Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BEKERJA DAN BELAJAR INTERPROFESIONAL

Nama Dosen : Febi Puji Utami, S.Tr.Keb.,M.Tr.Keb

Di Susun Oleh :
Layly Kusuma Dewi (1051201003)
Sarah Safina Irawati (1052201004)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN

TAHUN AJARAN

2020/ 2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafa’atnya mengalir pada kita di
hari akhir kelak. penulisan makalah berjudul “Bekerja dan Belajar Profesional”
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evidence Based Dalam Praktik
Kebidanan selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak. oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada:
1. Febi Puji Utami, S.Tr.Keb.,M.Tr.Keb
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan
3. Teman - teman seangkatan program studi s1 kebidanan dan profesi Akhir
kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa
kritik dan saran. semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. wassalamualaikum wr.wb

Jakarta , 13 Maret 2021


Penulis

ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................5

1.1 Latar Belakang..................................................................................................5

1.2 Perumusan Masalah..........................................................................................6

1.3 Tujuan...............................................................................................................6

1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................7

2.1 Interprofesional Education (IPE)......................................................................7

A. Pengertian IPE..................................................................................................7

B. Tujuan Interprofesional Education...................................................................8

C. Manfaat Interprofessional Education................................................................8

D. Pendekatan Interprofessional Education (IPE).................................................9

E. Metode Pelaksanaan IPE.................................................................................10

F. Hambatan Dalam IPE.....................................................................................10

G. Elemen Pendukung IPE..................................................................................11

2.2 Interprofesional Collaboration (IPC)..............................................................13

A. Pengertian IPC................................................................................................13

B. Tujuan Interprofesional Collaboration IPC....................................................14

C. Manfaat Interprofesional Collaboration IPC..................................................14

D. Kompetensi Interprofessional Collaboration..................................................14

E. Prinsip IPC......................................................................................................15

F. Jurnal Penerapan Interprpfessional Education (IPE) dan Interprofessional


Colaboration (IPC)......................................................................................................15

iii
BAB III PENUTUP.......................................................................................................18

3.1 KESIMPULAN...............................................................................................18

3.2 SARAN...........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga Kesehatan merupakan tenaga profesional yang memiliki tingkat
keahlian dan pelayanan yang luas dalam mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang berfokus pada kesehatan pasien. (Sternert, 2005
dalam Bennett, DKK 2011). tenaga kesehatan memiliki tuntutan untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu di era global, tenaga kesehatan yang dimaksud
adalah perawat, dokter, dokter gigi, bidan, apoteker, dietisien, dan kesehatan
masyarakat (sedyowinarso, DKK 2011).
Interprofessional education, (IPE) merupakan bagian integral dari
pembelajaran profesional kesehatan, yang berfokus pada belajar dengan, dari, dan
tentang sesama tenaga kesehatan untuk meningkatkan kerja sama dan meningkatkan
kualitas pelayanan pada pasien. peserta didik dari beberapa profesi kesehatan belajar
bersama dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien secara bersama-sama
(kolaborasi) dalam lingkungan interprofessional.
Model ini berfungsi untuk mempersiapkan tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain dan sistem kesehatan
yang kompleks. (becker, dkk 2014). Sehingga, strategi pendidikan komunikasi
melalui ipe antara perawat dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya dapat
membangun budaya komunikasi dan kolaborasi yang efektif dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
Kolaborasi dan kerjasama tersebut diharapkan pelayanan kesehatan dapat
berjalan dengan baik dan masalah kesehatan pasien juga bisa terselesaikan dengan
baik. Untuk itu, tim kesehatan perlu menjalin hubungan yang baik dan menyadari
peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Penatalaksanaan kesehatan oleh tim
kesehatan ini tidak hanya berfokus pada pasien, namun juga pada keluarga pasien
bahkan komunitas masyarakat sehingga masing-masing profesi kesehatan memiliki
perannya yang kompleks dan bertanggung jawab yang besar. Walaupun demikian,
setiap profesi tidaklah bekerja sendirian tenaga kesehatan lainnya sebisa mungkin
saling membantu agar tercipta.

5
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa yang Dimaksud Dengan Interprofesional Education ?
2. Apa yang Dimaksud Dengan Interprofesional Collaboration ?

1.3 Tujuan
1. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui Dan Memahami Gambaran
Pelaksanaan Interprofesional Education
2. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui Dan Memahami Gambaran
Pelaksanaan Interprofesional Colaboration

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat Pembuatan Makalah Ini Adalah Dapat Digunakan Sebagai Bahan
Pengajaran Di Bidang Pendidikan Maupun Di Bidang Penelitian-
Penelitian.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Interprofesional Education (IPE)


A. Pengertian IPE
Interprofessional education (IPE) menurut WHO (2010), IPE adalah
suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau
profesi kesehatan yang memiliki Perbedaan latar belakang profesi dan
melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu, adanya interaksi
sebagai tujuan utama IPE untuk berkolaborasi dengan jenis pelayanan
meliputi Formatif, Preventif, Kuratif,Rehabilitatif.
Pengertian IPE :
1. Mendudukan secara bersama mahasiswa dari berbagai profesi
kesehatan dalam satu kelas yang sama.
2. Mendatangkan pengajar dari berbagai profesi kesehatan untuk
mengajar pada kelas yang sama.
3. Memaparkan mahasiswa dari berbagai profesi pada pasien yang
sama.
Pengembangan IPE di institusi pendidikan kesehatan tidak terlepas dari
konsep berubah. Perubahan merupakan suatu proses Dimana terjadinya
peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status bersifat
dinamis. Perubahan dapat mencapai keseimbangan personal, sosial maupun
organisasi untuk dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai
tujuan tertentu.Centre for the Advancement of Interprofessional Education
(CAIPE,2002) menyebutkan, IPE terjadi ketika dua atau lebih profesi
kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan
mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan
kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan.
IPE adalah suatu pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau
lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas
pelayanan dan pelakasanaanya dapat dilakukan dalam semua pembelajaran,
baik itu tahap sarjana maupun tahap pendidikan klinik untuk menciptakan
tenaga kesehatan yang profesional (Lee et al., 2009).

7
IPE adalah metode pembelajaran yang interaktif, berbasis kelompok,
yang dilakukan dengan menciptakan suasana belajar berkolaborasi untuk
mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan
pemahaman mengenai interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan
antar organisasi sebagai proses profesionalisasi (Clifton et al., 2006).
Menurut CIHC (2009), manfaat dari Interprofessional Education antara
lain meningkatkan praktik yang dapat meningkatkan pelayanan dan membuat
hasil yang positif dalam melayani klien; meningkatkan pemahaman tentang
pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan kerja secara kolaborasi;
membuat lebih baik dan nyaman terhadap pengalaman dalam belajar bagi
peserta didik; secara fleksibel dapat diterapkan dalam berbagai setting. Hal
tersebut juga dijelaskan oleh WHO (2010) tentang salah satu manfaat dari
pelaksanaan praktek IPE dan kolaboratif yaitu strategi ini dapat mengubah
cara berinteraksi petugas kesehatan dengan profesi lain dalam memberikan
perawatan yang prima dan holistik untuk seluruh pasien di pelayanan
kesehatan (CIHC,2009).

B. Tujuan Interprofesional Education


Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan
berbagai profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama
dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan
untuk berkolaborasi secara efektif (Sargeant, 2009). Implementasi IPE di
bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk
menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi bertahap,
sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat
mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al., 2009).

