Thermal Receptor
Core Cutaneus
Integration
Effector
Head Load Hypotalamus
Skin Sweating
Gambar 1. Ilustrasi Reseptor Fisiologis Terhadap Peningkatan Panas
Pertama hypotalamus merangsang kelenjar keringat yang menghasilkan
peningkatan kehilangan panas evaporasi. penjelasan dari bagan diatas adalah : a.
Penerima suhu (Thernal receptor), Organ ini berfungsi menagkap suhu baik dingin
maupun panas dari lingkungan, organ ini terletak pada hypothalamus (otak) yang akan
menerima suhu dari darah, dan kulit (Perifer) sebagai penerima terapan suhu dari
lingkungan. b. Efektor Suhu (Thermal Effector), adalah organ sasaran yang menerima
signal dari pusat pengatur suhu tubuh agar melaksanakan berbagai reaksi dalam
usaha untuk menurunkn maupun menaikan suhu tubuh. c. Pusat pengatur suhu
(Thermal regulatory center), Pusat pengatur suhu ini ada di hypotalamus di otak dan
fungsi hypotalamus sebagai pengatur suhu. Pusat pengaturan suhu tubuh ini berfungsi
untuk mengolah data yang masuk yang bersal dari receptor, selanjutnya akan mengirim
kembali signal ke efektor untuk melaksanakan berbagai upaya agar suhu tubuh bisa
kembali ke kondisi normal.
Meningkatnya suhu ini menyebabkan hypotalamus sebagai thermal regulatory
center mengirimkan beberapa impuls ke berbagai effektor, diantaranya adalah
pembuluh darah yang menuju permukaan kulit melebar. Hal ini bertujuan agar darah
yang mengalir kepermukaan menuju kulit. Meningkatnya aliran dara menuju kulit ini
bertujuan untuk membawa panas yang berlebihan dalam tubuh
kedaerah permukaan, bersamaan dengan itu pori-pori kulit terbuka, kelenjar keringat
aktif sehingga kita berkeringat, maka terjadilah penguapan. Sebaliknya jika seseorang
berada di suhu dingin yang menyebabkan suhu inti turun dibawah normal, dan apabila
tidak dibatasi dengan segeramaka akan menyebabkan hypotermia. Untuk mengatasi
hal ini hypotalamus engirimkan beberapa impuls untuk untuk melaksanakan fungsi
effektor agar pembuluh darah yang menuju kepermukaan kulit mengecil, sehingga
pori-pori menutup, dan otot rangka mengalami getaran (mengigil). Getaran ini
bertujuan menghasilkan panas dan secara perlahan suhu tubuh akan dinaikan.
2.1.5 Cara Mengukur Suhu Tubuh
1. Termometer Oral
Merupakan jenis termometer yang paling banyak digunakan, karena mulut
dianggap dapat merepresentasikan suhu tubuh dengan akurat.
2. Termometer Rektal
Termometer rektal adalah jenis termometer yang digunakan melalui rektum atau
anus.
3. Termometer Timpani
Termometer timpani memang agak berbeda dengan yang lainnya, karena dirancang
khusus agar sesuai dengan saluran telinga. Sensor termometer yang satu ini dapat
mencerminkan emisi inframerah dari membran timpani (gendang telinga).
4. Termometer Ketiak
Termometer ketiak juga banyak digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Namun,
termometer ini tidak seakurat termometer yang digunakan pada mulut, anus,
ataupun telinga.
5. Termometer Plaster
Termometer plaster biasanya digunakan untuk mengukur suhu tubuh anak-anak,
dengan cara ditempelkan pada dahi.
6. Termometer Arteri Temporal
Termometer ini juga kerap disebut dengan nama “termometer dahi”. Hal ini karena
penggunaannya yang ditodongkan ke arah dahi, walaupun tanpa menyentuh.
2.3 Olahraga
Olahraga memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan untuk melatih tubuh
manusia sehingga tubuh terasa lebih sehat dan kuat, baik secara jasmaniah mau pun
rohaniah (Suryanto, 2012). Kegiatan olahraga yang dilakukan baik dalam intensitas yang
ringan medium hingga berat, mampu meningkatkan suhu tubuh secara signifikan. Bagi
orang awam, berolahraga mampu meningkatkan 15 kali lebih tinggi dari basal rate-nya,
sedangakan bagi atlet dapat meningkatkan hingga 20 kali dari basal rate-nya.
Berolahraga selama ini dilakukan hanya dengan berpedoman pada tanda-tanda
perubahan yang muncul dan dihasilkan oleh tubuh, misalnya perbedaan level denyut
nadi, jumlah keringat dan tanda-tanda kelelahan lainnya. Namun perubahan secara
fisiologi yang dihasilkan akibat pengaruh suhu di luar tubuh kita cenderung tidak
diperhatikan. Selama ini, saat berolahraga hal yang paling sering dilakukan untuk
mengetahui kondisi tubuh kita adalah dengan cara menghitung denyut nadi, baik
menggunakan cara manual yaitu palpase atau juga dengan menggunakan alat penghitung
denyut nadi. Sejauh denyut nadi dalam kondisi normal atau telah memasuki zona nadi
latihan (Training Zone), maka hal tersebut telah dianggap cukup untuk menunjukkan
indikator kebutuhan latihan kita. Selain faktor tersebut, suhu lingkungan memiliki
pengaruh besar pula terhadap fisiologi tubuh pada saat melakukan latihan olahraga.
Seberapa besar pengaruh suhu lingkungan terhadap kondisi tubuh pada saat melakukan
aktifitas olahraga. Dewasa ini tidak banyak namun terdapat beberapa referensi jurnal
penelitian yang telah menyebutkan pengaruh suhu lingkungan terhadap kondisi tuubuh
manusia dan pada kondisi apa suhu paling efektif dilakukannya latihan.
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Suhu dan Lingkungan
dapat mempengaruhi Performa tubuh seseorang baik fisikmaupun psikis, dan
aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu
organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Kemampuan
seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya berbeda antara satu dan
lainnya, hal tersebut dapat terlihat pada tingkat aklimatisasinya terhadap suhu. Pada saat
melakukan aktivitas atau latihan pada suhu yang tinggi akan menyebabkan
kehilangan banyak cairan, oleh karena itu tubuh akan menjalankan beberapa mekanisme
fisiologis mengeluarkan panas untuk menstabilkan suhu inti tubuh, dengan tetap
memperhatikan dan menjalankan usaha-usaha untuk menggantikan cairan tubuh yang
keluar dengan membawa serta mineral tubuh baik secara internal maupun dengan usaha
eksternal.
hasil penelitian atlet pencak silat Puslatcab Kabupaten Bangkalan pada sesi
latihan dengan pengambilan data cek urine sebelum latihan rata-rata sebesar 3,43 dengan
rincian terhidrasi rata-rata sebesar 2,89 dengan presentase 64% dan dehidrasi rata-rata
sebesar 4,40 dengan presentase 36% sedangkan sesudah latihan 3,93% dengan rincian
terhidrasi rata-rata sebesar 3,00 dengan presentase 21% dan dehidrasi rata-rata 4,18
dengan presentase 78%.
Daftar Pustaka