Anda di halaman 1dari 13

PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh


data tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data tersebut dikoordinasikan
dengan riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikososial
pasien. Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola
ambulasi, alat bantu yang digunakan (misal; kursi roda, tongkat, walker), dan nyeri (jika
ada nyei tetapkan lokasi, lama, dan faktor pencetus) kram atau kelemahan.
Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang
dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.

ANAMNESIS MUSKULOSKELETAL
1. Data subjektif
a. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, jenis transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien.
b. Riwayat perkembangan. Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan
pada neonatus, bayi prasekolah, remaja dan tua.
c. Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang
terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status
kesehatannya dapat dipengaruhi.
d. Riwayat penyakit keturunan. Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui
untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (misal; penyakit DM
yang merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia,
osteomielitis, dll)

e. Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena


kondisi ini dapat mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan prdisposisi
terjadinya instabilitas legamen khususnya pada punggung bagian bawah.
Kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi.
Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A, D, kalsium serta
protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi muskuloskeletal.
f. Aktivas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas
sehari-hari. Kebiasaan membewa benda-benda berat yang dapat menimbulkan
regangan otot dan trauma lainnya. Perlu dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat
ambulasi apakah nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda,
tongkat, walker)

g. Riwayat kesehatan masa lalu. Data tentang adanya efek langsung atau tidak
langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang
rawan, riwayat artritis, dan osteomielitis.

h. Riwayat kesehatan sekarang. Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada


riwayat trauma. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbul untuk pertama
kalinya atau berulang.

i. Nyeri. Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh


darah, sendi, fasia, atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang
menusuk atau berdenyut.Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan
sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan
fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi
aktivitas/gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah persendian.
Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi
tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan.
Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri
makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat
istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan obat tertentu.
1) Kekuatan sendi. Tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan,
lamanya kekuan tersebut, dan apakah selalu terjadi remisi kekakuan beberapa
kali sehari. Pada penyakit degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang
meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas).
2) Bengkak. tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga
disertai nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai sedera pada otot.
Penyakit degener
3) asi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi
muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri.
4) Deformitas dan imobilitas. Tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba
atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin
memburuk dengan aktivitas, apakah klien menggunakan alat bantu ( kruk,
tongkat, dll)
5) Perubahan sensori. Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian
tubuh tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan
nyeri. Penekanan pada saraf dan pembuluh darah akibat bengkaka, tumor atau
fraktur dapak menyebabkan menurunnya sensasi.

1. Data obyektif
a. Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot
b. Bandingakan dengan sisi lainnya.
c. Pengukuran kekuatan otot (0-5)
d. Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontra indikasi.
e. Kyposis, scoliosis, lordosis.

KELUHAN UTAMA DALAM SISTEM MUSKULOSKELETAL


Berbagai macam keluhan yang menyebabkan pasien datang bertemu dengan
pengkaji di klinik. Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien dengan gangguan
muskoloskeletal adalah sebagai berikut :

1. Nyeri

Nyeri merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada gangguan muskoloskeletal
sehingga perlu diketahui secara lengkap tentang sifat-sifat dari nyeri. Kebanyakan
pasien dengan penyakit atau kondisi traumatic, baik yang terjadi pada otot, tulang, dan
sendi biasanya mengalami nyeri. Nyeri tulang dapat dijelaskan secara khas sebagai
nyeri dalam dan tumpul yang bersifat menusuk, sementara nyeri otot dijelaskan sebagai
adanya rasa pegal. Nyeri fraktur tajam dan menusuk dan dapat dihilangkan dengan
imobilisasi. Nyeri tajam juga bisa ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot
atau penekanan pada saraf sensoris.

Kebanyakan nyeri muskoloskeletal dapat dikurangi dengan istirahat. Nyeri yang


bertambah karena aktivitas menunjukan memar sendi atau otot. Sementara nyeri pada
satu titik yang terus bertambah merupakan proses infeksi (Osteomielitis), tumor ganas,
atau komplikasi vascular. Nyeri menyebar terdapat pada keadaan yang mengakibatkan
tekanan pada serabut saraf.