C. Manfaat Interprofessional Education


World Health Organization (2010) menyajikan hasil penelitian di 42
negara tentang dampak dari penerapan praktek kolaborasi dalam dunia
kesehatan menunjukkan hasil bahwa praktek kolaborasi dapat meningkatkan
keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan, penggunaan sumber daya
klinis spesifik yang sesuai, outcome kesehatan bagi penyakit kronis, dan
8
pelayanan serta keselamatan pasien. WHO (2010) juga menjelaskan praktek
kolaborasi dapat menurunkan komplikasi yang dialami pasien, jangka waktu
rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan (caregivers),
biaya rumah sakit, rata-rata clinical error,dan rata-rata jumlah kematian
pasien.
Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative
Practice, WHO (2010) menjelaskan IPE berpotensi menghasilkan berbagai
manfaat dalam beberapa aspek yaitu kerjasama tim meliputi mampu untuk
menjadi pemimpin tim dan anggota tim, mengetahui hambatan untuk
kerjasama tim; peran dan tanggung jawab meliputi pemahaman peran
sendiri, tanggung jawab dan keahlian, dan orang-orang dari jenis petugas
kesehatan lain; komunikasi meliputi pengekspresikan pendapat seseorang
kompeten untuk rekan, mendengarkan anggota tim; belajar dan refleksi kritis
meliputi cermin kritis pada hubungan sendiri dalam tim, mentransfer IPE
untuk pengaturan kerja; hubungan dengan pasien, dan mengakui kebutuhan
pasien meliputi bekerja sama dalam kepentingan terbaik dari pasien, terlibat
dengan pasien, keluarga mereka, penjaga dan masyarakat sebagai mitra
dalam manajemen perawatan; praktek etis meliputi pemahaman pandangan
stereotip dari petugas kesehatan lain yang dimiliki oleh diri dan orang lain,
mengakui bahwa setiap tenaga kesehatan memiliki pandangan yang
samasama sah dan penting.
Proses IPE membentuk proses komunikasi, tukar pikiran, proses belajar,
sampai kemudian menemukan sesuatu yang bermanfaat antar para pekerja
profesi kesehatan yang berbeda dalam rangka penyelesaian suatu masalah
atau untuk peningkatan kualitas kesehatan (Thistlethwaite dan Moran,2010).

D. Pendekatan Interprofessional Education (IPE)


Pendekatan belajar mengajar yang sudah ada disesuaikan dan
dikembangkan sebagai metode belajar baru sebagai penarik perhatian belajar
peserta didik dan inovasi baru dari pengajar. Tidak satu pun metode yang
menjadi pilihan utama, metode pengalaman mengajar dari pengajar dapat
berubah sewaktuwaktu tergantung pada kebutuhan belajar peserta didik dan
bagaimana cara pengajar untuk menjaga perhatian peserta didik terhadap
pelajaran. Metode ada dapat saling memperkuat, tidak berdiri sendiri.
9
Pendekatan belajar mengajar yang dapat diterapkan dalam IPE yaitu
exchange-based learning, actionbased learning, practice- based learning,
simulation-based learning, observationbased learning, dan e-based learning.

E. Metode Pelaksanaan IPE


Praktik pembelajaran IPE dilaksanakan dengan menerapkan beberapa
metode yang sudah ada atau telah diterapkan di Negara lain, dimulai dengan
diberikannya suatu masalah kepada mahasiswa yang akan melakukan IPE
yaitu dihadapkan langsung dengan pasien dengan kasus tertentu kemudian
mahasiswa melakukan peran masing-masing untuk penanganan pasien,
kemudian dilakukan diskusi dalam kelompok atau disebut dengan tutorial
untuk membahas manajemen penanganan kasus pada pasien, sehingga
mahasiswa didorong untuk menjelaskan sesuai dengan disiplin ilmu mereka
dan diharapkan hasilnya dapat memberikan tindakan yang sesuai pada pasien
(Modul Kegiatan IPE).
Penelitian yang dilakukan oleh Mitchell (2010) menyatakan tentang
pengaruh model pembelajaran tutorial yang melibatkan mahasiswa
keperawatan dan kedokteran terhadap peningkatan hasil pendidikan
interprofessional. Hasilnya pembelajaran dengan tutorial efektif untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi interprofessional. Dengan adanya
komunikasi yang baik juga dapat meningkatkan kerjasama interprofessional.

F. Hambatan Dalam IPE


Saat ini praktik pembelajaran IPE telah diterapkan selama beberapa
dekade, banyak ditemukannya hambatan yang telah diidentifikasi. Hambatan
dalam IPE ini terdapat pada pengorganisasian, pelaksanaan, komunikasi,
budaya ataupun sikap. Oleh karenanya sangat penting diperlukan tindakan
dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut sebagai persiapan mahasiswa
dan praktisi profesi kesehatan yang lebih baik demi berjalannya praktek
kolaborasi yang efektif hingga dapat merubah sistem pelayanan kesehatan
(ACCP, 2009).
Hambatan-hambatan yang mungkin mucul adalah penanggalan
akademik, peraturan akademik, truktur penghargaan akademik, lahan praktek
klinik, masalah komunikasi, bagian kedisiplinan, bagian professional,
10
evaluasi, pengembangan pengajar, sumber keuangan, jarak geografis,
kekurangan pengajar interdisipliner, kepemimpinan dan dukungan
administrasi, tingkat persiapan peserta didik, logistik, kekuatan pengaturan,
promosi, perhatian dan penghargaan, resistensi perubahan, beasiswa, system
penggajian, dan komitmen terhadap waktu (ACCP, 2009).
Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi hambatan- hambatan yang
muncul dapat dilakukan dengan penyesuaian jadwal antar profesi yang
bersangkutan, adanya sikap disiplin dan saling memahami untuk terciptanya
komunikasi dan kedisiplinan yang baik, menyiapkan bahan diskusi di hari
sebelumnya, financial yang cukup untuk pengadaan fasilitas pendukung
dalam IPE
.
G. Elemen Pendukung IPE
Sebuah studi di Amerika Selatan mengidentifikasi beberapa elemen
kunci yang dapat mendukung pelaksanaan IPE berdasarkan pengalaman tim
peneliti dalam pelaksanaan IPE dari serta literatur yang diterbitkan untuk
merencanakan, mengembangkan dan menerapkan pengalaman IPE ini.
Elemen pendukung tersebut antara lain :
1. Dosen
Persiapan dosen yang baik merupakan salah satu pokok penting
untuk keberhasilan suatu inisiasi dari model pembelajaran IPE.
Persiapan yang diperlukan antara lain pengetahuan serta pengalaman
dosen mengenai IPE. Beberapa peran dosen dalam pembelajaran IPE
yang sudah teridentifikasi antara lain membantu mahasiswa untuk
dapat mendalami situasi kasus yang dihadapi dan menarik elemen-
elemen yang relevan, melakukan diskusi interaktif, menstimulasi
antusiasme serta motivasi belajar mahasiswa.
Dosen diharapkan juga berperan dalam memberikan dukungan
moral kepada mahasiswa dengan membantu mengatasi perasaan-
perasaan negatif mahasiswa terhadap role-play yang akan mereka
laksanakan, memperkirakan adanya perasaan tidak nyaman dari
mahasiswa akan pelaksanaan peran dengan anggota tim dari latar
belakang yang berbeda, menumbuhkan kepercayaan serta membangun
kredibilitas. Ketika dosen dari berbagai profesi bekerja sama sebagai
11
satu tim dalam diskusi dengan mahasiswa, dosen dapat
mengemukakan perbedaan perspektif dari keprofesiannya untuk
memperkaya proses IPE dan menghubungkan berbagai pengalaman
profesi yang berbeda-beda.
2. Mahasiswa
Sulit untuk memilih pelatihan yang relevan bagi siswa dari profesi
kesehatan yang berbeda; kebanyakan studi membatasi
kompleksitas dengan hanya menyertakan tidak lebih dari 4 kelompok
profesi.
3. Klien
Klien yang diperhadapkan dengan mahasiswa sebaiknya benar-
benar sesuai dengan gambaran pasien pada lingkungan fasilitas
layanan kesehatan. Agar dapat menjadi klien yang dapat menunjang
kinerja dari kelompok mahasiswa, diperlukan klien dengan emosi
yang nyata serta mengekspresikan kebutuhan, harapan dan ketakutan
selayaknya pasien.
4. Konten
Keterampilan berbasis tim seperti komunikasi dan kepemimpinan
penting dalam keberhasilan IPE, dan pelatihan dalam keterampilan
non-teknis ini menjadi prioritas tinggi. Diperlukan sebuah sistem
pembelajaran yang membutuhkan kerjasama tim dan komunikasi
dalam memecahkan masalah klien.
5. Peralatan dan Fasilitas Belajar
Sumber daya yang memadai untuk mempermudah mahasiswa
peraktik di lapangan, juga sangat mempengaruhi evektifitas
pelaksanaan IPE.
6. Tempat pelaksanaan
Mahasiswa memperoleh pengalaman yang positif apabila dapat
melakukan praktik yang sesuai dengan kebutuhan klien pada
lingkungan yang mendukung.
7. Pengambilan Keputusan
Pengembangan staf untuk memungkinkan fasilitasi yang kompeten
dari IPE adalah kunci utama pada efektivitas IPE.
8. Logistik
12
Perbedaan kurikulum dan jadwal dari masing-masing program
studi sangat membatasi waktu mahasiswa dari berbagai profesi untuk
dapat belajar Bersama-sama. Di luar penjadwalan, pelaksanaan IPE
juga dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti kertersediaan ruang
dan kurangnya dukungan manajemen.
9. Strategi Pembelajaran
Implementasi IPE mencakup konteks yang bermakna dan relevan,
pengalaman belajar, pembekalan dan refleksi. Siswa harus didorong
untuk aktif mengambil bagian dan kemudian meninjau dan
merefleksikan kinerja mereka dalam rangka untuk mengidentifikasi
kebutuhan pembelajaran pribadi dan profesional mereka untuk
mencapai kompetensi.
10. Evaluasi
Penilaian yang memadai untuk hasil pembelajaran IPE, terutama
yang menyangkut kerja sama tim dan keterampilan praktek
kolaboratif, merupakan tantangan besar bagi para pendidik.

2.2 Interprofesional Collaboration (IPC)


A. Pengertian IPC
Inter Professional Calaboration (IPC) merupakan komponen
penting di dunia kesehatan. Permasalahan pasien yang kompleks
(Goldman, 2016), meningkatnya tuntutan hukum dan melibatkan multi
profesi dapat menimbulkan fregmentasi pelayanan yang berimplikasi
pada patient safety (Hinde et al, 2016; Mccomb et al, 2015).
Interprofessional Collaboration(IPC) adalah proses dalam
mengembangkan dan mempertahankan hubungan kerja yang efektif
antara pelajar, praktisi, pasien/ klien/ keluarga serta masyarakat untuk
mengoptimalkan pelayanan kesehatan (D'Amour, 2005).
Sedangkan menurut WHO (2014), Inter professional calaboration
adalah kerjasama antara profesi kesehatan dengan latar pendidikan
berbeda menjadi satu tim, berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang efektif.

13
B. Tujuan Interprofesional Collaboration IPC
Tujuan Interprofessional colaboration (IPC) sebagai wadah dalam
upaya mewujudkan praktik kolaborasi yang efektif antar profesi sehingga
dengan adanya kolaborasi antar profesi di RS dapat mendukung
kesehatan dan keselamatan pasien
C. Manfaat Interprofesional Collaboration IPC
A. Meningkatakan komunikasi
B. Peningkatan efisiensi
C. Meningkatkan semangat kerja karyawan
D. Menumbuhkan kreativitas
E. Pemecahan masalah yang lebih baik
F. Jaringan
G. Hasil klinis yang lebih baik, efektivitas biaya,keamanan
H. Memperkuat identitas professional
D. Kompetensi Interprofessional Collaboration
Barr (1998) menjabarkan kompetensi kolaborasi, yaitu:
1) Memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain
dengan jelas,
2) Bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik
dalam memutuskan perawatan dan pengobatan pasien,
3) Bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan
memantau perawatan pasien,
4) Menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi
lain,
5) Memfasilitasi pertemuan interprofessional, dan
6) Memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan
lain.
American College of Clinical Pharmacy (ACCP) (2009) membagi
kompetensi untuk IPE terdiri atas empat bagian yaitu pengetahuan,
keterampilan, orientasi tim, Pengaruh persepsi pada interprofessional
education Buku Acuan Umum CFHC-IPE (Tim CFHC-IPE, 2014)
menyatakan keefektifan komunikasi antar profesi dipengaruhi oleh
persepsi, lingkungan, dan pengetahuan. Persepsi yaitu suatu pandangan
pribadi atas hal- hal yang telah terjadi. Persepsi terbentuk melalui apa
14
yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar profesi yang
berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam komunikasi.
E. Prinsip IPC
A. Berpusat Pada Pasien Dan Keluarga
B. Berorientasi Pada Komunitas Dan Populasi
C. Berfokus Pada Hubungan
D. Berorientasi Pada Proses Tetapi Didorong Pada Hasil
E. Terintegrasi Di Seluruh Rangkaian Pembelajaran
F. Berlaku Lintas Profesi
G. Sensitif Terhadap Konteks.
F. Jurnal Penerapan Interprpfessional Education (IPE) dan
Interprofessional Colaboration (IPC)
Jurnal Contoh Penerapan Interprofessional Education (IPE) Judul :
Interprofessional Education (IPE) Dalam Kurikulum Pendidikan
Kesehatan Sebagai Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan
Maternitasoleh : Endah Sulistyowati.
1. Penerapan IPE dalam kurikulum pendidikan kesehatan IPE yang
juga dikenal dengan istilah interprofessional learning, merupakan
suatu konsep Pendidikan yang direkomendasikan oleh World Health
Organisation (WHO) sebagai Pendidikan terintegrasi untuk
membangun kolaborasi antara tenaga kesehatan (WHO, 2010). IPE
terjadi ketika mahasiswa dari dua tau lebih profesi kesehatan belajar
bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan belajar tentang
peran masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan
keterampilan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan (Parsell
and Bligh, 2011). Menurut Speakman (2015), IPE bertujuan
menghasilkan tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang mendukung praktik kolaborasi
antarprofesi kesehatan. Implementasi IPE dalam kurikulum
Pendidikan kesehatan memiliki tiga fokus. Pertama, peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap mahasiswa dalam praktik
kolaborasi antar profesi kesehatan. Kedua, berfokus pada
pembelajaran tentang bagaimana menciptakan kolaborasi yang
efektif dalam sebuah tim. Ketiga, menciptakan kerjasama yang
15
efektif untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien
(Lapkin, S,et al., 2013).
Berdasarkan penelitian Lapkin, et al. (2013), penerapan IPE harus
dimulai pada tahap awal akademik mahasiswa, sebelum mereka
menjadi seorang professional kesehatan. Hal ini diperkuat dengan
hasil penelitian Thibault (2013), bahwa IPE harus dilaksanakan baik
pada tahap akademik maupun praktik klinik dengan tujuan
menghubungkan antara teori yang didapatkan mahasiswa selama
pembelajaran di kampus dan praktik yang dijalani di lapangan, ini
terbukti memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa.
Pendekatan IPE memfasilitasi mahasiswa untuk belajar dari dan
tentang disiplin kesehatan yang lain sehingga akan meningkatkan
keterampilan mahasiswa dan menciptakan kerjasama yang lebih baik
dalam sebuah lingkungan kerja yang terintegrasi (Lapkin, S, et al.,
2013). Namun sangat disayangkan pelaksanaan IPE di institusi-
institusi Pendidikan kesehatan sekarang masih belum konsisten. Untuk
itu, penting kiranya membuat komitmen untuk menerapkan
pembelajaran interprofesi di institusi Pendidikan kesehatan dan
mengintegrasikan IPE ke dalam kurikulum Pendidikan kesehatan
untuk memastikan keberlanjutan IPE.
2. Efektifitas IPE dalam peningkatan kualitas pelayanan maternitas.
Telah banyak hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif
pelaksanaan IPE dalam pendidikan kesehatan. Keuntungan yang
didapat tidak hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi juga dalam hal
pelayanan kesehatan (Zwareinstein, 2009). Dalam hal akademik, IPE
membantu mahasiswa dalam peningkatan pengetahuan dan
keterampilan yang spesifik, seperti pemecahan masalah dalam tim,
konseling kesehatan, dan keterampilan klinik. Hal ini berpotensi untuk
meningkatkan pemahaman, kepercayaan, dan saling menghargai
antara profesi kesehatan, sehingga memungkinkan mahasiswa untuk
mencapai kompetensi kolaboratif (Hall and Zierler, 2015).
Keuntungan penerapan IPE dalam pelayanan kesehatan didapat
dari tercapainya kolaborasi yang lebih baik antara praktisi kesehatan
(Margaret, H, et al., 2011). Pelayanan pasien harus dilihat sebagai
16
suatu proses terintegrasi. IPE merupakan salah satu cara untuk
mengintegrasikan keahlian tenaga kesehatan dari berbagai bidang
dengan mendorong para professional kesehatan untuk berbagi
pengetahuan dan bekerja dalam tim (Romijn, A, et al., 2017). Dengan
adanya kolaborasi antar profesi kesehatan, dapat mengurangi
overlapping pekerjaan, mempercepat pemberian layanan, dan
menyediakan informasi yang lebih komprehensif bagi pasien
(Shamian,J,2014).
Bekerja secara kolektif dalam sebuah tim yang terdiri dari berbagai
profesi kesehatan memungkinkan untuk berbagi beban kerja dan
mengurangi pembatas antar profesi (Hunter, B and Segrott, J, 2014).
Efek positif yang lain dari penerapan kolaborasi antarprofesi
kesehatan yaitu memudahkan tenaga kesehatan untuk memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas sehingga mereka dapat
menyelesaikan berbagai macam tugas. Hal ini akan menciptakan
suasana kerja yang lebih efektif dan mengoptimalkan sumber daya
manusia yang ada (Romijn, A, et al., 2017).
Beberapa penelitian telah membuktikan dampak positif dari
penerapan kolaborasi antar profesi kesehatan dalam pelayanan
maternitas. Salah satunya, adalah penelitian yang dilakukan oleh
Margaret, H, et al. (2011) mendeskripsikan keberhasilan rumah sakit
di San Fransisco, California dalam memberikan pelayanan yang prima
kepada ibu dan bayi yang dicapai dengan adanya kolaborasi yang baik
antara dokter obgyn dan bidan selama lebih dari 30 tahun. Kolaborasi
yang bertahan lama antara bidan dan dokter obsgyn ini ditopang
dengan persamaan nilai, tujuan, dan komitmen untuk memberikan
pelayanan yang unggul bagi pasien dan juga melakukan kaderisasi
dengan melatih generasi bidan dan dokter selanjutnya dengan pola
yang sama. Selain itu, keberhasilan juga dikaitkan dengan adanya rasa
saling menghargai perbedaan antar profesi dan memanfaatkan
keahlian masing-masing profesi secara maksimal.

.
17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Interprofessional education merupakan pembelajaran yang efektif dalam
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkolborasi dan berkomunikasi
secar efektif dengan tenaga kesehatan yang lain dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang maksimal.Sedangkan, interprofessional collaboration merupakan
salah satu hal yang sangat diperlukan dalam menangani masalah kesehatan.
Elemen praktik kolaboratif termasuk tanggung jawab, akuntabilitas, koordinasi,
komunikasi, kerjasama, otonomi, saling percaya dan saling menghormati Tanpa
adanya kolaborasi dari tim kesehatan, pengobatan tidak dapat berjalan secara
optimal. Dalam kolaborasi tim kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan
mempunyai peran dan tanggung jawabnya masing- masing.

3.2 SARAN
Semoga dari makalah yang telah kelompok kami buat, dapat bermanfaat
dan bisa di aplikasikan pada masyarakat nanti. Juga dapat menjadi bahan
referensiuntuk tugas berikutnya yang berhubungan dengan komunikasi juga untuk
mahasiswa lain yang membutuhkan informasi mengenai materi evidence based
kebidanan Bekerja dan belajar interproffesional agar semua mahasiswa
keperawatan atau kesehatan lainnya dapat memahami dan mendalami materi IPE
supaya kolaborasi antara petugas kesehatan dapat berjalan lebih baik untuk
keselamatan pasien nantinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Theo, Martinus Th. 2008. Kelompok kerja yang efektif. Yogyakarta:
kanisius

Grainger, Rebecca,dkk. 2014. Confident, Credible, but Lonely –


OutcomesFollowing Postgraduate Interprofessional Education in Rehabilitation.
Vol. 4.2. Journal of Research in Interprofessional Practice and Education.

Nicol, paul. 2013. Interprofessional Education for Health Professionals in Western


Australia: Perspectives and Activity. Sydney.

Thadani, Karen. 2007. Interprofessional Education & Core Competencies. Canada.

Yulia, Krida Asta (2017) Hubungan Pelaksanaan Inter Professional Education (Ipe)
Terhadap Evidence Based Practice (Ebp) Mahasiswa Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang. Undergraduate (S1) Thesis, University Of Muhammadiyah
Malang.

19
20
1

Anda mungkin juga menyukai