Anda di halaman 1dari 17

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Lokasi PBL

a. Keadaan Geografis

Desa Jamberama merupakan salah satu Desa yang terletak di

Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Desa Jamberama

terbagi menjadi 2 Dusun dan 12 RT. Dusun Cilimus terdiri dari 6 RT,

Dusun Surian terdiri dari 6 RT. Adapun keadaan geografis Desa

Jamberama secara lebih rinci tersaji dalam beberapa tabel berikut.

Tabel 3.1 Batas Wilayah Desa Jamberama Kecamatan Selajambe


Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan


Sebelah Utara Kehutanan Selajambe
Sebelah Selatan Selajambe Selajambe
Sebelah Timur Begawat Selajambe
Sebelah Barat Padahurip Selajambe
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Tabel 3.1 menggambarkan batas-batas dan nama-nama desa yang

bersebelahan dengan Desa Jamberama berdasarkan data monografi yang ada

di Desa.

Tabel 3.2 Keadaan Geografis Desa Jamberama Kecamatan Selajambe


Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Keadaan Geografis Ukuran


Ketinggian tanah dari permukaan air laut 300-500 M
Banyaknya curah hujan 1.500 mm/thn
Tofografi Dataran Tinggi
Suhu udara rata-rata 23-27°C

1
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Tabel 3.3 Luas Wilayah Desa Jamberama Kecamatan Selajambe,


Kabupaten Kuningan Tahun 2018

No Wilayah Luas
1 Luas Desa 5323.25 Ha
2 Tanah Bengkok 5.569 Ha
3 Tanah Titisara --
4 Tanah Pengangonan --
5 Pemukiman 10.433 Ha
6 Kuburan 5.420 Ha
7 Tanah Sawah 63.190 Ha
8 Tanah Tegalan 124 Ha
9 Tanah Perkebunan 30.000 Ha
10 Hutan Rakyat --
11 Hutan Negara --
12 Hutan Lindung 361.000 Ha
13 Perikanan 1.000 Ha
14 Tanah Lainnya --
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 3.3 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah

di Desa Jamberama merupakan tanah hutan, sawah dan perkebunan.

Tabel 3.4 Orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan) Desa Jamberama


Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan tahun 2018

Orbitasi Jarak
Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 1 km
Jarak dari pusat pemerintahan kabupaten 36 km
Jarak dari pusat pemerintahan provinsi 161 km
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 3.4 dapat disimpulkan bahwa jarak dari Desa

Jamberama ke pusat pemerintahan cukup jauh.

b. Keadaan Demografi

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Desa Jamberama Kecamatan Selajambe


Kabupaten Kuningan Tahun 2018

2
Jumlah Persentase
Jenis Kelamin
(N) (%)
Laki-Laki 911 orang 49,1%
Perempuan 943 orang 50,9%
Total 1.854 orang 100%
Jumlah Kepala Keluarga 554 KK
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa penduduk di Desa

Jamberama sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 943

orang (50,9%).

Tabel 3.6 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Jamberama,


Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Pendidikan Jumlah
Sekolah Dasar (SD) 7,670 orang
SMP 3,395 orang
SMA 1,339 orang
SMK 117 orang
D1/D2 34 orang
D3 69 orang
S1 119 orang
S2 46 orang
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 3.6 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

masyarakat di Desa Jamberama menempuh pendidikan hanya sampai

jenjang Sekolah Dasar (SD).

c. Keadaan Ekonomi

Tabel 3.7 Mata Pencaharian Penduduk Desa Jamberama, Kecamatan


Selajambe, Kabupaten Kuningan Tahun 2018

3
Pekerjaan Jumlah
Petani 752 orang
Buruh Tani 155 orang
PNS 19 orang
Pensiunan 8 orang
Pegawai Swasta 28 orang
Wiraswasta 43 orang
Lain-lain 2 orang
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 3.7 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

masyarakat Desa Jamberama bekerja sebagai petani atau buruh tani. Hal ini

dikarenakan Desa Jamberama merupakan daerah pegunungan yang masih

terdapat banyak sawah dan kebun.

