Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

UPAYA PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA KASUS LASERASI SERVIKS DI


FASILITAS KESEHATAN PRIMER

Disusun oleh :
dr. Adika Putra Pangestu

Pembimbing :
dr. Rezi Desianti

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS MANDALA
2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatNya untuk menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan kasus ini dibuat sebagai salah
satu syarat dalam penyelesaian Program Internship Dokter Indonesia. Laporan kasus ini dapat
terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:

1. dr. Rezi Desianti, selaku pendamping utama Dokter Internship di Puskesmas Mandala
yang telah memberikan arahan dan dukungan dalam pengerjaan laporan kasus ini.
2. dr. Dianatul Muntaha, selaku pendamping lapangan Dokter Internship di Puskesmas
Mandala yang telah memberikan bimbingan dalam kegiatan harian.
3. Bapak , selaku Kepala Puskesmas Mandala yang telah memberikan kesempatan untuk
belajar di Puskesmas Mandala.
4. Bd. Haryati, selaku Pemegang Program KIA-KB Puskesmas Mandala yang telah
memberikan data dalam pengerjaan laporan kasus ini.
5. dr. Budi Mulyanto, selaku Kabid SDK, Farmasi dan POM Dinas Kesehatan
Kabupaten Lebak yang telah membimbing Dokter Internship.
6. Yeni Srimulyani.,S.Kep,Ners, selaku Kasi SDMK dan SIK Dinas Kesehatan
Kabupaten Lebak yang telah memberi arahan kepada Dokter Internship.
7. Pasien yang telah ikut berpartisipasi dalam laporan kasus ini.
8. Orangtua, keluarga serta teman-teman Dokter Internship yang telah memberikan
dukungan dan doa dalam penyelesaian laporan kasus ini.

Saya berharap hasil laporan kasus ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan seluruh pihak
terkait.

Rangkas bitung, Januari 2021

Penulis

3
LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA KASUS LASERASI SERVIKS DI


FASILITAS KESEHATAN PRIMER

LAPORAN KASUS

ADIKA PUTRA PANGESTU

Lembar ini menyatakan bahwa kami telah memeriksa salinan laporan kasus hasil karya
penulis dengan nama di atas dan menyatakan telah lengkap dan memuaskan dalam
segala aspek untuk diajukan dalam presentasi laporan kasus.

Rangkas Bitung, Januari 2021

Kepala Puskesmas Malingping Dokter Pendamping

Juju Suardi, SKM, M.M.Kes dr. Rezi Desianti


NIP: 196405111988031007 NIP: 198203142014122001

Dokter Pelaksana Puskesmas Penulis

dr. Dianatul Muntaha dr. Adika Putra Pangestu


NIP: 198312302010012007

4
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................1
Kata Pengantar...........................................................................................................2
Lembar Pengesahan....................................................................................................3
Daftar Isi.....................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan Laporan Kasus................................................................................... 6
1.4 Manfaat Laporan Kasus.................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERDARAHAN POSTPARTUM


2.1 Definisi...........................................................................................................8
2.2 Klasifikasi......................................................................................................8
2.3 Etiologi...........................................................................................................8
2.4 Faktor Risiko…..............................................................................................9
2.5 Diagnosis......................................................................................................13
2.6 Tatalaksana...................................................................................................16
2.7 Komplikasi....................................................................................................24

BAB III LAPORAN KASUS..................................................................................25

BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................30
3.2 Saran..............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................32
LAMPIRAN.............................................................................................................33

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laserasi serviks merupakan salah satu komplikasi pasca melahirkan dan
merupakan salah satu penyebab perdarahan post partum. Kejadian laserasi serviks
sering kali terjadi pada kasus partus presipitatus, cincin clerclage, persalinan
dengan alat bantu, persalinan dengan induksi dan nulliparitas. Selain itu, ibu
dengan riwayat tindakan medis pada serviks seperti konisasi atau penjahitan
serviks, seringkali mengalami perdarahan akibat laserasi serviks (Melamed et al,
2009).
Beberapa dari kasus laserasi serviks tidak menimbulkan gejala dan
selanjutnya hanya diketahui pada saat pemeriksaan rutin serviks. Namun pada
beberapa kasus lain, laserasi serviks dapat menimbulkan perdarahan yang masif.
Angka kejadian laserasi serviks yang menimbulkan gejala perdarahan yaitu
berkisar 0.2 - 4.8% dari seluruh persalinan vaginal. Perdarahan masif yang terjadi
setelah melahirkan sering kali dapat menyebabkan syok hemoragic dan dapat
menyebabkan kematian pada ibu (Hamou et al, 2020).
Beberapa studi mengatakan, laserasi serviks juga dapat menimbulkan kelainan
pada kehamilan selanjutnya. Hamou et al (2020) dan (Wong et al, 2016)
mengatakan ibu yang memiliki riwayat perdarahan akibat laserasi serviks
memiliki kecenderungan untuk mengalami laserasi kembali pada kehamilan
selajutnya. Dalam penelitian tersebut juga menjalaskan bahwa ibu yang memiliki
riwayat laserasi serviks memiliki kecenderungan mengalami inkompetensi
serviks, persalinan preterm dan operasi caesar.
Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada kasus laserasi serviks,
sangat penting bagi seorang dokter untuk mengetahui informasi yang berkaitan
dengan kasus tersebut untuk dapat memberikan penanganan yang tepat pada
pasien.

