedesaan.
baik kulitas, kuntitas dan produktivitasnya.
Berdasarkan data bahwa populasi ternak DAFTAR PUSTAKA
ruminansia bear dan kecil setiap tahunya Achmad, S. 2007. Dukungan Teknologi
mengalami peningkatakns sekitar 5%,, Penyediaan Produk Pangan Peter-
hal tersebut dapat memacu peningkatan nakan Bermutu, Utama dan Halal.
populasi ternak ruminansia terhadap ke- Prosiding Seminar Nasional Hari
butuhan daging. Menurut Sudjana (2011) Pangan Sedunia XXVII. Badan Pe-
bahwa, berdasarkan data secara nasion- nelitian dan Pengembangan Perta-
al, bahwa baik dalam ketersediaan distri- nian, Departemen Pertanian: 32-40.
busi dan konsumsi daging kambing dapat
memenuhi tujuan dari ketahanan pangan Adawiyah, C dan S. Rusdiana. 2012.
secara nasional, selanjutnya dapat di- Strategi dalam Menangani Kerawa-
uraikan lebih jauh bahwa produksi dag- nan Pangan di Indonesia. Prosiding
ing utama (sapi-kerbau, kambing-domba, Seminar Nasional Ketahanan Pan-
unggas dan babi), beberapa daging ko- gan Fakultas Pertanian Universitas
24 | Supardi Rusdiana dan Aries Maesya, Pertumbuhan Ekonomi & Kebutuhan Pangan Indonesia