d. Keadaan Sosial Budaya

Sebagian besar masyarakat Desa Jamberama memeluk agama Islam dan


seluruh masyarakat desa Jamberama menggunakan bahasa sunda untuk
berkomunikasi sehari-hari. Terdapat berbagai macam kegiatan sosial dengan
tujuan untuk meningkatkan interaksi dengan masyarakat lainnya. Kegiatan
sosial tersebut yaitu pengajian rutin setiap hari Jum’at, arisan Ibu-Ibu,
karang taruna desa, Posyandu, dan PKK (Program Kesejahteraan Keluarga).
e. Sarana dan Prasarana

Tabel 3.8 Sarana dan Prasarana Desa Jamberama Kecamatan Selajambe


Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Sarana Peribadatan Jumlah


Masjid 2 Buah
Musholla 8 Buah
Kesehatan
Puskesmas Pembantu --
Poliklinik/Polindes 1 Unit
Posyandu 2 Unit

4
Pendidikan
Taman Kanak-Kanak 1 Buah
Sekolah Dasar (SD/MI) 2 Buah
SMP --
SMA --
Pondok Pesantren/MD --
Madrasah Diniyah (MD) 2 Buah
Olah Raga
Lapangan Sepakbola 1 Buah
Lapangan bulutangkis 1 Buah
Lapangan Meja Pingpong 1 Buah
Lapangan Volly 2 Buah
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

3.2 Hasil dan Pembahasan

3.2.1 Alternatif Penyelesaian Masalah menggunakan Tabel USG (Urgency,


Seriousness, Growth)
Tabel 3.105 Matriks USG (Urgency, Seriousnes, Growth) untuk
Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan di Desa Jamberama
Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2019

Kriteria Urutan
No. Masalah Kesehatan Total Priorit
U S G as
1 Tempat Pembuangan Akhir Sampah 3 4 4 11 III
2 Akses Pelayanan Kesehatan 4 4 4 12 II
3 Hipertensi 5 5 4 14 I
(Sumber : Data Primer, 2019)
Ket. 5 = Sangat Besar
4 = Besar
3 = Sedang
2 = Kecil
1 = Sangat Kecil
Berdasarkan matriks USG pada tabel 3.107 di atas, terdapat 3 (tiga)
masalah kesehatan terbesar di Desa Jamberama, yaitu masalah tempat
pembuangan akhir sampah, akses pelayanan kesehatan, dan hipertensi.
Nilai/skor yang diberikan didapat dari hasil MMD yang dibimbing oleh
Kepala UPTD Puskemas Selajambe.

5
Pada kategori Urgensi (U) masalah hipertensi diberi nilai/skor paling
tinggi, yaitu 5 karena apabila masalah ini bila tidak segera diatasi, maka
akan berdampak buruk bagi kesehatan yang berakibat sangat fatal dan
menyebabkan kematian mendadak. Pada Kriteria Seriousness (S) masalah
hipertensi diberi nilai/skor paling tinggi, yaitu 5 karena masalah ini
jikadbiarkan dapat menimbulkan komplikasi penyakit. Pada kategori Growt
(G) masalah hipertensi diberi nilai/skor tertinggi, yaitu 4 karena hal ini
apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan komplikasi penyakit yang
apabila dibiarkan akan menyebabkan kematian.
Berdasarkan hasil perhitungan matriks USG tersebut, dapat diketahui
bahwa hipertensi adalah masalah yang paling diprioritaskan mengingat
akibat yang ditimbulkan juga sangat berbahaya dan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Hipertensi merupakan penyakit yang sangat
berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini.
Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Keadaan
ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat mengakibatkan kematian
mendadak (Anwar, 2014). Berdasarkan penelitian lain menurut Widiana
(2017), menyebutkan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan gangguan pada organ, dan dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan.
3.2.2 Identifikasi Prioritas Penyebab Masalah dan Alternatif Sasaran
Menggunakan Metode MCUA dan How-How Diagram

Tabel 3.106 Matriks MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment) untuk


Mengidentifikasi Penyebab Masalah Kesehatan
Penyebab Masalah Hipertensi
Rendahnya
Kesadaran
Aktifitas
Bobot Masyarakat
Kriteria Fisik Pola Makan
(%) Melakukan
Berlebih
Check Up
Rutin
Skor SxB Skor SxB Skor SxB
1. Urgensi 40 4 1,6 3 1,2 4 1,6
2. Relevansi 35 4 1,4 2 0,7 3 1,05

6
Skala Penyebab 25 4 1 3 0,75 3 0,75
Jumlah SxB 4 2,65 3,4
Prioritas I III II
Ket. 4 = Sangat Berpengaruh

3 = Cukup Berpengaruh

2 = Berpengaruh

1 = Kurang Berpengaruh

Berdasarkan tabel matriks MCUA pada tabel 3.108 skor kali bobot

yang terbesar adalah penyebab masalah hipertensi adalah rendahnya

pengetahuan masyarakat dengan nilai total 4.

