Anda di halaman 1dari 15

MEMBUMIKAN ISLAM DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Adi Nur Rohman, S.H.I., M.Ag.

(Resume ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pendidikan Agama
Islam)

Disusun Oleh:

MUHAMMAD RIFQY DWI SAPUTRA

Kelas : 2C2

NPM : 202010115258

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

Jl. Perjuangan No 81 Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat 17143


BAB 1

PENDAHULUAN

Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya untuk di


ajarkan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke
generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah
rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat
rahman dan rahim Allah swt. Mayoritas manusia di bumi ini memeluk agama
islam. Banyak juga yang memilih menjadi mualaf setelah mengetahui semua
kebenaran ajaran nabi Muhammad SAW. Ini yang tercantum dalam al-Quran.
Pribumisasi Islam adalah bagian dari sejarah Islam, baik di Negeri asalnya
maupun di negeri lain, termasuk Indonesia. Terdapat dua hal yang secara dominan
mempengaruhi dinamika dan struktur sosial masyarakat, yaitu agama dan budaya
lokal. Mulanya Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang dari Gujarat dan
Malabar India. Lalu belakangan masuk pula pedagang dan dai-dai Islam dari
Hadramaut, di samping saudagar-saudagar Islam dari Cina. Waktu masuknya
Islam ke Indonesia (Nusantara) masih diperdebatkan. Ada yang berpendapat
bahwa sejak sebelum hijrah telah ada orang Arab yang tinggal di kepulauan ini.
Lalu pada abad ke-13 munculah untuk pertama kali sebuah komunitas Islam, yang
selanjutnya mengalami perkembangan pesat pada abad ke15. Pada abad ke-17 /
ke-18 bahkan mayoritas penduduk Jawa dan Sumatera telah memeluk Islam.
Islam disebarkan dengan cara-cara damai dengan aliansi politik dan pembiaran
terhadap budaya-budaya lokal yang sudah ada sebelumnya, selama sejalan dengan
prinsip-prinsip Islam. Oleh karena itu di Resume ini akan dibahas mengenai
bagaimana membumikan islam di Indonesia.1

1
https://www.voaindonesia.com/a/pribumisasi-islam-di-indonesia-dan-islam-
nusantara/4802554.html
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses awal Masuknya Islam di Indonesia

Islam hadir di Nusantara ini sebagai agama baru dan pendatang.


Dikarenakan kehadirannya lebih belakang dibandingkan dengan agama
Hindu, Budha, Animisme dan Dinamisme. Terlepas dari subtansi ajaran
Islam, Islam bukan merupakan agama asli bagi bangsa Indonesia,
melainkan agama yang baru datang dari Arab. Sebagai agama baru dan
pendatang saat itu, Islam harus menempuh strategi dakwah tertentu,
melakukan berbagai adaptasi dan seleksi dalam menghadapi budaya dan
tradisi yang berkembang di Indonesia. Perkembangan Islam di Nusantara
ini merasakan berbagai pengalaman, disebabkan adanya keberagaman
budaya dan tradisi pada setiap pulau tersebut. Bahkan dalam satu pulau
saja bisa melahirkan berbagai budaya dan tradisi. Perjumpaan Islam dengan
budaya (tradisi) lokal itu seringkali menimbulkan akulturasi budaya.
Kondisi ini menyebabkan ekpresi Islam tampil beragam dan bervariasi
sehingga kaya kreativitas kultural-religius, tetapi dalam wilayah
dan/bidang tertentu telah terjadi penyimpangan dari Islam yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad Saw setidaknya kekurangsempurnaan dalam
mengamalkan ajaran-ajaran dasar Islam.2

Realitas ini merupakan risiko akulturasi budaya, tetapi akulturasi budaya


tidak bisa dibendung ketika Islam memasuki wilayah baru. Jika Islam
bersikap keras terhadap budaya atau tradisi lokal yang terjadi justru
pertentangan terhadap Islam itu sendiri bahkan peperangan dengan
pemangku budaya, tradisi atau adat lokal seperti perang Padri di Sumatera.
Maka jalan yang terbaik adalah melakukan seleksi terhadap budaya
maupun tradisi yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam untuk
diadaptasi sehingga mengekpresikan Islam yang khas. Ekpresi Islam lokal
ini cenderung berkembang sehingga menimbulkan Islam yang beragam.

