HAMBATAN LISTRIK
7.1 Tujuan
1. Memahami hubungan antara tegangan dan arus listrik dalam penghantar
dengan hambatan yang berbeda.
2. Menentukan hambatan suatu penghantar menggunakan voltmeter dan
ammeter.
3. Mengidentifikasi hubungan jenis rangkaian dengan tegangan atau arus
yang mengalir.
4. Membandingkan nilai resistor seri dan paralel
5. Mentukan nilai tahanan suatu resistor dengan membaca menggunakan
multimeter
I = Q/t atau Q = I x t
Keterangan :
I = kuat arus listrik (A)
Q = banyak muatan listrik (coulomb)
t = waktu (s)
111
BAB VII HAMBATAN LISTRIK KELOMPOK V
v
R=
I
Keterangan :
V = tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
R = Hambatan (Ohm)
Hubungan antara arus listrik (I) yang mengalir melalui suatu rangkaian
dengan tegangan yang dipasang dalam rangkaian (v) ditemukan oleh George
Simon Ohm pada tahaun 1827 yang merupakan seorang ahli fisika jerman.
Arus listrik merupakan aliran elektron – elektron dari atom ke atom yang
terjadi pada sebuah penghantar dengan kecepatan dalam waktu tertentu. Penyebab
timbulnya arus listrik tersebut dikarenakan adanya beda potensial pada kedua
ujung penghantar yang terjadi karena mendapatkan suatu tenaga untuk mendorong
elektron - elektron tersebut berpindah – pindah tempat.
Umunya gerakan aliran elektron ini akan menuju tempat yang lebih lemah
tekananya. Sedangkan besar kecilnya arus listrik yang terjadi tentu saja
bergantung pada pembangkit listrik yang mengeluarkan tenaga tersebut.
Agar alat – alat elektronika dapat kita gunakan maka tenaga dorong listrik
yang dibutuhkan haruslah mencukupi dan sesuai dengan yang dibutuhkan arus
listrik tersebut juga haruslah dapat dialirkan atau diputuskan agar aliran listrik
aman dengan kecepatan yang stabil. Kecepatan perpindahan arus listrik ini dapat
disebut laju arus yang dapat ditulis dengan I dengan satuan ampere dan arus listrik
tersebut terjadi jika muatan listrik tersebut mengalir setiap detik. Sehingga dapat
kita tuliskan hubungan muatan listrik, arus listrik dan waktu, dengan rumus :
Q
I= atau Q= I x t
t
Ket :
I = Kuat arus listrik (A)
Q = banyaknya muatan listrik (Coulomb)
T = waktu (s)
Arus listrik yang mengalir dari sumber arus listrik tersebut dapat kita
bedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Arus Bolak - Balik (Alternating Current)
Arus bolak - balik (AC) adalah arus yang mengalir dengan polaritas yang
berubah dan dimana masing - masing terminal polaritasnya bergantian,
umumnya arus AC ini merupakan arus yang biasanya digunakan dalam
kehidupan sehari – hari seperti alat-alat elektronika. Yang dipakai di dalam
rumah kita. Arus listrik ini dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang
bersama generator yang ada pada pembangkit listrik.
Daya listrik adalah energi yang dibawa oleh elektron yang bergerak tiap
satuan waktu. Dikarenkan adanya arus yang mengalir dalam rangkaian maka akan
ada konversi energy listrik menjadi energy bentuk lain contoh, arus mengalir
melalui filamen merubah energi listrik menjadi terang dan panas.
Daya listrik dapat didefenisikan sebagai ukuran (rate) pada saat energi listrik
dikonversi dan merupakan kuantitas yang penting dalam rangkaian-rangkaian
praktis. Daya merupakan ukuran disipasi energi dalam sebuah alat. Karena
tegangan dan arus dapat berubah sesuai fungsi dari waktu, kita segera
memperkirakan bahwa nilai sesaat dan nilai rata - rata dapat digunakan untuk
menggambarkand isipasi.
Konsumsi daya dalam arus AC lebih rumit karena tegangannya sinusoidal dan
arusnya berubah secara kontiniu dalam amplitudo, dan dapat keluar atau masuk
fase.
Ada beberapa sirkuit AC yang sekaligus memiliki komponen resitif dan juga
reaktif. Komponen resistif mendisipasi (membuang) energi pada rangkaian AC,
sama halnya dengan rangkaian DC. Ada kalanya komponen reaktif tidak
mendisipasi energi tetapi melepaskannya ke sumber daya dalam satu selang siklus
tegangan sebanyak energi yang diserap sebelumnya. Hasil yang terjaring adalah
energi total yang terdisipasi pada suatu rangkaian AC yang mengandung
komponen resistif dan samasekali tidak mengandung komponen reaktif. Watt (w)
adalah hukuran dasar dari daya listrik.
Keterangan :
P = Daya / energi listrik (Watt)
V = tegangan / beda potensial (Volt)
I = Arus (Ampere)
Susun rangkaian
Tutup saklar
Buka saklar
Buka saklar
Hasil percobaan 2
100 ohm
Secara Teori
v
I=
R
0
`1. I = =0A
50
3
2. I = = 0,06 A
50
6
3. I = = 0,12 A
50
9
4. I = = 0,8 A
50
12
5. I = = 0,24 A
50
v
R =
I
0
1. R = = 0 ohm
0
3
2. R = = 50 ohm
0,06
6
3. R = = 50 ohm
0,12
9
4. R = = 50 ohm
0,18
12
5. R = = 50 ohm
0,24
V = I .R
1. V = 0 .0 = 0 v
2. V = 0,06.50 = 3v
3. V = 0,12 . 50= 6 v
4. V = 0,18 . 50 = 9v
5. V = 0,24 . 50 =12v
Percobaan 2 I = 100Ω
nilai yang ditujukan pasa skala
I= x skala ampere
nilai maksimal pada skala
v
R =
I
0
1. R = = o ohm
0
3
2. R = = 54,54 ohm
0,055
6
3. R = = 70,98 ohm
0,085
9
4. R = = 81,81 ohm
0,11
12
5. R = = 85,11 ohm
0,14
V=IxR
1. V = 0 x 0 = 0v
2. V = 0,055x 54,54 = 2,9997v
3. V = 0,085 x 70,58 = 5,9993v
4. V = 0,11 x 81,81 = 8,9991v
5. V = 0,14 x 85,71 = 11,9994v
Secara Teori
R = 100 ohm
v
I=
R
0
1. I = =0A
100
3
2. I = = 0,03A
100
6
3. I = = 0,06 A
100
9
4. I = = 0,09A
100
12
5. I = = 0,12 A
100
v
R =
I
0
1. R = = 0A
100
3
2. R = = 0,03A
100
6
3. R = = 0,06
100
9
4. R = = 0,09A
100
12
5. R = = 0,12
100
V=IxR
1. V = 0 x 100 = 0v
2. V = 0,03 x 100 = 3v
3. V = 0,06 x 100 = 6v
4. v = 0,09x 100 = 9v
5. V = 0,12x 100 = 12
Gambar 7.1 Grafik Percobaan 1
7.7 Kesimpulan
1. Praktikan dapat memahami hubungan antara tegangan dan arus listrik
dalam penghantar.
2. Praktikan dapat menentukan hambatan suatu penghantar menggunakan
voltmeter dan amoneter.
3. Praktikan dapat mengidentifikasi hubungan jenis rangkaian dengan
tegangan atau arus yang mengalir.
4. Praktikum dapat membandingan nilai resistor seri dan paralel.
5. Praktikan dapat menentukan nilai tahan suatu resistor dengan membaca
menggunakan multimeter.