Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Interprofessional Education (IPE)


2.1.1 Pengertian Interprofessional Education (IPE)
Interprofesional Educatio (IPE) adalah bahwa para siswa/mahasiswa dari berbagai
profesi kesehatan berlatih sampai tingkat penuh dalam pendidikan dan pelatihan mereka dan
dalam prosesnya, mengeksplorasi batasan dari praktik mereka. Pada saat yang sama, mereka
belajar bagaimana memiliki hubungan interprofessional yang efektif melalui berbagi
keterampilan dan pengetahuan kolaboratif. Unsur praktik kolaboratif meliputi tanggung jawab,
akuntabilitas, koordinasi, komunikasi, kerjasama, ketegasan, otonomi, saling percaya, dan rasa
hormat (Sullivan, 2015).
Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 2006) menyebutkan,
IPE terjadi ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi
kesehatan lain, dan mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan
kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan. IPE adalah suatu pelaksanaan
pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan
kolaborasi dan kualitas pelayanan dan pelakasanaanya dapat dilakukan dalam semua
pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga
kesehatan yang profesional (Lorente, 2006). IPE adalah metode pembelajaran yang interaktif,
berbasis kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan suasana belajar berkolaborasi untuk
mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan pemahaman mengenai
interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi sebagai proses
profesionalisasi (Pittilo,1998).
WHO mengartikan IPE sebagai suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan
sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi
dan melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu, adanya interaksi sebagai tujuan
utama dalam IPE untuk berkolaborasi dengan jenis pelayanan meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Latar belakang dibentuknya sistem pembelajaran IPE adalah sistem
kesehatan di negara-negara di dunia yang sangat terfragmentasi pada akhirnya tidak mampu
menyelesaikan permasalahan kesehatan yang menyangkut banyak aspek dalam kehidupan.
Kontribusi berbagai disiplin ilmu diharapkan memberikan dampak positif dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan kesehatan.
Berdasarkan beberapa pengertian IPE yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa
IPE adalah suatu metode pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa bagi mahasiswa-
mahasiswa yang berasal dari jurusan ilmu kesehatan yang berbeda-beda untuk mereka dapat
belajar bersama, berkomunikasi dan bekerja sama, yang tujuan akhirnya agar di dunia kerja
dapat berkolaborasi dengan jenis pelayanan meliputi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.
2.1.2 Tujuan IPE
Menurut (Hammick et al, 2007) Hasil yang diharapkan dari IPE dapat diklasifikasikan
antara lain reaksi, modifikasi sikap dan persepsi, kemahiran pengetahuan dan keterampilan,
perubahan perilaku, perubahan dalam praktik organisasi, serta manfaat untuk pasien dan klien.
Tujuan lain dari pelaksanaan IPE sendiri yaitu untuk meningkatkan pemahaman tentang
interdisipliner dan rasa kerjasama, untuk membina kejasama yang kompeten, untuk membuat
penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien, dan untuk meningkatkan kualitas pengobatan
pasien yang komprehensif (Cooper, 2001).
Menurut WHO (2010), hasil dari pelaksanaan IPE dapat dikelompokkan menurut
domain, antara lain (1) kerja tim: mampu menjadi seorang pemimpin dan mengetahui hambatan
dalam kerja tim; (2) peran dan tanggungjawab: mampu memahami area kompetensi masing-
masing profesi dan melakukannya dengan penuh tanggung jawab; (3) komunikasi: mampu
mengungkapkan pendapat dan mampu menjadi pendengar yang baik terhadap anggota tim
yang lain; (4) pembelajaran dan refleksi yang kritis: menggambarkan adanya hubungan yang
kritis dalam tim, mentransfer Interprofessional learning ke dalam lingkungan kerja; (5)
hubungan dengan dan mengenali kebutuhan pasien: mampu bekerjasama dalam kepentingan
pasien sebagai mitra dalam manajemen perawatan; (6) etika praktik: memahami pandangan
dari stereotype dari diri sendiri dan profesi lain, mengakui bahwa pandangan yang dimiliki oleh
setiap petugas kesehatan itu sama pentingnya dan berlaku.
2.1.3 Pendekatan InterprofessionalEducation (IPE)
Pendekatan belajar mengajar yang sudah ada disesuaikan dan dikembangkan sebagai
metode belajar baru sebagai penarik perhatian belajar peserta didik dan inovasi baru dari
pengajar. Tidak satu pun metode yang menjadi pilihan utama, metode pengalaman mengajar
dari pengajar dapat berubah sewaktuwaktu tergantung pada kebutuhan belajar peserta didik
dan bagaimana cara pengajar untuk menjaga perhatian peserta didik terhadap pelajaran.
Metode-metode balajar yang ada dapat saling memperkuat, tidak berdiri sendiri. Pendekatan
belajar mengajar yang dapat diterapkan dalam IPE yaitu exchange-based learning,
actionbased learning, practice-based learning, simulation-based learning, observationbased
learning, dan e-based learning.
2.1.4 Metode Pelaksanaan IPE
Praktik pembelajaran IPE dilaksanakan dengan menerapkan beberapa metode yang
sudah ada atau telah diterapkan di Negara lain, dimulai dengan diberikannya suatu masalah
kepada mahasiswa yang akan melakukan IPE yaitu dihadapkan langsung dengan pasien dengan
kasus tertentu kemudian mahasiswa melakukan peran masing-masing untuk penanganan
pasien, kemudian dilakukan diskusi dalam kelompok atau disebut dengan tutorial untuk
membahas manajemen penanganan kasus pada pasien, sehingga mahasiswa didorong untuk
menjelaskan sesuai dengan disiplin ilmu mereka dan diharapkan hasilnya dapat memberikan
tindakan yang sesuai pada pasien (Modul Kegiatan IPE).
Penelitian yang dilakukan oleh Mitchell (2010) menyatakan tentang pengaruh model
pembelajaran tutorial yang melibatkan mahasiswa keperawatan dan kedokteran terhadap
peningkatan hasil pendidikan interprofessional. Hasilnya pembelajaran dengan tutorial efektif
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interprofessional. Dengan adanya komunikasi
yang baik juga dapat meningkatkan kerjasama interprofessional.
2.1.5 Hambatan dalam IPE
Saat ini praktik pembelajaran IPE telah diterapkan selama beberapa dekade, banyak
ditemukannya hambatan yang telah diidentifikasi. Hambatan dalam IPE ini terdapat pada
pengorganisasian, pelaksanaan, komunikasi, budaya ataupun sikap. Oleh karenanya sangat
penting diperlukan tindakan dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut sebagai persiapan
mahasiswa dan praktisi profesi kesehatan yang lebih baik demi berjalannya praktek kolaborasi
yang efektif hingga dapat merubah sistem pelayanan kesehatan (ACCP, 2009). Hambatan-
hambatan yang mungkin mucul adalah penanggalan akademik, peraturan akademik, truktur
penghargaan akademik, lahan praktek klinik, masalah komunikasi, bagian kedisiplinan, bagian
professional, evaluasi, pengembangan pengajar, sumber keuangan, jarak geografis, kekurangan
pengajar interdisipliner, kepemimpinan dan dukungan administrasi, tingkat persiapan peserta
didik, logistik, kekuatan pengaturan, promosi, perhatian dan penghargaan, resistensi perubahan,
beasiswa, system penggajian, dan komitmen terhadap waktu (ACCP, 2009).
Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dapat
dilakukan dengan penyesuaian jadwal antar profesi yang bersangkutan, adanya sikap disiplin
dan saling memahami untuk terciptanya komunikasi dan kedisiplinan yang baik, menyiapkan
bahan diskusi di hari sebelumnya, financial yang cukup untuk pengadaan fasilitas pendukung
dalam IPE.