Rasa nyeri berbeda dari satu individu ke individu yang lain berdasarkan atas ambang
nyeri dan toleransi nyeri masing-masing pasien. Pada setiap orang pengajian Maupun
penanganannya harus dibedakan pula untuk masing-masing pasien. Agar lebih
komprehensifnya pengkajian nyeri, ada suatu pendekatan yan memudahkan peserta
didik untuk melakukan pengkajian, yaitu pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST.

2. Deformitas

Deformitas atau kelainan bentuk merupakan suatu keluhan yang menyebabkan pasien
meminta pertolongan layanan kesehatan. Pengkaji perlu menanyakan berapa lama
keluhan dirasakan, kemana pasien pernah meminta pertolongan sebelum ke rumah
sakit, apakah pernah ke dukun urut atau patah tulang karena ada beberapa kasus
deformitas setelah pasien meminta pertolongan pada dukun patah, atau apakah tanpa
ada tindakan apa-apa setelah mengalami suatu trauma. Perlu diarahkan pada pasien
apakah keadaan/masalah kelainan bentuk pada dirinya menyebabkan perubahan pada
citra diri pasien.

3. Kekakuan/instabilitas pada sendi.

Kekakuan atau ketidakstabilan pada sendi merupakan suatu keluhan yang dirasakan
pasien mengganggu aktivitas pasien sehari-hari dan menyebabkan pasien meminta
pertolongan layanan kesehatan. Pengkaji perlu menanyakan berapa lama keluhan
dirasakan serta sejauh mana keluhan menyebabkan gangguan pada aktivitas pasien.
Kelainan ini bisa bersifat umum misalnya pada atritis rematoid, ankilosing spondilitis,
atau bersifat local pada sendi-sendi tertentu. Locking merupakan suatu kekakuan sendi
oleh tulang rawan atau meniscus. Perlu diketahui apakah kelainan yang ada
menyebabkan ketidakstabilan sendi dan ditelusuri pula penyebabnya apakah karena
kelemahan otot atau kelemahan/robekan ada ligament dan selaput sendi.

4. Pembengkakan/benjolan.

Keluhan karena adanya pembengkakan pada ekstremitas merupakan suatu tanda adanya
bekas trauma yang terjadi pada pasien. Pembengkakan dapat terjadi pada jaringan
lunak, sendi atau tulang. Hal yang perlu ditanyakan adalah lokasi spesifik
pembengkakan, sudah berapa lama proses terjadinya trauma, apakah sudah meminta
tolong untuk mengatasi keluhan, dan apakah yang terjadi secara perlahan-lahan,
misalnya pada hematoma progresif dalam beberapa waktu. Pembengkakan juga bisa
disebabkan oleh infeksi, tumor jinak atau ganas.

5. Kelemahan otot.

Keluhan adanya kelemahan otot biasanya dapat bersifat umum misalnya pada penyakit
distrofi muscular atau bersifat local karena gangguan neurologis pada otot, misalnya
pada lobus Hansen, adanya perineal paralisis, atau pada penyakit poliomyelitis.

6. Gangguan atau hilangnya fungsi.

Keluhan gangguan dan hilangnya fungsi dari organ muskoloskeletal ini merupakan
gejala yang sering menjadi keluhan utama pada masalah gangguan system
muskoloskeletal. Gangguan atau hilangnya fungsi pada sendi dan anggota gerak dapat
disebabkan oleh berbagai hal, seperti gangguan fungsi karena nyeri yang terjadi setelah
trauma, adanya kekakuan sendi, atau kelemahan otot. Anamnesis yang dilakukan
pengkaji untuk menggali keluhan utama dari pasien adalah berapa lama keluhan
muncul, lokasi, atau organ yang mengalami gangguan atau hilangnya fungsi dan apakah
ada keluhan lain yang menyertai.

7. Gangguan sensibilitas.

Keluhan adanya gangguan sensibilitas terjadi apabila melibatkan kerusakan saraf pada
upper/lower motor neuron, baik bersifat local maupun menyeluruh. Gangguan
sensibilitas dapat pula terjadi apabila terdapat trauma atau penekanan pada saraf.
Gangguan sensoris sering berhubungan dengan masalah muskoloskeletal. Pasien
mungkin menyatakan mengalami parestesia (perasaan terbakar atau kesemutan) dan
kebas. Perasaan tersebut mungkin akibat penekanan pada serabut saraf ataupun
gangguan peredaran darah.

Pembengkakan jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur tersebut dapat
mengganggu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat gangguan struktur saraf
dan peredaran darah yang terletak sepanjang system muskoloskeletal. Status
neurovascular didaerah musculoskeletal yang terkena harus dikaji untuk memperoleh
informasi untuk perencanaan intervensi. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah
pasien mengalami perasaan yang tak normal atau kebas; apakah gangguan ini
bertambah berat atau malah makin berkurang setelah permulaan keluhan mucul sampai
pada saat wawancara; apakah ada keluhan lain yang pasien rasakan seperti mengalami
nyeri dan bengkak (edema); apakah ada perubahan warna kulit bagian distal dari daerah
yang terkena seperti pucat dan sianosis.

PEMERIKSAAN FISIK MUSKULOSKELETAL


Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan.
Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi
dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh, fungsi sendi, kekuatan otot,
cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
1. Pengkajian Skeletal Tubuh
Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan
tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.Pemendekan ekstremitas,
amputasi dan bagian tubuh yang tidan sejajar dalam kondisi anatomis harus dicatat.
Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
menunjukkan patahan tulang. Biasanya terjadi krepitus (suara berderik ) pada titik
gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang harus diminimalkan untuk mencegah
cedera lebih lanjut. pengkajian tulang di antaranya amato kenormalan susunan tulang
dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri
tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
2. Pengkajian Tulang Belakang
Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada
sepanjang leher dan pinggang.
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi meliputi : scoliosis (deviasi kurvatura
lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral tulang belakang bagian
dada), lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang yang
berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat
kerusakan otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada
penderita kehamilan karena menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat
gaya beratnya. 
Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang belakang dan
kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan cara
berdiri di belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka.
Lipatan bokong normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul serta kelurusan tulang
belakang diperiksa dengan pasien berdiri tegak,  dan membungkuk ke depan (fleksi).
Skoliosis ditandai dengan  abnormal kurvatura lateral tulang belakang, bahu yang tidak
sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetri dan scapula yang yang menonjol, akan
lebih jelas dengan uji membungkuk kedepan. Lansia akan mengalami kehilangan tinggi
badan karena hilangnya tulang rawan dan tulang belakang.
3. Pengkajian Persendian
Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas dan
benjolan.Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi
dan pasif dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan normal sendi-sendi
besar menurut American Academy of Orthopedic Surgeons diukur dengan goniometer
(busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu
sendi di ekstensi maksimal namun terdapat sisa fleksi, dikatakan bahwa luas gerakan
terbatas.Yang disebabkan karena deformitas skeletal, patologi sendi atau kontraktur
otot dan tendo disekitarnya.
Pada lansia penurunan keterbatasan gerakan yang disebabkan patologi degeneratif sendi
dapat berakibat menurunnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.Inspeksi
persendian dan bandingkan secara bilateral.Harusnya didapat kesimetrisan tanpa
kemerahan, pembengkakan, pembesaran / deformitas.Palpasi sendi dan tulang untuk
mengetahui edema dan tenderness.Palpasi sendi selama gerakan untuk mengetahui
adanya krepitasi. Sendi harusnya terasa lembut  saat bergerak dan tidak ada nodul.
Deformitas sendi disebabakan oleh kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi),
subluksasi (lepasnya sebagian  permukaan sendi atau distrupsi struktur sekitar sendi,
dislokasi (lepasnya permukaan sendi). Kelemahan atau putusnya struktur penyangga
sendi dapat menakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi normal, sehinga
memerlukan alat penyokong eksternal ( misalnya brace). 
Jika sendi terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi),
pembengkakan, dan peningkatan suhu, yang mencerminkan inflamasi aktif. Kita dapat
mencurigai adanya effuse jika sendi mebengkak,ukurannya dan tonjolan tulangnya
samar. Tempat tersering terjadi efusi adalah lutut. Bila hanya ada sedikit cairan pada
rongga sendi di bawah tempurung lutut dapat diketahui dengan maneuver : aspek lateral
dan medial lutut dalam dalam keadaan ekstensi dapat diurut dengan kuat kearah bawah.
Gerakan tersebut akan menggerakkan cairan kearah bawah. Begitu ada tekanan dari sisi
lateral dan medial pemeriksa akan melihat benjolan disisi lain dibawah tempurung
lutut.
4. Pengkajian Sistem Otot
Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan otot
dan koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot.Kelemahan otot
menunjukkan polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia grafis,
poliomyelitis, distrofi otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas relaks digerakkan
secara pasif akan terasa tonus otot. Mengkaji kekuatan otot dilakukan dengan palpasi
otot dan ekstremitas yang digerakkan secara pasif dan rasakan tonus otot.

 Kaji kekuatan otot


Catatan : Evaluasi kekuatan kelompok otot dari kepala ke kaki dimasukkan dalam
pengkajian rentang gerak. Teknik – teknik untuk tes skrining kekuatan otot adalah
sebagai berikut :
1) Teknik uskulatur okuler
2) Teknik muskulatur wajah
3) Teknik muskulatur leher
4) Teknik muskulatur bahu
5) Teknik muskulatur deltoid
6) Teknik bisepsi
7) Teknik triseps
8) Teknik muskulatur pergerakan tangan dan jari
9) Teknik muskulatur panggul, telentang
10) Teknik quadriseps, duduk
11) Teknik urat-urat lutut, duduk
12) Teknik muskulatur pergelangan dan telapak kaki

Penilaian Kekuatan Otot

NO Tingkat fungsional Skala lovet DERAJAT %


1 Tidak ada bukti kontraktiliitas Nol 0 0%
2 Bukti sedikit kontaktilitas Kecil 1 10 %
Rentang gerak lengkap dengan
3 Buruk 2 25 %
pembatasan gravitasi
Rentang gerak lengkap dengan
4 Sedang 3 50 %
garavitasi
5 Rentang gerak lengkap terhadap Baik 4 75 %
gravitasi dengan beberapa tahanan
Rentang gerak lengkap terhadap
6 normal 5 100 %
gravitasi dengan tahanan penuh