6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah
yaitu bagaimana upaya pencegahan dan tatalaksana yang tepat pada pasien yang
mengalami laserasi serviks di wilayah kerja Puskesmas Mandala, Kabupaten
Lebak?

C. Tujuan Laporan Kasus


Untuk mengetahui upaya pencegahan dan tatalaksana yang tepat pada
pasien yang mengalami perdarahan postpartum di wilayah kerja Puskesmas
Malingping, Kabupaten Lebak.

D. Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui upaya pencegahan dan tatalaksana yang tepat pada
pasien yang mengalami perdarahan postpartum di wilayah kerja Puskesmas
Malingping, Kabupaten Lebak.
1. Manfaat untuk Puskesmas
Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi serta upaya
pencegahan dan tatalaksana pasien laserasi serviks guna
menurunkan Angka Kematian Ibu di wilayah Puskesmas Mandala.
2. Manfaat untuk Dokter Internship
a. Sebagai sumber pengetahuan dalam mempelajari laserasi serviks.
b. Sebagai referensi dalam penyusunan laporan kasus berikutnya.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Laserasi Serviks
1. Definisi
Laserasi serviks merupakan salah satu bagian dari laserasi jalan
lahir yang merupakan komplikasi umum pada persalinan vaginal. Laserasi
jalan lahir dibagi menjadi 3 yaitu laserasi serviks, vagina dan perineum
(Parikh et al, 2007). Laserasi serviks merupakan salah satu penyebab dari
perdarahan post partum. Definisi perdarahan post partum sendiri
merupakan kehilangan darah dari saluran genitalia >500 ml setelah
melahirkan pervaginam atau >1000 ml setelah melahirkan secara seksio
sesarea. Perdarahan pasca-salin dapat bersifat minor (500-1000 ml) atau
pun mayor (>1000 ml). Perdarahan mayor dapat dibagi menjadi sedang
(1000-2000 ml) atau berat (>2000 ml) (POGI, 2016).

2. Epidemiologi
Saat ini masih belum adalah data mengenai angka spesifik kejadian
laserasi serviks yang dikeluarga oleh badan internasional seperti WHO.
Data yang dilaporkan sampai saat ini masih bersifat regional. Sebuah
studi di nigeria menyatakan bahwa insidensi kejadian laserasi jalan lahir
berkisar 9,1% dari seluruh persalinan dan sebuah studi di mumbai
mengatakan bahwa angka kejadian laserasi serviks berkisar 15% dari
semua kasus ruptur jalan lahir (Njoku et al, 2016). Hamou et al (2020)
selanjutnya menyatakan bahwa kejadian laserasi serviks yang mengalami
perdarahan yang signifikan secara klinis berkisar 0,2 - 4,8% dari seluruh
persalinan vaginal. Saat ini, di Indonesia, belum ada data epidemiologi
nasional mengenai angka kejadian laserasi serviks.
Angka mortalitas yang disebabkan oleh laserasi serviks saat ini
masih belum diketahui, namun kasus laserasi serviks sangat penting untuk

8
diwaspadai karena berpotensi menyebabkan perdarahan post partum.
Menurut data WHO (2017), kematian ibu di Indonesia mencapai 177 per
100.000 kelahiran dan 25% dari angka kematian tersebut disebabkan oleh
perdarahan post partum. Sebanyak 5% persen dari kasus perdarahan post
partum tersebut disebabkan oleh laserasi jalan lahir.

