EM – M
Kelompok 1 :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Masalah
Setelah mempelajari resume ini, pembaca diharapkan mampu:
1. Memahami apa itu proses manajemen strategi: sebuah tinjauan.
2. Memahami alasan perlunya sistem manajemen portofolio yang efektif.
3. Memahami sistem manajemen portofolio.
4. Memahami penerapan model pemilihan
BAB II
PEMBAHASAN
Peraga 2.3 membandingkan payback untuk Proyek A dan proyek B. Payback untuk
proyek A adalah 3,1 tahun dan untuk proyek B adalah 3,6 tahun. Penggunaan metode
payback untuk kedua proyek adalah bisa diterima karena pengembalian investasi sebesar 32,1
dan 27,5 persen
2. Model net persen valve (NPV) menggunakan tingkat pengembalian minimum yang
diinginkan (dari pihak manajemen) –misalnya diskon 20%- untuk menghitung nilai saat ini
dari semua kas bersih jika hasilnya positif (proyek memenuhi tingkat pengembalian
minimum yang diinginkan), maka proyek layak untuk dipertimbangkan. Jika hasilnya negatif,
proyek ditolak. Jadi, NPV dengan nilai positif yang lebih tinggi adalah lebih diharapkan.
Excel menggunakan formula berikut ini:
𝑛
𝐹𝑡
NPV Proyek = 𝐼0 +
(1 + 𝑘 )𝑡
𝑡=1
I0 = investasi awal (karena pengeluaran, maka nilainya negatif)
Ft = aliran kas bersih untuk periode t
k = tingkat pengembalian yang diharuskan
Peraga 2.3 menunjukan model NPV yang menggunakan perangkat lunak microsoft excel.
Model NPV menerima proyek A dengan NPV positif sebesar $54.235/ Proyek B ditolak
karena ia mempertimbangkan nilai waktu dari ruang, arus kas, dan profitabilitas.
Ketika menggunakan model NPV ,tingkat potongan (nilai batas pengambilan investasi
atau ROI) dapat berbeda untuk proyek-proyek berbeda . sebagai contoh, ROI yang
diharapkan pada proyek-proyek strategis sering ditetapkan lebih tinggi dibanding proyek
operasional . RoI dapat berbeda untuk proyek yang lebih berisiko dibanding proyek yang
lebih aman. Kriteria untuk menentukan nilai batas ROI harus jelas dan dapat diteraqpkan
secara konsisten.
2. Kriteria Nonfinansial
Pengembalian finansial, sekalipun penting, tidak selalu mencerminkan nilai penting
strategis .Tahun 60-an dan 70-an menunjukan perusahaan yang melakukan diversifikasi yang
berlebihan. Pemikiran umum saat ini adalah bertahan hidup dalam rangka panjang adalah
tergantung pada pengembangan dan pemeliharaan kompetensi inti. Perusahaan tidak harus
berkata tidak untuk proyek-proyek yang secara potensional menguntungkan, proyek yang
kenyataannya berada diluar / oleh karena itu diperlukann kriteria lain untuk dpretimbangkan
diluar pengambilan finansial langsung. Sebagai contoh, sebuah perusahaan bisa jadi
mendukung proyek yang marjin profitnya tidak tinggi karena pertimbangan strategi lainnya,
seperti:
a. Untuk menangkap pangsa pasar yang lebih besar
b. Untuk membuat pesaing sulit memasuki pasar
c. Untuk mengembangkan sebuah produk enabler, yang pengenalannya akan
meningkatkan penjualan produk-produk yang lebih profitable
d. Untuk mengembangkan teknologi inti yabg akan digunakan dlam produk generasi
berikunya untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok yang tidak dapat
dipercaya
e. Untuk mencegah investasi dan regulasi pemerintah
Kriteria yang tidak berwujud (inlangible) dapat juga diterapkan. Organisasi mungkin
mendukung proyek untuk mengembalikan citra perusahaan atau meningkatkan mengenalan
merek. Banyak organisasi yang mendukung proyek pengembangan komunitas.
Karena tidak ada kriteria tunggal yang dapat mencerminkan signifikansi strategis,
manajemen portofolio memerlukan model penyaringan dengan banyak kriteria . model ini
secara khusus membobot kriteria individual sehingga proyek yang memberikan kontribusi
pada sasaran strategis yang paling utama akan lebih dipertimbangkan /diperhatikan.