2.1.6 Elemen Pendukung IPE
Sebuah studi di Amerika Selatan mengidentifikasi beberapa elemen kunci yang dapat
mendukung pelaksanaan IPE berdasarkan pengalaman tim peneliti dalam pelaksanaan IPE dari
serta literatur yang diterbitkan untuk merencanakan, mengembangkan dan menerapkan
pengalaman IPE ini. Elemen pendukung tersebut antara lain :
a. Dosen

Persiapan dosen yang baik merupakan salah satu pokok penting untuk keberhasilan suatu
inisiasi dari model pembelajaran IPE. Persiapan yang diperlukan antara lain pengetahuan serta
pengalaman dosen mengenai IPE. Beberapa peran dosen dalam pembelajaran IPE yang sudah
teridentifikasi antara lain membantu mahasiswa untuk dapat mendalami situasi kasus yang
dihadapi dan menarik elemen-elemen yang relevan, melakukan diskusi interaktif, menstimulasi
antusiasme serta motivasi belajar mahasiswa. Dosen diharapkan juga berperan dalam
memberikan dukungan moral kepada mahasiswa dengan membantu mengatasi perasaan-
perasaan negatif mahasiswa terhadap role-play yang akan mereka laksanakan, memperkirakan
adanya perasaan tidak nyaman dari mahasiswa akan pelaksanaan peran dengan anggota tim
dari latar belakang yang berbeda, menumbuhkan kepercayaan serta membangun kredibilitas.
Ketika dosen dari berbagai profesi bekerja sama sebagai satu tim dalam diskusi dengan
mahasiswa, dosen dapat mengemukakan perbedaan perspektif dari keprofesiannya untuk
memperkaya proses IPE dan menghubungkan berbagai pengalaman profesi yang berbeda-beda.

b. Mahasiswa
Sulit untuk memilih pelatihan yang relevan bagi siswa dari profesi kesehatan yang berbeda;
kebanyakan studi membatasi kompleksitas dengan hanya menyertakan tidak lebih dari 4
kelompok profesi.
c. Klien
Klien yang diperhadapkan dengan mahasiswa sebaiknya benar-benar sesuai dengan
gambaran pasien pada lingkungan fasilitas layanan kesehatan. Agar dapat menjadi klien yang
dapat menunjang kinerja dari kelompok mahasiswa, diperlukan klien dengan emosi yang nyata
serta mengekspresikan kebutuhan, harapan dan ketakutan selayaknya pasien.
d. Konten
Keterampilan berbasis tim seperti komunikasi dan kepemimpinan penting dalam keberhasilan
IPE, dan pelatihan dalam keterampilan non-teknis ini menjadi prioritas tinggi. Diperlukan sebuah
sistem pembelajaran yang membutuhkan kerjasama tim dan komunikasi dalam memecahkan
masalah klien.
e. Peralatan dan Fasilitas Belajar
Sumber daya yang memadai untuk mempermudah mahasiswa praktik di lapangan juga
sangat memperngaruhi efektivitas pelaksanaan IPE
f. Tempat pelaksanaan
Mahasiswa memperoleh pengalaman yang positif apabila dapat melakukan praktik yang
sesuai dengan kebutuhan klien pada lingkungan yang mendukung.
g. Pengembangan fakultas
Pengembangan staf untuk memungkinkan fasilitasi yang kompeten dari IPE adalah kunci
utama pada efektivitas IPE.
h. Logistik
Perbedaan kurikulum dan jadwal dari masing-masing program studi sangat membatasi
waktu mahasiswa dari berbagai profesi untuk dapat belajar Bersama-sama. Di luar penjadwalan,
pelaksanaan IPE juga dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti kertersediaan ruang dan
kurangnya dukungan manajemen.
i. Strategi pembelajaran
Implementasi IPE mencakup konteks yang bermakna dan relevan, pengalaman belajar,
pembekalan dan refleksi. Siswa harus didorong untuk aktif mengambil bagian dan kemudian
meninjau dan merefleksikan kinerja mereka dalam rangka untuk mengidentifikasi kebutuhan
pembelajaran pribadi dan profesional mereka untuk mencapai kompetensi.
j. Evaluasi
Penilaian yang memadai untuk hasil pembelajaran IPE, terutama yang menyangkut kerja
sama tim dan keterampilan praktek kolaboratif, merupakan tantangan besar bagi para pendidik.
2.2 Interprofessional Colaboration (IPC)
2.2.1 Pengertian Interprofessional Colaboration (IPC)
Inter Professional Calaboration (IPC) merupakan komponen penting di dunia kesehatan.
Permasalahan pasien yang kompleks (Goldman, 2016), meningkatnya tuntutan hukum dan
melibatkan multi profesi dapat menimbulkan fregmentasi pelayanan yang berimplikasi pada
patient safety (Hinde et al, 2016; Mccomb et al, 2015).
Interprofessional Collaboration(IPC) adalah proses dalam mengembangkan dan
mempertahankan hubungan kerja yang efektif antara pelajar, praktisi, pasien/ klien/ keluarga
serta masyarakat untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan (D'Amour, 2005).
Sedangkan menurut WHO (2014), Inter professional calaboration adalah kerjasama
antara profesi kesehatan dengan latar pendidikan berbeda menjadi satu tim, berkolaborasi
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif.
2.2.2 Prinsip IPC
a. Berpusat pada pasien dan keluarga
b. Berorientasi pada komunitas dan populasi
c. Berfokus pada hubungan
d. Berorientasi pada proses tetapi didorong pada hasil
e. Terintegrasi di seluruh rangkaian pembelajaran
f. Berlaku lintas profesi
g. Sensitif terhadap konteks
h. sistem
2.2.3 Manfaat IPC
a. Meningkatakan komunikasi
b. Peningkatan efisiensi
c. Meningkatkan semangat kerja karyawan
d. Menumbuhkan kreativitas
e. Pemecahan masalah yang lebih baik
f. Jaringan
g. Hasil klinis yang lebih baik, efektivitas biaya,keamanan
h. Memperkuat identitas professional
2.3 Jurnal Penerapan Interprpfessional Education (IPE) dan Interprofessional Colaboration (IPC)
2.3.1 Jurnal Contoh Penerapan Interprofessional Education (IPE)
Judul : INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN KESEHATAN
SEBAGAI STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN MATERNITAS
Oleh : Endah Sulistyowati
Hasil dan Pembahasan : Pencarian literatur melalui data base elektronik menghasilkan 86 artikel
yang berpotensi untuk direview. Setelah mengidentifikasi abstrak dari 86 artikel, terpilihlah 17
artikel. Identifikasi selanjutnya dilakukan dengan lebih detail untuk menentukan artikel yang
relevan dan memenuhi kriteria inklusi dalam literature review ini.
1. Penerapan IPE dalam kurikulum pendidikan kesehatan
IPE yang juga dikenal dengan istilah interprofessional learning, merupakan suatu konsep
Pendidikan yang direkomendasikan oleh World Health Organisation (WHO) sebagai Pendidikan
terintegrasi untuk membangun kolaborasi antara tenaga kesehatan (WHO, 2010).
IPE terjadi ketika mahasiswa dari dua tau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar
dari profesi kesehatan lain, dan belajar tentang peran masing-masing profesi kesehatan untuk
meningkatkan keterampilan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan (Parsell and Bligh,
2011). Menurut Speakman (2015), IPE bertujuan menghasilkan tenaga kesehatan yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mendukung praktik kolaborasi antarprofesi
kesehatan.
Implementasi IPE dalam kurikulum Pendidikan kesehatan memiliki tiga fokus. Pertama,
peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mahasiswa dalam praktik kolaborasi antar
profesi kesehatan. Kedua, berfokus pada pembelajaran tentang bagaimana menciptakan
kolaborasi yang efektif dalam sebuah tim. Ketiga, menciptakan kerjasama yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien (Lapkin, S,et al., 2013).
