Anda di halaman 1dari 9

MAJU, p-ISSN: 2355-3782

Volume 6 No. 1, Maret 2019 e-ISSN: 2579-4647


Page : 92-100

PENINGKATAN KETERAMPILAN SELF ADVOCACY (SA) MAHASISWA


MELALUI TEKNIK STRUCTURE LEARNING APPROACH (SLA) PADA
TOPIK FUNGSI REAL
Wawan Irmawan, Mohammad Dadan Sundawan, Herri Sulaiman

FKIP Universitas Swadaya Gunung jati (Unswagati), JL. Perjuangan No.1, Kel. Karyamulya, Kec. Kesambi, Kota Cirebon, Jawa
Barat 45132,
Email: herrimsc@gmail.com

Abstrak: Individu sebagai makhluk sosial mempunyai dorongan kuat untuk berinteraksi dengan sesamanya, yang
mana memerlukan keterampilan sosial yang baik ditiap interaksinya. Self Advocacy (SA) sebagai salah satu bagian
dari keterampilan sosial sangat perlu dilatih dan ditanamkan di dalam diri mahasiswa. Hal ini ditujukan sebagai
bekal mereka untuk mendidik siswa di masa depan. SA merupakan keterampilan yang dimiliki oleh individu untuk
mengenali, mengetahui kebutuhan dan ketidakmampuan dalam belajar tanpa mengorbankan hak dan martabat diri
sendiri atau orang lain. Ada tiga keterampilan yang saling terkait dalam SA yaitu: a) pengetahuan tentang apa yang
diinginkan, b) pengetahuan tentang hak yang harus dimiliki secara hukum, c) kemampuan yang efektif dalam
mencapai tujuan. Sehingga kemampuan SA merupakan bagian dari soft skills mahasiswa yang harus dikembangkan
dalam rangka mencapai profesi pendidik matematika yang unggul, kompeten, profesional dan berdaya saing di masa
mendatang. Penelitian ini ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan SA mahasiswa melalui teknik Strukur
Learning Approach (SLA). SLA atau strategi pembelajaran terstuktur terdiri dari lima tahap, yaitu (a) penjelasan
materi atau arahan (instruction), (b) pemberian model (modeling), (c) bermain peran (role-play), (d) pemberian
umpan balik (performance feedback), dan (e) pemberian tugas dan pemeliharaan (transfer of training and
maintenance). Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Gerlach dan Ely yang dapat
melibatkan sepuluh unsur. Dari populasi seluruh mahasiswa pendidikan matematika, kemudian dipilih satu kelas
secara purposive sebagai subjek penelitian. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan teknik
analisis data menggunakan data hasil uji tes kemampuan kognitif pada topik fungsi real dan data hasil wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan SA calon pendidik matematika yang dideskripsikan berdasarkan
pengembangan empat komponen menurut Brinckerhoff dan Schreiner. Peningkatan SA calon pendidik matematika
dilihat dari tiga siklus. Secara keseluruhan, siklus ke-I kemampuan self advocacy mahasiswa hanya berada di level
47.69 %. Siklus ke-II mulai meningkat hingga mencapai 61.54 %. Sedangkan siklus ke-III mampu mencapai level
78.02 %. Artinya melalui teknik SLA ternyata efektif untuk meningkatkan keterampilan SA mahasiswa menjadi
lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari aspek aktifitas subjek yang diamati dengan rata-rata berada di level 87.4 %
dengan kategori efektif. Sedangkan hasil belajar subjek untuk ketiga siklus mencapai di level 79.01 dengan kategori
baik.