2
https://www.kompasiana.com/hisammalik/5bf4f40f43322f51cd28fe43/membumikan-islam-di-
indonesia?page=all
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti
animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa
Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-
kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan
Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan
sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima
dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian,
persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang
paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan
membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.

Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “


masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam
masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi.
Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke
Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar
Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan
langsung dari Madinah.

B. Cara Islam Masuk Di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam


berkembangdan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif
berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada
prinsip Q.S. al- Baqarah ayat 256 :3

‫الر ْشد ِمنَ ْالغَي ِ ۚ فَ َم ْن يَّ ْكف ْر‬ ِ ‫ل اِ ْك َراهَ ِفى‬


ُّ َ‫الدي ِْن قَ ْد ت َّ َبيَّن‬ ‫َا‬
‫س َك ِب ْالع ْر َوةِ ْالوثْ ٰقى َل‬ ِ ٰ ‫ت َويؤْ ِم ْن ِب‬
َ ‫اّلل فَقَ ِد ا ْست َ ْم‬ ِ ‫الطاغ ْو‬َّ ‫ِب‬
‫ع ِليْم‬
َ ‫س ِميْع‬ ٰ ‫ام لَ َها ۚ َو‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ص‬ َ ‫ا ْن ِف‬
3
QS. al Baqarah (2): 256
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa
ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah
berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui.

Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara, yaitu melalui
perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang
kesemuanya mendukung meluasnya ajaran agama Islam.4

1. Perdagangan

Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari Arab,
Persia, dan India. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di
Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang
antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang,
sebagai seorang muslim juga mempunyai kewaajiban berdakwah maka para
pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan kebudayaan
Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia
memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan agama Islam dan budaya
Islam yang baru dianutnya kepada orang lain. Dengan demikian, secara bertahap
agama dan budaya Islam tersebar dari pedagang Arab, Persia, India kepada bangsa
Indonesia. Proses penyebaran Islam melalui perdagangan sangat menguntungkan
dan lebih efektif dibanding cara lainnya.

2. Perkawinan

Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah menetap makin
membaik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak
dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi gadis – gadis setempat

4
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/04/masuknya-islam-ke-indonesia.html
dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak mengalami kesulitan.
Misalnya, perkawinan Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dengan Nyai Gede Manila,
putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan antara Raja Brawijaya dengan putri
Jeumpa yang beragama Islam kemudian berputra Raden Patah yang pada akhirnya
menjadi Raja Demak.

3. Politik

Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang
peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk
agama Islam, otomatis rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk agama
Islam. Karea, masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja
selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan rakyat memeluk agama Islam,
pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya perluasan wilayah
kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.

4. Pendidikan

Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig
yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok –
pondok pesantren. Dan di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi
menuntut ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Yang jika para pelajar
tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai agama Islam, mereka mempunyai
kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya kepada
masyarakat sekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama
Islam. Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara
lain Pesantren Sunan Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan
Ampel ) dan Pesantren Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku (
daerah Hitu ), dls.5

5
Cetak Biru Generasi Emas Pendidikan Islam Khas Indonesia”. Tempo. 7 Mei 2018. Hlm. 58-59.
5. Seni Budaya

Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni
pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di
Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara
mengakrabkan budaya daerah setempat dengan ajaran Islam yang disusupkan
ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat mungkin memanfaatkan
tradisi lokal, misalnya:

Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair. Contohnya : Gending Dharma,


Suluk Sunan Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.Mengkultulrasikan
wayang yang sarat dokrin. Tokoh – tokoh simbolis dalam wayang diadopsi atau
mencipta nama lainnya yang bisa mendekatkan dengan ajaran Islam. Mencipta
tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.

Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat.
Sebab insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebai pemanggil untuk
acara keramaian.

Menggeser tradisi klenik dengan doa – doa pengusir jin sekalugus doa ngirim
leluhur. Diantaranya yang disebut Tahlil.

6. Tasawuf

Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu
menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah
masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat
dan menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah
Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.

Dengan melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan diterima
masyarakat dengan baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor – faktor yang
menyebabkan Islam cepat bekembang di Indonesia antara lain :

• Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kelimat


syahadat
• Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana
• Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan
Indonesia
• Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.
C. Peran walisongo dalam dakwah islam

Dalam konteks sejarah penyebaran Islam di Nusantara tepatnya pada aba


ke -15 dan khususnya di tanah Jawa, Walisongo mempunyai peran yang
cukup besar dalam proses akulturasi Islam dengan budaya. Budaya
dijadikan sebagai media dalam menyebarkan Islam dan mengenalkan nilai
dan ajaran Islam kepada masyarakat secara persuasif. Kemampuan
memadukan kearifan local dan nilai-nilai Islam mempertegas bahwa agama
6
dan budaya lokal tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

Secara sosiologis, keberadaan Walisongo hampir semua berada di titik


tempat pusat kekuatan masyarakat, yaitu di Surabaya, Gresik, Demak, dan
Cirebon. Bahkan kerabat mereka pun memiliki peran yang signifikan juga
dalam penyebaran Islam secara kultural.Dalam konteks praktik keagamaan
yang dijalankan masyarakat Indonesia yang berhubungan dengan gerakan
dakwah Walisongo dtampak sekali terdapat usaha membumikan Islam.
Fakta tentang pribumisasi Islam yang dilakukan Walisongo dalam
dakwahnya terlihat sampai saat ini. Sejumlah istilah local yang digunakan
untuk menggantikan istilah yang berbahasa Arab, contohnya Gusti Kang
Murbeng (Allahu Rabbul Alamin), Kanjeng Nabi, Kyai (al-Alim), Guru
(Ustadz), bidadari (Hur), sembahyang (shalat), dan lain-lain.

Sejak masa Wali Songo, Islam di Indonesia memiliki dua model di atas.
Kelompok formalis lebih mengutamakan aspek fikih dan politik
kenegaraan, sedangkan kelompok esensialis memprioritaskan aspek nilai
dan kultur dalam berdakwah. Di era kemerdekaan sampai dengan era
pascareformasi, polemik antara kedua model keberagamaan ini masih tetap
ada.

6
Muklis PaeEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia, (Religi dan Filsafat), (Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2009)h, hlm.76.
D. Prinsip dan etika dakwah islam

Dakwah pada prinsipnya merupakan ajakan, seruan, atau panggilan.


Sebagai kewajiban agama sudah selayaknya dakwah itu dijauhkan dari
unsur paksaan atau pun kekerasan baik dalam bentuk terang-terangan atau
pun tersembunyi. Adapun dari segi materinya pun harus mampu menyentuh
hati dan menggugah akal mereka sehingga rasionalitas dan emosionalitas
sasaran dakwah berjalan secara seimbang. (Ismail, 2018: 171) Setiap
aktifitas dakwah baik itu ditujukan pada diri sendiri atau pun kepada
kelompok non-muslim haruslah berpegang teguh kepada etika dan prinsip
dakwah. Hal tersebut telah difirmankan oleh Allah swt . 7

َ ‫َر ب ِ َك بِالْ ِح ْك َم ِة َو الْ َم ْو ِع ظَ ِة الْ َح‬


‫س نَ ِة‬ ‫س بِي ِل‬
َ ‫ادْع إِلَ ٰى‬
‫َّك ه َو أ َ ْع لَم بِ َم ْن‬َ ‫س ن إِ َّن َر ب‬ َ ‫ي أ َ ْح‬
َ ‫ِه‬ ‫بِالَّتِي‬ ‫َو َج ادِلْ ه ْم‬
‫س بِي ِل ِه َو ه َو أ َ ْع لَم بِالْ م ْه ت َدِي َن‬
َ ‫ع ْن‬
َ ‫ض َّل‬
َ
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”

7
QS. An-Nahl (16): 125
Allah mengingatkan juga untuk tidak menggunakan kekerasan dalam
berdakwah sebagaimana termaktub dalam Quran .8

َ‫ت فَظًّ ا غَ ِل يظ‬ َ ْ‫ت لَ ُه ْم َو لَ ْو كُن‬


َ ‫ّللا ِ ِل ْن‬
َ ‫فَبِ َم ا َر ْح َم ة ِم َن‬
‫ع ْن ُه ْم َو ا ْس ت َ ْغ ِف ْر‬ ُ ‫ب ََل ْن فَضُّوا ِم ْن َح ْو ِل َك فَاع‬
َ ‫ْف‬ ِ ْ‫الْ قَل‬
‫ع لَى‬ َ ‫ت فَت َ َو َك ْل‬ َ ‫ع زَ ْم‬ َ ‫لَ ُه ْم َو شَا ِو ْر هُ ْم فِي ْاْل َ ْم ِر فَإ ِذ َا‬
‫ب الْ ُم ت َ َو ِك ِل ي َن‬ َ ‫ّللا ِ إِ َن‬
ُّ ‫ّللا َ يُ ِح‬ َ
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Dalam masyarakat yang pluralistik saat ini diperlukan pengembangan kiat-


kiat baru bagi para pendakwah dengan menyelaraskan dengan kemajuan
tekhnologi dan modernitas. Penggunaan media massa dan internet dirasa
sangat pas dalam menyebarkan dakwah yang lebih luas lagi. Artinya,
metode seperti ini juga menandakan sama dengan para Walisongo pada
zaman dahulu menggunakan media tradisional Tuntutan modernitas dan
globalisasi menuntut model pemahaman agama yang saintifik, yang secara
serius memperlihatkan pelbagai pendekatan, Pendekatan Islam
monodisiplin tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan zaman yang
dihadapi umat Islam di pelbagai tempat. Agar diperoleh pemahaman Islam
yang saintifik di atas diperlukan pembacaan teks-teks agama (Quran, Al-
Hadīts, dan turats) secara integratif dan interkonektif dengan bidang-
bidang dan disiplin ilmu lainnya

8
QS. al Baqarah (3): 159
Di sisi lain, Islam yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, mau
tidak mau, harus beradaptasi dengan nilai-nilai budaya lokal (kearifan
lokal). Sebagai substansi, Islam merupakan nilai-nilai universal yang dapat
berinteraksi dengan nilai-nilai lokal (local wisdom) untuk menghasilkan
suatu norma dan budaya tertentu. Islam sebagai raḫmatan lil „āīamin
terletak pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal yang
dibangun atas dasar kosmologi tauhid. Nilai-nilai tersebut selanjutnya
dimanifestasikan dalam sejarah umat manusia melalui lokalitas ekspresi
penganutnya masing-masing. 9

E. MENGGALI SUMBER TENTANG PRIBUMISASI ISLAM

A.Pribumisasi Islam

Gagasan pribumisasi Islam, secara geneologis dilontarkan pertama kali oleh


Abdurrahman Wahid pada tahun 1980-an. Menurut Gus Dur Pribumisai Islam
adalah rekonsilasi antar budaya dan agama. Pribumisasi Islam telah menjadikan
agama dan budaya tidak saling mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola
nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuknya yang otentik dari agama,
serta berusaha mempertemukan jembatan yang selama ini memisahkan antara
agama dan budaya.Ia juga memperingatkan bahwa dalaam proses pribumisasi
tidak boleh terjadi percampuran antara islam dan budaya lokal. Kendatipun islam
harus dipahami dengan mempertimbangkan konteks-konteks lokal, ciri islam
harus tetap dipertahankan dalam bentuknya yang asli. 10

Karenanya membaca ayat-ayat al-Qur’an ketika bersembahyang harus tetap


diucapkan dalam masyarakat.Anggapan Islam yang di Timur Tengah sebagai
Islam yang murni dan paling benar, karena Islam sebagai agama mengalami
historisitas yang terus berlanjut.Apabila kita tengok sejarah perkembangan islam
di indonesi, dakwah yang dilakukan oleh para dai yang mebawa islam ke
indonesia selalu mempertimbangkan ke arifan lokal (local wisdom) yang menjadi
realitas kebudayaan dalam masyarakat indonesia. Keberagaman suku, budaya.

9
Abdul Mu ‘ti.2009. Inkulturasi Islam. Jakarta: AL-Wasath.
10
Rachman, Budhy Munawar.2010. Argumen Islam untuk sekularisme. Jakarta : Grasindo
B.Menggali Sumber Sosiologis

Indonesia merupakan negara penganut agama islam terbesar didunia. Fenomena


tersebut tidak terlepas dari jasa-jasa para dai muslim sepanjang sejarah yang
berasal dari arab, persia, india bahkan hingga dari cina. Yang masuk melalui jalur
perdagangan, mereka tiadak hanya untuk memperkenalkan islam tetapi juga
dengan membawa seperangkat keilmuan islam yang sudah mengalami proses
pengembangan di tanah asalnya, Timur Tengah. Jalur jalur oleh para penyebar
Islam yang mula-mula di Indonesia adalah sebagai berikut:

1.Jalur perdagangan

2.Jalur tasawuf

3.Jalur perkawinan

4.Jalur pendidikan

5.Jalur kesenian

6.Jalur politik

Penyebaran Islam secara kasar dapat dibagi tiga tahap. Pertama, dimulai dengan
kedatangan Islam yang diikuti oleh kemerosotan kemudian keruntuhan Majapahit
pada abad ke-14 sampai 15. Kedua, sejak datang dan mapannya kekuasaan
kolonial Belanda di Indonesia sampai abad ke-19. Ketiga, bermula pada awal
abad ke-20 dengan terjadinya liberalisasi kebijakan pemerintah kolonial Belanda
di Indonesia. Dalam tahap-tahap itu akan terlihat proses islamisasi sampai
mencapai tingkat sekarang.11

C. Pendekatan Filosofis

Secara harfiah filosofis, berasal dari kata filsafat berasal dari kata philio yang
berarti cinta kepada kebenaran, ilmu, dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula
berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta
berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. membaca kitab berjudul
Hikmah Al-Tasyri wa Falsafatubu yang ditulis oleh Muhammad Al-Jurjawi.

11
Ristekdiksi, Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi (Cetakan 1, 2016), hlm. 171-172.
Dalam buku tersebut Al-Jurjawi berupaya mengungkapkan hikmah yang terdapat
di balik ajaran-ajaran agama islam. Ajaran agama islam misalnya mengajarkan
agar melaksanakan salat berjamaah. Tujuannya antara lain agar seseorang
merasakan hikmahnya hidup secara berdampingan dengan orang lain. Untuk
membawa pendekatan filosofis dalam tataran aplikasi kita tidak bisa lepas dari
pengertian pendekatan filosofis yang bersifat mendalam, radikal, sistematik dan
universal. Karena sumber pengetahuan pendekatan filosofis rasio, maka untuk
melakukan kajian dengan pendekatan ini akal mempunyai peranan yang sangat
psignifikan. Untuk memperjelas hal ini, penulis akan coba memaparkan contoh
kajian keagamaan tentang takdir dengan menggunakan pendekatan ini.12

D. Pendekatan Theologis

Dalam sejarah Islam, khususnya dalam perkembangan teologi islam di dunia


islam dibagi kedalam tiga periode atau zaman, yang mana dalam setiap zaman
teologi islam tersebut memiliki karakteristik atau ciriciri tersendiri yang
membedakan antara hasil pemikiran teologis zaman yang satu dengan zaman yang
lainnya. Zaman tersebut meliputi : zaman klasik (650-1250 M), zaman
pertengahan (1250-1800 M) dan zaman modern (1800 dan seterusnya).

Dan setidaknya pemikiran yang digunakan masih diwarnai oleh gaya pemikiran
yunani yang spekulatif. Kenyataan ini tidak hanya terjadi pada Asy’ariah, tetapi
juga pada Mu’tazilah yang dianggap paling rasional, sehingga serasional apapaun
pemikiran Mu’tazilah, sesungguhnya ia masih bersifat deduktif bayaniyah, artinya
ia masih bersifat transmission, deskriptif dan bergantung pada teks, al-Qur’an
maupun al-Hadist.

