Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN ANAK

“KONSEP KOMUNIKASI PADA ANAK”

Disusun Oleh :

Kelompok 9

1. Refsi Erpiyana (19320027)


2. Restiana Cahyani (19320028)

Dosen Pengampu :

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNGTAHUN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr.,wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.,Tuhan Semesta alam Atas izin dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Komunikasi Pada Anak”
tepat pada waktunya .

Serta tak lupa kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar kami Muhammad
SAW, semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari kelak amin. Adapun makalahbertema
keselamatan pasien ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kami yaitu “Keperawatan
Anak” kami berharap semoga apa yang kami tulis ini bermanfaat untuk pembaca.

Kami selaku penulis dengan kerendahan hati,menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu apabila ada ketiksesuaian kalimat dan terdapat kesalahan katadalam
makalah ini kami meminta maaf yang sebesar besarnya, meskipun demikian , penulis terbuka
pada kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Terimakasih.,

Wassalamualaikum wr.,wb.

Bandar Lampung, 3 April 2021

Penulis,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam menjalani hidupnya memerlukan interaksi dengan orang lain. Untuk
berinteraksi diperlukan adanya suatu komunikasi yang baik. Anak adalah seorang lelaki atau
perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Masa remaja merupakan
suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisidari anak –anak menuju
dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa.

Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi
hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah,
kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar. Sehingga para orang tua harus
lebih berhati-hati dalam berkomunikasi dengan anak, karena anak sangatlah cepat untuk
mengingat apa yang sedang dilihat dan yang didengarnya.

Tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik, yaitu, mempelajari atau


mengajarkan sesuatu, mempengaruhi perilaku seseorang, mengungkapkan perasaan, menjelaskan
perilaku sendiri atau perilaku orang lain, berhubungan dengan orang lain, menyelesaian sebuah
masalah, mencapai sebuah tujuan, menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik,
menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain. (Hewitt, 1981).

Dengan hal tersebut maka sangatlah penting seorang perawat untuk dapat melakukan
komunikasi secara efektif. Peran perawat dalam melakukan komunikasi pada anak dan remaja
adalah hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien akan merupakan pengalaman belajar
dan juga merupakan pengalaman koreksi terhadap emosi klien. Disini perawat sebagai tim
pelaksana dalam melakukan penyusunan asuhan keperawatan secara terapeutik,
sepertirealisasidiri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri, kemampuan membina
hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain,
peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang
realistis, asaidentitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengetian komunikasi pada anak

2. Mengetahui macam-macam komunikasi pada anak

3. Menjelaskan tahap-tahap perkembangan komunikasi pada anak

4. Menjelaskan teknik komunikasi pada anak

5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan anak

C. TUJUAN PENULISAN

1. Agar mahasiswa mengetahui pengetian komunikasi pada anak

2. Agar mahasiswa mengetahui mengetahui macam-macam komunikasi pada anak

3. Agar mahasiswa mengetahui tahap-tahap perkembangan komunikasi pada anak

4. Agar mahasiswa mengetahui teknik komunikasi pada anak

5. Agar mahasiswa mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi pada anak
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan
terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mangatasi masalah yang
dihadapinya melalui komunikasi, (Suryani, 2005). Menurut Purwanto yang dikutip oleh
(Mundakir, 2006), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi
terapeutik merupakan merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan yaitu
penyembuhan pasien (Siti Fatmawati, 2010).

B. Teknik-teknik komunikasi pada anak

Anak adalah individu yang unik dan berespons secara berbeda-beda untuk kebutuhan
mereka. Anak dengan keunikannya mempunyai cara yang berbeda pula dalam menyatakan
keinginannya. Untuk berkomunikasi dengan anak, diperlukan pendekatan atau teknik khusus
agar hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang
anak.

Secara umum ada dua teknik berkomunikasi yang digunakan pada anak, yaitu teknik
komunikasi verbal dan nonverbal. Teknik komunikasi nonverbal yang sering digunakan antara
lain adalah bercerita, bibliotheraphy, mimpi, menyebutkan permintaan, bemain dan permainan,
melengkapi kalimat, serta teknik pro dan kontra. Teknik komunikasi verbal dapat berupa
menulis, menggambar, gerakan gambar keluarga, sociogram, menggambar bersama dalam
keluarga, dan teknik bermain. Komunikasi verbal bagi kebanyakan anak dan orang tua sering
mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya (Mundakir, 2006).

a) Teknik Verbal

1) Bercerita (story telling)


Bercerita menggunakan bahasa anak dapat menghindari ketakutan-ketakutan yang yang terjadi
selama anak dirawat. Teknik strory telling dapat dilakukan dengan cara meminta anak
menceritakan pengalamannya ketika sedang diperiksa dokter. Teknik ini juga dapat
menggunakan gambar dari suatu peristiwa (misalnya gambar perawat waktu membantu makan)
dan meminta anak untuk menceritakannya dan selanjutnya perawat masuk dalam masalah yang
dihadapi anak. Tujuan dari teknik ini adalah membantu anak masuk dalam masalahnya.
Contohnya, anak bercerita tentang ketakutannya saat diperiksa oleh perawat. Kemudian, perawat
cerita bahwa pasien anak di sebelah juga diperiksa, tetapi tidak merasa takut karena perawatnya
baik dan ramah-ramah. Dengan demikian,diharapkan perasaan takut anak akan berkurang karena
semua anak juga diperiksa seperti dirinya.

2) Bibliotheraphy

Bibliotheraphy (biblioterapi) adalah teknik komunikasi terapeutik pada anak yang


dilakukan dengan menggunakan buku-buku dalam rangka proses therapeutic dan supportive.
Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan perasaan-perasaan dan perhatiannya melalui
aktivitas membaca. Cara ini dapat memberi kesempatan pada anak untuk menjelajahi suatu
kejadian yang sama dengan keadaannya, tetapi sedikit berbeda. Pada dasarnya, buku tidak
mengancam karena anak dapat sewaktu-waktu menutup buku tersebut atau berhenti membacanya
saat dia merasa tidak aman atau tidak nyaman.

Dalam menggunakan buku untuk berkomunikasi dengan anak, yang penting diperhatikan
adalah mengetahui emosi dan pengetahuan anak serta melakukan penghayatan terhadap cerita
sehingga dapat menyampaikan sesuai dengan maksud dalam buku yang dibaca dengan bahasa
yang sederhana dan dapat dipahami anak. Selanjutnya, diskusikan isi buku dengan anak dan
bersama anak membuat kesimpulan.

3) Mimpi
Mimpi adalah aktivitas tidak sadar sebagai bentuk perasaan dan pikiran yang ditekan ke alam
tidak sadar. Mimpi ini dapat digunakan oleh perawat untuk mengidentifikasi adanya perasaan
bersalah, perasaan tertekan, perasaan jengkel, atau perasaan marah yang mengganggu anak
sehingga terjadi ketidaknyamanan.

4) Meminta untuk menyebutkan keinginan

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak. Dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan, dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan
tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.

5) Bermain dan permainan

Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat menjadi
tehnik yang paling efektif untuk berhubungan dengan anak. Dengan bermain dapat memberikan
petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik Play sering
digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk
mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis/perawatan. Perawat dapat melakukan
permainan bersama anak sehingga perawat dapat bertanya dan mengeksplorasi perasaan anak
selama di rumah sakit.

6) Melengkapi kalimat (sentences completion)


Teknik komunikasi ini dilakukan dengan cara meminta anak menyempurnakan atau melengkapi
kalimat yang dibuat perawat. Dengan teknik ini, perawat dapat mengetahui perasaan anak tanpa
bertanya secara langsung kepadanya, misalnya
terkait dengan kesehatannya atau perasaannya. Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian
dilanjutkan dengan pernyataan yang difokuskan pada perasaannya. Contohnya sebagai berikut.

“Apa yang menyenangkan waktu di rumah?”


“Kalau di rumah sakit ini, apa yang menyenangkan?”

7) Pro dan kontra


Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan
dan pikiran anak. Anak diminta mengajukan pilihan positif atau negatif sesuai dengan pendapat
anak. Teknik komunikasi ini dilakukan dengan tujuan mengeksplorasi perasaan-perasaan anak,
baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Teknik ini penting diterapkan untuk
menciptakan hubungan baik antara perawat dan anak. Teknik ini dimulai dari hal-hal yang
bersifat netral, selanjutnya hal yang serius. Perhatikan contoh berikut.

Topik netral: anak diminta menceritakan hobinya, selanjutnya anak diminta menyebutkan
kebaikan-kebaikan dari hobinya dan keburukan-keburukan dari hobinya.

Topik khusus: anak diminta menceritakan pengalamannya di rawat di rumah sakit,


selanjutnya anak diminta menyebutkan kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan dirawat di
rumah sakit.

b) Teknik Nonverbal
Teknik komunikasi nonverbal dapat digunakan pada anak-anak seperti uraian berikut.

1. Menulis

Menulis adalah pendekatan komunikasi yang secara efektif tidak saja dilakukan pada
anak tetapi juga pada remaja. Ungkapan rasa yang sulit dikomunikasikan secara verbal
bisa ampuh dengan komunikasi lewat tulisan. Anak dapat di dorong untuk
mengungkapkan apa yang ia rasakan ke dalam buku diari/jurnal. Cara ini dapat dilakukan
apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis. Melalui cara ini, anak akan
dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah, atau lainnya dan
biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah, dan diam. Perawat dapat
memulai komunikasi dengan anak melalui caramemeriksa/menyelidiki tulisan. Dengan
meminta anak menulis, perawat dapat mengetahui apa yang dipikirkan anak dan
bagaimana perasaan anak.

2. Menggambar
Merupakan salah satu bentuk komunikasi paling sesuai dengan anak. Secara non verbal
(dari melihat gambar) maupun verbal (dari cerita anak tentang gambar), perawat dapat
mengetahui perasaan anak. Gambar anak menceritakan semua tentang mereka, karena
gambar ini adalah proyeksi diri mereka dari dalam.
 Nada suara
Gunakan nada suara lembut, terutama jika emosi anak dalam keadaan tidak stabil.
Hindari berteriak karena berteriak hanya akan mendorong pergerakan fisik dan
merangsang kemarahan anak semakin meningkat.

3. Aktivitas pengalihan
Untuk mengurangi kecemasan anak saat berkomunikasi, gunakan aktivitas pengalihan,
misalnya membiarkan anak bermain dengan barang-barang kesukaannya,seperti boneka,
handphone, mobil-mobilan, kacamata, dan lain-lain. Komunikasi dilakukan sambil
menggambar bersama anak. Bermacam-macam aktivitas ini akan berdampak fokus anak
teralihkan sehingga dia merasa lebih rileks/santai saat berkomunikasi.Pembicaraan atau
komunikasi akan terasa lancar dan efektif jika kita sejajar. Saat berkomunikasi dengan
anak, sikap ini dapat dilakukan dengan cara membungkuk atau merendahkan posisi kita
sejajar dengan anak. Dengan posisi sejajar, kita dapat mempertahankan kontak mata
dengan anak dan mendengarkan secara jelas apa yang dikomunikasikan anak.

4. Ungkapan marah
Kadang-kadang anak merasa jengkel, tidak senang, dan marah. Pada situasi ini,izinkanlah
anak untuk mengungkapkan perasaan marahnya serta dengarkanlah dengan baik dan
penuh perhatian apa yang menyebabkan dia merasa jengkel dan marah. Untuk
memberikan ketenangan pada anak saat marah, duduklah dekat dia, pegang
tangan/pundaknya, atau peluklah dia. Dengan cara-cara seperti tersebut, anak akan
merasa aman dan tenang bersama Anda.

5. Sentuhan
Sentuhan adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memagang sebagian tangan
atau bagian tubuh anak, misalnya pundak, usapan di kepala, berjabat tangan, atau
pelukan, bertujuan untuk memberikan perhatian dan penguatan terhadap komunikasi
yang dilakukan antara anak dan orang tua. Dengan kontak fisik berupa sentuhan ini, anak
merasa dekat dan aman selama komunikasi. Teknik ini efektif dilakukan saat anak
merasa sedih, menangis, atau bahkan marah.

C. Strategi komunikasi Berdasarkan Tingkat Perkembangan Usia


Komunikasi Terapeutik Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak Saat perawat
melakukan komunikasi pada pasien anak, perawat harus memperhatikan karateristik anak
sesuai dengan tingkat perkembangan (Yupi Supartini, 2004) :

1. Tahap usia bayi/infancy


Pada tahap ini teknik komunikasi yang di gunakan lebih banyak adalah teknik
komunikasi non verbal, misalnya sentuhan, senyuman, mendekap, dan menggendong.
Ciri lain pada tahap ini adalah stanger anxiety, oleh karena itu perawat dapat
menggunakan orang tua sebagai fasilitator ataupun sebagai orang ketiga pada saat
berkomunikasi dengan anak. Penggunaan kata - kata (verbal) dapat dilakukan pada anak
usia late infancy, misalnya penggunaan kata – kata awal seperti ba-ba, da-da, ma-ma dan
lain sebagainya.

2. Tooddler ( 1-3 tahun) dan Early Childhood / Usia Prasekolah (3-5 tahun)

Karateristik anak pada masa ini (terutama anak usia dibawah tiga tahun atau tooddler) adalah
sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut pada ketidaktahuannya
sehingga anak perlu diberitahu tentang apa yang terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan
diukur suhu, anak akan merasa takut melihat alat yang akan ditempelkan tubuhnya. Oleh karena
itu, jelaskan bagaimana anak akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang
termometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya.

Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih. Hal ini disebabkan karena
perbendaharaan kata – kata yang sederhana kira – kira 900 – 1200 kata. Oleh karena itu saat
menjelaskan, gunakan kata – kata yang sederhana, singkat, dan gunakan istilah yang dikenalnya.
Berkomunikasi dengan anak melalui objek tradisional seperti boneka, puppet atau boneka
binatang sebelum bertanya langsung pada anak. Berbicara dengan orang tua bila anak malu –
malu. Beri kesempatan pada anak yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orang tua.

Posisi tubuh baik saat berbicara padanya adalah jongkok, duduk di kursi kecil, atau berlutut
sehingga pandangan mata kita akan sejajar dengannya.Satu hal yang akan mendorong anak untuk
meningkatkan kemampuanny dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa
yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap perawat dan orang tuanya. Perawat juga
harus konsisten dalam berkomunikasi secara verbal maupun non verbal. Jadi, jangan tertawa atau
tersenyum saat dilakukan tindakan yang menimbulkan rasa nyeri pada anak, misalnya diambil
darah, dipasang infus, dan lain – lain. Berbicara dengan kalimat yang singkat, jelas, dan spesifik
menggunakan kata – kata sederhana dan konkret.

3. Usia Sekolah (6 - 12 tahun) / School Age Years

Anak usia ini peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan mengancam keutuhan tubuhnya.
Oleh karena itu, apabila perawat akan melakukan suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa
dilakukan, untuk apa, dan bagaimana cara dilakukan. Anak membutuhkan penjelasan atas
pertanyaannya. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas
sesuai dengan kemampuan kognitifnya.

Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Perbendaharaan
katanya sudah lebih banyak, sekitar 3000 kata dikuasai dan anak sudah mampu berpikir secara
konkret. Apabila akan melakukan tindakan, perawat dapat menjelaskan dengan
mendemostrasikan pada mainan anak. Misalnya, bagaimana perawat akan menyuntik
diperagakan terlebih dahulu pada boneka.

4. Usia remaja/ adolescence

Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak –kanak menuju masa
dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak – anak
menjadi orang dewasa juga. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah
secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stres, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara
teman sebayanya dan atau orang dewasa yang ia percaya, termasuk perawat yang selalu bersedia
menemani dan mendengarkan keluhannya.

Menghargai keberadaan identitas diri dan harga dirinya merupakan hal Yang prinsip untuk
diperhatikan dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah yang
bersahabat dengannya, jangan memotong pembicaraan saat ia sedang mengekspresikan perasaan
dan pikirannya, menghargai pandangan remaja serta menerima perbedaan. Hindari perkataan
yang menyinggung harga dirinya, hindari mengkritik atau menghakimi, hindari pertanyaan yang
menyelidiki atau mengintrogasi. Kita harus menghormati privasinya dan beri dukungan atas hal
yang telah dicapainya secara positif dengan selalu memberikan reinforcement positif. Cara
berkomunikasi dengan remaja :

a. Pertanyaan “Bagaimana jika” Dorong anak untuk menggali situasi potensial dan untuk
mempertimbangkan pilihan pemecahan masalah yang berbeda.

b. Tiga Harapan Libatkan pertanyaan “Bila kamu memiliki tiga hal di dunia ini, hal apa sajakah
itu ?”Bila anak menjawab, “Semua harapan saya menjadi kenyataan”, Tanya kepadanya harapan
khusus tersebut.

c. Writing (Menulis) Merupakan pendekatan komunikasi untuk anak yang lebih besar dan orang
dewasa. Saran khusus mencakup teknik menulis. Remaja biasanya rentan terhadap egosentris
dam sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu, orang terdekat harus tau bagaimana cara membina
hubungan yang baik denngan remaja. Dalam berkomunikasi, orang tua ingin segera membantu
menyelesaikan masalah remaja, ada hal-hal yang orang tua yanh sering lakukan

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan anak


Dalam proses komunikasi kemungkinan ada hambatan selama komunikasi, karena selama
proses komunikasi melibatkan beberapa komponen dalam komunikasi dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya:

1. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi mudah/tidaknya seseorang menerima informasi.
Makin tinggi pendidikan berkorelsi postif dengan tingkat pemahaman orang tua. Perawat perlu
menggunakan bahasa yang mudah diterima sesuai dengan tingkat pendidikan klien.

2. Pengetahuan
Merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indera yang dilakukan seseorang terhadap
objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Faktor pengetahuan
tersebut dalam proses komunikasi dapat mempengaruhi pemhaman klien tentang informasi yang
disampaikan. Informasi akan jelas dan mudah diterima oleh penerima apabila pengetahuan baik
demikian sebaliknya apabila pengetahuan kurang maka informasi yang dapat diterima/dipahami
kurang.

3. Sikap
Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi berjalan efektif atau tidak, hal
tersebut dapat ditunjukkan bila perawat menunjukkan sikap kurang baik akan menyebabkan
klien kurang percaya terharap perawat, demikian sebaliknya apabila dalam komunikasi
menunjukkan sikap yang baik maka dapat menunjukkan kepercayaan dari penerima pesan atau
informasi. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti tebuka, percaya, empati,
dan menghargai.

4. Usia dan tahapan tumbuh kembang


Usia Tumbuh Kembang dapat mempengaruhi proses komunikasi. Semakin tinggi usia
perkembangan anak, kemampuan dalam komunikasi semakin kompleks dan sempurna.

5. Status Kesehatan Anak

Status kesehatan sakit dapat menimbulkan gangguan psikologis maka cenderung anak kurang
komunikatif atau sangat pasif, dengan demikian dalam komunikasi membutuhkan kesiapan
secara fisik dan psikologis untuk mencapai komunikasi yang efektif.

6. Budaya

Budaya dapat mempengaruhi proses komunikasi seperti orang batak dengan orang Madura
ketika berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan sama – sama tidak
memahami bahasadaerah maka akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan dari komunikasi.
7. Saluran
Saluran ini merupakan faktor luar yang berpengaruh dalam proses komunikasi. Sebagai contoh:
intonasi suara dan sikap tubuh. Apabila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara
atau intonasi jelas maka sangat mudah kita menerima informasi atau pesan yang disampaikan.
Demikian sebaliknya apabila kita bekomunikasi dengan orang yang memiliki suara yang tidak
jelas kita akan kesulitan menerima pesan atau informasi yang disampaikan.

8. Lingkungan

Lingkungan dalam komunikasi yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi yang
ada. Lingkungan yang tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi
sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang. Contoh:
apabila kita berkomunikasi dengan anak pada tempat yang bising, maka proses komunikasi tidak
akan bisa berjalan dengan baik karena suara tidak jelas, sehingga pesan yang akan disampaikan
sulit untuk diterima oleh anak ataupun orangtua.

E. Teknik yang Kurang Tepat Dilakukan dalam Komunikasi Terapeutik pada Anak

Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak, seperti :

1. Mengabaikan keterangan anak

Saat melakukan komunikasi pada anak seorang perawat hendaknya selalu mendengarkan segala
keluh kesah yang disampaikan anak, hindari sikap acuh tak acuh. Dengan demikian diharapkan
seorang perawat mampu mengetahui permasalahan yang sebenarnya dialami oleh anak.

2.Besikap emosional

Dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak bersikaplah tenang dan sabar dalam
mendengarkan segala keterangan yang disampaikan anak. Hindari bersikap emosional karena
seorang anak akan enggan untuk menyampaikan masalahnya.

3.Pembicaraan satu arah

Hindari pembicaraan satu arah saat melakukan komunikasi terapeutik pada anak karena hal itu
akan menyebabkan anak menjadi pendiam, mintalah umpan balik atas apa yang dibicarakan.
Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk ikut berbicara, itu akan membuat anak
menjadi lebih terbuka kepada kita.

4.Hindari pertanyaan yang bertubi-tubi

Saat berkomunikasi pada anak hindarilah pertanyaan yang bertubi- tubi karena hal itu akan
membuat anak menjadi bosan dan enggan untuk diajak berkomunikasi pada tahap selanjutnya.
Bila anak tidak menjawab pertanyaan yang diajukan, ulangilah dengan pertanyaan lain sehingga
mendapatkan respon.
5.Menyudutkan anak

Hindarilah sikap yang dapat menyudutkan anak karena hal itu akan membuat anak kurang
mendapatkan kepercayaan. Terimalah kondisi anak apa adanya. Apapun yang terjadi berusalah
terus ada di pihak anak dengan selalu mendengarkan segala keluh kesah anak sehingga ia
menganggap kita sebagai temannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui
lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada
penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat
dimengerti oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak dan remaja, perawat
perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara berkomunikasi dengan anak, tehnik
komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor yang mempengaruhi komuikasi.

Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang
terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau
tindakan keperawatan. Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan
prinsip-prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan - hambatan yang mungkin akan timbul / ada
dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung pada umur
dari anak tersebut. Pembagian rentang 19 umur dapat dibedakan atas bayi (0-1), toddler (1-3),
anak-anak pra sekolah (3-5), anak usia sekolah (5-12).

B. Saran

Dengan penulisan maklah ini penulis mengharapkan agar pembaca dalam berkomunikasi dengan
anak lebih efektif karena telah mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan
anak, serta mengetahui hambatan yang akan ditemui ada saat akan berkomunikasi dengan anak.
Dalam penyusunan / penulisan suatu karya tulis (makalah) sebaiknya menggunakan banyak
literatur walaupun nantinya tidak menutup kemungkinan dapat memperbesar dalam kesulitan
penyusunan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai