Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TUGAS DAN PERAN PELATIH

Dosen Pengampu :Rohmad Apriyanto, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Mochammad Khoirul Afifatul (3220190288)


2. Ahmad Ainur Rofiq (3220190297)
3. Ferdian Angga Saputra (3220190356)
4. Ahmad Syahroni (322019o377)

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI


BOJONEGORO
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Lahirnya seorang juara tidak dapat dilepaskan dari peranan pelatih. Meskipun
bakat pembawaan merupakan modal dasar lahirnya seorang juara, namun persaingan
ketat dalam olahraga dewasa ini telah melibatkan para ilmuwan dari berbagai disiplin
ilmu, sehingga tentu saja pelatih sangat memegang peran utama.
Kepelatihan merupakan usaha atau kegiatan memberi perlakuan untuk
membantu atlet agar pada akhirnya atlet dapat mengembangkan diri sendiri dan
meningkatkan bakat kemampuan, keterampilan, kondisi fisik, pengetahuan, sikap-
sikap, penguasaan emosi serta kepribadian pada umumnya.Dalam olahragapun
tentunya kita sepakat bahwa atlet diharapkan dapat berbuat sebaik –baiknya, selain
kemampuan pribadinya dapat berfungsi baik dalam suatu tingkat integrasi tertentu,
juga menunjukkan kematangan emosional serta dapat menguasai dirinya.Atas dasar
itulah sehingga nantinya kita berharap bahwa olahraga dapat memberi dampak positif
pada individu seperti peningkatan tanggung jawab, kejujuran dalam bermain,
kerjasama, memperhatikan orang lain, kepemimpinan, menghargai para pelatih, wasit
dan pembina, setia, toleran, disiplin yang akhirnya dapat diharapkan menjadi warga
negara yang baik.
Selain itu kita juga berharap tentu saja tugas pelatih bukan sekedar hanya
membantu atlet untuk meraih prestasi, akan tetapi pelatih juga harus menanamkan
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam olahraga. Semua itu bisa terwujud apabila
setiap pelatih bisa memahami sifat-sifat kepribadiannya sendiri untuk dapat
menyadari kelemahan-kelemahannya, dan selanjutnya berusaha mencapai target yang
ditetapkannya, untuk mencapai prestasi lebih tinggi, memenangkan pertandingan atau
memecahkan rekornya sendiri.
Namun kenyataan dilapangan tak jarang kita masih melihat beberapa pelatih
yang belum memposisikan dirinya sebagai pelatih yang benar- benar sesuai dengan
apa yang sudah menjadi norma dan tugas tanggung jawabnya, diantaranya dengan
mempertontonkan tingkah lakunya ketika sedang dalam pertandingan yang tentu saja
jauh dari keinginan dari harapan masyarakat pada umumnya.
B. Rumusan masalah
1. Apa pentingnya seorang pelatih ?
2. Bagaimana peranan iptek ?
3. Bagaimana coaching sebagai ilmu dan seni ?
4. Bagaimana falsafah dan peran pelatih?
5. Bagaimana tipe kepribadian pelatih ?
C. Tujuan
mengetahui pengetahui tugas dan peran seorang pelatih
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentinganya Pelatih
Pelatih adalah sosok yang penting artinya bagi setiap atlet oleh karena tanpa
bimbingan dan pengawasan dari seorang pelatih, prestasi yang lebih tinggi akan sukar
dicapai. Pelatih akan lebih mudah melihat kesalahan-kesalahan teknik yang dilakukan
daripad atlet itu sendiri,
Akan tetapi dengan sendirinya pelatih haruslah betul-betuk tahu segala seluk beluk
mengenai cabang olahraga yang dilatihnya yaitu mengenai teknik dan taktik melakukan
cabornya.pengetahuan yang setengah-setengah pun tidak akan banyak manfaatnya,
,malah justru akan merusak atau menyesatkan atlet. Didalam dunia kepelatihaan ada
macam motto yang berbunyi:
1. Tinggi rndahnya prestasi atlet adalah cerminan daritinggi rendahnya mutu
pengetahuan dan keterampilan pelatihnya.
2. Apa yang dikiprahkan atlet dalam pertandingan adalah cermnan dari apa yang telah
diberikan pelatihnya dlam latihan.
B. Pernanan IPTEK
Zaman sekarang metode dan teknik melatih sudah menjadi semakin scientific dan
semakin canggih. Prestasi yang dahulu diperkirakan tidak akan mungkin dapat dicapai
manusia, kini seringkali bukan impian lagi. Untuk mrnjadi pelatih tang berhasil harus
memiliki pengertiand dan pengetahuan tentang beberpa prinsip ilmu yang erat
hubungannya dengaan masalah pelatihan dan yang menentukan prestasi olahraga.
Banyak prlaatih yang dakam usahanya meningkatkan prestasi bagi atletnya hnya
mengandalkan pada intensitas latihan. Namun, kualitas latihannya lah yang paling
penting
C. Coaching sebagi ilmu dan seni
Pelatihan atau coaching adalah ilmu atau science, karena tanpa didukung oleh ilmu-
ilmu yang erat hubungannya denagn latihan dan pelatihan, pelatih tidak akan bisa
mmbantu atlet secara maksimal dan prestasi atlet ataupun sukar meningkat.
Akan tetapi, penguasaan ilmu saja bukan satu-atunya syarat untuk menjadi pelatih yang
berhasil. Seorang ilmuan olahraga tidak dengan sendirinya akan bisa menjadi pelatih yang
baik dan efektif. Coaching adalah suatu seni atau art. Seninya terletak pada penerapan-
pernarapan fakta-fakta ilmiah kedalam ilmu coaching.
D. Falsafah Pelatih
Setiap orang mempunyai falsafah hidup masing-masing. Falsafah seseorang
tercermin dalam (a) pandangannya tentang dunia, (b) tentang situasi sekitar, (c) tentyang
hubungan antar manusia, serta (d) tentang nilai-nilai atau pandangan yang diberikn untuk
itu semua.
Jadi kalau kita bicara mengenai falsafah kepelatihan, kita bicara mengenai suatu
perangkat sikap (attitudes) atau prinsip-prinsip dasar yang menuntun tabiat dan perilaku
di dalam situasi-situasi praktek.
Ada pelatih-pelatih yang falsafah coachingnya adalah “memenangkan setiap
pertandingan”. Maka sikap dan perilakunya, serta cara menangani olahraganya dan atlet-
atletnya adalah tercermin dalam falsafahnya tersebut.
Berbeda dengan pelatih-pelatih yang falsafah coachingnya adalah menanamkan
kepribadian yang baik dan prilaku etis pada atlet-atletnya. Penangannya juga akan
berbeda dengan pelatih-pelatih yang falsafah coachingnya lain.
1. Perilaku atlet
Dengan mengobservasi perilaku para atletnya, kita biasanya akan dapat
mengetahui falsafah pelatihnya. Gaya permainan para atletnya, rasa hormat (respect)
yang diperlihatkan kepada para ofisial dan lawan-lawannya, bahasa yang
digunakannya. Perilaku di luar lapangan, kesanggupan untuk mengatasi stress-stress
pertandingan, semangat bertandingnya, kesetiaan terhadap teman dan timnya,
staminanya pada akhir-akhir pertandingan, ya,, sampai kepada kostum latihan dan
pertandingannya, itu semua dapat merupakan sebagian dari indikator –indikator yang
mencerminkan falsafah pelatihnya.Aspek-aspek falsafah dan etika coaching adalah
saling berhubungan, yang keduanya mengacu kepada system nilai-nilai seseorang,
sikap, kepercayaan (belief), dan prinsip-prinsip yang menuntun (guide) perilaku orang
sebagaii pelatih.

2. Motivasi menjadi pelatih

Motivasi memilih karier menjadi pelatih tentu saja setiap orang tidak sama, ada
yang memilih karier menjadi pelatih atas dasar ia ingin mengamalkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya kepada orang lain, atau ada juga yang beranggap
dengan menjadi pelatih ia bisa mendapat kepuasan setelah atlet didikannya
memperlihatkan peningkatan prestasi. Namun selain itu ada juga yang beranggapan
dengan menjadi pelatih ia akan memperoleh kekuasaan, seperti halnya memperoleh
status dan pengakuan dimasyarakat. Ada pula yang memang senang mengasuh anak-
anak muda dan senang akan keterlibatan yang terus menerus dalam sensasi stress dan
sensasi pertandingan. Dan tidak sedikit pula yang menjadikan keahlian melatihnya
semata-mata sebagai sumber hidupnya.

3. Harapan orang dari seorang pelatih.


Dalam setiap profesi musti ada kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi oleh
anggotanya. Demikian pula dalam profesi melatih. Ada seperangkat ketentuan dan
kewajiban moral yang harus kita patuhi, yaitu berperilaku dan berkiprah sesuai dengan
norma-norma, tujuan-tujuan, serta cita-cita tinggi dari profesi tersebut. Perangkat
ketentuan-ketentuan tersebut biasanya dituangkan di dalam kode etik pelatih.
Falsafah seorang pelatih harus tercermin di dalam pendapatnya dan tingkah
lakunya dalam melaksanakan tugasnya sebagai coach dan dalam membina atletnya-
atletnya untuk memperkembangkan secara optimal kesehatan fisik, mental, spiritual,
dan sosialnya. Di samping itu tugasnya adalah juga untuk memperkembangkan
keterampilan motorik dan prestasi atlet, perilaku etis, moral yang baik, kepribadian,
dan respek terhadap orang lain.
Pelatih (Coach) harus pula dapat memberikan bimbingan agar atlet-atletnya bisa
berdikari dalam hidupnya kelak dan menjadi warga negara yang baik. Itu semua adalah
(dan seharusnya) merupakan tanggungjawab seorang pemimpin olahraga, dan dengan
sendirinya juga yang diharapkan dari seorang pelatih.

4. Dilema pelatih
Karena sering kali kurang memperlihatkan pentingnya tujuan berolahraga ini,
dan selalu merasa bahwa kepintaran coachingnya senantiasa dinilai oleh masyarakat
dengan menang kalahnya atlet-atletnya dalam pertandingan, maka mereka seringkali
lupa akan tugas-tugas moral dan tujuan-tujuan yang murni dari olahraga. Oleh karena
itu sering kali pelatih mengahalalkan segala macam cara untuk bisa memenangkan
pertandingan. Hal negatif inilah yang serring kali menyebabkan olahraga menjadi
suatu aktivitas komersial dan bukan lagi sesuatu yang menyenangkan dan yang dapat
dinikmati.

E. Tugas dan Peran Pelatih

Gelar “coach” atau “ pelatih” adalah gelar atau sebutan yang memancarkan rasa
hormat, respek, status, tanggung jawab. Dan tugas seorang pelatih adalah jauh lebih luas
daripada sekedar dilapamngan saja. Dia adalah juga seorang guru, pendidik, bapak dan
teman sejati. Sebagai guru dia disegani, ebagai bapak dia dicintai dan sebagai teman sejati
hanyalah dia yang dipercaya dan merupakan tempat untuk mecurahkan isi hati.
bebarapa tugas utama, peran dan kepribadian pelatih, termasuk kode etik pelatih yang
kental dengan nuansa pedagogic (pedagogy of coaching) yang perlu diperlihatkan oleh
para pelatih olahraga ialah sebagi berikut.
1) Perilaku.
Perilaku seorang pelatih dimasyarakat harus menjadi contoh yang baik dalam
masyarakat, artinya jangan sampai seorang pelatih ada perilakunya yang tidak sesuai
dengan norma atau aturan-aturan kehidupan dalam masyarakat. Karena kehidupan
seorang pelatih selalu jadi sorotan masyarakat, sehingga apabila ada tindak tanduk
perilaku yang tidak baik maka dengan cepat akan menyebar ke seluruh masyarakat
dan ini akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri juga bagi tim yang di asuhnya.
2) Kepemimpinan.
Jiwa kepemimpinan harus dimiliki oleh seorang pelatih. Bagaimana mau
diturut atau digugu oleh atletnya apablia ia tidak memiliki sikap sebagai seorang
pemimpin. Pemimpin yang baik ialah yang disegani bukan ditakuti. Sebagai seorang
pemimpin harus mampu memberikan motivasi kepada atletnya juga harus mau
menerima saran dari para pembantunya. Juga sifat seorang pemimpin akan terlihat
dalam kondisi yang sekalipun kritis . Contohnya dalam keadaan klubnya atau atletnya
kalah seorang pelatih harus bisa memperlihatkan sifat getelmennya.
3) Sikap sportif.
Seorang pelatih harus memberikan contoh sikap yang sportif kepada atletnya.
Artinya dalam kondisi atau situasi apapun kita harus bisa menghormati keputusan
yang dibuat oleh wasit, walaupun sebenarnya keputusan wasit itu sangat merugikan
klub atau atletnya dan menghormati kemenangan lawan, akan tetapi bukan berarti kita
harus sering mengalah melainkan kita kalah dengan terhormat.
4) Pengetahuan dan keterampilan.
Tidak diragukan lagi bahwa seorang pelatih harus memiliki dan menguasai
pengetahuan yang luas terutama pengetahuan tentang ilmu-ilmu yang mendukung
dalam proses pelatihan, juga harus mampu memberikan contoh yang baik dalam hal
keterampilan cabang olahraganya.
Dari sini kita bisa menangkap bahwa seorang pelatih itu harus memiliki ilmu
pengetahuan tentang ilmu pelatihan, ini berarti pelatih itu ada sekolahnya atau ada
pendidikan secara formalnya. Begitu juga mengenai kemampuan keterampilannya ini
akan lebih baik jika pelatih itu adalah orang yang berpendidikan dalam ilmunya juga
mantan atlet cabang olahraga tersebut,akan tetapi ilmu pengetahuannyalah yang lebih
penting dalam mendukung prestasi dalam melatihnya.
5) Keseimbangan emosional.
Kemampuan bersikap wajar dalam kondisi dan situasi yang sangat tertekan,
atau terpaksa harus menerima kenyataan dilapangan padahal klubnya dirugikan itu
adalah cerminan tingkat keseimbangan emosional yang baik. Seorang pelatih akan
selalu ada dalam tingkat stress yang tinggi, tekanan emosional, suasana ketegangan
yang terus menerus terutama pada saat kompetisi sedang berlangsung, ini artinya
seorang pelatih harus mampu mengendalikan emosinya (self control), dan yang
penting lagi sifat ini harus mampu ditularkan kepada atlet-atletnya.
6) Imajinasi.
Kemampuan ini adalah kemampuan untuk membentuk hayalan-hayalan
mental tentang obyek yang tidak nampak. Ini biasanya dibutuhkan dalam kreativitas
untuk merubah-rubah kondisi dilapangan atau strategi yang baik untuk mensiasati
lawan supaya mencapai kemenangan. Ini biasanya tertuang dalam proses latihan yang
selalu menciptakan hal-hal yang baru, juga dalam taktik permainan baik taktik
menyerang atau taktik bertahan. Bahkan dalam keadaan sedang bermain atletnya
pelatih dapat merubah-rubah taktik yang dipakai, sehingga lawan sulit untuk
membaca permainan yang diterapkannya, dan ini sangat beruntung untuk klub atau
atletnya
7) Ketegasan dan keberanian.
Seorang pelatih harus memiliki keberanian yang tegas dalam mengambil
keputusan pada kondisi yang tertekan. Seorang pelatih tidak boleh mendengar
ucapan-ucapan penonton yang memberikan saran untuk mengganti pemain atau
menukar posisi dalam situasi pertandingan. Karena yang mengetahui kondisi
permainan dan kondisi atletnya hanyalah pelatihnya sendiri oleh karena itu
keputussan yang diambilpun harus berdasarkan pada analisanya sendiri.

8) Humor.
Satu sifat yang tampaknya enteng padahal ssangat perlu, citra rasa humor yang
tinggi akan lebih mendekatkan hubungan dengan para atletnya. Kemampuan untuk
membuat orang lain tertawa akan membawa pada situasi yang menyegarkan, rileks,
dan ini akan membawa dampak yang positif kepada atletnya, karena dengan humor
akan menurunkan tingkat ketegangan yang dirasakan oleh atlet.
9) Kebugaran
Betapa beratnya tugas seorang pelatih, disamping tugas sehari-harinya dia juga
harus mempersiapkan program untuk latihan esok harinya, mengevaluasi dan
menganalisa hasil kerjanya dalam hal melatih apakah ada kemajuan atau mandeg atau
bahkan mundur, ini merupakan tugas yang sangat berat, apalagi pada saat terjun
dilapangan memberikan contoh gerakan yang baik, atau bahkan ikut dalam proses
latihan. Ini semua menuntut kesehatan dan vitalitas yang tinggi dari seorang pelatih.
Pelatih juga sebagai pengelola olahraga, oleh karena itu ia harus mampu
mengorganisir program latihan dan pertandingan, menginventalisir data-data atletnya,
data kondisi fisiknya, bahkan kemajuan dan kemunduran yang dialami oleh atletnya
tidak boleh terlewatkan dari analisanya.
10) Pendewasaan anak
Perkembangan serta pendewasaan anak, termasuk mengajar sifat-sifat
kepemimpinan, kekompakan tim, mengambil inisiatif, ambisi disiplin tentunya
sangatlah penting diperhatikan oleh seorang pelatih. Salah satu contohnya bagaimana
menangani masalah menang dan kalah. Atlet harus belajar bagaimana hidup dalam
kemenangan dan bagaimana dalam kekalahan. Mengajar mereka bagaimana
mengelola sukses secara santun adalah penting akan tetapi yang lebih penting lagi
bagaimana mereka mengelola kalah dengan baik. Atlet harus diajar untuk senantias
berusaha untuk mencoba terus , dan selalu ingat bahwa masih ada hari esok.
11) Kegembiraan berlatih.
Pelatih harus dapat mengajarkan kegembiraan bermain dan berlatih.
Kegembiraan bermain dan berlatih tersebut bisa diselipkan dalam latihan-latihan,
akan tetapi dengan tetap tidak melupakan disiplin.
12) Hargai wasit.
Pelatih raus dapat menghargai keputusan-keputusan wasit dan ofisial
pertandingan lainnya. Kendatipun tidak setuju dengan keputusan wasit salurkanlah
melalui proses yang resmi.
13) Hargai tim tamu.
Pelatih harus memperlakukan tim tamu dengan menyuguhkan permainan yang
seru dan bermutu dengan tetap menjunjung rasa sportifitas dan mengedepankan fair
play.
14) Perhatian pribadi.
Pelatih yang sukses biasanya adalah pelatih yang sangat memperhatikan atlet-atletnya,
karena setiap atlet merasa bahwa dia mendapat perhatian pribadi dari pelatihnya. Atlet
ingin agar dia diakui sebagai orang dan bukan sebagai sesuatu yang hanya
dipergunakan untuk pertandingan. Sukses akan diperoleh kalau perhatian banyak
ditujukan kepada kebutuhan-kebutuhan atlet.
15) Berpikir positif.
Pelatih harus melatih atlet-atletnya agar mereka selalu berpikiran positi,
optimistic. Dan selalu memusatkan pada kekuatan yang miliki bukan kepada
kelamahan pada saat disetiap pertandingan.
16) Berbahasa baik dan benar.
Berbicara didepan umumm dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
tentu saja selain dapat dengan mudah dicerna juga bisa menaikan prestise pelatih itu
sendiri dimata para pendengarnya.
17) Sikap mental.
Pelatih harus secara sungguh-sungguh untuk mempersiapkan mentalnya
seperti halnya siap mengabdikan diri sepenuhnya, mengamalkan segala pengetahuan
yang dimiliki dan yang terpenting berani berkorban baik fisik maupun mental untuk
profesinya tersebut.
F. Tipe-tipe kepribadian pelatih
Sosok pelatih telah dilukiskan oleh banyak orang dalam berbagai tipe. Ada yang
dilukiskan sebagai individu yang keras, tidk kenal kompromi; ada yang dilukiskan
sebagai seorang model, contoh dari seorang yang sportif, pembimbing dan peelindung
bagi atlet-atletnya.
Tutko da Richards (1975), dua orang pakar dalam psikologi olahraga, secar
ekstensif membahas tipe-tipe kepribadian prlatih yang kemudian dikategorikan ke
dalam 5 kategori yang dominan, yaitu :
1. Authoritarian Coach (pelatih otoriter)
2. Nice Guy Coach (pelatih yang baik hati)
3. Intense or driven coach (pelstih pemacu)
4. The easy going coach (pelatih yang santai)
5. The business like coach (pelatih tipe bisnis atau pelatih scientific)
Tutko dan Richards mengatakan bahwa jarang ada pelatih yang temasuk hanya pada
satu kategori saja.
1) authoritarian coach (pelatih otoriter)
pelatih otoriter sebagi seorang denagn tipe kuasa, yang penuh energi, yang
selalu ,menuntut para bawahanya untuk patuh pada perintahnya.
Ciri-ciri kepribadian pelatih otoriter ;
1. berpegang teguh pada disiplin
2. bisa kejan dan sadis. Biasanya menerapkan system hukuman.
3. Ketat dalam rencana dan jadwal latihan.
4. Biasanya bukan pribadi yang hangat.
Keuntungan memiliki pelatih otoriter yaitu timnya terorganisir dengan baik,
berdisiplin tinggi, agresif dan selalu dalam kondisi yang baik.
2) Nice Guy Coach (pelatih yang baik hati)
Ciri-ciri pelatih yang baik hati :
1. Senang memberi pujian
2. Sangat luwes dalam rencana latihan sehingga kadang-kadang justru
membingungkan atlet
3. Sering mencoba-coba beberapa alternatif metode dan system

Keuntungan memiliki pelatih yang baik hati:

a. Timnya kompak
b. Kadang-kadang timnya diluar dugaan bias menghasilkan prestasi yang baik.
c. Meskipun menaang itu penting, namun pada umumnya menganggap kalah
atau menang bukan masalah yang perlu terlalu dirisaukan atau dirayakan.
d. Kalau kalah, tidak ada ancaman hukuman dari pelatih.

Kelemahan memiliki pelatih yang baik hati yaitu disiplin tim tidak tinggi,
kebaikan pelatih sering dimanfaatkan oleh atlet dan atlet yang malas tidak
ditangaani dengan baik.

3) Intense or driven coach (pelatih pemacu)


Dalam beberapa hal ciri-cirinya mirip dengan pelatih otoriter namun dia tidak
menerapkan system hukuman dan dia orsng emosional dan sukar mengendalikan
emosinya.
Ciri-ciri kelemahan:
a. Senantiasa gelisah, merasa khawatir.
b. Selalu mendramatisasi situasi
c. Mempunyai pengetahuan yang lengkap mengani cabang olahraganya
d. Memndang setiap kekalahan sebagai suatu malapetaka yangamat berat
tanggungannya.
e. cenderung memandang rendah lawan
f. tuntutaan pelatih kadang terlalu tinggi dan tidak realistic.

Keuntungan memiliki pelatih pemacu ialah pemain selau siap dan bersemangat
menghadapi pertandingan, serta atlet memperlihatkan usaha maksimal dalam
setiap pertandingan.

4) The easy going coach (pelatih yang santai)


Pelatih tipe ini bersikap pasif, santai, laissez fair dan tidak pernah merasa ada
beban stress.
Beberapa ciri pelatih yang santai:
a. Tidak serius dalam menangani tim
b. Tidak pernah membuat jadwal latihan secara rinci
c. Tidak bisa menggugah semangat dan motivasi atlet
d. Dalam suasana panic dia tetap tenang
e. Dia memberi kesan sebagi orang “dingin” dimata orsang

Keuntungannya ialah atlet tidak merasa setres suasana tim rileks dan atlrt
bebas mengemukakan pendapat dan saran. Namun, kelahannya adalah atlet yang
serius tidak memperoleeh banyak manfaat dari pelatih yang santai, tidak ada
jadwal latihan yang menyeluruh dan tingkat fitness para atlet rendah.

5) The business like coach (pelatih tipe bisnis atau pelatih scientific)
Pelatih yang bergaya seperti business men ini sangat berhasrat untuk belajar,
mempelajari sesuatu, selalu berusaha mendapat informasi terbaru, biasanya
selfish yaitu memiliki sifat semau gue.
Adapun ciri business like coach yaitu : menggunakan pendekatan dalam
olahraga atas dasar untung rugi, pendekatannya sangat logis, tampaknya
berpribadi dingin tidak hangat dalam pergaulan, pemikirannya tajam, pikiran
utamanya ditujukan pada lawan bertanding, pragmatis dan tekun.
Kebaikan pelatih ini antara lain : team selalu up to date dalam penguasaan
teknik-teknik baru, team tampak terorganisasi secara strategis untuk dapat
mencapai sukses, atlet merasa percaya dirinya berkembang melalui organisasi
yang dikelola secara cerdik.
Segi-segi kekurangan yang terjadi antara lain : sering timbul rasa
dianggap tidak penting, team spirit kurang, sulit menghadapi atlet yang kurang
terorganisasi dengan baik, mudah kehilangan atlet karena kurang motivasi secara
emosional.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kewajiban dan tugas seorang pelatih sangat luas dan komplek, maka dalam kehidupan
sehari-hari pelatoh sebagai seorang model atau panutan para atletnya serta senantiasa
bertindak sebagai bapak atau seorang teman yang merupakan tempat tumpuan curahan isi hati
setiap atlet. Kepelatihan merupakan usaha atau kegiatan memberi perlakuan untuk membantu
atlet agar pada akhirnya atlet dapat mengembangkan diri sendiri dan meningktakna bakat
kemampuan, keterampilan, kondisi fisik, pengetahuan, sikap-sikap, penguasaan emosi serta
kepribadian pada umumnya.

Tutko dan Richards (1971) menegaskan bahwa tugas pelatih adalah membantu atlet
agar pada akhirnya atlet dapat menolong dirinya sendiri atau dapat berdiri sendiri. Ini penting
sekali untuk dipahami pelatih karena atlet adalah individu yang sering mengalami persaingan,
stress, perasaan gagal. Sukses dan sebagainya. juga menegaskan bahwa berbicara mengenai
falsafah coaching tidak terlepas dari suatu perangkat sikap atau prinsip-prinsip dasar yang
menuntun tabiat dan perilaku pelatih di dalam situasi-situasi praktek. Dan sapek –aspek
tersebut tidak terlepas dari peran motivasi menjadi pelatih, harapan orang dari seorang pelatih
dan dilema pelatih. Pendapat para ahli pada umumnya menunjukkan kecenderungan yang
sama, yaitu bahwa olahraga dapat memberikan dampak positip pada individu seperti
peningkatan tanggung jawab, kejujuran dalam bermain, kerjasama, memperhatikan orang
lain, kepemimpinan, menghargai para pelatih, wasit dan pembina, setia, toleran, displin yang
akhirnya dapat diharapkan menjadi warga Negara yang baik.
Daftar Pustaka

Harsono.(2015).Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi.Bandung:PT REMAJA


ROSDAKARYA

Anda mungkin juga menyukai