Kata Kunci : Self Advocacy (SA), Strukur Learning Approach (SLA), fungsi real.
orang/perorangan dengan kelompok maupun
PENDAHULUAN antara kelompok atau dengan kelompok sosial
Manusia sebagai makhluk sosial selalu lain. Individu yang memiliki keterampilan sosial
berhubungan secara timbal balik dengan manusia yang tinggi cenderung mendapat penerimaan
lain. Hal ini yang menyebabkan adanya dorongan sosial yang lebih baik, demikian sebaliknya lebih
dari dalam diri dan luar dirinya untuk mendapatkan penerimaan sosial yang kurang
berinteraksi dengan sesama. Interaksi sosial baik. Individu yang dapat diterima dengan baik
merupakan hubungan sosial dinamis, selalu dalam kelompok sosialnya menunjukkan ciri-ciri
berkaitan dengan hubungan tiap perorangan, menyenangkan, bahagia dan memiliki rasa aman

92
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 6 No. 1, Maret 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 92-100

(Hurlock, 1995). Kurangnya keterampilan sosial mahasiswa melalui berbagai intervensi yang
seperti: menguasai emosi, terutama emosi seyogyanya dilaksanakan secara tepat dan
negatif, seperti marah, sedih, dan kurangnya memadai. Karena pembelajaran adalah suatu
keterampilan mengendalikan diri yang pengupayaan perbaikan kualitas mutu pendidikan
menimbulkan perilaku agresif dan perilaku- yang sudah seharusnya merupakan suatu proses
perilaku menyimpang. (Sprafkin, Gershaw, dan mengantisipasi. Begitupula dengan tantangan
Goldstien, 1993). Brinckerhoff (1994) pembelajaran matematika pada pendidikan tinggi
mengatakan SA merupakan keterampilan yang yang sudah seharusnya sebagai antisipasi
dimiliki oleh individu untuk mengenali, menyiapkan kualitas mahasiswa yang siap
mengetahui kebutuhan dan ketidakmampuan bersaing dengan perubahan, memiliki
dalam belajar tanpa mengorbankan hak dan kemampuan matematis tidak hanya berorientasi
martabat diri sendiri atau orang lain. Ada tiga pada penguasaan pengetahuan tetapi juga
keterampilan yang saling terkait dalam SA yaitu: kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan
a) pengetahuan tentang apa yang diinginkan, b) kecakapan kognitifnya, kecakapan
pengetahuan tentang hak yang harus dimiliki interpersonalnya dan juga kecakapan dalam
secara hukum, c) kemampuan yang efektif dalam bekerjasama, yang tentunya akan sangat
mencapai tujuan. SA didefinsikan sebagai dibutuhkan dalam memecahkan persoalan dalam
kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam kehidupan jangka panjang (Firman Raharjo &
berbicara sesuai dengan apa yang diinginkan, Herri Sulaiman, 2017). Dosen dapat menerapkan
dibutuhkan dan diharapkan dalam mencapai strategi pembelajaran terstruktur untuk
kesuksesan di jenjang pendidikan yang lebih membantu mahasiswa meningkatkan
tinggi dan lapangan pekerjaan (Schreiner, 2007). keterampilan sosial, karena tahapan dalam
Aspek perkembangan kematangan strategi pembelajaran terstruktur sangat
intektual dimana mahasiswa diharapkan mampu sistematis, direktif, dan behavioristik. SLA atau
mempelajari cara-cara pengambilan keputusan strategi pembelajaran terstuktur terdiri dari lima
dan pemecahan masalah, serta dapat menyadari tahap, yaitu (a) penjelasan materi atau arahan
adanya resiko dari pengambilan keputusan, (instruction), (b) pemberian model (modeling),
sehingga mahasiswa tersebut akan mampu (c) bermain peran (role-play), (d) pemberian
mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan umpan balik (performance feedback), dan (e)
resiko yang mungkin terjadi. Berdasarkan target pemberian tugas dan pemeliharaan (transfer of
pencapaian standar kemandirian belajar training and maintenance) (Sprafkin, Gershaw,
mahasiswa sebagaimana telah diuraikan di atas, dan Glodstein, 1993; selanjutnya dikembangkan
maka dosen perlu berupaya menfasilitasi oleh Thompson, 2003). SA yang dikembangkan
pencapaian aspek-aspek perkembangan merupakan panduan bagi dosen dalam membantu