Model Skoring Terbobot
Model skoring terbobot( weighted scoring) umumnya menggunakan beberapa kriteria
pemilihan terbobot untuk mengevaluasi usulan proyek . model ini biasanya memasukan
kriteria kuantitatif dan atau kualitatif . masing-masing kriteria pemilihan diberi bobot. Setiap
kriteria juga diberi skor berdasarkan nilai penting proyek yang sudah dievaluasi . bobot dan
skor dikalikan untuk mendapatkan total skor terbobo untuk proyek tersebut. Penyaringan
dengan banyak kritria memungkinkan proyek bisa dibandingkan dengan menggunakan skor
terbobot. Proyek dengan skor terbobot yang lebih tinggi dinilai sebagai proyek yang lebih
baik (dibanding proyek lainnya yang dievaluasi).
Kriteria pemilihan harus mencerminkan faktor sukses kritis dari suatu organisasi.
Sebagai contoh , 3M menetapkan target bahwa 25% dari penjualan peruasahaan akan berasal
dari produk yang umumnya kurang dari empat tahun dibanding target lama yang hanya 20% .
sistem prioritas unk pemilihan proyek betul-betul mencerminkan target baru . Pada sisi lain
,kegagalan untuk menetapkan faktor-faktor lain yang tepat akan membuat proses
penyaringan menjadi sesuatu yang sia-sia
Gambar 2.3 menunjukan matriks skoring proyek dengan menggunakan beberapa faktor
yang digunakan dalam praktik . kriteria penyaringan yang terpilih ditunjukan dibagian atas
matriks (misal tetap dalam kompetensi inti –ROI 1 persen plus /(manajemen membobot
masing-masing kriteria (misal, 0 sampai 3 dinilai tinggi )berdasarkan kepentingan relatifnya
terhadap sasaran dan rencana strategis organisasi . usulan proyek kemudian disampaikan
kepada tim parioritas proyek atau mereka yang punya peran penting dalam proyek.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak proyek yang bersaing, terbatasnya sumber daya terampil, tim virtual yang
tersebar, waktu untuk sampai di pasar yang sangat singkat, dan terbatasnya modal adalah
kekuatan-kekuatan di balik munculnya manajemen portofolio proyek yang menyediakan
infrastruktur untuk mengelola berbagai proyek dan menghubungkan strategi bisnis dengan
pemilihan proyek. Unsur paling utama dari sistem ini adalah sistem ranking yang
menggunakan berbagai kriteria yang mencerminkan strategi dan misi perusahaan. Adalah
kritis untuk mengomunikasikan kriteria prioritas kepada semua stakeholder organisasi
sedemikian sehingga kriteria dapat menjadi sumber inspirasi bagi gagasan-gagasan proyek
baru.
Setiap proyek penting yang terpilih barus diranking dan hasil ranking tersebut
dipublikasikan. Manajemen senior harus mengambil peran aktif untuk menentukan prioritas
dan mendukung sistem prioritas. Menentang sistem prioritas akan menghancurkan
efektivitasnya. Tim prioritas proyek perlu terdiri dari para manajer yang mampu mengajukan
pertanyaan dan membedakan fakta dari fiksi. Sumber daya (orang, peralatan, dan modal)
untuk proyek utama harus dialokasikan dengan jelas dan tidak konflik dengan operasi sehari-
hari atau menjadi tugas yang overload.
Tim prioritas tidak hanya perlu meneliti proyek-proyek penting dalam hal nilai
strategisnya, tetapi juga meneliti apakah mereka cocok dengan portofolio dari proyek yang
saat ini sedang dikerjakan. Proyek dengan ranking tinggi dapat ditunda atau bahkan ditolak
jika mereka mengganggu keseimbangan antara risiko, sumber daya, dan inisiatif strategis.
Pemilihan proyek harus didasarkan tidak hanya pada kekuatan dari proyek spesifik, tetapi
juga pada apakah ia memberikan kontribusi bagi bauran portofolio proyek saat ini. Karena itu
diperlukan pendekatan holistik untuk menyelaraskan proyek dengan strategi dan sumber daya
organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Gray, Clifford F dan Larson, Erik W.2006. Manajemen Proyek : Proses Manajerial.
Penerbit : Andi, Yogyakarta.