Dari pemikiran teologi di atas, dapat diketahui bahwa pendekatan teologis


semacam ini dalam pemahaman keagamaan adalah menekankan pada bentuk
forma atau simbol-simbol keagamaan teologi teologi mengklaim dirinya yang
paling benar, sedangkan yang lainnya salah, sehingga memandang bahwa paham
orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan lain sebagainya13

12 12
Ristekdiksi, Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi (Cetakan 1, 2016), hlm. 173-174.
13 13
Ristekdiksi, Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi (Cetakan 1, 2016), hlm. 173-174.
Urgensi Pribumisasi Islam
Upaya pembumian Islam sering kali terhambat oleh adanya potensi-potensi
konflik yang sangat banyak di negeri ini (agama, etnis, strata sosial, dan
sebagainya). Salah satu potensi konflik yang mungkin dapat menghalangi proses
pembangunan dan modernisasi di Indonesia adalah pemahaman agama. Namun,
Apabila kita kembali melihat contoh rasul dengan masyarakat madaninya, maka
kita dapati bahwa potensi-potensi konflik akan dapat dieliminasi dengan
mengedepankan persamaan dalam keragaman. Artinya, Islam mengajarkan bahwa
perbedaan itu adalah fitrah dan merupakan pemberian dari Tuhan tetapi dalam
menjalani hidup ini hendaknya kita tidak mempertajam perbedaan tersebut dan
lebih menghargai satu sama lain.
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PEMBUMIAN ISLAM DI
INDONESIA
Faktor-faktor yang memudahkan / mendukung adalah sebagai berikut:
o Ajarannya sederhana, mudah dimengerti dan diterima.
o Islam tidak mengenal kasta, sehingga lebih menarik bagi rakyat biasa yang
jumlahnya justru lebih besar.
o Upacara-upacara keagamaan sangat sederhana.
o Syarat masuk agama islam sangat mudah yaitu hanya mengucapkan dua
kalimat syahadat dan tidak perlu ada upacara khusus.
o Penyebaran agama islam di Indonesia disesuaikan dengan adat dan tradisi
masyarakat Indonesia.
o Keruntuhan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Huddha seperti
sriwijaya dan majapahit memberikan kesempatan yang luas bagi
perkembangan islam.
o Islam merupakan agama yang bersifat terbuka karena penyebaran islam
dilakukan secara damai dan tanpa paksaan.
o Ajaran Islam berupaya untuk menciptakan kesejahteraan kehidupan
masyarakat dengan adanya kewajiban zakat bagi yang memiliki harta.14
Faktor-faktor yang menjadi penghambat adalah sebagai berikut:
o Masyarakat Indonesia pada masa itu masih kental dengan pengaruh agama
Hindu.Seperti yang kita ketahui, setelah zaman prasejarah berakhir, di
Indonesia lahir kebudayaan baru. Kebudayaan tersebut ditandai dengan
datangnya orang-orang India sebagai pembawa kebudayaan Hindu yang
membawa pengaruh dan menyebabkan perubahan cara hidup masyarakat
Indonesia baik dalam tatacara hidup kemasyarakatan, perekonomian, dan
keagamaan.
o Masyarakat Indonesia pada masa itu umumnya masih menganut
kepercayaan kepada nenek moyang / kepercayaan Animisme.

14
Mustaqim , Abdul.2013. Al-islam fi Siyaaqihi at-Taariikhy. Beirut: at-Tanwir
BAB III

PENUTUP

Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw
sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia
hingga akhir zaman. Kewajiban sebagai umat islam untuk membumikan Islam
sudah tertera dalam berbagai hadist dan Surat di Alquran. Banyak cara yang dapat
ditempuh dalam membumikan Islam di Indonesia. Kebangkitan atau kemajuan
umat Islam, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama sungguh sangat
bergantung pada sejauh mana mereka berpedoman dan berpegang teguh pada
petunjuk-petunjuk, ajaran-ajaran, aturan-aturan, etika-etika dan norma-norma
yang mencakup segala aspek dan segi kehidupan manusia di mana pun.

DAFTAR PUSTAKA

• Al-Quran
• https://www.voaindonesia.com/a/pribumisasi-islam-di-indonesia-dan-
islam-nusantara/4802554.html
• https://www.kompasiana.com/hisammalik/5bf4f40f43322f51cd28fe43/me
mbumikan-islam-di-indonesia?page=1
• https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/04/masuknya-islam-ke-
indonesia.html
• Buku Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Negeri
Ristekdikti
• Bagaimana Membumikan Islam di Indonesia-.pdf

Anda mungkin juga menyukai