Berikut ini adalah How-How Diagram untuk menemukan alternatif

solusi masalah hipertensi di Desa Jamberama.

Rendahnya Kesadaran
Masyarakat Melakukan Check
Up Rutin

Pelatihan Kader Anti Arisan Tensi ( 1 Rumah 1


Hipertensi (PEKA Tensi)
Hipertensi)

Home Care Hipertensi

Gambar 3.2 How-How Diagram

7
Alternatif penyelesaian masalah tersebut antara lain :

1. Pelatihan Kader Anti Hipertensi (PEKA Hipertensi)

Pelatihan kader anti hipertensi dilakukan dengan melatih kader

menggunakan alat pengukur tekanan darah agar dapat melakukan

pemeriksa tekanan darah secara rutin dan diberikan buku saku yang

digunakan untuk mencatat hasil pengukuran tekanan darah serta terdapat

juga materi seputar hipertensi sehingga dapat memantau status kesehatan

masyarakat yang menderita hipertensi.

2. Home Care Hipertensi

Upaya yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang

bergerak di komunitas atau rumah. Home care ini memberikan kemudahan

kepada keluarga yang menderita hipertensi dalam memonitor beberapa

kebiasaan penderita, seperti makan, minum, dan pola tidur. Sehingga

penyakit hipertensi dapat terkontrol.

3. Arisan Hipertensi

Kegiatan satu bulan sekali yang diadakan rutin oleh seluruh

masyarakat Desa Jamberama yang dipimpin oleh kader/petugas kesehatan

agar nantinya setiap rumah memiliki 1 alat ukur tekanan darah yang

nantinya dapat digunakan untuk mengecek tekanan darah secara rutin oleh

salah satu anggota keluarga yang telah mendapat pelatihan mengenai

penggunaan alat ukur tekanan darah. Sehingga dapat menciptakan

lingkungan keluarga yang sehat dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

8
3.2.3 Analisis Kelayakan Penyelesaian Masalah

Langkah selanjutnya yaitu melakukan penilaian penyeselsaian masalah

kesehatan melalui metode force filed analysis. Analisis ini bertujuan untuk

menentukan alternative solusi mana yang paling tepat diantara penurunan angka

hipertensi dan alternative penanganan hipertensi sebagai upaya mengatasi

masalah di Desa Jamberama, dan berikut adalah gambarannya.

Faktor Penghambat Faktor pendukung

Skor
Skor

Partisipasi kader 3
Tingkat pendidikan rendah 3
P

E Adanya kenaikan angka


L hipertensi di tahun 3
Keterbatasan media 2 sebelumnya
A

T
Kurangnya tenaga medis 3
Keterbatasan biaya dalam I
2
pengadaan alkes H
Kurangnya kesadaran
A
masyarakat untuk 2
N melakukan cek kesehatan

tersedianya alat pengukur


2
tekanan darah

Jumlah 7
13 jumlah

9
Diagram 3.1 Force Field Analysis

Berdasakan diagram diatas alternative masalah yang pertama yaitu tentang

pelatihan hipertensi factor penghambat pelatihan diantaranya tingkat pendidikan

rendah yang diberi skor 3, keterbatasan media dengan skor 3 dan keterbatasan

biaya dalam pengadaan alkes yang diberi skor 2. Sedangkan factor pendukung

pelatihan yaitu partisipasi kader terhadap pelatihan diberi skor 3, adanya kenaikan

angka hipertensi pada tahun sebelumnya diberi skor 3, kurangnya tenaga medis

diberi skor 3, kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan cek kesehatan

diberi skor 2, dan ketersediaan alat pengukur tekanan darah diberi skor 2. Oleh

karena itu skor factor pendukung lebih besar dari factor penghambat.

