Partisipasi Masyarakat
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi Masyarakat
a. Pengertian partisipasi
Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian
atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan
emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam
definisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya
partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang di ikutsertakan dalam suatu
perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan
tingkat kemantangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-
tanggung jawab dan aktfitas tertentu. Dalam hal ini terdapat pendelegasian wewenang dari
pemerintah dan masyarakat dalam aktifitas tertentu (Ramos dan Roman dalam Fahmyddin
berbagi kegiatan orang seorang, kelompok atau badan hukum yang timbul atas kehendak dan
penataan ruang.
pembangunan ini dimulai sejak tahap perencanaan sampai dengan pengawasan berikut segala
hak dan tanggung jawabnya (Kamus Tata Ruang dalam Fahmyddin A’raaf Tauhid, 2013:240)
Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan partisipasi masyarakat dalam kebijakan rancang kota adalah keikutsertaan dan
keterlibatan masyarakat dalam suatu proses kegiatan penataan ruang dan fisiknya dimulai dari
proses penyusunan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang fisik dalam rancang
kota.
hakikat otonomi daerah yang meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh berkembang
dari masyarakat, diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh masyarakat dan hasilnya
dinikmati oleh seluruh masyarakat (Surmayadi dalam Fahmyuddin A’raaf Tauhid, 2013:249).
Sejak tahun 1999 dikeluarkan berbagai instrumen hukum berupa undang-undang atau
peraturan pemerintah yang membuka lebar ruang bagi partisipasi masyarakat dalam
suatu kebijakkan yang adil dan demokratis misalnya dalam kebijakan Rancang Kota.
Melalui cara partisipatif seperti itu akan melahirkan suatu keputusan bersama yang adil dari
keputusan rakyat mendorong terjadinya suatu sinergi antara masyarakat dan pemerintah.
pemberdayaan (Cleaver 2002 dalam Cooke dan Kothari 2002, dalam Fahmyuddin
2. Pendekatan ini juga dikenal sebagai partisipasi dalam dikotomi instrumen dan tujuan.
3. Partisipasi adalah elite capture yang dimaknai sebagai situasi dimana pejabat lokal,
tokoh masyarakat, LSM, birokrasi, dan aktor-aktor lainnya yang terlibat langsung
prinsip partisipasi.