3. Etiologi dan Faktor Resiko


Penyebab yang mendasari terjadinya laserasi serviks adalah
berkurangnya kekuatan jaringan ikat serviks dan trauma yang terjadi pada
saat proses persalinan. Kondisi yang mempengaruhi kekuatan jaringan ikat
serviks dan besarnya trauma yang terjadi merupakan faktor resiko utama
yang dapat memicu terjadinya laserasi serviks (Landy et al, 2011). Faktor
resiko tersebut antara lain :
a. Partus Presipitatus
Partus presipitatus merupakan persalinan yang berkhir terlalu
cepat yaitu kurang dari 3 jam. Hal tersebut diduga bisa terjadi akibat
dari kurangnya kekuatan dari resistansi pada jalan lahir, kontraksi
uterus yang tidak nomal atau pada kasus yang jarang disebabkan
karena hilangnya sensasi nyeri pada ibu dalam persalinan. Persalinan
yang terlalu cepat dapat menyebabkan beberapa komplikasi, yang
paling sering terjadi adalah trauma baik pada ibu dan bayi. Pada kasus
laserasi serviks, persalinan yang terlalu cepat dapat meningkatkan
resiko terjadinya laserasi serviks sebesar 5,3 kali lebih besar
dibandingkan dengan persalinan normal (Melamed et al, 2009).
b. Cincin cerclage
Cincin cerclage merupakan sebuah alat bantu yang berfungsi
untuk merapatkan rahim yang diindikasikan untuk mencegah
persalinan preterm pada kasus inkompetensi serviks. Persalinan
dengan cincin cerclage yang masih terpasang meningkatkan resiko
mengalami laserasi serviks sebesar 8,9 kali lebih besar dibandingkan
dengan ibu normal. Ibu hamil yang memasang cincin cerclage

9
disarankan untuk melepas alat tersebut sebelum melakukan persalinan
(Simonazzi et al, 2015).

c. Persalinan dengan alat bantu


Beberapa penelitian menyatakan, persalinan dengan
menggunakan vakum dapat meningkatkan resiko laserasi serviks
sebesar 2,8 kali lebih besar. Namun pada studi tersebut juga
menyatakan bahwa hal tersebut masih bersifat subjektif karena hasil
yang terjadi juga dipengaruhi dengan keahlian operator dalam
membantu persalinan dengan menggunakan vakum (Melamed et al,
2009).
d. Persalinan dengan induksi
Persalinan dengan induksi merupakan usaha untuk membantu
jalannya persalinan yang dilakukan dengan memberikan obat induksi
untuk menstimulasi kontrasi uterus. Obat yang digunakan dapat berupa
misoprostol atau oksitosin. Pemberian obat induksi tersebut dapat
menyebabkan jaringan serviks menjadi lebih tipis sehingga akan lebih
mudah mengalami trauma (Melamed et al, 2009).
e. Primipara
Pada kasus primipara atau belum pernah memiliki riwayat
melahirkan sebelumnya, resiko kejadian laserasi serviks meningkat
sebesar 2,6 kali dibandingkan dengan yang sudah pernah melahirkan.

10
Kondisi tersebut dapat terjadi disebabkan oleh jalan lahir yang belum
fleksibel. Sebuah studi menyatakan pada kasus primipara sering luka
yang terjadi hanya minimal dan dapat membaik dengan sendirinya
(Melamed et al, 2009).

4. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium (Sentilhess, 2016 ; POGI, 2016).
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan keluhan utama dari
pasien. Pada kasus laserasi serviks pasien akan merasakan adanya
darah keluar dari jalan lahir. Anamnesis dilakukan untuk menggali
keluhan penyerta yang menjadi penanda derajat perdarahan yang
terjadi. Selain itu anamnesis dilakukan, untuk menggali faktor resiko
dan riwayat penyakit sebelumnya yang dapat menyebabkan
perburukan cepat pada pasien seperti riwayat kehamilan sebelumnya,
riwayat anemia, riwayat penyakit gangguan koagulasi dan lain
sebagainya.

b. Pemeriksaan Fisik

11
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memastikan adanya perdarahan
dan menentukan derajat perdarahan yang terjadi. Adapun beberapa
metode/teknis yang sering digunakan untuk menghitung perkiraan
jumlah kehilangan darah setelah persalinan pervaginam antara lain
metode perkiraan visual dan metode kuantitatif. Pada penelitian telah
yang dilakukan, didapatkan bahwa metode perkiraan visual menilai
lebih rendah dari jumlah yang sebenarnya jika dibandingkan dengan
metode kuantitatif. Namun tidak sedikit juga penelitian menunjukkan
bahwa metode perkiraan visual memprediksikan kehilangan
darah mendekati kehilangan darah yang sesungguhnya.
Metode perkiraan visual tersebut antara lain:
a.Pembalut; standar mampu menyerap 100 mL darah.
b.Tumpahan darah di lantai; dengan diameter 50 cm, 75 cm, 100
cm berturut- turut mewakili kehilangan darah sebesar 500 mL,
1000 mL, 1500 mL.
c. Kidneydish/Nierbeken; mampu menampung 500 mL.
d.Underpads ukuran 75 cm x 57 cm; mewakili kehilangan darah
sebesar 250 mL.
e.Kassa; ukuran 10 cmx10 cm menampung 60 mL darah,
sedangkan kassa ukuran 45 cmx45 cm menampung 350 mL
darah.

12
Metode kuantitatif dilakukan dengan cara pemasangan pispot
bersih di bokong ibu setelah bayi lahir sehingga darah yang keluar
diukur setelah berakhirnya proses persalinan kala II.

Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk menyingkirkan


kemungkinan penyebab perdarahan post partum yang lain. Inspeksi
dan palpasi abdomen dilakukan untuk menilai kelainan pada uterus.
Pemeriksaan dan ukuran tinggi fundus dan kontraksi uterus dilakukan
untuk menyingkirkan diagnosis atonia uteri. Pemeriksaan tambahan
untuk menilai nyeri tekan juga dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya ruptur uteri.
Pemeriksaan pada jalan lahir yaitu pada vagina dan perineum
dilakukan untuk menilai adanya trauma pada jalan lahir yang masih

13
belum tertangani. Selain itu untuk menilai adanya sisa plasenta,
pemeriksaan dalam dapat dilakukan.

c. Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan inspekulo merupakan pemeriksaan yang penting
untuk memastikan diagnosis laserasi serviks. Dengan menggunakan
inspekulo, pemeriksa dapat melakukan penilaian yang lebih jelas untuk
menilai jumlah, ukuran dan kedalaman luka pada serviks. Lokasi yang
paling sering terjadi laserasi serviks adalah pada bagian lateral bawah
kiri dan kanan dari porsio.

5. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes (2013) penatalaksanaan laserasi serviks dibagi
menjadi 2, yaitu:
a. Penatalaksanaan umum perdarahan
- Berikan oksigen
- Pasang infus intravena ukuran besar (16 atau 18) dan
berikan cairan kristaloid sesuai dengan jumlah
perdarahan.
- Jika tersedia fasilitas lab periksa : Hb, golongan darah,
dan profil hemostasis
- Awasi Tanda vital
- Pasang kateter untuk memantau balance cairan
- Transfusi bila Hb < 8 atau secara klinis didapatkan adanya
anemia berat

14
b. Penatalaksanaan khusus laserasi serviks
- Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan
kanan dari porsio
- berikan uterotonika : inj ergometrin 1 - 2 amp IM (KIA
kulon progo, 2012)
- Jepitkan klem ovarium pada lokasi perdarahan
- Bila perdarahan masih berlanjut berikan 1 g asam
traneksamat IV (bolus 1 menit diulang setelah 30 menit)
lalu rujuk pasien untuk dilakukan penjahitan serviks

Alur penanganan pada perdarahan post partum juga dapat


menggunakan singkatan HAEMOSTASIS (POGI, 2016).

15
6. Prognosis
Prognosis pada kasus laserasi serviks sangat bergantung pada
penanganan perdarahan post partum yang terjadi. Semakin baik
penanganan perdarahan maka akan semakin baik pula prognosis pasien
tersebut (Kemenkes, 2013).

7. Komplikasi
Pada masa penyembuhan luka pada kasus laserasi serviks, lokasi
yang mengalami luka akan digantikan oleh jaringan parut. Jaringan parut
memiliki fungsi biomekanik yang berbeda jika dibandingan dengan
jaringan serviks normal. Jaringan parut memiliki kekuatan dan fleksibilitas
yang lebih rendah jika dibandingan dengan jaringan normal. Hal tersebut
dapat memicu terjadi beberapa komplikasi perinatal seperti inkompetensi

16
serviks, persalinan preterm dan persalinan caesar. Meningkatkan tindakan
persalinan caesar, dikaitkan dengan keputusan diskusi antara pasien
dengan dokter dan dapat juga terjadi karena meningkatnya resiko
persalinan preterm (hamou et al, 2018 ; Wong et al, 2016).
Selain komplikasi perinatal, laserasi serviks juga dapat
meningkatkan resiko komplikasi intrapartum pada kehamilan selanjutnya
yaitu meningkatkan resiko laserasi serviks berulang dan laserasi perineum
derajat 3 atau 4. Hamou et al (2020), juga menyatakan bahwa kejadian
laserasi serviks pada ibu juga meningkatkan kebutuhan untuk melakukan
transfusi pada saat persalinan, hal tersebut mungkin berkaitan dengan
laserasi serviks berulang dan laserasi perineum derajat 3 atau 4.

17
BAB III
STATUS PASIEN

A. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 10 Desember 2020 pukul 16.30
WIB.
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Tungku, pasir keong, cibadak
Status Perkawinan : Menikah 1 kali
Paritas : G4P4A0
HPMT : 25 Februari 2020
HPL : 4 Desember 2020
UK : 37 minggu
Tanggal Masuk : 10 Desember 2020
Berat badan : 74 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 28.9 kg/m2

2. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan adanya perdarahan post partum.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang pasien G4P3A0, 27 tahun, UK 37 minggu datang ke
puskesmas jam 09.00 dengan keluhan adanya mulas mulas sejak jam 5
jam yang lalu. Pasien merasa hamil 9 bulan, gerakan janin masih
dirasakan dengan didapatkan adanya lendir darah (+). Pada jam 15.00,

18
Pasien kemudian melahirkan per vaginam, tidak didapatkan adanya
robekan perineum. Bayi lahir dengan BBL 3500 gr, APGAR 8/9.
Plasenta lahir spontan, lengkap dengan perdarahan sebanyak 150 cc.
Pasien kemudian mendapatkan obat oral amoxicillin, asam mefenamat
dan tablet Fe. 2 jam kemudian pasien mengeluhkan adanya perdarahan
aktif dari jalan lahir. Keluhan lain disangkal.
Pasien memiliki riwayat ANC, rutin kontrol ke bidan di posyandu
dan ke puskesmas mandala. Riwayat haid teratur, Riwayat KB
sebelumnya (+) suntik. Riwayat kehamilan sebelumnya, pada anak ke 3
pasien mengalami anemia dan mendapatkan transfusi setelah melahirnya.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat penyakit jantung : disangkal
c. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
d. Riwayat asma : disangkal
e. Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
f. Riwayat anemia : anak ke 3, transfusi
(+)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat penyakit jantung : disangkal
c. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
d. Riwayat asma : disangkal
e. Riwayat alergi obat/makanan : disangkal

6. Riwayat Ante Natal Care (ANC)


Pasien rutin ke bidan tiap bulan untuk memeriksakan kehamilan.
Pemeriksaan Hepatitis B (-), HIV (-), Sifilis (-). Pemeriksaan Hb
(12/11/2020) : 11.8. Konsumsi suplemen hamil rutin setiap hari.

19
7. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 tahun
b. Lama menstruasi : 5-7 hari
c. Siklus menstruasi : 28 hari

8. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali

9. Riwayat Keluarga Berencana (KB)


Pasien menggunakan KB suntik per 3 bulan.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Sedang, compos mentis, gizi kesan cukup.
b. Tanda Vital :
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,4oC
c. Kepala : Mesocephal
d. Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
e. THT : Discharge (-/-)
f. Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar
g. Thorax : Simetris
1) Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
2) Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri

20
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor // sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara napas tambahan
(-/-), wheezing (-)
h. Abdomen :
- Inspeksi : Dinding perut = dinding dada,
striae gravidarum (+)
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-), Uterus kontraksi (+),
TFU 2 JBP.
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : dalam batas normal
i. Genital :
- Eksplore : darah (+) 200 cc, stolsel (+), luka pada vagina dan
perineum (-)
j. Ekstremitas : Edema
- -
Akral dingin - -
- -
- -

C. Simpulan
Seorang G4P4A0, 27 tahun, riwayat UK 37 minggu dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir. Tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik
didapatkan abdomen supel, nyeri tekan (-), kontraksi uterus (+) dengan TFU
2 JBP. Dari hasil pemeriksaan genital didapatkan adanya perdarahan, stolsel
(+), luka pada vagina dan perineum (-).

D. Diagnosis
Perdarahan post partum et causa sisa plasenta dd laserasi serviks pada
perempuan P4A0 post partum.

E. Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam

21
-Quo ad functionam : dubia ad bonam
-Quo ad sanationam : dubia ad bonam

F. Terapi dan Planning


1. Inf Ringer laktat + Oksitosin 1 amp 60 tpm
2. Eksplore sisa plasenta
3. Tampon Perdarahan
4. Awasi KU/VS/ Observasi perdarahan

G. Follow Up
1. 10 Desember 2020, 18.00 WIB
P4A0, 27 tahun
S : Perdarahan (+), pusing (-), nyeri (-)
O :
Keadaan umum : sedang, compos mentis
Tanda vital :
Tensi : 100/80 mmHg
Nadi : 110 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5o C
Mata : conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), uterus kontraksi (+), TFU 2
JBP
Genital : pemeriksaan dengan spekulum, darah (+) 250 cc,
stolsel (+), luka superfisial pada porsio serviks arah
jam 13.
Pemeriksaan Penunjang : Hb 7.9

A : Perdarahan post partum et causa laserasi serviks pada perempuan


P4A0 post partum

22
P:
a. Inf Ringer laktat + Oksitosin 60 tpm, pasang IV line ke 2 dengan
Ringer laklat 20 tpm
b. Ergometrin tablet 0,125 mg
c. Tampon perdarahan
d. Persiapkan administratif untuk rujuk pasien
e. Awasi KU/VS/Observasi Perdarahan

2. 10 Desember 2020, 19.00 WIB


P4A0, 27 tahun
S : Perdarahan (+), pusing (-), nyeri (-)
O :
Keadaan umum : sedang, compos mentis
Tanda vital :
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5o C
Mata : conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), uterus kontraksi (+), TFU 2
JBP
Genital : pemeriksaan dengan spekulum, darah (+) 100 cc,
stolsel (+), luka superfisial pada porsio serviks arah
jam 13.
A : Perdarahan post partum et causa laserasi serviks pada perempuan
P4A0 post partum
P:
a. Inf Ringer laktat + Oksitosin 60 tpm kolf (II), IV line ke 2 dengan
Ringer laklat 20 tpm
b. Ergometrin tablet 0,125 mg

23
c. Tampon perdarahan
d. Persiapkan administratif untuk rujuk pasien
e. Awasi KU/VS/Observasi Perdarahan

3. 10 Desember 2020, 21.00 WIB


P4A0, 27 tahun
S : Perdarahan (+) sisa, pusing (-), nyeri (-)
O :
Keadaan umum : sedang, compos mentis
Tanda vital :
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5o C
Mata : conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), uterus kontraksi (+), TFU 2
JBP
Genital : darah (-), stolsel (-)
A : Perdarahan post partum et causa laserasi serviks pada perempuan
P4A0 post partum
P:
a. Inf Ringer laktat + Oksitosin 60 tpm kolf (II), IV line ke 2 dengan
Ringer laklat 20 tpm
b. Tampon perdarahan
c. Awasi KU/VS/Observasi Perdarahan

4. 10 Desember 2020, 23.00 WIB


P4A0, 27 tahun
S : Perdarahan (+) sisa, pusing (-), nyeri (-)
O :

24
Keadaan umum : sedang, compos mentis
Tanda vital :
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5o C
Mata : conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), uterus kontraksi (+), TFU 2
JBP
Genital : darah (-), stolsel (-)
A : Perdarahan post partum et causa laserasi serviks pada perempuan
P4A0 post partum
P:
a. Inf Ringer laktat + Oksitosin 60 tpm kolf (III), IV line ke 2 dengan
Ringer laklat 20 tpm
b. Ganti Tampon
c. Awasi KU/VS/Observasi Perdarahan

5. 11 Desember 2020, 06.00 WIB


P4A0, 27 tahun
S : Perdarahan (-), pusing (-), nyeri (-)
O :
Keadaan umum : sedang, compos mentis
Tanda vital :
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5o C
Mata : conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal

25
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), uterus kontraksi (+), TFU 2
JBP
Genital : darah (-), stolsel (-)
A : Perdarahan post partum et causa laserasi serviks pada perempuan
P4A0 post partum
P:
a. Rehidrasi cairan di hentikan, RL 20 tpm
b. Tampon dilepas
c. Awasi KU/VS/Observasi Perdarahan

6. 11 Desember 2020, 08.00 WIB


P4A0, 27 tahun
S : Perdarahan (-), pusing (-), nyeri (-)
O :
Keadaan umum : sedang, compos mentis
Tanda vital :
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5o C
Mata : conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), uterus kontraksi (+), TFU 2
JBP
Genital : darah (-), stolsel (-)
A : Perdarahan post partum et causa laserasi serviks pada perempuan
P4A0 post partum
P:
a. Rehidrasi cairan di hentikan, RL 20 tpm
b. Cek Hb : 9,1
c. Awasi KU/VS/Observasi Perdarahan

26
7. 11 Desember 2020, 10.00 WIB
P4A0, 27 tahun
S : Perdarahan (-), pusing (-), nyeri (-)
O :
Keadaan umum : sedang, compos mentis
Tanda vital :
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5o C
Mata : conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), uterus kontraksi (+), TFU 2
JBP
Genital : darah (-), stolsel (-)
A : Perdarahan post partum et causa laserasi serviks pada perempuan
P4A0 post partum
P:
a. Aff infus RL + oxitosin
b. inf RL 20 tpm
c. Mobilisasi bertahap
d. Awasi KU/VS/Observasi Perdarahan

8. 11 Desember 2020, 14.00 WIB


P4A0, 27 tahun
S : Perdarahan (-), pusing (-), nyeri (-)
O :
Keadaan umum : sedang, compos mentis
Tanda vital :
Tensi : 120/80 mmHg

27
Nadi : 92 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5o C
Mata : conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), uterus kontraksi (+), TFU 2
JBP
Genital : darah (-), stolsel (-)
A : Perdarahan post partum et causa laserasi serviks pada perempuan
P4A0 post partum
P:
a. Aff infus RL
b. BLPL
c. Edukasi bila ada tanda kegawatan lain setelah pulang

28
BAB IV
ANALISIS KASUS

A. Analisis Diagnosis
Seorang pasien G4P3A0, 27 tahun, UK 41 minggu datang kepuskesmas jam
09.00 dengan keluhan mulas mulas sejak 5 jam yang lalu. Lendir darah (+).
HPHT 25 - 2 - 2020. Riwayat haid teratur, Riwayat KB sebelumnya (+) suntik.
Selama kehamilan pasien rutin kontrol ke bidan di posyandu.
Data pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sedang, compos
mentis, gizi kesan cukup, tanda vital TD 120/80, N 82x /mnt, RR 23x /mnt,
Suhu 36,7oC. abdomen teraba janin tunggal, intrauterine, preskep, puka, his (+)
2x/10’/30’’, DJJ 137x/menit, TFU 35 cm. Pada VT didapatkan portio ϕ 3 cm,
KK (+), AK (-), kepala turun di hodge II, ubun ubun kecil di depan. Pasien di
diagnosis dengan G4P3A0 37 mgg DP kala I fase laten, pasien kemudian
dilakukan persiapan untuk melakukan persalinan.
Pada jam 15.00, pasien di pimpin untuk melakukan persalinan. Bayi lahir
spontan, laki laki dengan BB 3500 gr, LK 34 cm, PB 49 cm dan dilakukan
IMD. Plasenta lahir spontan lengkap terdapat adanya laserasi pada perineum,
perdarahan sekitar 150cc, TD 130/60, N 84x/mnt, RR 23x/mnt, Suhu 36,4 oC,
TFU 2 JBP, kontraksi rahim (+). Pasien dikemudian diberikan obat oral,
edukasi untuk istirahat dan di observasi perdarahan.
Pada jam 16.30, didapatkan adanya perdarahan aktif sekitar 200 cc. Pasien
kemudian dilakukan eksplore vagina dan diberikan tampon. Pada jam 18.00
didapatkan pasien masih terdapat perdarahan sekitar 250 cc, pasien kemudian
dilakukan ekplore kembali dan didapatkan adanya perdarahan aktif dan stolsel
(+), TD 100/80, N 110x/mnt, RR 22x/mnt, Suhu 36,3 oC. Kontraksi rahim (+),
TFU 2 JBP. Pasien kemudian dilakukan pemasangan spekulum dan didapatkan
adanya luka pada porsio serviks di arah jam 13.00.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang didapatkan pasien dengan usia kehamilan 37 minggu dengan
keluhan perdarahan post partum dengan ditemukan hasil pemeriksaan fisik

29
adanya laserasi pada serviks. Hal ini sesuai dengan penegakan diagnosis pada
kasus ini yaitu Perdarahan post partum et causa laserasi serviks pada
perempuan P4A0 post partum kala 4.
Laserasi serviks adalah salah satu penyebab perdarahan post partum.
Penegakan diagnosis laserasi serviks didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan
adanya perdarahan setelah melahirkan dan melihat adanya luka pada porsio
serviks dengan menggunakan spekulum.

B. Analisis Penatalaksanaan
Pada kasus perdarahan post partum penatalaksaan utama yang
dilakukan adalah menangani kegawat daruratan yang terjadi. Rehidrasi cairan
untuk mencegah syok hemorgik perlu dilakukan segera, untuk mencegah
kematian akibat perdarahan. Jumlah cairan yang diberikan dihitung
berdasarkan jumlah perdarahan yang terjadi. Selanjutnya setelah pasien stabil,
dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan penyebab perdarahan.
Pada kasus ini, perdarahan yang terjadi berkisar sebanyak 700 cc.
Sesuai dengan tabel cairan pengganti pasien diberikan cairan sebanyak 1400 cc
untuk rehidrasi cairan. Rehidrasi dilakukan untuk dalam waktu 6 jam dengan
pemasangan jalur intravena 2 jalur untuk mempercepat respon terapi yaitu
dengan 1 flabot ringer laktat dimasukkan 1 ampul oksitosin dengan 60 tpm dan
1 flabot ringer laktat dengan 20 tpm. Metergin tablet 0,125 mg diberikan untuk
mengurangi perdarahan yang terjadi. Setelah mengetahui penyebab perdarahan
disebabkan oleh laserasi porsio, dilakukan penilaian terhadap luka yang terjadi.
Luka yang terjadi merupakan luka superfisial oleh karena itu kemudian pasien
diberikan tampon dengan povidon iodin.
Selanjutnya, pasien dilakukan pemeriksaan Hb dan didapatkan hasil
sebesar 7.9, dan kemudian pasien diarahkan untuk dirujuk. Perdarahan terjadi
pada saat malam hari, sementara akses untuk pemeriksaan rapid test Covid-19
untuk keperluan administratif rujukan sulit untuk di dapatkan. Penatalaksanaan
untuk menghentikan perdarahan dilakukan semaksimal di puskesmas diiringi

30
dengan persiapan administratif dan mencari akses untuk melakukan
pemeriksaan rapid test Covid-19. Pada jam 21.00, pasien diobservasi kembali
dan didapatkan perdarahan telah berhenti dan kemudian diputuskan pasien
untuk di observasi lebih lanjut di puskesmas.
Jam 08.00, pasien diperiksa kembali Hb kembali dan didapatkan hasil
sebesar 9,1. Pada pasien juga tidak didapatkan adanya perdarahan. Jam 10.00
ibu sudah bisa mobilisasi ke kamar mandi. Jam 14.00, jalur intravena di lepas
dan pasien kemudian di edukasi mengenai tanda bahaya pada ibu nifas untuk
persiapan pulang.

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Laserasi serviks merupakan salah satu penyebab dari perdarahan post
partum dan merupakan kasus kegawatdaruratan pada bidang obstetri. Tujuan
utama tatalaksana laserasi serviks adalah mencegah komplikasi lebih lanjut akibat
perdarahan masif dan menghentikan perdarahan. Pada kasus ini tatalaksana
dilakukan sedikit berbeda dengan apa yang ada di teori yang di sebabkan adanya
keterbatasan terhadap alat dan bahan yang ada dan akses untuk kelengkapan
rujukan ke rumah sakit.

B. Saran
Perlu adanya pengadaan alat dan bahan untuk pemeriksaan rapid test
Covid-19 di puskesmas sebagai syarat untuk melakukan rujukan ke rumah sakit.
Puskesmas DTP Mandala sebagai FKTP telah melakukan evaluasi dengan baik
dan telah mengadakan fasilitas untuk pemeriksaan tersebut.

32
DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan


Rujukan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
Hamou B, Sheiner E, Coreanu T, Walfisch A, Silberstein T. Intrapartum
cervical lacerations and their impact on future pregnancy outcome. J Matern
Fetal Neonatal Med. 2020.
Manual Rujukan Kehamilan, Persalinan dan Bayi Baru Lahir
Berdasarkan Petunjuk Teknis Jampersal. KIA Kulon Progo, 2012.
Melamed N, Ben-Haroush A, Chen R, et al. Intrapartum cervical
lacerations: characteristics, risk factors, and effects on subsequent pregnancies.
Am J Obstet Gynecol 2009;200:388
Parikh, R., Brotzman, S. and Anasti, J., 2007. Cervical lacerations: some
surprising facts. American Journal of Obstetrics and Gynecology, 196(5),
pp.e17-e18.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Perdarahan Pasca-Salin.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto
Maternal. 2016.
Sentilhes, L., Vayssière, C., Deneux-Tharaux, C., Aya, A., Bayoumeu,
F., Bonnet, M., Djoudi, R., Dolley, P., Dreyfus, M. et al, 2016. Postpartum
hemorrhage: guidelines for clinical practice from the French College of
Gynaecologists and Obstetricians (CNGOF). European Journal of Obstetrics &
Gynecology and Reproductive Biology, 198, pp.12-21.
Simonazzi, G., Curti, A., Bisulli, M., Seravalli, V., Saccone, G. and
Berghella, V., 2015. Cervical lacerations in planned versus labor cerclage
removal: a systematic review. European Journal of Obstetrics & Gynecology and
Reproductive Biology, 193, pp.19-22.
Wong LF, Wilkes J, Korgenski K, Varner MW, Manuck TA.
Intrapartum Cervical Laceration and Subsequent Pregnancy Outcomes. AJP Rep.
2016;6(3)

33
Njoku Charles, Emechebe Cajhetan, Iklaki Christopher, et all. The
Pattern and Maternal Outcome of Lower Genital Tract Injuries Among Women
With Vaginal Deliveries in Calabar; A Niger Delta State of Nigeria. IJWHR
2015; 3: 190–195
World Health Organization. 2017. Maternal mortality in 2000-2017.
Diunduh dari : https://www.who.int/gho/maternal_health/countries/idn.pdf?ua=1
Landy HJ, Laughon SK, Bailit JL, et al. Characteristics associated with
severe perineal and cervical lacerations during vaginal delivery. Obstet Gynecol.
2011;117(3):627‐635.
Simonazzi, G., Curti, A., Bisulli, M., Seravalli, V., Saccone, G. and
Berghella, V., 2015. Cervical lacerations in planned versus labor cerclage
removal: a systematic review. European Journal of Obstetrics & Gynecology and
Reproductive Biology, 193, pp.19-22.

34

Anda mungkin juga menyukai