a. Kepala & Leher


 Inspeksi & Palpasi adanya luka, bengkak, asimetris
a. Mandibular
 Sendi Temporomandibular kaku / kejang
 R.O.M buka mulut (normal 2-5 cm )
 Kekuatan otot dengan tahanan mandibular
a. Leher
 Simetris, benjolan, kaku, nodul
 R.O.M:
 Fleksi – fleksi lateral
 Ekstensi-hiperekstensi
 Rotasi
 Kekuatan otot tahan tiap gerakan 2X
a. Bahu
 Bandingkan kanan-kiri dari simetris, atrofi, deformitas
 Adakah nyeri tekan pada sendi sternoklavikuler dan sendi
akromioklavikuler.
a. Klavikula
 Simetris Tonjolan tuberositas Humerus
 Lekukan otot Humerus salah letak
a. Skapula
 Tinggi sama ?
 Jarak dengan spinal columna sama ?
 Palpasi dengan jari untuk melihat batas tulang, krepitasi ?kelembutan
otot ? Simetri ?
a. Siku
 Fleksi dan ekstensi kedua siku ( bandingkan kanan-kiri )
 Ekstensi, periksa sendi dari kemerahan dan pembengkakan, perubahan
bentuk sendi & otot
 Palpasi siku adanya cairan, pembesaran kelenjar Supra Condylar , nodulus
rematoid.
 R.O.M fleksi ( normal 150 derajat )
 Ekstensi ( normal 5-15 derajat )
 Supinasi& pronasi
a. Pergelangan Tangan
 Simetris, bentuk.
 Lakukan fleksi tahan selam 1 menit, bila timbul rasa kebas / kesemutan /
paraesthesia permukaan tangan terutama 3 jari pertama dan separoh dari jari ke 4
(tanda Phalen) merupakan tanda
a. Punggung & Dada
 Inspeksi bentuk Spinal Columna dari belakang dan samping ( Skoliosis,
Lordosis)
 Membungkuk sejauh mungkin untuk melihat otot samping kanan-kiri
Spina ( normal :sama )
a. Pinggul
 Thomas test ( peluk lutut kiri ke dada )
 Bila panggul kanan fleksi kemungkinan adanya kelainan fleksi panggul
 Bila sakit kemungkinan adanyafraktur ?
 Angkat tungkai bawah sampai terasa sakit kemudian dorsofleksi telapak
kaki (normal 50 derajat, tidak ada nyeri)
a. Paha
 Simetris dan bentuk
 Lingkar paha bandingkan secara bilateral ( normal kaki dominant > 1cm )
a. Lutut
 Inspeksi posisi dan bentuk
 Periksa kekakuan, pembengkakan, pembesaran tulang sekitar sendi lutut
 R.O.M ekstensi ( normal 10 derajat ) fleksi ( normal 135 derajat )
 Periksa kekuatan otot dengan tekan lutut, klien berusaha untuk
mengangkat
a. Pergelangan & Telapak Kaki
 Inspeksi terhadap edema, kemerahan, kelainan bentuk
 Inversi 35 derajat, eversi 15 derajat
 Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi jari-jari
 Bila perlu meloncat dengan satu kaki ( bila sukses fungsi motorik kaki dan
cerebellum serta position sense baik )
a. Postur Tubuh & Gaya Berjalan
 Klien jalan 20 langkah bolak-balik
 Amati postur, cara menelapakan kaki, keseimbangan ( jalan lurus satu
garis ), ayunan lengan, irama langkah, jarak langkah ( n=37,5 cm )
 Bila berputar muka & kepala berputar terlebih dahulu dari bagian lain

1. Inspeksi dan palpasi


a. Inspeksi
1) Kesemetrisan seluruh tubuh
 Simetris pada bagian – bagian tubuh, sedikit asimetris mungkin
bukan patologis yang berarti.
1) Kesejajaran ekstremitas
 Ekstremitas sejajar dengan kontur, simetris dan sudut yang sama
secara bilateral, ekstremitas tampak panjang karena ukuran batang tubuh
telah membatasi.
1) Adanya deformitas nyata dan postur
 Penampilan menyeluruh adalah salah satu dari fleksi umum, kepala
dan leher mengarah kedepan, kifosis dorsalis, fleksi pada siku, pergerakan
lengan tangan, pinggul dan lutut berdiri pada dasar lebar.
 Penympangan sangat asimetri atau deformitas: deformitas varus (
bowleg ), deformitas valgus ( knock-knees ), lordosis dan skoliosis.
1) Otot – otot mengenai hipertrofi nyata atau atrofi
 Kerusakan dapat ditemukan dekat sendi yang terbatas geraknya,
saluran di dasar interkapal, penampilan ekstremitas keseluruhan adalah
lonjong dengan sisi datar pada posisi inferior dan posterior bila ekstremitas
pada posisi horizontal asimetris 1cm atau kurang. Penyimpangan :
hipertrofi atau atrofi nyata.

a. Palpasi
1) Palpasi tulang, sendi, dan otot mengenai pembengkaan, nyeri tekan,
perubahan suhu lokal dan krepitasi.
2) Normal : tidak ada pembengkaan dan nyeri tekan tergantung riwayat.
Suhu secara umum sama keseluruhan tidak ada krepitasi.
3) Penyimpangan : sangat menonjol, bengkak, atau nyeri takan.
4) Catatan : Bila bengkak fluktuan, ini karena cairan, bila padat ini karena
penebalan atau pembesaran.

Anda mungkin juga menyukai