Faktor pendukung
Faktor penghambat

Skor
Skor P

E Adanya izin atau dukungan


Tingkat pengetahuan 3
dari pihak desa
3 N
kader rendah
Y

U Ketersediaan Buku saku


hipertensi 4
Keterbatasan media 2 L

H Partisipasi kader 3

Jumlah 5 A

N
10 jumlah

10
Diagram 3.2 Force Field Analysis

Berdasarkan diagram diatas alternative masalah kedua adalah penyuluhan

hipertensi pada kader, factor penghambat dalam penyuluhan diantaranya tingkat

pengetahuan kader rendah diberi skor 3 dan keterbatasan media diberi skor 2

sedangkan factor pendukungnya antara lain adanya izin atau dukungan dari pihak

desa diberi skor 3, ketersediaan buku saku hipertensi diberi skor 4, dan partisipasi

kader diberi skor 3. Oleh karena itu nilai factor pendukung lebih besar dari factor

penghambat.

Faktor penghambat
Faktor pendukung

Skor Skor
K
Kurangnya dukungan 3 E Tingginya Partisipasi
stakeholder 4
B masyarakat terhadap
penanganan sampah
Keterbatasan biaya dalam I
pembuatan tempat 3
J
pembakaran sampah
jumlah
A 4

Budaya masyarakat buang K


3
sampah sembarangan
A

N
Jumlah 9

Diagram 3.3 Force Field Analysis


Berdasarkan diagram diatas alternative masalah ketiga adalah kebijakan pada
penanganan sampah. Factor penghambat kebijakan diantaranya kurangnya

11
dukungan stakeholder diberi skor 3, Keterbatasan biaya dalam pembuatan tempat
pembakaran sampah diberi skor 3, dan budaya masyarakat membuang sampah
sembarangan diberi skor 3. Kemudian faktor pendukung diantaranya tingginya
partisipasi masyarakat terhadap penanganan sampah diberi skor 4. Oleh karena itu
skor penghambat lebih besar daripada faktor pendukung.

3.2.4 Penyusunan Plan Of Action (PoA)


Dalam menyusun perencanaan kegiatan, metode yang digunakan dengan
cara menyusun tabel Plan Of Action (PoA). Bertujuan agar kegiatan intervensi
penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi dan advokasi penanganan sampah di
Desa Jamberama dapat dijalankan sesuai dengan harapan. Berikut adalah tabel
Plan Of Action (PoA) :
Program Kegiatan Volu Dana dan Indikator Penang Waktu
me Sumber gung
Jawab
Perencanaan Koordinasi 1x Mahasis Jumlah peserta
Kegiatan internal- wa dan
pelatihan, eksternal. stakeholder
penyuluhan hadir sebanyak
hipertensi 14 orang.
dan advokasi
sampah di Penyiapan Tersedianya
Desa alat dan alat dan tempat
Jamberama tempat

Identifikasi Adanya
kebutuhan kebutuhan
pelaksanaan pelaksanaan
dan dapat
digunakan.

Pelaksanaan
kegiatan Peserta
pelatihan, Pre-test 1x mengerti
penyuluhan dengan
hipertensi di pertanyaan
Desa dalam pre-test
Jamberama tersebut.

Peserta
Pembagian mengerti
buku saku materi di buku

12
saku.

Materi
Penyampaia tersampaikan
n materi kepada peserta
Peserta
Pelatihan mengerti dan
penggunaan bisa
alat menggunakan
pengukuran alat pengukur
tekanan tekanan darah.
darah
Keikutsertaan
Tanya peserta dalam
Jawab Tanya jawab
sebagian
Post-test peserta dapat
menjawab
semua
pertanyaan
dengan tepat
Pelaksanaan Identifikasi Adanya
kegiatan kebutuhan kebutuhan
advokasi pelaksanaan pelaksanaan
penanganan dan dapat
sampah di digunakan.
Desa
Jamberama Advokasi Peserta
penanganan mengerti
sampah dengan
advokasi yang
disampaikan
oleh penyuluh

Tanya Peserta
Jawab antusias dalam
Tanya jawab

3.2.5 Implementasi Intervensi


a. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan, penyuluhan tentang
hipertensi dan advokasi penanganan sampah. Metode yang digunakan
pada saat pelatihan, penyuluhan dan advokasi ini yaitu metode
ceramah dan metode diskusi artinya penyuluh memberi dan

13
menjelaskan informasi secara lisan dan Tanya jawab dari peserta
kepada pemateri sesudah diberikan pelatiham, penyuluhan dan
advokasi.
b. Waktu dan Tempat Kegiatan
Hari/Tanggal : 18 oktober 2019
Waktu : 09.00 s/d selesai
Tempat : Balai Desa Jamberama
Sasaran : Kader dan Perangkat Desa Jamberama
Jumlah Peserta: 14 Orang
Pemateri : Trie Wulandari Aziz M dan Ana Nurjanah
c. Media Penyuluhan
Media yang digunakan berupa powerpoint, buku saku, dan
demonstrasi pemakaian alat pengukuran tekanan darah.
d. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan diantaranya:
a) Pengertian Hipertensi
b) Klasifikasi hipertensi
c) Tanda dan Gejala Hipertensi
d) Faktor risiko hipertensi yang dapat diubah
e) Komplikasi Hipertensi
f) Pencegahan Hipertensi
g) PEKA HIPERTENSI (Pelatihan kader hipertensi)
e. Instrument Penilaian
Instrument yang digunakan dalam pelatihan, penyuluhan dan
advokasi ini berupa alat test (Pre-test dan Post-test) dengan tujuan
untuk menilai pengetahuan sasaran tentang penanganan hipertensi dan
penanganan sampah sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.
f. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Tabel 3.4 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) di Desa Jamberama
Tahun 2019
No Waktu Kegiatan
1. 3 menit Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam, dan
menjelaskan tujuan kegiatan
2. 3 menit Memebagikan dan menjelaskan
pengisian alat test
3. 15 menit Memberikan waktu pengisian pre-
test
4. 3 menit Membagikan buku saku
5. 20 menit Pemaparan materi tentang
pengukuran tekanan darah

14
6. 1 jam Demontrasi penggunaan alat
pengukuran tekanan darah
7. 30 menit Diskusi
8. 15 menit Post-test
9. 1jam Advokasi penanganan sampah
10. 3 menit penutup

g. Hasil implementasi penyuluhan


3.2.6 Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan selanjutnya setelah kegiatan intervensi dilakukan yaitu
melakukan penilaian terhadap kegiatan intervensi tersebut apakah telah
berjalan sesuai dengan yang telah diharapkan atau tidak berjalan sama sekali.
Monitoring mulai dari perencanaan awal dan persiapan pelatihan penanganan
hipertensi dan advokasi sampah dengan pelaksanaan kegiatan intervensi.
Metode yang digunakan yaitu dengan tabel Monitoring Intervensi Penyuluhan.
Berikut adalah tabel Monitoring Intervensi Penyuluhan :
Tabel 3.5 Monitoring Intervensi Penyuluhan di Desa Jamberama Tahun
2019
N Tahapan Ketersed Hambatan sumb Metode/ wak petu Keteran
o Kegiatan iaan dan er cara tu gas gan dan
sumberd Kemajuan data monitor upaya
aya perbaik
an
1. Koordin Alat Peserta Abse Observa
asi komunik hadir 14 nsi si
internal- asi, orang Langsun
eksternal transport sesuai g
. asi, dengan
pemateri yang
, peserta, diundang
stakehol
der

Penyiapa Sound Dafta Observa


n alat system, r si
dan proyekto Alat langsun
tempat r, materi g
penyulu
han, pre-
test dan
post-

15
test,
buku
saku,
absensi,
kursi,
tempat,
alat
penguku
ran
tekanan
darah,
camera
handpho
ne
Identifik
asi Alat
kebutuha Tulis
n
pelaksan
aan

2. Penyamp Pemateri Peserta Observa


aian , Materi mengerti si
materi penyulu dengan langsun
han, materi g
peserta, yang
sound disampaik
system, an
alat
tulis,
kamera
handpho
ne

Pelatihan Peserta, Peserta Observa


penggun alat antusias si
aan alat kesehata saat langsun
penguku n memprakt g
ran penguku ekan/
tekanan ran mengguna
darah tekanan kan alat
(Demont darah tekanan
ran alat) (stetosk darah
op,
tensi)
Tanya Peserta Observa

16
Jawab Pertanya antusias si
an permintaa langsun
peserta n peserta g
untuk
penambah
an alat
kesehatan
pengukura
n tekanan
darah
3. Advokas peserta Peserta Observa Membu
i Antusias, si at
penanga permintaa langsun kesepak
nan n peserta g atan
sampah untuk waktu
anggaran dengan
dana peserta
penangana mengen
n sampah ai
advokas
i
penanga
nan
sampah
kepada
substans
i yang
terkait

17

Anda mungkin juga menyukai