93
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 6 No. 1, Maret 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 92-100

mahasiswa mengembangkan pengetahuan dan pelaksanaan penelitian disesuikan dengan model


melatih keterampilan sosial. Berdasar pada pengembangan Gerlach dan Ely yang dapat
kepentingan tersebut maka upaya pengembangan melibatkan sepuluh unusur. Sehingga penelitian
panduan SA bagi mahasiswa prodi pendidikan ini dimulai dari analisis situasi di kelas. Pada
matematika yang dilakukan melalui penelitian ini tahap ini, dosen melihat situasi atau potensi
merupakan langkah stategis dan dapat berfungsi akademik yang ada di dalam diri setiap
preventif, kuratif maupun pengembangan melaui mahasiswa melalui wawancara. Hasil dari
optimalisasi pelaksanaan layanan bimbingan wawancara berupa data situasi yang dilihat dari
pribadi dan sosial oleh dosen kepada mahasiswa. perilaku mahasiswa di kelas. Lebih lanjut, pada
Penelitian ini fokus kepada peningkatan pertemuan berikutnya, dosen memberikan pretest
keterampilan SA dengan teknik SLA pada topik dengan topik fungsi real kepada mahasiswa yang
fungsi real untuk mahasiswa. Peneliti sengaja disesuaikan dengan indikator SA, kemudian
menentukan topik fungsi real karena menganalisis jawaban dari mahasiswa. Pada
diindikasikan dapat melihat keterampilan SA pertemuan berikutnya dilakukan simulasi
mahasiswa. Karena matematika sebagai ilmu penerapan dari SLA untuk tiga siklus. Materi
pengetahuan yang menggunakan nalar dan logika yang diambil ialah topik fungsi real. Satuan
dalam memahaminya yang sangat berkaitan erat Acara Perkuliahan (SAP) hingga silabus disusun
dengan meyakini kebenaran dari suatu berdasarkan teknik SLA dan digabung dengan
pernyataan. Keyakinan tersebut tidak secara indikator SA. Setelah dilakukan untuk tiga siklus,
spontan langsung menjadi sebuah patokan kemudian dilakukan postest untuk mengetahui
kebenaran melainkan harus dilakukan sebuah hasil akhir keterampilan SA mahasiswa. Lebih
pembuktian matematis terlebih dahulu (Siska lanjut, pada tahap akhir dilakukan analisis
Firmasari & Herri Sulaiman, 2019). gabungan dari data pretest, lembar penilaian
METODE keterampilan SA mahasiswa yang dinilai oleh
Penelitian ini menggunakan metode observer, dan hasil postest. Lebih lanjut
deskriptif kualitatif, yang dilaksanakan selama dilakukan uji peningkatan dan dianalisis
satu bulan, mulai dari pertengahan bulan efektivitas teknik SLA terhadap SA mahasiswa.
Desember tahun 2018 sampai dengan Pada tahap final adalah kesimpulan dari hasil uji
pertengahan bulan Januari tahun 2019. Penelitian peningkatan dan efektivitas teknik SLA terhadap
ini dilaksanakan di FKIP Unswagati Cirebon. SA mahasiswa. Lebih lengkapnya dapat dilihat
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk pada diagram alir penelitian di bawah ini.
mengetahui peningkatan keterampilan SA
mahasiswa melalui teknik SLA pada topik fungsi
real. Adapun langkah-langkah dalam proses

94
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 6 No. 1, Maret 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 92-100

1. Analisis deskriptif komparatif yaitu


silabus dan analisis situasi mendesain melaksanakan
RPS mahasiswa di lembar
membandingkan hasil observasi dari
pretest untuk
matakuliah kelas observasi mengetahui tes keterampilan SA mahasiswa pada tiap
kemampuan
awal siklusnya (siklus I, II dan III). Setiap siklus
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,
Mendatangkan
analisis observer untuk pelaksanaan pengamatan dan refleksi.
penilaian dan menilai kinerja dengan teknik
olah data mahasiswa di lembar SLA ketika 2. Analisis deskriptif hasil tes dapat dilihat
penilaian yang telah perkuliahan
disediakan setelah mahasiswa menjalankan posttest di
Gambar 1. Diagram alir penelitian akhir perkuliahan setelah siklus ke III.
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah Lebih lengkapnya, berikut ini diberikan diagram
data primer. Subjek penelitian ini adalah alir terkait siklus dalam penelitian ini.
mahasiswa yang telah mengontrak mata kuliah
1. Perencanaan (planning)
yang ada kaitannya dengan topik fungsi real dan 2. Pelaksanaan perkuliahan
SIKLUS I dengan teknik SLA
dikumpulkan menjadi satu kelas. Adapun teknik 3. Pengamatan (Observing)
4. Refleksi (Reflecting)
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan
melalui pretest serta lembar wawancara untuk 1. Perencanaan (planning)

mengetahui situasi awal dari mahasiswa ketika SIKLUS II 2. Pelaksanaan perkuliahan


dengan teknik SLA
3. Pengamatan (Observing)
belajar di kelas saat perkuliahan dimulai. Lebih
4. Refleksi (Reflecting)
lanjut pada tahap pelaksanaan perkuliahan di
kelas dengan teknik SLA, dilakukan observasi 1. Perencanaan (planning)
2. Pelaksanaan perkuliahan
SIKLUS III
untuk menilai keterampilan SA mahasiswa untuk dengan teknik SLA
3. Pengamatan (Observing)
tiga siklus. Kemudian pada pertemuan terakhir 4. Refleksi (Reflecting)

dilakukan postest untuk melihat keterampilan SA


mahasiswa lebih mendalam. Semua data
dikumpulkan yang dimulai dari pretest,
penilaian lembar observasi akan keterampilan hasil posttest untuk pengamatan
melihat lebih dalam aktivitas mahasiswa
SA mahasiswa, hingga postest yang selanjutnya oleh observer
SA mahasiswa
dianalisis dengan uji peningkatan dan efektifitas
teknik SLA terhadap keterampilan SA
mahasiswa. Gambar 2. Diagram alir untuk tiap Siklus
Penelitian
Analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif HASIL DAN PEMBAHASAN
yang meliputi : Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan SA mahasiswa dengan

95
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 6 No. 1, Maret 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 92-100

teknik SLA pada tiap siklusnya. Pada penelitian menjalankan tahapan SLA pada siklus ke-I. Lebih
ini, waktu yang disediakan untuk tiap siklusnya lanjut, rata-rata perilaku subjek cenderung
berjarak 3 hari. Sehingga subjek (dalam hal ini menunjukkan rasa kurang percaya diri dan
mahasiswa), peneliti dan observer dapat kurang aktif dalam memberikan pendapat atau
melakukan persiapan dengan baik, matang dan ide-ide dalam memecahkan permasalahan pada
terencana. Kemudian kesiapan subjek di kelas kasus topik fungsi real. Hal ini mengakibatkan
dalam keadaan sehat dan fokus. Berikut ini subjek kurang mengeksplore (memperlihatkan)
diberikan tabel hasil peningkatan SA mahasiswa kemampuan terbaiknya ketika berdiskusi terkait
dengan teknik SLA pada topik fungsi real. topik fungsi real. Pada siklus ke-II subjek telah
mendapatkan pengalaman yang baik dari siklus
ke-I. Sehingga subjek cukup mengerti dan mulai
Tabel 1. terbiasa akan tahapan SLA di siklus ke-II.
Hasil Peningkatan Keterampilan SA Mahasiswa
dengan Teknik SLA pada Topik Fungsi Real. Observer menilai pada siklus ini, subjek telah
No. Indikator SA Jumlah Persentase
Mahasiswa
menunjukkan perkembangan yang cukup baik.
Siklus I Siklus II Siklus III
Hal ini ditandai dengan jumlah persentase untuk
1. Pengetahuan 50.63 % 63.59 % 81.75 %
tentang apa indikator pengetahuan dan hak yang harus
yang dimiliki oleh subjek mengalami peningkatan
diinginkan.
2. Pengetahuan 52.41 % 69.77 % 82.08 % yang cukup tinggi. Subjek mulai aktif mencari
tentang hak
yang harus informasi seputar topik fungsi real sebagai bahan
dimiliki secara untuk mengemukakan pendapat atau ide-ide
hukum.
3. Kemampuan 40.03 % 51.28 % 70.24 % ketika diskusi berlangsung. Sehingga observer
yang efektif
berpendapat pada siklus ke-II subjek lebih siap
dalam
mencapai dalam menjalankan proses tahapan SLA. Namun,
tujuan.
rata-rata secara 47.69 % 61.54 % 78.02 % level untuk indikator keefektifan dalam mencapai
keseluruhan tujuan masih rendah. Observer menganggap
subjek perlu penguatan perencanaan dalam
Dari tabel di atas dapat diinterpretasikan
pencapaian tujuan belajarnya agar lebih efektif.
bahwa keterampilan SA mahasiswa dapat
Di sini, dosen perlu memberikan motivasi positif
meningkat dengan cukup baik. Pada siklus ke-I
kepada subjek agar dapat mengelola waktu
subjek belum menunjukkan kriteria SA yang
belajar dengan baik sehingga tujuan belajarnya
baik. Hal ini dapat dilihat dari tiap indikator yang
dapat tercapai dengan optimal. Sedangkan pada
menujukkan level persentase cukup rendah
siklus ke-III sudah terlihat sangat baik. Observer
dengan rata-rata hanya 47.69 %. Observer
menilai subjek sudah paham atas apa yang akan
menilai subjek belum terbiasa dalam

96
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 6 No. 1, Maret 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 92-100

direncanakan dan dilaksanakan untuk siklus ke- Approach) dalam rangka meningkatkan Self
III. Advocacy (SA) mahasiswa. Adapun efektivitas
Kemudian, berikut ini diberikan kadar suatu metode/model dapat dilihat salah satunya
persen maksimal untuk tiap tahapan teknik SLA yaitu aktivitas belajar dan hasil belajar seperti
dalam rangka meningkatkan SA mahasiswa tabel di bawah ini.
seperti tabel di bawah ini. Tabel 3.
Hasil Pengamatan Aktivitas Mahasiswa (Subjek)
Tabel 2. Selama Tiga Siklus
Kadar persen maksimal untuk tiap tahapan
teknik SLA dalam rangka meningkatkan SA No. Aspek Aktifitas Indikator Kategori
mahasiswa pada Tiap Siklusnya Subjek yang (%)
diamati
No. Tahapan SLA Kadar 1. Mempelajari topik 85 % Efektif
Persentase fungsi real berupa
Maksimal membaca,
1. Penjelasan materi atau 20 % memahami dan
arahan (instruction). mengerjakan
2. Pemberian model 20 % projek dengan
(modeling). arahan dosen.
3. Bermain peran (role- 20 % 2. Berdiskusi antara 78 % Efektif
play). subjek dengan
4. Pemberian umpan balik 20 % dosen.
(performance 3. Berdiskusi dengan 96 % Sangat
feedback). teman Efektif
5. Pemberian tugas dan 20 % 4. Menyimpulkan 91 % Sangat
pemeliharaan (transfer topik fungsi real Efektif
of training and 5. Mengerjakan soal- 87 % Efektif
maintenance). soal latihan dan
Total Persentase 100 % dipresentasikan di
depan kelas.
Rata-Rata 87.4 % Efektif
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa
setiap tahapan SLA yang dilakukan pada tiap Dari tabel 3 di atas, diperoleh bahwa rata-rata
siklusnya, dapat diketahui kadar persentase aktivitas subjek untuk ketiga siklus pada tiap
maksimal yang diberikan dengan merata. Artinya aspeknya berada di level 87.4 % dengan kriteria
ketika subjek melaksanakan proses pembelajaran efektif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
topik fungsi real dengan teknik SLA, maka dosen teknik SLA dalam setiap tahapannya cukup
memberikan patokan bobot dalam tiap tahapan efektif dalam menjalankan aktivitas belajar
SLA dengan merata. Hal ini bertujuan agar data subjek saat kegiatan belajar di kelas pada topik
aktivitas subjek untuk melihat keterampilan SA fungsi real yang bertujuan dalam rangka
dapat diketahui dengan baik. meningkatkan SA dari sisi aktivitas subjek saat
Lebih lanjut, akan dijelaskan hasil uji perkuliahan berlangsung.
efektivitas dari teknik SLA (Structure Learning

97
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 6 No. 1, Maret 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 92-100

Lebih lanjut berikut ini diberikan hasil baik. Hal ini dikarenakan subjek telah
belajar subjek yang berasal dari pemberian soal mengetahui apa yang dinginkan dan diperlukan
posttest pada tiap siklus nya dalam rangka untuk ketika mempelajari topik fungsi real.
melihat efektifitas teknik SLA untuk
meningkatkan SA dengan jumlah total 15 subjek. KESIMPULAN
Tabel 4. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan
Hasil belajar subjek yang berasal dari pemberian
soal posttest pada tiap siklus nya dengan teknik bahwa dengan teknik Structure Learning
SLA Approach (SLA), dapat diketahui keterampilan
No. Siklus Nilai rata-rata
I II III subjek Self Advocacy (SA) subjek untuk tiga siklus
1. 67 71 80 72.66
mengalami peningkatan cukup baik, yang mana
2. 60 73 79 70.66
3. 61 70 83 71.33 masing-masing siklus berada di level 47.69 %
4. 78 86 94 86
5. 67 75 86 76 (siklus I), 61.54 % (siklus II), dan 78.02 %
6. 77 81 90 82.66 (siklus III). Kemudian dengan teknik SLA
7. 65 76 93 78
8. 62 78 91 77 ternyata efektif untuk meningkatkan
9. 88 91 95 91.33
keterampilan SA subjek. Hal ini dapat dilihat dari
10. 80 85 89 84.66
11. 69 77 87 77.66 aspek aktifitas subjek yang diamati dengan rata-
12. 64 71 90 75
13. 78 90 90 86 rata berada di level 87.4 % dengan kategori
14. 71 86 88 81.66 efektif. Sedangkan hasil belajar subjek untuk
15. 63 80 81 74.66
Rata-Rata Keseluruhan 79.01 ketiga siklus mencapai di level 79.01 dengan
kategori baik.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata- Jadi dari data yang berasal dari aktivitas
rata keseluruhan hasil belajar subjek selama tiga subjek yang diamati dan hasil belajar subjek
siklus untuk topik fungsi real berada di level untuk ketiga siklus dapat disimpulkan bahwa
79.01. Hal ini dapat diartikan bahwa teknik SLA teknik SLA efektif dapat meningkatkan
ternyata efektif terhadap hasil belajar subjek keterampilan SA subjek. Hal ini dikarenakan
dalam tiap siklusnya. Dengan demikian dapat salah satu aspek terpenting dari SA yaitu subjek
disimpulkan teknik SLA efektif untuk telah mengerti dan mengetahui apa yang
meningkatkan SA subjek dengan melihat hasil dibutuhkan ketika ingin belajar topik fungsi real
belajar, yang mana SA dapat tercapai salah dan mengetahui juga bagaimana cara-cara yang
satunya yaitu subjek paham untuk mengenali efektif untuk belajar. Apabila siswa telah
dirinya sendiri dan tahu akan kebutuhan belajar mengetahui ini, maka berdampak positif pada
yang sesuai dengan dirinya. Dari hasil belajar hasil belajar yang cukup baik. Ketika perkuliahan
subjek, dapat diketahui bahwa peningkatan level di kelas, dosen menggunakan teknik SLA untuk
belajar dari siklus I sampai dengan III cukup mempelajari topik fungsi real, dan ternyata

98
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 6 No. 1, Maret 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 92-100

aktivitas subjek yang diamati cukup efektif Inc., 1560 Broadway, New York,
N.Y. 10036.
meningkatkan keterampilan SA.
Brinckerhoff, L. C. 1994. Developing Effective
Self-Advocacy Skills in College
SARAN
Bound Students with Learning
Adapun saran yang perlu dilakukan dari Disablities. Jurnal Intervention in
School and Clinic, Vol 29. No 4:
penelitian ini yaitu hendaknya teknik SLA dapat
229-237.
diimplementasikan ke mata kuliah lain. Karena
Calhoun, J.F & Acocella, J.R, 1995. Psikologi
topik-topik di dalam kajian ilmu matematika
Tentang Penyesuaian dan
sangatlah luas. Sehingga dengan teknik ini, maka Hubungan Kemanusiaan. Ed.3.
Penerjemah: R.S Satmoko.
keterampilan SA mahasiswa dapat berkembang
Semarang Press. IKIP Semarang
dengan baik.
Firman, R.J., Herri ,S. (2017). Mengembangkan
Keterampilan SA tidak hanya didapat dari
Kemampuan Pemahaman Konsep
perkuliahan tatap muka dengan dosen saja, Matematika Diskrit dan
Pembentukan Karekater
melainkan dari pengalaman-pengalaman
Konstruktivis Mahasiswa Melalui
mahasiswa ketika berorganisasi di UKM, Pengembangan Bahan Ajar
Berbantuan Aplikasi Education
maupun kegiatan-kegiatan penelitian dan
Edmodo bermodelkan progresif
pengabdian yang bertemakan kompetisi. Jadi, PACE. Jurnal Teori dan Riset
Matematika (TEOREMA), Vol 2(1),
saran berikutnya ialah hendaknya dosen-dosen
47-62.
mendukung, memupuk dan menanamkan jiwa
Firmasari, Siska., Herri, S. (2019). Kemampuan
dan pemikiran positif kepada mahasiswa
Pembuktian Matematis Mahasiswa
sehingga keterampilan SA dapat berkembang Menggunakan Induksi Matematika.
Journal Of Medives : Journal Of
lebih optimal. Hal ini dikarenakan mahasiswa
Mathematics Education IKIP
merupakan calon pendidik matematika di masa Veteran Semarang, Vol 3(1), 1-9.
mendatang yang tentu saja SA merupakan bagian
Hurlock. E. B. 1995. Perkembangan Anak, jilid 2
terkecil dari keterampilan softskills yang harus edisi ketujuh. Jakarta. PT. Gelora
Pratama.
dimiliki oleh mahasiswa. Sehingga dapat
terwujud harapan untuk menjadi calon pendidik Oregon Department of Education. 2001. Self-
Determination Handbook: A
matematika yang handal, kompeten dan
Resurce Guide for Teaching and
profesional di masa mendatang. Facilitating Transition and Self-
Advocacy Skills. Oregon.Public
Service Building.
DAFTAR PUSTAKA
Scheriner. M.B. 2007. Effective Self- Advocacy:
Borg, W. R. and Gall, M. D. 1983. Educational What Students and Special
Research an Introduction. Longman Educators Need to Know. Journal

99
MAJU, p-ISSN: 2355-3782
Volume 6 No. 1, Maret 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 92-100

Intervention in School and Clinic.


Vol. 42. No.5: 300 – 304.

Slavin, R. E 2009. Psikologi Pendidikan: Teori


dan Praktek. PT Indeks: Jakarta.

Slavin, R. E. 2006. Educational Psycology:


Theory and Practice: Boston:
Pearson Education.

Sprafkin, R. P., Gershaw, N. J. & Goldstein, A.


P. 1993. Social Skills for Mental
Health, a structured learning
approach. Boston. Allyn and Bacon.

Syahril, 2011. Pengembangan Panduan Pelatihan


Emitional Literacy untuk Siswa
SMP. Tesis tidak diterbitkan.
Malang. Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.

Thompson, A. R. 2003. Counseling Techniques,


Second Edition, New York. Van
Reusen, A. K. 1996. The Self-
Advocacy Strategy for Education
and Transition Planning. Journal
Intervention in School and Clinic.
Vol. 32. No.1: 49 – 54.

Van Reusen, A. K., Bos, C. S., Schumaker, J. B.,


& Deshler, D. D. (1994). The self
advocacy strategy for education and
transition planing. Lawrence, KS:
Edge Enterprises.

100

Anda mungkin juga menyukai