Berdasarkan penelitian Lapkin, et al. (2013), penerapan IPE harus dimulai pada tahap awal
akademik mahasiswa, sebelum mereka menjadi seorang professional kesehatan. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian Thibault (2013), bahwa IPE harus dilaksanakan baik pada
tahap akademik maupun praktik klinik dengan tujuan menghubungkan antara teori yang
didapatkan mahasiswa selama pembelajaran di kampus dan praktik yang dijalani di lapangan, ini
terbukti memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa.
Pendekatan IPE memfasilitasi mahasiswa untuk belajar dari dan tentang disiplin kesehatan
yang lain sehingga akan meningkatkan keterampilan mahasiswa dan menciptakan kerjasama
yang lebih baik dalam sebuah lingkungan kerja yang terintegrasi (Lapkin, S, et al., 2013). Namun
sangat disayangkan pelaksanaan IPE di institusi-institusi Pendidikan kesehatan sekarang masih
belum konsisten. Untuk itu, penting kiranya membuat komitmen untuk menerapkan
pembelajaran interprofesi di institusi Pendidikan kesehatan dan mengintegrasikan IPE ke dalam
kurikulum Pendidikan kesehatan untuk memastikan keberlanjutan IPE.
2. Efektifitas IPE dalam peningkatan kualitas pelayanan maternitas.
Telah banyak hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif pelaksanaan IPE dalam
pendidikan kesehatan. Keuntungan yang didapat tidak hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi
juga dalam hal pelayanan kesehatan (Zwareinstein, 2009).
Dalam hal akademik, IPE membantu mahasiswa dalam peningkatan pengetahuan dan
keterampilan yang spesifik, seperti pemecahan masalah dalam tim, konseling kesehatan, dan
keterampilan klinik. Hal ini berpotensi untuk meningkatkan pemahaman, kepercayaan, dan
saling menghargai antara profesi kesehatan, sehingga memungkinkan mahasiswa untuk
mencapai kompetensi kolaboratif (Hall and Zierler, 2015).
Keuntungan penerapan IPE dalam pelayanan kesehatan didapat dari tercapainya kolaborasi
yang lebih baik antara praktisi kesehatan (Margaret, H, et al., 2011). Pelayanan pasien harus
dilihat sebagai suatu proses terintegrasi. IPE merupakan salah satu cara untuk mengintegrasikan
keahlian tenaga kesehatan dari berbagai bidang dengan mendorong para professional
kesehatan untuk berbagi pengetahuan dan bekerja dalam tim (Romijn, A, et al., 2017). Dengan
adanya kolaborasi antar profesi kesehatan, dapat mengurangi overlapping pekerjaan,
mempercepat pemberian layanan, dan menyediakan informasi yang lebih komprehensif bagi
pasien (Shamian, J, 2014).
Bekerja secara kolektif dalam sebuah tim yang terdiri dari berbagai profesi kesehatan
memungkinkan untuk berbagi beban kerja dan mengurangi pembatas antar profesi (Hunter, B
and Segrott, J, 2014). Efek positif yang lain dari penerapan kolaborasi antarprofesi kesehatan
yaitu memudahkan tenaga kesehatan untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih
luas sehingga mereka dapat menyelesaikan berbagai macam tugas. Hal ini akan menciptakan
suasana kerja yang lebih efektif dan mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada (Romijn,
A, et al., 2017).
Beberapa penelitian telah membuktikan dampak positif dari penerapan kolaborasi antar
profesi kesehatan dalam pelayanan maternitas. Salah satunya, adalah penelitian yang dilakukan
oleh Margaret, H, et al. (2011) mendeskripsikan keberhasilan rumah sakit di San Fransisco,
California dalam memberikan pelayanan yang prima kepada ibu dan bayi yang dicapai dengan
adanya kolaborasi yang baik antara dokter obgyn dan bidan selama lebih dari 30 tahun.
Kolaborasi yang bertahan lama antara bidan dan dokter obsgyn ini ditopang dengan persamaan
nilai, tujuan, dan komitmen untuk memberikan pelayanan yang unggul bagi pasien dan juga
melakukan kaderisasi dengan melatih generasi bidan dan dokter selanjutnya dengan pola yang
sama. Selain itu, keberhasilan juga dikaitkan dengan adanya rasa saling menghargai perbedaan
antar profesi dan memanfaatkan keahlian masing-masing profesi secara maksimal.

Kesimpulan : Efektivitas IPE dalam menciptakan tenaga kesehatan yang professional, mampu
bekerjasama dan berkolaborasi dengan profesi kesehatan yang lain, menghargai dan memahami
profesi kesehatan lain, telah dibuktikan dari banyaknya penelitian terkait. Dalam pelayanan
maternitas, kemampuan kolaborasi dan bekerjasama antara bidan dan dokter spesialis
kandungan sangat dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan yang berkualitas sehingga
menghasilkan outcome yang bagus bagi ibu dan bayi. Untuk itu, penerapan IPE dalam
pendidikan kesehatan di Indonesia sangat direkomendasikan dalam rangka mewujudkan
palayanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan maternitas yang lebih berkualitas.

2.3.2 Jurnal Contoh Penerapan Interprofessional Colaboration (IPC)


Judul : PENERAPAN INTERPROFESIONAL COLABORATION UNTUK MENINGKATKAN
KESELAMATAN PASIEN
Oleh : Rina Mardiani / 181101005
Latar Belakang : dalam meningkatkan angka keselamatan pasien di rumah sakit, Pelayanan
kesehatan yang diberikan di rumah sakit dilakukan oleh berbagai profesi tenaga kesehatan.
Sehingga dibentuklah Kolaborasi Interprofesi atau Interprofessional Collaboration (IPC).
Tujuan : Tujuan dari kajian ini yaitu untuk menjelaskan penerapan interprofesional
collaboration di rumah sakit dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Metode :
Pada pengkajian ini digunakan metode kualitatif, yang dimana metode ini lebih cenderung
menonjolkan bersifat subjektif dimana proses penelitian ini lebih memperlihatkan dan
cenderung lebih focus pada landasan teori yang dikutip dari leterature review serta memberikan
penjelasan .
Hasil : yaitu penerapan interprofesional collaboration sangat dibutuhkan dalam menunjang
angka keselamatan pasien yang semakin meningkat. Dalam melakukan kalobarasi tersebut,
dokter, perawat, apoteker dapat dilakukan dengan mendiskusikan kondisi pasien, dengan
mencatat status pasien sehingga kebutuhan pasien seperti perawatan, resep obat dan dan
tindakan medis lainnya sesuai dengan yang dibutuhkan pasien dengan memeriksa kembali dan
memastikan kembali indentitas pasien.
Kesimpulan : Interprofesional collaboration dibutuhkan dalam menunjang kebutuhan perawatan
dan penyembuhan untuk pasien yang ada di rumah sakit, selain itu interprofesional
collaboration juga berfungsi untuk meningkatkan keselamatan pasien yang lebih akurat, dengan
bergabungnya seluruh profesi kesehatan dapat menjaga angka keselamatan pasien meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/4849-10856-1-PB%20(1).pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/PENERAPAN%20INTERPROFESIONAL%20COLABORATION
%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20KESELAMATAN%20PASIEN.pdf
http://eprints.umm.ac.id/41652/
http://scholar.unand.ac.id/48620/2/BAB%20I%28pendahuluan%29%20.pdf
http://eprints.undip.ac.id/72081/3/LAPORAN_KTI_JENNIFER_PATRICIA_TAMARISKA_SITUMORA
NG_22010115120087_BAB_II.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2245/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai