Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 15

Alisha Maulidita (03071281823018)


Dimas Indra Arifianto (03071381722058)
Ferdian Syahputra (0307138183049)
Juanda Irawan (03071381722070)
Tri Anggara (03071381823051)

Mata Kuliah : Geokimia


Dosen : Falisa S.T., M.T.
Kampus : Palembang

1. Mengapa dalam mengidentifikasi batubara secara petrologi dbutuhkan data


pendukung berupa GWI dan VI?
Dalam mengidentifikasi batubara secara petrologi, dibutuhkan data pendukung berupa
GWI dan VI. Calder dkk. (1991) mengusulkan model fasies batubara berdasarkan hubungan
antar maseral, yaitu Indeks Air Tanah (GWI / Ground Water Index) dan Indeks Vegetasi (VI
/ Vegetation Index). Indeks Air Tanah (GWI) dapat menentukan rezim hidrologi saat
pembentukan batubara yang berhubungan dengan identifikasi air terhadap air hujan, dan air
tanah terhadap pengandapan batubara, sementara Indeks Vegetasi (VI) dapat menduga jenis
vegetasi pembentuk batubara. Dalam penentuan lingkungan pengendapan menggunakan
diagram GWI versus VI (Calder, 1993) (Gambar 5), hasil perhitungan kandungan maseral
dan bahan mineral diplotkan ke dalam diagram yang terlebih dahulu direkalkulasi
berdasarkan formula sebagai berikut :

Gambar.1 Rumus analisa pada GWI dan VI

Berdasarkan diagram fasies GWI (Groundwater Index) dan VI (Vegetation Index), batubara
ini terendapkan pada fasies limnik pada kondisi hidrologi mesotrofik dengan vegetasi utama
pembentuk batubara dari jenis tetumbuhan tingkat rendah (herbaceous) dan sedikit tetumbuhan
berpohon tinggi, hasil dari analisis tersebut diinterreptasikan bahwa menentukan
Paleoenvironment, kandungan maceral batubara, pengendapan dan sejarah lingkungan
pengendapan pada suatu daerah terhadap batubara.
Tabel analisa dan contoh Studi Kasus

Gambar.2 Tabel hasil plot analisa GWI dan VI pada sample batubara menurut Calder (1993) dan
data GWI dan VI (Sjafri, Ildrem et al. 2018)

Berdasarkan hasil ploting dalam diagram GWI versus VI di atas, semua sampel batubara
pada daerah penelitian tersebut berada pada kisaran nilai GWI 1,0 –5,0 dan nilai VI yang rendah,
sehingga dapat diperkirakan bahwa kandungan maseral tergelifikasi kuat lebih dominan dan
kandungan telokolinit dan bahan mineral (mineral matter) yang menengah. Hal ini menunjukkan
bahwa batubara terbentuk pada fasies limnik hampir ke rawa (swamp) pada kondisi hidrologi
mesotrofik (mesotrophic) dengan vegetasi pembentuk batubara dari jenis tumbuhan herbaceous
dengan sedikit tetumbuhan berpohon tinggi. Kondisi hidrologi mesotrofik menujukkan sumber
air berasal dari air hujan dan air mengalir atau tergenang serta menandakan terjadinya fluktuasi
muka air pada saat pengendapan gambut.
Aplikasi Struktur Geologi Modern Dalam Industri Energi dan Mineral (Webinar
Asproditegi)

Gambar.1 Penggambaran Analisis Struktur (Twiss and Moores, 1992)

Pada pembahasan webinar membahas tentang geologi struktur (Fossen, 2010) dimana
dijelaskan tentang Geometri pada batuan akibat deformasi terhadap sejarahnya. Tujuan
mempelajari struktur geologi ialah mengetahui arti deformasi batuan serta klasifikasinya, mampu
mendeskripsikan geometri struktur geologi, mampu melakukan pemetaan dan analisis struktur
geologi, serta mampu menjelaskan mekanisme pembentukan struktur geologi didalam deformasi
tertentu. Aplikasi dari geologi struktur dan tektonika digunakan untuk merekonstruksi gaya-gaya
yang mempengaruhi proses perubahan dan evolusi dari permukaan bumi. Struktur tersebut
diakibatkan oleh deformasi pada lapisan atas bumi, dan divisualisasikan dalam bentuk 3D.
Analisis dibagi menjadi struktur dibagi menjadi:

1. Geometri (brittle deformation)


2. Dinamik (Paleostress dan mekanika)
3. Analisa Kinematika (stress lebih terukur)

Pada Skala keterbentukkan dengan deformation, dianalisis dengan seismic reflection, dan
singkapan serta handspacemen. Pembagian dibagi menjadi Struktur terhadap (menurut Steno):

1. bidang kontak, struktur primer (pembentukan bahan)


2. Struktur sekunder

Gambar.2 Skala Pembentukkan pada skala proses deformasi dan batuan (Modifikasi dari Means,
1976)

Berbicara mengenai perubahan permukaan bumi, dikenal adanya deformasi yaitu proses
yang merubah bentuk dan ukuran dari batuan dan meninggalkan jejak permanen pada batuan.
Deformasi batuan ini memberikan gambarakan proses yang dialami batuan. Jenis struktur
geologi terbagi menjadi tiga secara garis besar, yaitu bidang kontak, struktur primer, dan struktur
sekunder. Contoh struktur bidang kontak dapat berupa unconformity dan baking effect. Struktur
Primer merupakan struktur batuan yang berkembang selama proses pembentukan batuan.
Struktur primer dalam batuan sedimen ini mengikuti hukum dasar sedimentology menurut Steno
yang meliputi Superposition, Original Horizontality, dan Lateral Continuity. Struktur primer
yang terbentuk pada lapisan ini berupa gradded-bedding, cross-bedding, ripple marks, current
ripples, dsb. Sedangkan struktur sekunder didefiniskan sebagai struktur yang terbentuk akibat
gaya yang terjadi setelah proses pembentukan batuan tersebut, baik itu batuan beku, batuan
metamorf, dan batuan sedimen. Struktur sekunder terbagi menjadi dua secara garis besar yakni
brittle dan ductile. Struktur sekunder brittle memiliki contoh berupa fractures, joint, shear
fractures, slickenliness, vein, fault. Fold, cleavage, foliasi dan lineasi merupakan contoh struktur
sekunder ductile.

Dalam mengidentifikasi deformasi pada batuan serta klasifikasi struktur struktut geologi,
diperlukan pemahaman mengenai Stress dan Strain. Berikut ini merupakan detail pembahasan
mengenai Stress dan Strain :

1. Stress merupakan gaya yang menyebabkan perubahan pada batuan. Gaya yang bekerja
pada suatu batuan dirumuskan dengan ơ= F x A. Stress yang bekerja pada batuan terbagi
menjadi tiga meliputi Tensional Stress, Compressional Stress, dan Shear Stress.
Tensional stress memiliki arah yang berlawanan pada satu bidang dan sifatnya menarik
batuan. Compressional stress memiliki arah yang saling berhadapan dan bersifat
memampatkan atau menekan batuan. Shear stress memiliki arah yang berlawanan, tidak
dalam satu bidang yang menyebabkan terjadinya pergeseran atau translasi. Compressive
stress akan menyebabkan terjadinya pemendekan maupun pemanjangan sedangkan
tensional stress memiliki dampak lengthening atau pemanjangan.

Gambar 3. Contoh dari Stress

2. Berbeda halnya dengan Stress, Strain diartikan sebagai perubahan pada batuan yang
terjadi akibat adanya stress atau gaya yang bekerja. Strain merupakan suatu produk yang
terukur perubahannya secara kuantitatif. Deformasi batuan akan menyebabkan lapisan
yang pada awalnya horizontal berubah menjadi lipatan. Dengan adanya strain, dapat
diketahui nilai perubahan deformasi ini dengan catatan diketahui origin atau asal dari
lapisan yang terdeformasi. Sehingga dapat ditentukan apakah terjadi pemanjangan atau
pemendekan akibat dari deformasi batuan tersebut. Analisa kinematika strain dapat
menghasilkan perubahan bentuk, ukuran dan pergerakan yang terjadi pada batuan tanpa
menginterpretasikan gaya yang bekerja pada batuan. Batuan yang bersifat rigid atau kaku
akan mengalami translasi apabila berpindah dan mengalami rotasi apabila terputar saat
proses deformasi terjadi. Sedangkan batuan yang memiliki sifat non rigid akan
mengalami proses dilatasi maupun distorsi (Davis and Reynolds, 1996).
Gambar 4. Proses perubahan batuan akibat Strain

Menurut Hukum steno faktor yang memperngaruhi deformasi meliputi :

1. Jenis batuan dari plastic maupun ductile


2. Suhu, gaya, dan temperatur terhadap batuan

Gambar.5 Penggambaran Sederhana terhadap deformasi batuan pada stress dan strain

Gambar.6 Penggambaran Deskripsi Rekahan pada batuan


Pada analisis diatas menjelaskan produk dari stress dan strain pada batuan gambar.4 berupa
deskripsi terhadap rekahan. Pada konsepnya pegngambaran lipatan dan sesar digambarkan pada
geometri, kinematic, dan dinamik. Dalam hal tersebut terdapat progressive Deformation, dan
Structural Inherante terhadap bentuk dan geometri terhadap deformasi.

Gambar 7. Penggambaran pada lipatan dan sesar terhadap geometri, dan deformasi

Gambar 8. Penggambaran analisa Konsep Struktur Geologi

Pada pemodelan geologi, struktur geologi berguna dalam analisis sumber daya termasuk
mineral. Hal tersebut dibuktikan dengan bukti singkapan dan hasil sampel. Hal tersebut
diinterpretasikan terdapat stress dan strain yang mempengaruhi deformasi batuan, dan
pembentukan batuan. Analisis dengan dilakukan remote sensing, dan seismic pada batuan
untuk mengetahui data terhadap batuan. Pada analisis menggunakan analisis 3D dengan
mengetahui pemahaman Stress dan Strain pada pembentukkan sumber daya yang termasuk
pada Minerba, Geothermal, dan Migas.

Gambar 9. Penggambaran model photo singkapan melalui Photogrametry 3D

Gambar 10. Penggambaran pemodelan 3D terhadap ekplorasi hubungan dengan Stress dan
Strain pada batuan

Pada kesimpulan terdapat pemahaman terhadap struktur geologi terhadap deformasi


stress dan strain, Hukum terdapat Poroelastic Viscoelastic yang yang berbeda dengan
deformasi batuan sedimen. Dalam interpretasi sesar bisa merekonstruksikan terhadap
pengambilan data terhadap deformasi batuan. Dalam konsep lipatan berhubungan dengan
batuan brittle terhadap geometri dan pergerakan dinamik. Pentinganya dalam analisis 3D dan
menginterpretasikan Micro deformation.

Anda mungkin juga menyukai